Anda di halaman 1dari 1

1.

Pada Era Orde Baru ditandai dengan sistem politik yang dibangun diatas konsep pembangunan dan
menjadikan ekonomi sebagai panglima, akibatnya semua tindakan dan kebijakan pemerintah saat itu
dikonsentrasikan untuk pembangunan di semua bidang. Atas nama pembangunan maka semua
kebijakan pemerintah di semua bidang diarahkan pada penyokongan pembangunan ini tak terkecuali
dalam hal pengaturan bidang media massa. Kebijakan pengaturan hukum media massa di era Orde Baru
ini paling tidak terdapat beberapa produk yang menyokong akan kekuasaan Orde baru pada penguatan
pembangunan nasional berlandaskan pada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.Kebijakan hukum
media massa pada era Orde Baru ini dimulai dengan di terbitkannya UU No. 11 Tahun 1966 tentang
Pokok-pokok Pers secara substansial. UU ini relatif menjamin kebebasan pers, seperti dinyatakan dalam
Pasal 4 menyatakan bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan sensor dan pemberedelan dan pasal
5 Ayat (1)menyatakan bahwa kebebasan pers sesuai dengan hak asasi warga negara dijamin.
Pemerintah Orde Baru mengubah UU No. 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers.
Substansi perubahannya terletak pada ketentuan tentang perizinan Surat Izin Cetak dan Surat Izin terbit
dihapuskan, namun muncul peraturan baru yaitu Surat Izin. Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Menteri
Penerangan dapat mencabut SIUPP terhadap pers yang tidak dikehendaki. Pada era Orde Baru ini
diterbitkan pula UU No.24 Tahun 1997 tentang Penyiaran yang antara lain berisi penguasaan Lembaga
penyiaran yang antara lain berisi penugasan Lembaga penyiaran oleh negara. Dengan demikian, semua
produk siaran baik TVRI maupun RRI berada dalam kendali negara dengan melibatkan Badan
Pertimbangan dan Pengendalian Penyiaran Nasional (BP3N).

2.Dampak yang terjadi pada media pers, yang mana media pers adalah salah satu media penghubung
komunikasi di era orde baru namun seakan-akan dijadikan alat pemerintah Pada masa orde baru, segala
penerbitan di media massa berada dalam pengawasan pemerintah. Pers pada saat itu dijadikan sebagai
kaki tangan pemerintah dan harus memberitakan hanya hal-hal yang bagus tentang pemerintah, untuk
mempertahankan kekuasaannya sehingga pers tidak menjalankan fungsinya yang sesungguhnya yaitu
pembangkit demokrasi dan sebagai pendukung dan pembela masyarakat. Menurut saya hal tersebut
sangat tidak adil dan tidak sesuai dengan negara Indonesia yang adalah negara demokrasi. Pers-pers
banyak di bredel dengan alasan tersebut. Menurut saya aksi pembredelan ini salah karena seharusnya
semua masyarakat bebas mengemukakan pendapatnya. Pada masa orde baru juga sangat susah jika
ingin mendapatkan izin terbit, hanya orang-orang yang mempunyai koneksi dengan pemerintah yang
akan cepat direspon.

Anda mungkin juga menyukai