1
Apakah kita bisa membantu orang lain saat itu? Tidak.
Apakah kita bisa mencegah orang lain untuk
disiksa? Tidak. Kita tidak akan sempat peduli sebelah
kanan ataupun sebelah kiri kita.
Pada hari itu, hanya ada satu manusia yang paling
sibuk mondar-mandir mondar-mandir. Hanya ada satu
manusia yang sangat memperdulikan orang lain. Manusia
itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi kita, Nabi
seluruh umat, Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.
Ketika di padang mahsyar, Nabi Muhammad SAW
langsung mencari dimana umatnya berada.
"Mana umatku? Apakah kau umatku?" (beliau
menanyakan semua orang yang ditemuinya)
"Ya, saya umatmu."
"Sini, sini, sini, ke sampingku..."
Satu per satu Nabi Muhammad SAW mengumpulkan
umatnya sampai jutaan manusia berkumpul dengan
beliau. Kemudian Nabi Muhammad SAW sujud di hadapan
Allah SWT dengan sujud yang sangat lama, sampai Allah
SWT berkata: "Ya Muhammad, bangkitlah dari
sujudmu. Minta, akan Ku beri. Bangkitlah dari sujudmu."
2
Beliau memanggil umatnya untuk memberi minum
kepada mereka satu per satu. Sekali tegukan tidak akan
pernah merasakan dahaga lagi.
Betapa luar biasanya kepedulian Rasulullah
Muhammad SAW terhadap umatnya. Sampai Rasulullah,
yang sudah dijanjikan Surga Firdaus (surga terbaik), sudah
ditunjukkan kepadanya betapa nikmatnya Surga Firdaus,
"Ini Surga untukmu ya Muhammad", tapi Beliau tidak
senyum sedikit pun. Nabi Muhammad SAW tidak tega
melihat kita, umatnya yang masih dalam kesusahan yang
luar biasa. Nabi Muhammad SAW ingin umatnya ikut
bersamanya masuk ke dalam surga. Nabi Muhammad SAW
terus menerus bertanya, "Umatku dimana ya Allah?"
"Ini Firdaus."
"Umatku dimana ya Allah?"
"Umatmu ada di padang mahsyar."
Lantas, apa yang dilakukan oleh Nabi kita?
3
Ketika seorang ayah, seorang ibu, seorang kekasih
meninggalkan kita, Nabi Muhammad SAW tidak akan
pernah meninggalkan, Beliau justru sibuk mencari-cari
kita.
4
"Ya Allah, selamatkanlah umatku dari api neraka,
yang di dalam hatinya terdapat iman, walaupun hanya
sekecil biji jagung."
5
Nabi Muhammad SAW kemudian berlari kembali lagi ke
neraka. "Wahai Malaikat, keluarkan dan selamatkanlah
manusia yang terdapat iman, walau sekecil biji kurma"
Sekian ribu, sekian juta umat Nabi Muhammad SAW pun
terselamatkan dan keluar dari neraka menuju surga-Nya.
Ketika selesai semua, Nabi Muhammad SAW kembali
lagi ke hadapan arasy Allah SWT. Bersujud kembali dalam
waktu yang lama di hadapan Allah SWT. Menangis kembali
dalam waktu yang cukup lama sampai Allah SWT berkata,
"Ya Muhammad, bangkit bangkit. Apa yang kau inginkan?"
"Keluarkanlah umatku yang ada di dalam neraka, yang di
dalam hatinya terdapat iman, walau sekecil biji sawi
(zarrah)."
"Aku izinkan.."
Nabi Muhammad SAW kembali berlari ke neraka untuk
menyelamatkan umat-umatnya yang di dalam hatinya
terdapat iman, walau sekecil biji sawi (zarrah) dalam
hatinya.
Setelah itu, kembali lagi ke arasy Allah SWT. Nabi
Muhammad SAW kembali sujud, "Ya Allah..."
"Ya Muhammad, apalagi ya Muhammad? Bukankah Aku
sudah menyelamatkan banyak dari umatmu?"
"Ya Allah, demi kasih sayang yang Engkau miliki,
selamatkanlah umatku yang mereka tidak punya amal,
kecuali hanya mengatakan :
La Illaha Illallah...."
"Aku izinkan.."
6
Nabi Muhammad SAW kemudian berlari kembali ke
neraka, menyelamatkan kita, umatnya atas izin dari Allah
SWT.
Apakah orang tua kita bisa melakukan itu di akhirat?
Tidak.
Cinta yang paling besar dari Nabi Muhamamd SAW.
Beliau tidak pernah melupakan kita, padahal kenal kita saja
tidak. Jangankan kenal, bertemu saja belum pernah. Beliau
tidak menyelamatkan yang banyak sholawat kepada
beliau, yang tidak sholawat lantas tidak diselamatkan,
Rasulullah tidak seperti itu. Namun justru beliau
menyelamatkan kita yang hanya memiliki iman sekecil biji
jagung, sekecil biji kurma, sekecil biji sawi (zarrah).
Bagi Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, yang terpenting
hanyalah umatnya, umatnya, dan umatnya.
"Umatku ya Allah, Umatku. Selamatkanlah mereka ya
Allah.."
***
7
Rasulullah menjawab: "Ya, para malaikat itu mulia,
mereka dekat dengan Allah dan mereka sentiasa bertasbih
dan beribadah kepada Allah, tentulah merekalah mulia tapi
bukan itu yang aku maksudkan."
Lalu para sahabat kembali terdiam, tiba-tiba seorang
sahabat kembali berkata: "Ya Rasulullah, kalau begitu
tentu para nabi, merekalah yang mulia itu."
Nabi Muhammad SAW tersenyum. Baginda berkata:
"Ya, para nabi itu mulia, mereka adalah utusan Allah di
muka bumi, mereka mendapatkan wahyu, bagaimana
mungkin mereka tidak mulia, mereka mulia. Tapi ada lagi
yang lain."
Para sahabat terdiam, Lalu salah seorang sahabat
berkata: "Apakah kami sahabatmu, ya Rasulullah? Apakah
kami yang mulia itu?"
Baginda memandang wajah mereka semua satu
persatu, Baginda tersenyum melihat para sahabat. Baginda
berkata: "Tentulah kalian mulia, kalian dekat denganku,
kalian membantu perjuanganku, mana mungkin kalian
tidak mulia, Tentulah kalian mulia, tetapi ada yang lain
yang mulia."
Para sahabat terdiam kesemuanya, mereka tidak
mampu berkata apa-apa lagi. Lalu Baginda Nabi
Muhammad SAW menundukkan wajahnya. Tiba-tiba
Baginda Mulia menangis di hadapan sahabat-sahabat.
Para sahabat tertanya: "Mengapa engkau menangis ya
Rasulullah?"
Lalu Rasulullah mengangkat wajahnya, terlihat
bagaimana air mata berlinang membasahi pipi dan
janggutnya.
8
Lalu baginda berkata,: "Wahai sahabatku, tahukah
kalian siapa yang mulia itu. Mereka adalah umat yang
hidup jauh setelah kalian. Mereka begitu mencintai Allah,
dan tahukah kalian, mereka tak pernah melihatku. Mereka
tidak pernah melihat wajahku. Mereka hidup tidak dekat
dengan aku seperti kalian. Tapi mereka begitu rindu
kepadaku, menjalankan sunnahku. Dan saksikanlah wahai
sahabatku semuanya, aku pun rindu kepada kepada
mereka, merekalah yang mulia itu, mereka itulah
Saudaraku."