Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara dari Laut Merah
dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir’aun dan kaumnya. Bani Isra’il yang dipimpin
oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan
tekunnya. Berkatalah mereka kepada Nabi Musa : “Wahai Musa, buatlah untuk kami sebuah
tuhan berhala sebagaimana mereka mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai
tuhan.” Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah orang-orang yang bodoh dan tidak
berfikiran sehat. Persembahan mereka itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan
bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain
Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir’aun,
melepaskan kamu dari perhambaannya dan penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di
atas umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh dari kamu, bahwa kamu
akan mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu, Allah pencipta
langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan
ditenggelamkannya Fir’aun berserta bala tentaranya untuk keselamatan dan kelangsungan
hidupmu.”
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra’il dilanjuntukan ke Gurun Sinai di mana panas matahari
sangat teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dapat berteduh di
bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan
diturunkan oleh Allah di atas mereka awan yang tebal untuk mereka bernaung dan berteduh di
bawahnya dari panas teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman
mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan hidangan
makanan “manna” – sejenis makanan yang manis sebagai madu dan “salwa” – burung sebangsa
puyuh dengan diiringi firman-Nya: “Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang
Kami telah turunkan bagimu.”
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan
mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul
batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata air, untuk
dua belas suku bangsa Isra’il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui
sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya. Bani Isra’il pengikut Nabi Musa
yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada
mereka yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan Fir’aun,
memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang
kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah
menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, separti
ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu
macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: “Maukah kamu
memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih
baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu
akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta.”
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah “Al-A’raaf ayat 138
sehingga 140 dan 160 ; serta surah “Al-Baqarah” ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut : “138
Dan Kami seberangkan Bani Isra’il ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada
suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka (Bani Isra’il) berkata: “Hai Musa, buatlah
untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan
(berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
(sifat-sifat Tuhan)”. 139 Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang
dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan. 140 Musa berkata: “Patuntukah aku
mencari tuhan untuk kamu yang selain dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu
atas segala umat”. ( Al-A’raaf : 138 140 )
“160 Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar
dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: “Pukullah batu itu
dengan tongkatmu”. Maka memancarlah darinya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap
suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan
Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman): “Makanlah baik-baik dari
apa yang Kami telah rezekikan kepadamu.” Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah
yang selalu menganiaya dirinya sendiri.” ( Al-A’raaf : 160 )
“61 Dan ingatlah ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak boleh sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya,
ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya.” Musa berkata: “Maukah
kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke
suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu minta.” ( Al-Baqarah : 61 )
Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah
berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai
pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka
bergaul dan bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan
persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka akan dapat
petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai oleh Allah di
samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan murkanya
Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir’aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa di laut,
selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi
pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar
untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, yaitu semasa bulan Zulkaedah. Kemudian
pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta
menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap kepada Allah di
atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan
mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah
daun-daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang
datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya: “Hai Musa,
mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang
menurut anggapanmu kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang
berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat
tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga
menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari.”
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara pengikutnya untuk
menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta
memimpin kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu. Pada saat
yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh
orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah: “Mengapa engkau datang
seorang diri mendahului kaummu, hai Musa?” Ia menjawab: “Mereka sedang menyusul di
belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai ridha-Mu.”
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: “Wahai Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu
kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihat-
Ku, tetapi cobalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia
kala, maka niscaya engkau akan dapat melihat-Ku.” Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan
pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya hancur
luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa,
gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pingsan.
Setelah ia sadar kembali dari pingsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun
kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: “Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku,
ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman
kepada-Mu.” Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab
suci “Taurat” berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara ahli
tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai pedoman
hidup dan penuntun kepada jalan yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian “Taurat” kepada Musa dengan firman-Nya: “Wahai Musa,
sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu,
untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah
memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka
bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku
tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan
pengajaran yang akan membawa Bani Isra’il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra’il agar mematuhi
perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-
orang yang fasiq.”
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah “Thaha” ayat 83 dan 84 dan surah “Al-
a’raaf” ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut : “83 Mengapa kamu datang lebih cepat
daripada kaummu, hai Musa?” 84 Berkata Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku
bersegera kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku.” ( Thaha : 83 84 )
“142 Dan Kami telah janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga
puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa
kepada saudaranya, yaitu Harun: “Gantilah aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah
dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan”. 143 Dan tatkala
Musa datang untuk (munajat) dengan (Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan
telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku nampakkanlah (Zat
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sesekali
tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.” Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung
itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah
Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang
yang pertama beriman.” 144 Allah berfirman: “Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu
lebih dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara
langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” 145 Dan Kami telah tuliskan untuk
Musa luluh (Taurat) segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman:
“Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-
perintahnya) yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-
orang yang fasiq.” ( Al-A’raaf: 142 145 )
Isi Inti Sari Kitab Suci Taurat Pada Nabi Musa A.S. yang
Dikemukakan Oleh Prof. Dr. Hamka - Belajar Pengetahuan
Umum Agama Islam
Fri, 06/10/2006 - 5:07pm — godam64
Kitab suci taurat adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Musa a.s. ketika
sedang bermunajat di bukit thursina gurun sinai. Taurat berdasarkan bahasa ibrani memiliki
pengertian atau arti definisi undang-undang, syariat atau peraturan.
Menurut buku "pelajaran agama islam" yang ditulis oleh Prof. Dr. Hamka mantan ketua MUI /
majelis ulama indonesia, Kitab taurat memiliki 10 hukum pokok atau the ten commandments
yaitu berisi point-point sebagai berikut :
II. Musa telah menjadi Putera Isa Al-Masih telah dididik Muhammad
kepada Puteri Firaun. Puteri sebagai seorang Yahudi yang sebagai Nabi y
Pendidikan dan inilah yang menamakan alim dalam akidah Taurat dan dalam dunia Isla
Pembelarajan Mereka baginda ‘Musa’ (Keluaran 2 pengajarannya. Bila Baginda tradisi Islam se
ayat 10). Musa telah diberi meningkat umur hanya 12 buta huruf dan
pendidikan yang cukup tahun, Isa Al-Masih sudah berpelajaran
tinggi dan istimewa sebagai pun memiliki pengetahuan tidak berpend
seorang Putera dalam Taurat yang sangat mantap adalah satu PE
Istana Firaun lagi amat mengagumi (Lukas yang jelas ke
(Kisah Rasul-rasul 7: 22). 2: 41-50). penting den
Mus
V. Sehingga pada hari ini, tidak Orang ramai cuba mengagak Seluruh dun
sesiapa pun yang tahu di lokasi Makam Isa Al-Masih. mana letakny
Makam dan Tempat mana letaknya Makam dan Tetapi tekaan mereka belum Muham
Bersemadi Mereka tempat pengkebumian pasti lagi, kerana tidak ada Beribu-rib
Musa. Dia wafat di atas bahan-bahan ketinggalan menziarahi ma
Gunung Nebo, tetapi tempat Isa A.M. di sana! Sesudah Kota Madina
pengkebumian baginda di wafat, Baginda telah bangkit tahu
sana tidak dapat dicari atau dari kematian 3 hari
ditemui, sesuai dengan kemudian dan kembali ke Lagi SATU BU
firman dan sabda Allah. alam Jannah. Ini pula adalah ketidak-m
(Ulangan 34:1-5, Ulangan sesuai dengan sabda firman Muhammad d
34: 6). Allah dari Mus
Nabi Yesaya.
(Lukas 23-24,
Yesaya 53: 9-12).
SURAH 28/48-49
Jelas sekali dia bukanlah Muhammad! Oleh kerana dia bukan dari
salah satu daripada dua belas suku saudara Bani Israel. Inilah nama-nama
dua-belas suku sanak-saudara Bani Israel, yakni mengikut 12 anak lelaki
Yakub :
Sebaliknya pula, Isa Al-Masih itu adalah dari suku JUDAH (Matius 1: 1-
2) yaitu saudara dengan LEVI, dan Levi adalah leluhur kepada Nabi Musa
(lihat Carta di atas). Jadi, jelaslah Sayyidina Isa al-Masih adalah saudara
kepada Nabi Musa kerana pertalian mereka sesama sendiri melalui
dua-belas Suku Bani Israel!
Lukas 24 ayat 44 - 48
Setiap jiwa yang tidak mendengar kata Nabi itu akan dibinasakan sama
Ya, semua nabi, dari Samuel dan selepasnya, semua yang telah bersuara, juga telah
Kamu adalah anak cucu nabi-nabi itu, dan waris perjanjian yang dibuat Allah dengan
Rasul Petrus bukanlah seorang sahaja yang telah merujuk kepada nubuat
ini! Seorang lagi dari para hawariyyun Al-Masih Isa – Stephanus, juga
telah memetik daripada NUBUAT YANG SAMA dari Ulangan 18. Kata-
kata beliau telah termaktub di dalam Kitab Suci Injil seperti berikut:
Musa memimpin orang Israel keluar dari Mesir setelah melakukan pelbagai mukjizat dan
Dengarlah kata-Nya.’
Dia di sana berserta nenek moyang kita dan malaikat yang berkata-
kata kepadanya di Gunung Sinai.
Dialah yang menerima firman hidup, untuk disampaikan kepada
kita.
Nah, sudah menjadi amat jelaslah umat Kristian dan Yahudi sudah pun
tahu tentang nubuat Ulangan 18:15 dan 18 itu. Dan semua murid-murid
Al-Masih Isa sudah mengakui dan mengisytiharkan bahawa Isa Al-
Masihlah yang sewajarnya disebut-sebutkan dan yang dinubuatkan di dalam
nubuat Ulangan 18 : 15 dan 18 itu LEBIH DARIPADA LIMA ABAD
SEBELUM TIMBULNYA Muhammad nabi Islam.
Umat Kristian sudah pun kenal, tahu dan mengakui SIAPAKAH NABI
YANG DINUBUATKAN ITU dari Ulangan 18, dan Baginda ialah tidak lain
tidak bukan Isa Al-Masih sendiri, dan hakikat ini sudah termeterai dan
termaktub dalam Kitab Suci Injil lebih daripada LIMA KURUN SEBELUM
MUNCULNYA dan lahirnya Muhammad bin Abdullah, sebagaimana betapa
jelas Carta Perbandingan di atas sudah memaparkan!
Hanya segelintir umat Muslim yang sudah terdesak, dan masih sanggup
menyalah-tafsirkan Nas firman Allah dari Ulangan 18 ini dan cuba merujukinya
kepada Muhammad nabi Islam. Tetapi sudah terbuktilah tindakan terdesak
mereka itu adalah (i) suatu salah tafsiran yang ketara dan (ii) juga amat
buta kepada fakta-fakta sejarah serta (iii) tidak sekali pun memihak
kepada Kebenaran !
Tindakan umat Kristian ini adalah bukan sesuatu yang disengajakan sahaja!
Tetapi sebaliknya mereka sesungguhnya tidak mempunyai sebab-sebab
yang cukup wajar dan munasabah untuk mempercayai atau pun menerima
kerasulan Muhammad itu
Taurat
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Makkah · Madinah
Baitulmuqaddis
Hari Raya
Aidilfitri · Aidiladha
Hukum
Quran · Sunnah · Hadis
Sejarah
Garis Masa Sejarah Islam
Khulafa al-Rasyidin
Khalifah · Khilafah
Tokoh Islam
Nabi Muhammad s.a.w
Ahlul Bait · Sahabat Nabi
Mazhab
Ahli Sunah Waljamaah
Hanafi · Syafie
Maliki · Hanbali
Budaya Dan Masyarakat
Akademik · Haiwan · Seni
Takwim · Kanak-kanak
Demografi · Perayaan
Masjid · Dakwah · Falsafah
Sains · Wanita · Politik
Lihat juga
Kritikan · Islamofobia
Glosari
Portal Islam
p•b•s
Kitab Taurat (b. Arab: توراة, tawrāṯ) ialah salah satu daripada empat buah kitab Islam. Kitab ini
mengandungi wahyu Allah Taala kepada Nabi Musa a.s. Ia diturunkan khusus untuk umat Nabi
Musa a.s. Kitab Injil merupakan kesinambungan kitab Nabi Allah yang terdahulu iaitu Zabur.
Kitab Taurat kemudian diikuti dengan penurunan kitab Injil dan kitab suci yang terakhir iaitu Al-
Qur'an kepada Nabi Muhammad s.a.w, sebagai pelengkap kepada semua kitab-kitab suci yang
sebelumnya. Dengan turunnya Al-Quran, secara tidak langsung semua ajaran kitab-kitab yang
terdahulu termansuh dengan sendirinya.
Al-Quran menyatakan bahawa Injil dan Taurat telah ditahrif (diubahsuai iaitu ditokok tambah
dan dikurangi) oleh penganut-penganutnya yang menyeleweng selepas Nabi Musa wafat dan
Nabi Isa diangkat ke langit.
Di dalam surah al-Maidah, ayat 13 - 14, Allah Taala berfirman yang bermaksud : (dipetik dari
Tafsir Pimpinan Ar-Rahman Kepada Pengertian Al-Qur'an terbitan Bahagian Hal Ehwal; Islam,
Jabatan Perdana Menteri, Malaysia)
13. "Maka dengan sebab mereka mencabuli perjanjian setia mereka, Kami laknatkan mereka, dan
kami jadikan hati mereka keras membantu (tidak mahu menerima kebenaran). Mereka sentiasa
mengubah Kalimah-kalimah (yang ada di dalam kitab Taurat dengan memutarnya) dari tempat-
tempatnya (dan maksudnya) yang sebenar, dan mereka melupakan (meninggalkan) sebahagian
dari apa yang diperingatkan mereka dengannya. Dan engkau (wahai Muhammad) sentiasa dapat
melihat perbuatan kianat yang mereka lakukan, kecuali sedikit dari mereka (yang tidak berlaku
kianat). Oleh itu, maaflah mereka (jika mereka sedia bertaubat) dan janganlah dihiraukan, kerana
sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang berusaha supaya baik amalannya."
14."Dan di antara orang-orang yang berkata : Bahawa kami ini orang-orang Nasrani, Kami
(tuhan) juga telah mengambil perjanjian setia mereka, maka mereka juga melupakan
(meninggalkan) sebahagian dari apa yang diperingatkan mereka dengannya, lalu Kami tanamkan
perasaan permusuhan dan kebencian di antara mereka, sampai ke hari Kiamat; dan Allah akan
memberitahu mereka dengan apa yang telah mereka kerjakan."
[sunting] Taurat dalam Al-Qur'an
Di dalam Surah Ali 'Imran ayat ke 3 dan ke 4 (dipetik dari Tafsir Pimpinan Ar-Rahman Kepada
Pengertian Al-Qur'an terbitan Bahagian Hal Ehwal; Islam, Jabatan Perdana Menteri, Malaysia)
3. "Dia menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab suci (Al-Qur'an) dengan mengandungi
kebenaran, yang mengesahkan isi Kitab-kitab suci yang telah diturunkan dahulu daripadanya,
dan Dia juga yang menurunkan Kitab-kitab Taurat dan Injil".
4. Sebelum (Al-Qur'an diturunkan), menjadi petunjuk bagi umat manusia. Dan Dia juga yang
menurunkan Al-Furqaan (yang membezakan antara yang benar dengan yang salah).
Sesungguhnya orang-orang yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah itu, bagi mereka
azab seksa yang amat berat. Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa, lagi berhak membalas dengan
azab seksa (kepada golongan yang bersalah).
Surah Al-Maa'idah 5:46 "...Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Mariam mengikuti jejak langkah
mereka (Nabi-nabi Bani Israil), untuk membenarkan Kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya
dan Kami telah berikan kepadanya Kitab Injil, yang mengandungi petunjuk hidayat dan cahaya
yang menerangi, sambil mengesahkan benarnya apa yang telah ada di hadapannya dari Kitab
Taurat, serta menjadi petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang yang (hendak)
bertakwa".
Surah Al-Hadid 57:27 "...Kemudian Kami iringi sesudah mereka: Rasul-rasul Kami silih berganti
dan Kami iringi lagi dengan Nabi Isa Ibni Mariam, serta Kami berikan kepadanya: Kitab Injil dan
Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutnya perasaan belas kasihan (sesama
sendiri). Dan (perbuatan mereka beribadat secara)"Rahbaniyah" (iaitu seperti bertapa di
tempat-tempat yang terpencil, mengharamkan dirinya daripada berkahwin dan menjauhi
kemewahan hidup)- merekalah sahaja yang mengadakan dan mereka(mencipta)nya; Kami tidak
mewajibkannya atas mereka; (mereka berbuat demikian) kerana mencari keredhaan Allah;
dalam pada itu mereka tidak menjaga dan memeliharanya menurut yang sewajibnya ..."
Namun begitu, Al-Qur'an menyebut nama-nama kitab yang terdahulu dan kandungannya yang
berupa ajaran kepada umat pada waktu tersebut, sebagai tanda kewajiban umat Islam
mempercayai "kewujudannya" dan bukan sebagai ikutan , iaitu selepas turunnya Al-Qur'an.
Sebagaimana ayat 3 dan 4 dalam Surah Ali 'Imran seperti yang tertulis di atas..