Anda di halaman 1dari 44

N

A
D B
S A
A
W
B
A
J
E
B G
G
N
N U
A
Y GG
S
N
R
A
PE ERT
B
MUTIARA(13)

G E S I D E TA ( 0 8 )
M. IBRAM (11)
WILDAN S.A (23)
YOFIDA R.C (24)

Boleh membuat investigasi sembunyi?

PENGERTIAN PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB


Pers yang bebas dan bertanggung jawab merupakan salah satu ciri
kemerdekaan atau kebebasan pers. Terselenggaranya kemerdekaan atau
kebebasan pers merupakan dambaan setiap insan dalam pemerintahan
yang demokratis, seperti segenap warga indonesia. Kebebasan pers
bukan berarti bebas yang tanpa batas. Ada batas batas dalam
pelaksanaan kebebasan pers. Batas batas kebebasan pers tentu saja
didasarkan pada aturan aturan hukum yang terkait dengan pers
seperti Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers. Dalam
penjelasan pasal 4 ayat (1) Undang Undang Nomor 40 tahun 1999
ditegaskan bahwa kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai
kesadaran
pentingnya
pengetahuan
supremasi
hukum
yang
dilaksanakan melalui pengadilan dan tanggung jawab profesi yang
dijabarkan dalam Kode Etik Jurnalistik serta sesuai dengan hati nurani
insan pers. Berdasarkan ketentuan dalam Undang Undang tentang pers
tersebut jelaslah bahwa kemerdekaan atau kebebasan pers di Indonesia
tercermin pada pers yang bebas dan bertanggung jawab.

Pers Nasional sangat berbeda dari teori Pers pada umumnya


karena Pers nasional adalah Pers Pancasila, Ciri-ciri Pers
Pancasila :
Menyiarkan berita yang memumpuk rasa Ketuhanan yang
Maha Esa dan tidak memumpuk paham Ateis
Menghormati nilai-nilai kemanusian dan HAM serta tidak
memberikan puluang pada perbudakan, penindasa, dan
sadisme
Selalu membina Persatuan Bangsa
Selalu menghormati pendapat dan jalan pikiran orang lain
dalam musnyawarah dan mufakat sebagai penghormatan Hak
rakyat
Membela dan memperjuangkan keadilan sosial di tengahtengah masnyarakat, hingga merata ke seluruh warga negara
Indonesia

-T
I
R
EO

R
O
E

E
P
I

S
R

TEORI AUTHOURITARIAN PERSS


Teori pers otoritarian muncul saat ditemukannya mesin cetak modern di
abad 16-17. Otoritarian dipakai oleh negara barat seperti Inggris, Perancis,
dan negara eropa lainnya. Dalam sistem otoritarian, Media massa/pers bukan
sebagai alat control pemerintah tetapi sebagai instrumen pendukung untuk
mencapai tujuan-tujuan negara. Oleh karena itu, pers dalam otoritarian
harus mendukung setiap kebijakan negara
Plato pelopor teori otoritarian beranggapan bahwa negara akan maju
apabila dipimpin dan dipegang oleh orang-orang bijak, Karena apabila
menggunakan sistem demokrasi atau musyawarah maka perpecahan rentan
terjadi, sehingga tujuan-tujuan negara itu susah dicapai karena sulitnya
menyatukan suara itu sendiri. Jadi, harus ada orang dijadikan pemimpin
dalam membuat keputusan untuk negara.

CIRI CIRI AUTHOTARIAN PERS


1)

Kebenaran adalah pemilik pemengang kekuasan bukan


massa

2)

Pers diatur oleh penguasa sehingga kehilangan fungsi


sebagai media kontrol pemerintah

3)

Isi pemerintahan harus mendukung pemerintah

4)

Penguasa memiliki kewenangan untuk menyensor isi


pemberitaan sebelum dicetak

Kelebihan Teori Per Otoritarian :


1)

Media lebih terkontrol dalam pemberitaannya.

2)

Menghindari adanya persaingan yang tidak sehat diantara media.

3)

Pemerintah dapat menjalankan tugasnya tanpa ada tuntutan atau


kritikan yang biasanya disampaikan melalui media.

Kekurangan Teori Pers Otoritarian :


4)

Tidak adanya nilai-nilai universal di dalam kebebasan pers.

5)

Media hanya menjadi tirani dan alat kepentingan bagi penguasanya.

6)

Pers tidak dapat menjalankan fungsi kontrol sosialnya.

7)

Pers tidak dapat secara bebas menjalankan fungsinya sebagai penyebar


informasi, mendidik, dan menghibur.

TEORI LIBERTARIAN PERS


Teori libertarian hadir karena melihat teori otoritarian sudah tidak cocok
lagi digunakan dan banyaknya negara yang hancur akibat menganut sistem
otoritarian, terutama pada akhir abad XIX. Dalam sistem otoritarian, negara
terlalu mengekang pers dan masyarakatnya. Sehingga muncul gejolakgejolak pemberontakan dari masyarakat, masyarakat dijadikan alat untuk
melenggangkan kekuasaan yang sudah ada.
Dalam otoritarian, hak untuk memiliki media massa dikeluarkan atas izin
pemerintah melalui yang namanya hak paten. Hak paten ini bisa
didapatkan apabila kita memiliki kedekatan dengan penguasa atau
pemerintah. Hal ini malah akan menimbulkan yang namanya KKN (korupsi,
kolusi dan nepotisme), dalam libertarian semua orang berhak mendirikan
media massa. Salah satu yang sangat dijunjung tinggi dalam pers libertarian
adalah HAM, terutama mengenai kebebasan berpendapat.

CIRI CIRI LIBERTARIAN PERS


1)

Publikasi bebas dari penyensoran

2)

Tidak memelukan izin penerbitan dan pendistribusian

3)

Kecaman terhadap pejabat dan partai politik tidak pidana

4)

Tidak ada kewajiban untuk memublikasikan segala hal

5)

Publikasi kesalahan dilindungi sama dengan publikasi


kebenaran selama menyangkut opini dan keyakinan

6)

Tidak ada batas hukum dalam mencari berita

7)

Wartawan mempunyai otonomi profesional

Kelebihan Teori Pers Libertarian :


1)

Pers lebih bersifat independen dan tidak berpihak pada


penguasa.

2)

Pers pada akhirnya akan lebih memihak pasar

3)

Pers lebih dapat menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial,


penyebar informasi, Pendidik, dan penghibur.

Kekurangan Teori Pers Libertarian :


4)

Media massa pada sistem ini hanya mencari keuntungan


sebesar-besarnya karena tujuan sebenarnya adalah
pengakumulasian modal

5)

Terjadinya persaingan yang tidak sehat antar pers dalam


menyampaikan informasi.

6)

Adanya kebebasan yang berlebihan dari media karena kontrol


dilakukan oleh media itu sendiri

TEORI SOVIET COMMUNIST PRESS


Lahir pada era Uni Soviet Russia yang berkembang di negara-negara
komunis Eropa Timur dan dikembangkan pula oleh Adolf Hitler di Jerman
dengan Nazinya dan oleh Benito Mussolini di Italia dengan Fasismenya. Teori
tersebut berdasar pada ajaran Marxisme, Leninisme, Stalinisme dan
pembauran pemikiran Hegel serta cara berberpikir Russia abad 19.
Oleh karena ia merupakan produk dan alat penguasa soviet, maka tujuan
media diarahkan untuk membantu dan berlangsungnya sistem Sosialisme
Soviet, khususnya kelangsungan para diktator partai. Sehingga pengguna
media massa hanya diperuntukkan bagi para anggota partai yang setia dan
ortodoks. Akibatnya, media massa pun dikontrol dan diawasi dengan ketat
seperti dilarang mengkritik tujuan partai dan kebijakan-kebijakannya

CIRI CIRI SOVIET COMMUNIST PRESS


1)

Digunakan secara instrumen yaitu sebagai instrument-instrumen


Negara atau partai.

2)

secara erat terintegrasi dengan instrumen-instrumen lainnya dari


kekuasaan Negara dan pengaruh partai.

3)

Digunakan sebagai instrument untuk pewahyuan Negara dan


partai.

4)

digunakan sebagai instrumen persatuan didalam Negara dan


partai.

5)

digunakan sebagai instrument propaganda and agitasi

6)

adanya tanggung jawab yang dipaksakan.

7)

Masnyarakat berhak melakukan sensor

8)

Media tidak dimiliki secara pribadi

Kelemahan sistem pers soviet komunis ini


diantaranya :
1)

Hanya menguntungkan kaum sosialis karena hanya memburu


keberhasilan bagi kediktatoran partai.

2)

Tidak semuanya behak dapat menggunakan media dari sistem ini


karena hanya anggota-anggota partai yang loyal saja yang berhak.

Kelebihan sisten pers soviet komunis diantaranya


:
3)

Media bebas melaksanakan tugas-tugas sebagai instrument Negara


da partai, bukan sebagai pihak-pihak yang bersaing mendapatkan
simpati public.

4)

Sistem soviet menetapkan fungsi komunikasi massa secara positif


dengan mengatur rakyat agar mendukung pemimpin dan programprogramnya.

5)

Sistem ini dibangun atau diciptakan sebagai bagian dari perubahan


dan untuk membantu mencapai perubahan.

6)

Sistem soviet untuk membangun statusquo Soviet, tetapi selalu


dalam konteks perubahan dan perkembangan.

7)

Sistem soviet ini merupakan sistem pers terencana yang bercampur


kedalam partai dengan dibantu oleh organisasi-organisai
dibawahnya.

TEORI SOSIAL RESPONSIBILITY PRESS


Dalam teori tanggung jawab sosial pers mempunyai kebebasan
membuat berita dan informasi kepada masyarakat. dan juga
pers/media massa boleh dimiliki oleh siapapun tanpa harus
memperoleh izin berupa hak paten dari pemerintah. Tetapi
kebebasan pers itu harus memperhatikan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Pers harus mempunyai rem sendiri untuk mengontrol
kode etik jurnalistik. Kode etik jurnalistik merupakan aturan yang
menjadi batasan pers dalam membuat berita. Sehingga pers bisa
bertanggung jawab kepada masyarakat dalam setiap pemberitaan
yang mereka buat.
Dalam teori libertarian, masyarakat tidak bisa memprotes apabila
ada pemberitaan atau program acara yang merugikan masyarakat,
tapi masyarakat bisa memprotes atau menghukum media massa yang
membuat pemberitaan atau acara yang tidak baik. Dalam hal ini teori
tanggung jawab sosial sudah beda satu tingkat diatas libertarian,
karena medianya tidak hanya memberikan hiburan dan informasi saja
tapi juga turut mencerdaskan masyarakat.
Teori tanggung jawab sosial berasumsi bahwa media massa
khususnya tv terestrial dan radio merupakan frekuensi milik public.

CIRI CIRI SOSIAL RESPONSIBILITY PRESS


1)

Pers menjadi bertambah besar dan terpusat pada


beberapa tangan atau terletak pada orang kaya-kaya saja.

2)

Makin kurangnya perhatian terhadap kepentingan rakyat.

3)

Pers dalam menggunakan kekuatannya hanya untuk


kepentingan dirinya sendiri.

TUGAS PERS SOSIAL RESPONSIBILITY PRESS

1)

Melayani sistem politik denagn menyediakan informasi, diskusi


dan perdebatan tentang masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat.

2)

Memberi penerangan kepada masyarakat, sedemikina rupa


sehingga masyrakat dapat mengatur dirinya sendiri

3)

Menjaga hak-hak perorangan dengan bertindak sebagai anjing


penjaga yang mengawasi pemerintah.

4)

Melayani system ekonomi dengan mempertemukan pembeli dan


penjual barang atau jasa melalui medium periklanan.

5)

Menyediakan hiburan,

6)

Mengudahakan sendiri biaya finansial, demikian rupa sehingga


bebas dari tekanan-tekanan orang yang punya kepentingan.

Kelebihan sistem pers tanggungjawab sosial :


1)

Masyarakat bebas mengeluarkan pendapat atau mencari


kebenaran yang bertanggungjawab sehingga tidak ada pihak
yang dirugikan baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.

2)

Antara hak masyarakat dan pemerintah bisa seimbang.

Kekurangan sistem pers tanggungjawab sosial :


3)

Pemerintah bisa saja menggunakan lembaga atau organisasi


yang mengontrol sistem penyiaran sebagai kedok untuk
mencapai kepentingannya.

4)

Ekspresi yang ingin dituangkan oleh masyarakat masih dibatasi


oleh peraturan yang ada sehingga tidak semua bentuk ekspresi
dapat dipublikasikan melalui media. Contohnya saja gambar
yang berbau porno, menurut seniman itu seni tetapi bagi orang
lain itu pornografi yang tidak patut dipublikasikan sehingga
media tidak boleh menyiarkannya.

KO

K
I
T

LATAR BELAKANG KODE ETIK


Kode (Inggris: code, dan Latin: codex) adalah buku undangundang kumpula sandi dan kata yang disepakati dalam lalu
lintas telegrafi serta susunan prinsip hidup dalam masyarakat.
Etik atau etika merupakan moral filosofi filsafat praktis dan
ajaran kesusilaan. Menurut KBBI etika mengandung arti ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban. Moral adalah kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak; dan nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dengan demikian, kode etik jurnalistik adalah aturan tata
susila kewartawanan dan juga norma tertulis yang mengatur
sikap, tingkah laku, dan tata karma penertiban.

Kode Etik Jurnalistik


Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi
manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.
Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh
informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan
kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya
kepentingan bangsa, tanggung jawab.
Kode Etik jurnalistik ialah ikrar yang bersumber pada hati nurani
wartawam dalam melaksanakan kemerdekaan mengeluarkan pikiran yang
dijamin sepenuhnya oleh pasal 28 UUD 1945, yang merupakan landasan
konstitusi wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
Kemerdekaan mengeluarkan pikiran ialah hak paling mendasar yang
dimiliki setiap insan wartawan, yang wajib di jungjung tingggi dan di hormati
oleh semua pihak. sekalipun kemerdekaan mengeluarkan pikiran merupakan
hak wartawan yang di jamin konstitusi, mengingat negara kesatuan republik
Indonesia ialah negara berdasarkan hukum, maka setiap wartawan wajib
menegakan hukum, keadilan dan kebenaran dalam menggunakan haknya
untuk mengaluarkan pikiran.

PENGERTIAN KODE ETIK


Menurut UU Pers No. 40 tahun 1999, pada pasal 7
ayat 2 bahwa yang dimaksud dengan Kode etik
jurnalistik adalah kode etik yang disepakati organisasi
wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers. Dewan Pers,
menurut pasal 15 ayat 1 dan 2 UU Pers, adalah sebuah
dewan yang bersifat independen, yang terdiri dari
wartawan, pimpinan perusahaan pers, tokoh masyarakat
ahli bidang pers atau komunikasi, dan bidang lainnya
yang dipilih oleh organisasi wartawan, dan organisasi
perusahaan pers.

Secara resmi, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) berdiri pada 9


Februari 1946.
Organisasi wartawan di Indonesia telah bermunculan sejak zaman
pendudukan Belanda. Pada tahun 1914, di Surakarta telah muncul organisasi
wartawan bernama Inlandsche Journalisten Bond (IJB), yang didirikan oleh
Marco Kartodikromo, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Sosro Kartono, dan Ki Hadjar
Dewantara.
Selain IJB, organisasi wartawan lainnya adalah Sarekat Journalists Asia, yang
didirikan pada 1925, Perkumpulan Kaoem Journalists (1931), serta
Persatoean Djurnalis Indonesia (1940). Berbagai organisasi wartawan
tersebut tidak berumur panjang, akibat tekanan dari pemerintahan kolonial.
Kemudian, pada 9 Februari 1949, atas prakarsa dari beberapa orang
wartawan, diselenggarakan Kongres Wartawan di Solo yang hasilnya
kemudian menyepakati untuk mendirikan suatu organisasi dengan nama
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Tujuannya adalah untuk menyatukan
seluruh wartawan beserta semua potensi yang dimilikinya. Di dalam kongres
itu, Mr. Sumanang terpilih sebagai Ketua PWI yang pertama.
Penetapan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional baru muncul pada
Kongres ke-16 PWI di Padang, tahun 1978. Salah satu keputusan Kongres
waktu itu adalah mengusulkan kepada pemerintah untuk menetapkan
tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional. Tujuh tahun kemudian, melalui
Surat Keputusan Presiden No. 5/1985, hari lahir PWI pun resmi menjadi Hari
Pers Nasional.

TUJUAN PWI
Tercapainya cita-cita Rakyat Indonesia sebagaimana
diamanatkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Terwujudnya kehidupan Pers Nasional yang merdeka,
profesional, bermartabat, dan beradab.
Terpenuhinya hak masyarakat memperoleh informasi yang
benar dan bermanfaat.
Terwujudnya tugas pengawasan, kritik, koreksi, dan saran
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.

M
A
L
DA TIK
S
S
I
R
L
E
P NA
N
R
A
U
J
U K
T
I
N
T
E
E
T
E
E
K D
KO

KEWAJIBAN ATAU HAL-HAL YANG HARUS


DILAKSANAKAN OLEH WARTAWAN
INDONESIA

Wartawan Indonesia harus bersikap independen dan menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan
tidak beritikad buruk.

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas jurnalistik

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan
fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tidak berasalah.

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk
kepentingan publik

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan koreksi secara proporsional.

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat dan memperbaiki, berita yang keliru dan tidak akurat
disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Dalam menyampaikan berita, pers harus memperhatikan objektivitas, yaitu nilai etika dan moral yang
harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistik

WARTAWAN INDONESIA HARUS BERSIKAP


INDEPENDEN DAN MENGHASILKAN BERITA
YANG AKURAT, BERIMBANG, DAN TIDAK
BERITIKAD BURUK.
1.

Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan


suara hati nuarani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi
dari pihak lain termasuk pemiliki perusahaan pers.

2.

Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika


peristiwa terjadi

3.

Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara

4.

Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan
semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain

WARTAWAN INDONESIA MENEMPUH CARA-CARA YANG PROFESSIONAL DALAM


MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK

1.

Menunjukkan indentitas diri kepada narasumber

2.

Menghormati hak privasi

3.

Tidak menyuap

4.

Mehasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya

5.

Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto,


suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan
secara berimbang

6.

Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian


gambar, foto, dan suara

7.

Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan


lain sebagai karya sendiri

8.

Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan


berita investigasi bagi kepentingan publik

WARTAWAN INDONESIA SELALU MENGUJI


INFORMASI, MEMBERITAKAN SECARA
BERIMBANG, TIDAK MENCAMPURKAN FAKTA
DAN OPINI YANG MENGHAKIMI, SERTA
MENERAPKAN ASAS PRADUGA TIDAK
BERASALAH.
1.

Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang


kebenaran informasi itu

2.

Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada


masing-masing pihak secara proposional

3.

Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan

4.

Opini interpretatif adalah pendapat berubapa interprestasi wartawan


atas fakta

5.

Asas praduga tidak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi


seseorang

WARTAWAN INDONESIA MENGHORMATI HAK


NARASUMBER TENTANG KEHIDUPAN
PRIBADINYA, KECUALI UNTUK KEPENTINGAN
PUBLIK
1.

Wartawan harus bisa menunjukkan sikap menahan diri dan berhati-hati


terhadap segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang
terkait dengan kepentingan publik

WARTAWAN INDONESIA MELAYANI HAK JAWAB DAN KOREKSI SECARA


PROPORSIONAL.

1.

Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan


informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya atau orang
lain

2.

Proposional berarti setara dengan bagian berita yang keliru dan tidak

K
A
H

N
A
D

A
AR

G
N

N
A

E
P

S
R

LARANGAN BAGI WARTAWAN INDONESIA


1.

Wartawan tidak beriktikad buruk, tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar,
suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan, memutar balikkan fakta, bohong,
bersifat fitnah, cabul, sadis, dan sensasional.

PENAFSIRAN:
Tidak beriktikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk
menimbulkan kerugian pihak lain.
Menyesatkan adalah berita yang membingungkan, meresahkan, membohongi, membodohi
atau melecehkan kemampuan berpikir khalayak.
Memutarbalikkan fakta adalah mengaburkan atau mengacau-balaukan fakta tentang suatu
peristiwa dan persoalan, sehingga masyarakat tidak memperoleh gambaran yang
lengkap, jelas, pasti dan seutuhnya untuk dapat membuat kesimpulan dan atau
menentukan sikap serta langkah yang tepat.
Bersifat fitnah, adalah membuat kabar atau tuduhan yang tidak berdasarkan fakta atau
alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Cabul, adalah melukai perasaan susila dan berselera rendah.
Sadis, adalah kejam, kekerasan dan mengerikan
Sensasi berlebihan, adalah memberikan gambaran yang melebihi kenyataan sehingga bisa
menyesatkan.

CONTOH KASUS
Pemberitaan
yang
memuat
gambar
sadis
dan
melanggar Kode Etik Jurnalistik adalah pemberitaan
tentang ledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Mariott,
Kuningan, bulan Juli beberapa tahun lalu. Pada siaran
langsung suasana tenpat kejadian beberapa saat setelah
bom meledak, Metro TV memuat gambar Tim Mackay,
Presiden Direktur PT Holcim Indonesia, yang berdarahdarah
dan
tampak
tidak
beradaya,
di
jalanan.
Penanyangan gambar tersebut tentu tidak sesuai dengan
Kode Etik Jurnalisitk dan dapat menimbulkan dampak
traumatis bagi penonton yang melihat.

2.

Wartawan tidak menyalahgunakan profesinya dan tidak


menerima imbalan untuk menyiarkan atau tidak
menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suar, suara
dan gambar), yang dapat menguntungkan atau
merugikan seseorang atau sesuatu pihak.

PENAFSIRAN:
Imbalan adalah pemberian dalam bentuk materi, uang,
atau fasilitas kepada wartawan untuk menyiarkan atau tidak
menyiarkan berita dalam bentuk tulisan di media cetak,
tayangan di layar televisi atau siaran di radio siaran.
Penerimaan imbalan sebagaimana dimaksud Pasal ini, adalah
perbuatan tercela.
Semua tulisan atau siaran yang bersifat sponsor atau
pariwara di media massa harus disebut secara jelas sebagai
penyiaran sponsor atau pariwara.

CONTOH KASUS
1.

Kasus Indy Rachmawati dan Tvone dalam kasus makelar. Indy


melakukan fabrikasi berita dengan menghadirkan narasumber
palsu yang disuap uang dengan isi berita nonfaktual dan
direkayasa, walau melakukan pembelaan bahwa narasumber palsu
sering tampil pada stasiun TV lain.

2.

Andris menerima suap dari pihak TV One dalam penafsiran pada


pasal 5 ini disebutkan bahwa tidak boleh dilakukan penyuapan.
Namun,dalam sejumlah pemberitaan,salah satunya berita yang
ditulis pada bab masalah diatas,dikatakan bahwa Andris menerima
suap dari TV One. Kembali lagi,jika terbukti terdapat kasus suap
menyuap, tentunya telah melanggar pasal 5 dalam KEJ.

3.

Wartawan tidak menyebutkan dan menyiarkan


identitas korban kejahatan susila dan tidak
menyebut identitas anak yang menjadi pelaku
kejahatan.

PENAFSIRAN:
Tidak menyebut nama dan identitas korban, artinya
pemberitaan tidak memberikan petunjuk tentang siapa
korban perbutan susila tersebut baik wajah, tempat
kerja, anggota keluarga dan atau tempat tinggal,
namun boleh hanya menyebut jenis kelamin dan umur
korban. Kaidah-kaidah ini juga berlaku dalam kasus
pelaku kejahatan di bawah umur (di bawah 16 tahun).

CONTOH KASUS
IDENTITAS DAN FOTO KORBAN SUSILA ANAK-ANAK DIMUAT
Sesuai dengan asas moralitas, menurut Kode Etik
Jurnalistik, masa depan anak-anak harus dilindungi. Oleh
karena itu, jika ada anak di bawah umur, baik sebagai
pelaku maupun korban kejahatan kesusilaan, identitasnya
harus dilindungi.
Di Medan, satu harian lainnya menemukan adanya
pencabulan atau pelecehan seksual oleh seorang pejabat
setempat terhadap seorang anak di bawah umur. Koran ini
sampai tiga kali berturut-turut menurunkan berita
tersebut. Di judul berita pun nama korban susila di bawah
umur itu disebut dengan jelas. Tidak hanya itu. Selain
memuat identitas berupa nama korban, foto korban pun
terpampang dengan jelas dan menonjol karena ingin
membuktikan bahwa kejadian itu memang benar.
Pemuatan nama dan pemasangan foto korban susila di
bawah umur inilah yang melanggar Kode Etik Jurnalistik

4. Wartawan tidak melakukan tindakan plagiat,


tidak mengutip karya jurnalistik tanpa
menyebut sumbernya.
PENAFSIRAN:
Mengutip berita, tulisan atau gambar hasil
karya pihak lain tanpa menyebut sumbernya
merupakan tindakan plagiat, tercela dan dilarang.

CONTOH KASUS

Tak henti-hentinya menyergap kaum pendidik dan


penulis. Kasus plagiat seorang guru besar Hubungan
Internasional Universitas Parahyangan menjiplakan
terhadap tulisan Carl Ungerer, asal Australia. Tulisan
itu dipublis sang profesor di The Jakarta Post. (Dimuat
dalam e-newsletter medan bisnis daily)

5.

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan


berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi
terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku,
ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa,
serta tidak merendahkan martabat orang lemah,
miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

PENAFSIRAN:
Prasangka adalah anggapan yang kurang baik
mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.
Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

CONTOH KASUS
Pelanggaran diskriminasi atau merendahkan pihak lain sering
terjadi. Mulai dari kasus Tabloit Obor Rakyat, Stasiun-stasiun
Televisi yang melanggar sendiri etika jurnalistik yang
seharusnya digenggamnya sebagai pilar (televisi yang
mendungkung pada masing-masing capres idolanya), serta
tayangan televisi yang tak terkontrol. Kasus yang saat ini
sedang marak di media sosial adalah acara YKS yang disebut
melecehkan seniman serba bisa (alm) Benyamin Sueb. Tapi lebih
fokusnya saya menyayangkan etika para penganut jurnalistik
yang justru melanggar kode etik-nya.

HAK WARTAWAN INDONESIA


Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk
melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui,
baik identitas maupun keberadaannya, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan of
the record sesuai kesepakatan. Hak Tolak merupakan
salah satu kewajiban pers dalam menjalankan
tugasnya. Hak ini adalah hak wartawan untuk menolak
mengungkapkan nama atau identitas narasumbernya
guna mempermudah wartawan dan menjaga
keselamatan narasumber yang telah memberikan
informasi.

1.

Embargo, yaitu permintaan menunda penyiaran suatu berita


sampai batas waktu yang ditetapkan oleh sumber berita,
wajib dihormati.

2.

Bahan latar belakang adalah informasi yang tidak dapat


disiarkan langsung dengan menyebutkan identitas sumber
berita, tetapi dapat digunakan sebagai bahan untuk
dikembangkan dengan penyelidikan lebih jauh oleh wartawan
bersangkutan, atau dijadikan dasar bagi suatu karangan atau
ulasan yang merupakan tanggung jawab wartawan
bersangkutan sendiri.

3.

Keterangan off the record atau keterangan bentuk lain


yang mengandung arti sama diberikan atas perjanjian antara
sumber berita dan wartawan bersangkutan dan tidak
disiarkan.

Anda mungkin juga menyukai