Anda di halaman 1dari 3

KEWARGANEGARAAN

“PERANAN PERS MASA REFORMASI “


(1999 – SEKARANG)

DISUSUN OLEH :

 ARDIAN RIZA YUDA PRADANA


 FERI SETIAWAN
 MARIANI
 NITA LIES BUDI PERTIWI

XII IPA

SMA NEGERI 3 KUALA KAPUAS


TAHUN AJARAN 2014/2015
Setelah runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Pada saat itu rakyat menginginkan
adanya reformasi pada segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya yang pada masa orde baru
terbelenggu. Tumbuhnya pers pada masa reformasi merupakan hal yang menguntungkan bagi
masyarakat. Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia untuk
mengeksplorasi kebebasan.

Akibatnya ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menindak pers yang telah
melampaui batas. Namun hal positivenya adalah dalam era Reformasi, pers Nasional benar -
benar bebas mengkritik pemerintah dengan keras. Wartawan sebagai pemberi informasi kepada
rakyat tidak takut lagi pada pemerintah. Mereka ini benar - benar menjalankan fungsi pers
sebagai kontrol sosial. Dahulu wartawan Indonesia dipaksa untuk memberitakan suatu sumber
berasal dari pemerintah. Fungsi control terhadap penyelenggaraan negara berjalan dengan baik,
menjauhkan dari praktek system politik yang otoriter.

Setelah reformasi bergulir tahun 1998, pers Indonesia mengalami perubahan yang luar biasa
dalam mengekspresikan kebebasan. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media
baru cetak dan elektronik dengan berbagai kemasan dan segmen. Keberanian pers dalam
mengkritik penguasa juga menjadi ciri baru pers Indonesia.

Pada masa ini terbentuk UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai
dengan terbukanya keran kebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan itu ditunjukkan dengan
dipermudahnya pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses untuk memperoleh SIUPP
melibatkan 16 tahap, tetapi dengan instalasi Kabinet BJ.

Kehadiran pers saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang
menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Dalam kerangka ini, pers telah memainkan peran
sentral dengan memasok dan menyebarluaskan informasi yang diperluaskan untuk penentuan
sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini publik dalam rangka mencapai konsensus bersama
atau mengontrol kekuasaan penyelenggara negara.

Berdasarkan perkembangan pers tersebut, dapat diketahui bahwa pers di Indonesia


senantiasa berkembang dan berubah sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pers di
Indonesia telah mengalami beberapa perubahan identitas. Adapun perubahan- perubahan
tersebut adalah sbb :

· Tahun 1945-an, pers di Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan.

· Tahun 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang mempunyai tujuan

· sama dengan partai-partai politik yang mendanainya.


· Tahun 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial, dengan

· pencarian dana masyarakat serta jumlah pembaca yang tinggi.

· Awal tahun 1990-an, pers memulai proses repolitisasi.

· Awal reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan pemerintahan BJ.

· Habibie, yang kemudian diteruskan pemerintahan Abdurrahman Wahid dan

· Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang ini.

Sayangnya, berkembangnya kebebasan pers juga membawa pengaruh pada masuknya


liberalisasi ekonomi dan budaya ke dunia media massa, yang sering kali mengabaikan unsur
pendidikan. Arus liberalisasi yang menerpa pers, menyebabkan Liberalisasi ekonomi juga makin
mengesankan bahwa semua acara atau pemuatan rubrik di media massa sangat kental dengan
upaya komersialisasi. Sosok idealisme nyaris tidak tercermin dalam tampilan media massa saat
ini. Sebagai dampak dari komersialisasi yang berlebihan dalam media massa saat ini, eksploitasi
terhadap semua hal yang mampu membangkitkan minat orang untuk menonton atau membaca
pun menjadi sajian sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai