Anda di halaman 1dari 4

Kisah Nabi Nuh A.

s (Lengkap)
Nabi Nuh A.s adalah Nuh bin Lamik bin Matwasyalah bin Khanukh (Idris) bin Yarad
bin Mahlayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam A.s.
Jarak antara Adam dan Nuh adalah sepuluh abad, sebagaimana yang di ceritakan
Al-Hafizh Abu Hatim bin Hibban, di dalam kitab shahih-nya, bahwa pernah ada
seseorang yang berkata : "Ya Rosulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?". Beliau
menjawab : "Ya". "Beberapa lama jarak antara dirinya dengan Nuh?" tanyanya lebih
lanjut. Beliau menjawab : "Sepuluh abad".

Nabi Nuh A.s adalah Nuh bin Lamik bin Matwasyalah bin Khanukh (Idris) bin Yarad bin
Mahlayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam A.s.
Jarak antara Adam dan Nuh adalah sepuluh abad, sebagaimana yang di ceritakan Al-Hafizh Abu
Hatim bin Hibban, di dalam kitab shahih-nya, bahwa pernah ada seseorang yang berkata : "Ya
Rosulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?". Beliau menjawab : "Ya". "Beberapa lama jarak
antara dirinya dengan Nuh?" tanyanya lebih lanjut. Beliau menjawab : "Sepuluh abad".
Para ulama berbeda pendapat bahwa Nuh A.s, di utus oleh Allah SWT ketika manusia telah
menyimpang jauh dari ajaran tuhan yang di bawa oleh nabi sebelumnya, hal ini bisa jadi karena
rentang waktu antara Nuh dengan nabi sebelumnya sangat jauh, mereka menyembah berhala
tenggelam dalam kesesatan dan ke kafiran, kemudian Allah SWT mengutus Nuh A.s, sebagai
rahmat bagi umat manusia.
Allah SWT telah menceritakan di dalam Al-qur-an tentang kisah Nuh dan kaumnya, serta azab
berupa taufan yang di turunkan kepada mereka yang kafir, serta bagaimana Allah
menyelamatkan Nbi Nuh A.s beserta para pengikutnya yang menumpang kapal bersamanya,
kisah tersebut di jumpai di dalam beberpa surat Al-qur-an yaitu dalam surat, Al-A'raf, Yunus,
Hud, Al-Anbiya, Al-Mu'minun, Asy-Syura, Al-Ankabut, Ash-Shaffat dan surat Al-Qomar.
Bahkan Nuh di tetapkan sebagai nama surat di Al-qur-an.
Nabi Nuh A.s tidak henti-hentinya menyerukan kaumnya agar beriman dan menyembah hanya
kepada Allah, namun kaumnya tetap saja melawan dan mendustakannya bahkan menantang
Allah agar mendatangkan azab, jika ia benar. Sebagaimana firman Allah yang artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya
aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah.
Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Maka
berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan
(sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang
mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja,
dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin

bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu,
jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya,
tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal
kamu tiada menyukainya?" Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda
kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali
tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu
dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". Dan (dia
berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir
mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu
(bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada
mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah
malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh
penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah
lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar
termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah
berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka
datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orangorang yang benar". Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu
kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah
bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya
Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan". (Q.S. Hud : 25-34).
Jaman terus berlalu dalam rentang waktu yang cukup panjang, sementara perseteruan dan
perdebatan antara Nuh A.s dan kaumnya pun terus berlangsung, selama hampir seribu tahun
lamanya Nabi Nuh A.s hidup di tengah-tengah kaumnya, menyerukan mereka agar beriman dan
menyembah kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT yang artinya :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka
adalah orang-orang yang zalim". (Q.S. Al-Ankabut : 14).
Sekalipun Nuh menyerukan kaumnya dalam waktu yang sangat lama dan panjang, tetapi tidak
ada yang beriman kepada Nuh A.s, kecuali hanya sedikit sekali dari mereka, setiap pergantian
generasi berlangsung, mereka senantiasa berpesan kepada generasi baru itu agar tidak beriman
kepada Nabi Nuh A.s, supaya melawan dan melanggarnya. Setiap orang tua pada saat itu, ketika
melihat anaknya tumbuh dewasa, maka akan segera menasehati anaknya tersebut supaya tidak
beriman kepada Nuh untuk selamanya, selama hidupnya.
Adalah sudah menjadi watak dan karakter mereka yang selalu menolak ke imanan dan enggan
mengikuti kebenaran. Oleh karena itu Allah SWT berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hambahamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat
kafir". (Q.S. Nuh : 27).

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nuh agar membuat bahtera (perahu), maka Nabi Nuh
A.s membuat perahu besr dari kayu yang pohonnya telah di tanamnya seratus tahun yang lalu.
Beliau membuat perahu atas petunjuk, arahan dan dalam pengawasan Allah SWT. Firman Allah
yang artinya :
"Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu
bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan". (Q.S. Hud :37).
Nabi Ibrahim a.s. adalah anak Azar yang merupakan keturunan Sam bin Nuh. Pada masa itu
Raja Namrud yang bertahta dinegri Mausul mengeluarkan undang-undang yang memerintahkan
agar setiap anak lelaki yang lahir di negri Mausul dibunuh. Keadaan ini sama dengan Nabi Musa
a.s. namun berkat rahmat Allah s.w.t. nabi Ibrahim a.s. lahir dengan selamat.
Oleh orang tuanya nabi Ibrahim disembunyikan didalam gua, dan atas izin Allah s.w.t. Nabi
Ibrahim tidak mati, padahal tidak seorang pun yang memeliharanya dan tidak seekor binatang
buas pun yang mengganggunya. Bila lapar dan haus, diisap ujung jarinya maka keluarlah air
susu.
Pada usianya yang semakin meningkat, Nabi Ibrahim a.s. mulai bertanya-tanya pada dirinya
sendiri, mengapa berhala-berhala yang terbuat dari batu dan tidak mampu berbuat apa-apa itu
disembah dan dipuja-puja oleh kaumnya.
Ketika berpikir tentang Tuhan, dan setelah ia yakin bahwa matahari dan bulan serta bintang
tidaklah kekal maka ia berseru kepada kaumnya "Hai kaumku! sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kamu persekutukan, aku hanya akan menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menjadikan langit dan bumi dan aku sekali-kali tidak akan memperserikatkannya!"
Pada suatu hari, Raja Namrud beserta orang banyak pergi berburu. Nabi Ibrahim a.s. memasuki
tempat berhala-berhala mereka dan menghancurkan semua berhala itu, kecuali satu yang tetap
ditinggalkannya utuh, yaitu berhala yang paling besar. Dileher berhala yang paling besar itu
dikalungkannya kampak yang barusan digunakan untuk menghancurkan berhala-berhala yang
lainnya.
Sepulangnya dari berburu dan Raja Namrud beserta pengiringnya mengetahui bahwa berhala
mereka telah hancur, maka marahlah mereka. Dan tidak salah lagi, mereka menuduh Nabi
Ibrahim a.s. lah yang telah melakukannya, karena beliaulah yang gigih menentang penyembahan
berhala itu. Nabi Ibrahim a.s. ditangkap dan dihadapkan kepada raja Namrud.
Sang Raja bertanya "Hai Ibrahim! kamukah yang telah menghancurkan berhala-berhala itu?"
Nabi Ibrahim tanpa ragu-ragu menjawab "Bukan aku yang menghancurkannya, tetapi berhala
yang paling besar itu. Buktinya kampak penghancur berhala itu masih tergantung dilehernya!"
Sang Raja berkata "Mana mungkin berhala itu dapat melakukan seperti yang kau katakan!?"

Nabi Ibrahim menjawab "Nach kalau begitu mengapa kalian menyembah berhala yang tidak
mampu berbuat apa-apa itu?"
Hal ini membuat raja Namrud semakin murka dan memerintahkan agar Nabi Ibrahim a.s.
dijatuhi hukuman mati dengan dibakar. Akan tetapi Allah s.w.t. kembali memperlihatkan
kekuasaanya, dan Allah s.w.t. berfirman kepada api "Hai Api! hendaklah menjadi dingin dan
selamatkanlah Ibrahim!" (s. Al-Anbiya ayat 69) Setelah api padam, keluarlah Nabi Ibrahim a.s.
tanpa mengalami cedera sedikitpun.
Dalam menjalankan tugas kerasulannya, Nabi Ibrahim a.s. berusaha menyadarkan bapaknya agar
tidak lagi menyembah berhala, jangan memperturutkan jalan setan agar terlepas dari siksaan
Allah s.w.t. Namun bapak Nabi Ibrahim a.s. menjawab "Adakah engkau membenci tuhantuhanku, Hai Ibrahim? Ingatlah, jika tidak kau hentikan hinaan-hinaanmu terhadap tuhantuhanku, niscaya aku akan menyiksamu, dan enyahlah engkau buat selama-lamanya!" (s. Maryam
ayat 46)

Karena tetap ingkar kepada Allah s.w.t. maka Allah menghukum raja Namrud beserta pengikutpengikutnya dengan nyamuk-nyamuk yang sangat luar biasa banyaknya. Nyamuk-nyamuk itu
memasuki dan menggigit tubuh raja Namrud dan pengikutnya, memasuki lubang telinga, hidung,
dan lain-lain. Raja Namrud sendiripun mati dengan cara siksaan yang demikian.
Nabi Ibrahim a.s. memiliki isteri dua orang, yaitu Siti Hajar dan Siti Sarah. Dari Siti Hajar Nabi
Ibrahim a.s. memiliki anak yang bernama Ismail, sedangkan dari Siti Sarah Nabi Ibrahim a.s.
memiliki anak bernama Ishak. Siti Sarah baru melahirkan anaknya setelah usianya lanjut

Anda mungkin juga menyukai