Anda di halaman 1dari 2

C.

Perubahan kebebasan di Indonesia dari masa ke masa dilihat melalui kacamata komunikasi
politik

Kebebasan merupakan pilar terpentingan dalam sebuah pemerintahan yang ber-


ideologi demokrasi seperti halnya Indonesia. Kebebasan seiring dengan berjalannya waktu
selalu terjadi perubahan yang sangat berpengaruh khususnya dalam konteks komunikasi
politik. Kebebasan pers dan komunikasi politik adalah dua hal yang saling berkaitan satu
sama lain, karena komunikasi politik sebagai agen penyampaian informasi termasuk fakta,
pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan dan sebagainya, pertukaran dan pencarian yang
dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang ditujunya. Fungsi pers
atau media massa sangatlah penting dan strategis dalam kehidupan politik karena perannya
sebagai media yang digunakan sebagai salah satu saluran politik yang ampuh.1

Media dalam komunikasi politik memainkan peran besar dalam mengawasi kegiatan
politik para aktornya. Melalui pemberitaan di berbagai media, masyarakat dapat menilai
bagaimana kualitas para aktor politik. Bisa dibayangkan jika tidak ada media massa, maka
tidak ada pula komunikasi politik. Media tentu saja telah menjadi elemen penting dalam
proses komunikasi politik.

Kebebasan pers di Indonesia sendiri pers pernah mengalami masa suram yaitu pada
saat rezim orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, dimana tidak ada kebebasan
mengakses sumber informasi, tidak ada kebebasan menyebarkan informasi dan akibatnya
publik tidak bebas memperoleh informasi melalui media massa.

Rezim Soeharto sangat otoriter dalam melaksanakan pemerintahannya pada masa


orde, pers dibawah departemen penerangan sangat tertekan oleh penguasa saat itu sehingga
pers harus selalu berhati-hati dalam menyampaikan informasi kepada publik. Bila media
massa menyiarkan berita yang sifatnya berseberangan dengan pandangan penguasa, maka
media tersebut akan dihabisi. Contohnya seperti Majalah Tempo, Detik, Editor yang akhirnya
dicabut surat izin penerbitannya karena bersikap kritis kepada pemerintah saat itu. Di masa
orde baru semua informasi yang akan disebarluaskan harus melalui sensor pemerintah
terlebih dahulu. Negara menguasai informasi, terutama informasi politik, media massa
penyiaran didominasi oleh penyiaran publik yakni RRI dan TVRI. Informasi sepenuhnya

1
Herdiansyah Amanu, Letikarmila, PERAN MEDIA MASSA DALAM KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA, Jurnal
Balayudha Vol.1 No. 1, Januari 2021, hlm. 2
berada di bawah kontrol Negara dan digunakan untuk kepentingan Negara atau lebih tepatnya
kepentingan pemerintah yang berkuasa pada saat itu.

Komunikasi politik saat itu dimonopoli oleh pemerintah sehingga hampir tidak ada
opini publik yang berkembang secara dinamis yang mengkritik pemerintah. Hanya ada
underground press yang berani melakukan itu secara sembunyi-sembunyi. Maka tak heran
media massa saat itu hanya memberitakan sisi baik dari pemerintah seperti keberhasilan di
bidang pembangunan, dan jarang ada media massa yang berani secara kritis mengkritisi
kebijakan pemariantah. Padahal saat itu banyak sisi negatif yang perlu dan harus dikritisi
maraknya praktek praktek korupsi, kolusi dan nepotisme saat itu yang sangat
menyengsarakan rakyat, ketimpangan sosial, dan kesenjangan sosial antara si kaya dan si
miskin semakin melebar. kebijakan pemerintah yang selalu berpihak kepada pengusaha dan
pemodal asing dengan menumbalkan rakyat sendiri. 2

Setelah tumbangnya rezim Suharto, B.J. Habibie selaku Presiden Republik Indonesia
ketiga sebagai Menteri Penerangan. Langkah dalam membuka jalan pers agar bebas dari
intervensi pemerintah ditandai dengan diubahnya peraturan tentang Izin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP) bahwa pencabutan SIUPP diikuti dengan munculnya Permenpan Nomor 1
Tahun 1998. Perubahan atas penetapan aturan baru tersebut membuka jalan kebebasan pers di
Indonesia. Media seperti majalah dan tabloid tidak akan dibungkam atas kepentingan
sepihak.

Dengan runtuhnya rezim orde baru yang ototriter menjadikan akselerasi komunikasi
politik begitu pesat. Pers tidak lagi dimonopoli oleh aturan penguasa, sehingga pers dapat
dimanfaatkankan oleh berbagai pihak untuk membela kepentingan institusi pemiliknya, tidak
terkecuali untuk kepentingan politik.

2
Ibid. hlm. 3

Anda mungkin juga menyukai