Anda di halaman 1dari 7

Contoh Teks Dakwah

Posted in 18.08

. .
Kami panjatkan segala puji padaNya dan kami meminta pertolonganNya. Seraya memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwaku dan dari kejelekan amaliahku. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.

Assalamu alaikum wr.wb. Wallahu'alam.Bismillhirrahmnirrahm Segala puji bagi Allah Rabbul Alamin. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala yang telah mengumpulkan kita di tempat yang baik ini dengan izin Allah laksana satu hati dalam tubuh satu orang, sehingga kita menjadi saudara-saudara yang saling mencintai. Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala yang telah memberikan taufik, serta menganugerahkan kemudahan kepada kita untuk menuntut ilmu syari, yang telah menjadikan kita termasuk orang-orang yang berilmu, dan orangorang yang berjalan mengikuti jalan ilmu.

Sebelum segala sesuatu dimulai, saya mengingatkan kepada diri saya sendiri dan kepada hadirin semua untuk bertakwa kepada Allah SWT. Sebab, takwa kepada Allah Subhanahu wa Taala merupakan himpunan segala kebaikan. Takwa merupakan pangkal kebenaran hakiki bagi setiap Muslim.

Takwa merupakan bekal yang sejati bagi setiap Muslim. Seperti yang tersiratkan dalam Al-Quran
surat Al-Baqarah/2:197 yang artinya:

Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.
Dan Rasulullah Muhammad SAW pun pernah bersabda

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah membuatkan baginya jalan keluar dari segala kesulitan, kelapangan, dari segala kesedihan, dan Allah akan menganugerahkan rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia duga. Namun saudara - saudara sekalian, pokok pembahasan dalam ceramah kali ini bukanlah mengenai takwa, melainkan Mencari Pemimpin yang Amanah di Masa Kini Pada zaman dahulu kala, Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan seorang pemimpin yang terkenal dengan sifat amanah dan adil. Banyak peristiwa yang memaparkan sifat amanah dan keadilannya. Di antaranya ialah cerita ini:

Pada suatu hari, semasa Khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang membagikan buah epal kepada kaum muslimin, anaknya yang masih kecil sedang bermain-main berhampiran dengannya, tiba-tiba mengambil sebiji buah epal dari bakul, kemudian dia menggigit buah epal yang rangup itu. Khalifah Umar bin Abdul Aziz melihat perbuatan anaknya itu. Dengan segera dia menghampiri anaknya dan mengeluarkan buah epal itu dari mulutnya anaknya. Sebab buah epal itu adalah hak kaum muslimin.

Ketegasan Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu menyebabkan anaknya menangis. Dia berlari pulang mengadu kepada ibunya. Ibunya, Fatimah memahami tindakan suaminya yang ingin menjaga amanah kaum muslimin. Tetapi, sebagai seorang ibu, beliau juga memahami perasaan dan keinginan anaknya. Fatimah membujuk anaknya dengan membeli sebuah epal di pasar. Ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz pulang ke rumah, beliau melihat lagi anaknya sedang memakan buah epal. Beliau lalu bertanya kepada Fatimah, Wahai Fatimah, dari manakah adinda peroleh buah epal itu? Adakah ia milik kaum muslimin?

Tidak kakanda. Buah epal itu adinda beli di pasar untuk mendiamkan anak kita yang menangis tadi. Mendengar jawapan itu, legalah hati Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau mendukung anaknya sambil berkata kepada isterinya, Ketika kanda menarik buah epal itu dari mulut anak kita, kanda merasakan seolah-olah kanda menarik jantung kanda sendiri. Sungguh sakit

kanda rasa, tetapi kanda tidak sanggup mendapat dosa karena sebiji buah epal yang bukan hak kita.

Begitulah kisah singkat Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sungguh kuat sifat amanah beliau. Semoga Allah mengurniakan kita dengan sifat yang mulia ini. Amin

Bila kita bandingkan, dahulu para sahabat Radhiyallahu Anhu sangat takut untuk dipilih menjadi seorang pemimpin, maka sekarang, ada banyak orang berlomba-lomba menjadi pemimpin. Semua mengaku terbaik! Dewasa ini banyak sekali orang yang mengacungkan dirinya menjadi pemimpin, entah dalam cakupan wilayah yang sempit atau lebih luas. Misalnya saja menjadi pemimpin dan wakil rakyat dalam dunia DPR. Telah terungkapkan fakta bahwa kelayakan mereka tidak bisa dijamin 100 %. Baik dilihat dari sisi kualitas pendidikan, hasil kerjanya, ataupun masalah yang ditimbulkannya. Di Indonesia banyak sekali anggota DPR yang notabene adalah para artis, pejabat, pemikir hebat, lulusan sarjana dan bahkan pekerja biasa. Okelah, tidak masalah, kalau mereka benar- benar setulus hati bekerja untuk rakyat, bukan juga sebuah perkara besar jika mereka memiliki kompetensi yang handal dan kecakapan yang baik dalam bidang tersebut. Namun, mari kita teengok keberadaan mereka, apa yang sebenarnya bisa diungkap dari mereka. Ya,,, kerakusan dan ketamakan yang memakan diri mereka semakin hari semakin menggemparkan berita nusantara ini. Memang benar tidak semuanya seperti itu. Tetapi kebanyakan dari mereka telah meninggalkan amanat kepemimpinan yang mereka emban, menjadi para koruptor hebat. Hal ini menjadi pemandangan yang sangat memilukan untuk rakyat. Di mana keberadaan pemimpin kita yang amanah? Benar sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika beliau menyampaikan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan. (HR. Al-Bukhari). Memilih pemimpin bukanlah perkara sepele, sebab kandidat yang terpilih itulah yang akan membawa label pemimpin rakyat untuk membuat dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang menentukan nasib jutaan jiwa umat. Suka tidak suka, kandidat yang terpilih itulah yang kemudian akan menorehkan tinta sejarah di negeri ini. Meskipun torehan itu masih tanda tanya besar, apakah akan menjadi tinta emas yang senantiasa dikenang atau tinta hitam yang senantiasa diratapi. Mampukah ia menjadi pemimpin sejati, atau justru menjadi pemimpin yang menghianati amanat rakyat. Pemimpin merupakan lambang kekuatan, keutuhan, kedisiplinan dan persatuan. Namun harus kita sadari juga bahwa pemimpin bukanlah hanya sekadar lambang. Karena itu, ia

memerlukan kompetensi, kelayakan dan aktivitas yang prima untuk memimpin bawahannya. Melihat esensi kepemimpinan, sebagai seorang Muslim, tentu tidak bisa sembarangan dalam memilih pemimpin. Jangan sampai perilaku memilih kucing dalam karung menghantui kita. Nah, menurut perspektif Islam ada dua peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin:

1. Pelayan (khadim)

Pemimpin adalah pelayan bagi pengikutnya. Seorang pemimpin yang dimuliakan orang lain, belum tentu hal tersebut sebagai tanda kemuliaan. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dan menjadi pelayan bagi kaumnya. Seorang pemimpin sejati, mampu meningkatkan kemampuan dirinya untuk memuliakan orangorang yang dipimpinnya. Dia menafkahkan lebih banyak, dia bekerja lebih keras, dia berpikir lebih kuat, lebih lama dan lebih mendalam dibanding orang yang dipimpinnya. Demikianlah pemimpin sejati yang dicontohkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Bukan sebaliknya, pemimpin yang selalu ingin dilayani, selalu ingin mendapatkan dan mengambil sesuatu dari orang-orang yang dipimpinnya.

2. Pemandu (muwajjih)

Pemimpin adalah pemandu yang memberikan arahan pada pengikutnya untuk menunjukkan jalan yang terbaik agar selamat sampai di tujuan tentu saja itu baru tercapai dengan sempurna jika di bawah naungan syariat Islam. Selain itu, perlu disadari, dalam memilih pemimpin ada tanggung jawab yang akan dipikul di hadapan Allah terhadap pilihan kita. Di sinilah pentingnya seorang pemilih mengenal calon pemimpinnya. Agar bisa mengetahui kesesuaiannya dengan karakter pemimpin ideal yang diatur oleh Islam. Kalau ternyata sesuai, maka jangan sungkan memberikan suara. Di antara karakteristik pemimpin dalam Islam, yaitu: 1.Jujur Pemimpin Islam haruslah jujur kepada dirinya sendiri dan pengikutnya. Seorang pemimpin yang jujur akan menjadi contoh terbaik. Pemimpin yang perkataan dengan perbuatannya senantiasa sejalan. 2.Kompeten Kompotensi dalam bidangnya mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin Islam. Orang akan mengikuti seseorang jika ia benar-benar meyakini bahwa orang yang diikutinya benar-benar tahu apa yang sedang diperbuatnya.

3.Inspiratif Seorang pengikut akan merasakan aman jika pemimpinnya membawanya pada rasa nyaman dan menimbulkan rasa optimis seburuk apa pun situasi yang sedang dihadapi. 4.Sabar Pemimpin Islam haruslah sabar dalam menghadapi segala macam persoalan dan keterbatasan, serta tidak bertindak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. 5.Rendah hati Seorang pemimpin Islam hendaklah memiliki sikap rendah hati. Tidak suka menampakkan kelebihannya (riya) serta tidak merendahkan orang lain. 6.Musyawarah Dalam menghadapi setiap persoalan, seorang pemimpin Islam haruslah menempuh jalan musyawarah serta tidak menentukan keputusan sendiri. Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sadirahimahullah mengatakan, Jika Allah mengatakan kepada Rasul-Nyapadahal beliau adalah orang yang paling sempurna akalnya, paling banyak ilmunya dan paling banyak idenya, maka bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS. Ali Imran: 159). Lalu bagaimana dengan yang selain beliau? 7. Mampu berkomunikasi dengan rakyatnya Kapasitas ilmiah serta empati dan rasa sensitivitas yang baik akan mereka yang dipimpinnya, pada akhirnya akan melahirkan seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada rakyatnya. Komunikasi yang baik kepada rakyatnya bukanlah sekadar kemampuan retorika yang baik, tetapi juga kemampuan memilih hal yang akan dilempar kepada publik serta timing yang tepat dalam melemparkannya. Kematangan seorang pemimpin akan membuatnya mampu berkomunikasi yang jauh dari sikap emosional. Dan yang terpenting dari semua itu adalah sang pemimpin akhirnya mampu mengambil sebuah kebijakan yang tepat dalam sebuah kondisi yang memang dibutuhkan oleh rakyat yang dipimpinnya. Dan ada pula rahasia kekuatan pemimpin menurut islam, yaitu: 1. Kekuatan iman, ilmu, dan wawasan yang luas

Seluruh nabi dan rasul memimpin dengan kekuatan iman dan ilmu. Nabi Sulaiman Alaihissalam memerintah hampir seluruh makhluk (seperti jin, binatang, angin) dengan ilmu dan keimanan yang kuat. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan ilmu dan keimanan yang kuat. Dengan ilmu dan iman seorang pemimpin sanggup memimpin dirinya (seperti memimpin matanya, hatinya, lidahnya, pikiran dan hawa nafsunya) sebelum memimpin orang lain. 2. Ibadah dan taqarrub kepada Allah.

Ibadah dan banyak bertaqarrub kepada Allah, dapat melahirkan kewibaan, ketawadhuan, kesabaran, optimisme, dan tawakkal. Ibadah dan taqarrub juga akan melahirkan kekuatan ruhaniyah yang dahsyat. 3. Keteladanan. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajak jihad, beliau b ertempur paling depan, bersedekah paling ringan dan hidup paling bersahaja. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallammenyuruh bertahajud, beliaulah yang kakinya bengkak karena banyak bertahajjud. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menghimbau umatnya untuk berhias dengan akhlak mulia, beliaulah manusia yang paling mulia akhlaknya. Ada pemimpin tentunya juga ada pengikut. Inilah kriteria pengikut yang baik: 1. Taat

Seorang pengikut harus patuh kepada pemimpin. Setelah pemimpin dipilih lewat jalan musyawarah maka wajib bagi pengikutnya (yang menang dan yang kalah untuk taat kepadanya, kecuali sang pemimpin telah melanggar ketentuan Allah dan membuat kerusakan). 2. Dinamis dan kritis

Seorang pengikut harus dinamis dan kritis dalam mengikuti kepemimpinan seseorang. Islam tidak mengajarkan suatu ketundukan buta atau sekadar ikut-ikutan. Seperti itulah seharusnya pemimpin dan pengikut yang baik di negeri kita. Bagi pemimpin dan calon pemimpin masa depan, amanah yang kita emban bukanlah suatu kemegahan dan kebanggaan. Bahkan demi mengingat beratnya beban amanah, Khalifah Umar bin Khaththab memberikan sebuah ungkapan, Saya sudah cukup senang jika dapat keluar dari dunia ini dengan impas; tidak mendapat dosa dan tidak pula mendapat pahala. Maka jadikanlah janji Allah memasukan pemimpin yang adil dalam surga-Nya sebagai sumber energi hidup kita. Dan bagi yang akan memberikan pilihan dan selanjutnya akan dipimpin, marilah kita sadari bahwa kesempatan kita hanya sekali untuk melakukan pilihan dengan tepat. Setelah itu, kemampuan kita dalam menentukan arah kepemimpinan tidak sekuat di saat kita memilih. Setidaknya, kita telah berusaha melakukannya. Dan yang pasti, pilihan kita akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhaanahu Wataala. Karena itu, akan senantiasa dibutuhkan seorang Muslim yang mampu menentukan pilihannya secara cerdas dan tepat.

Demikianlah dakwah singkat dari saya. Apabila ada tutur kata yang salah dan kurang berkenan, saya mohon maaf dari lubuk hati kalian yang ikhlas. Kesempurnaan hanyalah milik Allah sang pencipta, bukan kita, yang diciptakan. Semoga bermanfaat bagi kaum Muslimin sekalian. Wallahu Waliyyu at-Taufiq. Wassalamu alaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai