Anda di halaman 1dari 10

MALAIKAT MUNGKAR DAN NAKIR

Malaikat Munkar dan Nakir dalam Islam adalah malaikat yang menguji iman orang mati di
kuburan mereka , walaupun ada referensi tidak ditemukan dalam Quran.
Banyak Muslim percaya bahwa, setelah kematian, jiwa seseorang melewati panggung bernama
Barzakh, di mana ia ada di kuburan (bahkan jika tubuh orang tersebut dihancurkan, jiwa masih
akan beristirahat di bumi di dekat tempat mereka kematian).
Pemeriksaan akan dimulai ketika pemakaman selesai dan orang terakhir dari jemaat pemakaman
telah melangkah 40 langkah dari kuburan. Nakir dan Munkar menopang jiwa almarhum tegak di
kubur dan menanyakan tiga pertanyaan: “Siapa Tuhanmu Siapa Nabimu Apa agamamu?”.
Seorang mukmin saleh akan merespon dengan benar, mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah
Allah, bahwa Muhammad adalah nabi mereka dan bahwa agama mereka adalah Islam. Jika
jawaban benar almarhum, waktu yang dihabiskan menunggu kebangkitan yang menyenangkan.
Mereka yang tidak menjawab seperti yang dijelaskan di atas dihukum sampai hari penghakiman.

A. WUJUD MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR


Malaikat Munkar dan Nakir digambarkan memiliki mata hitam solid, memiliki rentang bahu
diukur dalam mil, dan membawa palu “begitu besar, bahwa jika semua umat manusia mencoba
sekaligus untuk memindahkan mereka inci tunggal, mereka akan gagal”. Ketika mereka
berbicara, lidah-lidah api berasal dari mulut mereka. Jika salah satu jawaban pertanyaan mereka
salah, ada yang dipukuli setiap hari, selain hari Jumat, sampai Allah memberikan izin untuk
pemukulan berhenti.
Muslim percaya bahwa seseorang benar akan menjawab pertanyaan tidak dengan mengingat
jawaban sebelum kematian (bandingkan dengan Kitab Mesir Orang Mati) tetapi oleh iman dan
perbuatan mereka seperti salat dan syahadat.

B. PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR DALAM KUBUR


Dalam kitab Manazilul Akhirah, stasiun-stasiun perjalanan Akhirat, disebutkan bahwa sakratul
maut adalah stasiun yang pertama, dan alam kubur adalah stasiun yang kedua. Di alam kubur
terdapat tiga terjal yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanannya menuju alam akhirat,
yaitu: Kesepian di alam kubur, siksaan dan himpitan kubur, dan ketiga adalah pertanyaan
malaikat Munkar dan Nakir. Dan ini adalah bagian yang terakhir dari jalan-jalan terjal yang
harus dihadapi oleh manusia. Selanjuntnya manusia akan memasuki stasiun yang ketiga yaitu
alam Barzakh.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Barangsiapa yang mengingkari tiga hal, ia bukan
pengikutku: mi`raj Nabi saw, pertanyaan di alam kubur, dan syafaat.” (Biharul Anwar 6: 222,
hadis ke 23)
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pasti akan datang pada seorang mayit dua malaikat yang
menakutkan, suaranya seperti halilintar, pandangan matanya seperti kilat petir yang menyambar.
Mereka akan bertanya kepada sang mayit: Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu, dan apa agamamu?
Mereka juga akan menanyakan tentang wilayah dan imamah,yakni kepada siapa ia berwilayah
dan berimam.
Pertanyaan-pertanyaan itu akan sangat sulit dijawab oleh seorang mayit, dan untuk menjawabnya
ia butuh pertolongan. (Al- Al-Bihar 6: 215)
Dua malaikat Munkar dan Nakir menanyakan mayit dalam dua keadaan:
1. Ketika mayit dibaringkan di kubur.
Yang utama saat membaringkan mayit, tangan kanan ditelakkan pada bahu kanan, dan tangan
kirinya pada bahu kiri.
2. Sesudah mayit dikuburkan.
Disunnahkan bagi walinya atau keluarga terdekatnya sesudah para pengantar meninggalkan
kuburnya, mereka duduk di dekat kepalanya dan mentalqin dengan suara yang agak keras,
meletakkan kedua tangannya ke kuburnya, dan mendekatkan mulutnya ke kuburnya. (Al-Faqih
1: 108) Hal ini juga dapat diwakilkan kepada orang lain.
Dalam suatu riwayat dikatakan: Jika talqin itu dibacakan kepada sang mayit, malaikat Munkar
dan Nakir berkata : telah selesailah tugas kami, karena telah ditalqinkan padanya hujjahnya
(jawabannya). (Al-Faqih 1: 173)
Ketika putera Abu Dzar yaitu Dzar meninggal, Abu Zar duduk di atas kuburnya, kemudian ia
mengusapkan tangannya ke kuburnya, lalu ia berkata:
“Semoga Allah menyangimu wahai Dzar. Demi Allah, jika kamu termasuk anak yang berbakti
kepadaku, engkau telah dipanggil oleh Tuhanmu dan aku ridha padamu. Demi Allah, aku ridha
atas kepergianmu dan ridha kepada Yang Memanggilmu, aku tidak mengharap hajatku kepada
selain Allah; kalau sekiranya datang kepadamu hal yang menakutkan, aku bahagia sekiranya
Allah menggantikan keadaanmu padaku. Aku sedih kalau engkau memperoleh kesedihan. Demi
Allah, aku tidak menangisi kepergianmu, tetapi aku menangisi apa yang akan terjadi padamu.
Aduhai apa yang telah kukatakan? Dan apa yang dikatakan padamu? Ya Allah, aku telah
memberikan kepadanya hakku yang Kau wajibkan atasnya, maka karuniakan kepadanya hak-Mu
yang Kau wajibkan atasnya, dan Engkau lebih berhak dariku untuk mengkaruniakan
kedermawanan dan kemuliaan.” (Al-Faqih 1: 185, hadis ke 558)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya,
shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya,
dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya
ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan
mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke 8)
Imam Ja’far Ash-Shadiq dan Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata : “Jika seorang hamba
yang mukmin meninggal, maka masuklah bersamannya ke kuburnya enam wujud makhluk. Pada
wujud makhluk itu nampaklah kebaikan wajahnya, keindahan keadaannya, keharuman baunya
dan kebersihan bentuknya. Satu wujud berdiri di sebelah kanannya, satu wujud lagi berdiri di
sebelah kirinya, satu wujud lagi di belakangnya, dan wujud yang lain di depannya, dan wujud
yang paling baik berada di atas kepalanya. Ketika wujud keburukan datang dari sebelah kanan,
maka wujud yang di sebelah kanan melindunginya dari arah kanan, demikian juga wujud-wujud
yang lain menyelamatkan dari enam arah.
Lalu wujud yang paling baik itu berkata kepada yang lain: siapakah kamu, semoga Allah
membalas kebaikanmu.
Yang di sebelah kanan menjawab: aku adalah shalat.
Yang di sebelah kiri menjawab: aku adalah zakat.
Yang di depan menjawab: aku adalah puasa.
Yang belakang menjawab: aku adalah haji dan umrah.
Yang di arah kaki menjawab: aku adalah kebajikan dari menyambungkan silaturrahim.
Kemudian wujud-wujud yang lain bertanya kepada wujud yang ada di atas kepalanya: Siapakah
kamu? Wajahmu paling baik di antara kami, paling harum baunya, paling indah keadaannya.
Wujud itu menjawab: aku adalah wilayah kepada keluarga Muhammad saw.” (Bihar Anwar 6:
234)
Tentang keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban disebutkan dalam suatu riwaya t: “Barangsiapa
yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, malaikat Munkar dan Nakir akan bersikap lembut
saat bertanya kepadanya.” (Tsawabul A’mal: 87)
Tentang keutamaan menghidupkan malam ke 23 bulan Ramadhan dan shalat seratus rakaat di
dalamnya, Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata antara lain : “Melindunginya (orang yang
melakukannya) dari ketakutan terhadap Munkar dan Nakir, dan ia akan keluar dari kuburnya
dengan cahayanya yang menyinari penghuni kubur.” (Iqbalul A’mal: 214)
Disarikan dari kitab Manazilul Akhirah, Syeikh Abbas Al-Qumi.
Berikut Adalah Soal Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir Kepada Mayat / Mayit di Alam
Kubur (Alam Barzah) :
1. Siapa Tuhanmu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa Agamamu?
4. Siapa Imammu?
5. Dimana Kiblatmu?
6. Siapa Saudaramu?
Berikut Ini Adalah Jawaban Atas Pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir :
1. Siapa Tuhanmu? Allah SWT
2. Siapa Nabimu? Muhammad SAW
3. Apa Agamamu? Islam
4. Siapa Imammu? Al-Quran
5. Dimana Kiblatmu? Ka’bah
6. Siapa Saudaramu? Muslimin dan Muslimat

C. KISAH PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR


1. Kisah pertama
Seorang yang shaleh dari penduduk Kufah berkata: Pada suatu malam aku berada di masjid
Jami’ Kufah. Pada malam itu turun hujan, lalu ada rombongan jema’ah mengetuk salah satu
pintu masjid, yaitu pintu Muslim bin Aqil. Ternyata mereka membawa janazah, kemudian
mereka membawanya masuk, melalui pintu Muslim bin Aqil (as). Salah seorang dari mereka
nampak lelah lalu ia tertidur dan bermimpi, dalam mimpinya ia berkata kepada yang lain: Apa
yang kita lihat tentangnya, apakah kita bersamanya terkena hisab atau tidak? Kemudian ia
membuka wajah sang mayit, dan berkata kepada temannya: Kita akan dikenai hisab, mari kita
cepat mengantarkannya sebelum kita terkena azabnya. Lalu ia terbangun dan menceritakan
mimpinya kepada teman-temanya.
Orang shaleh itu berkata: kemudian mereka membawa janazah itu melewati kuburan suci, dan
aku berkata : Allah-lah yang memiliki mutiara hikmah orang yang berkata : Jika aku mati,
kuburkan aku di samping Haidar berdekatan dengannya aku akan termuliakan. Di dekatnya aku
tidak takut pada neraka dan tidak takut pada Munkar dan Nakir Tercelalah orang yang berada di
tempat perlindungan jika melepaskan tali onta di padang gembala (Irsyadul Qulub: 440) Kisah
ini juga dikutip oleh Allamah Al-Majlisi.
2. Kisah kedua
Salah seorang guru besar, seorang peneliti Al-Bahbahani (ra) mengatakan: Aku melihat Aba
Abdillah Al-Husein (sa) dalam mimpiku, lalu aku bertanya kepadanya: Ya Sayyidi wa Mawlaya,
wahai Junjunganku dan Penghuluku, apakah orang yang dimakamkan di dekatmu ditanyakan
oleh malaikat Munkar dan Nakir? Al-Husein (sa) menjawab: Malaikat siapa yang berani
bertanya kepadanya (Dar salam 2: 148).
3. Kisah ketiga
Kisah ini dikisahkan oleh Syeikh An-Nuri mengutip dari kitab yang tulis oleh Sayyid
Syamsuddin Muhammad bin Badi’ Ar-Ridhawi, salah seorang pemimpin pelayanan kuburan
Imam Ar-Ridha (sa). Kisahnya sebagai berikut : Mir Muinuddin Asyraf, seorang pelayan yang
baik di kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), berkata: Aku pernah bermimpi di salah satu kamar di
Raudhah ini, aku keluar dari Raudhah untuk memperbaharui wudhu’. Ketika berjalan di dekat
kuburan Mir Ali Syir, aku melihat rombongan orang banyak menuju ke halaman kuburan mulia
Imam Ar-Ridha (sa), di depan mereka ada seseorang yang wajahnya bercahaya. Ketika mereka
sampai di halaman Rawdhah, beliau berkata kepada mereka: keluarkan mayit ini dari kuburan
ini, keluarkan orang kotor yang ada di kuburan ini, sambil mengisyaratkan tangannya ke kuburan
tertentu.
Ketika mereka hendak mengeluarkannya, aku bertanya kepada salah seorang dari mereka:
siapakah pemimpin itu? Ia menjawab: Dia adalah Ali bin Abi Thalib (sa). Ketika kami hendak
mengeluarkan mayit dari kuburan tersebut, keluarlah Imam yang kedua belas dari Rawdhah itu.
Beliau menghadap kepada Imam Ali bin Thalib (sa). Setelah beliau mengucapkan salam, dan
Imam Ali (sa) menjawab salamnya, beliau berkata: Wahai kakekku, aku mohon padamu agar
memaafkannya, dan membiarkan ia di sini.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Tahukah kamu, dia adalah seorang yang fasik dan durjana,
ia peminum khomer.
Beliau berkata: Benar, tapi ia berwasiat sebelum meninggal agar ia dikuburkan di dekatku,
Karena itu, aku mohon engkau memaafkannya. Imam Ali (sa) berkata: Aku serahkan padamu
kedurjanaannya. Kemudian Ali (sa) pergi.
Lalu aku terbangun ketakutan, dan aku membangun sebagian pelayan kuburan suci Imam Ar-
Ridha. Kemudian aku pergi bersamanya ke kuburan tersebut. Ternyata di situ ada kuburan baru,
dan aku bertanya kepada temanku tentang penghuninya. Ia berkata: penghuni kuburan baru ini
adalah orang Turki, baru dikuburkan kemarin. (Dar Salam 1: 267-268)
Syeikh Abbas Al-Qumi, penulis kitab Manazilul Akhirah dan kitab Mafatihul, mengkisahkan:
Kisah mulia dari Al-Hajj Ali Al-Baghdadi pernah berjumpa dengan Imam Mahdi (aj), dan
bertanya kepadanya: Benarkah orang yang mengatakan bahwa orang yang berziarah kepada Al-
Husein (sa) pada malam Jum’at, ia akan memperoleh keamanan? Beliau menjawab: Demi Allah,
itu benar.
Aku (Ali Al-Baghdadi) bertanya lagi: wahai Junjungan kami, kami pernah berziarah kepada
Imam Ali Ar-Ridha (sa) pada tahun 1269, lalu kami bertemu di Duruj (salah satu kota di Iran,
dekat Burujard) dengan salah seorang arab bagian timur, dari penduduk desa tenggara dari kota
Najef Al-Asyraf, lalu kami bertanya kepadanya : Bagaimana wilayah Ali Ar-Ridha (sa)? Ia
menjawab: makam Imam Ali Ar-Ridha (as) adalah surga, sampai sekarang aku sudah lima belas
hari, aku makan dari harta Junjunganku Ar-Ridha (sa), bagaimana mungkin Malaikat Munkar
dan Nakir berani mendekat kepadaku di kuburan ini, sementara darah dan dagingku berasal dari
makanan Imam Ar-Ridha (sa) selama aku bertamu kepadanya.
Benarkah bahwa Ali bin Musa Ar-Ridha (sa) dapat menyelamatkan dia dari Munkar dan Nakir?
Imam Mahdi (aj) menjawab: Demi Allah, itu benar, sungguh kakekku yang penjaminnya. (An-
Najm Ats-Tsaqib oleh Syeikh An-Nuri, jilid 2: 156)
MALAIKAT RIDWAN

A. PENGERTIAN MALAIKAT RIDWAN


Malaikat Ridwan adalah mahluk yang selalu patuh dan setia kepada Allah SWT. Mereka tidak
pernah menentang setiap perintah Allah, kapan saja di perintah-Nya. Setiap perintah Allah selalu
mereka (Malaikat) kerjakan dengan baik. Diantara Malaikat-Malaikat ada yang disebut Malaikat
Muqarrobin ( yaitu Malaikat yang amat dekat hubungannya dengan Allah ). Malaikat tidak
pernah durhaka kepada Allah SWT. Oleh karena itu, para Malaikat disebut juga mahluk suci.
Ridwan (Bahasa Arab: ‫ )رضوان‬adalah nama malaikat yang menjaga pintu surga, walaupun tidak
ada keterangan di dalam Al Qur’an dan hadits shahih yang menerangkan secara jelas namanya.
Terkadang namanya diucapkan sebagai “Rizvan” oleh orang Persia, Urdu, Pashto, Tajik,
Punjabi, Kashmir dan bahasa lainnya yang terpengaruh oleh bahasa Persia. Sementara di
Perancis disebut sebagai “Redouane”. Sekarang nama ini digunakan sebagai nama maskulin oleh
orang Arab atau orang yang beragama Islam. Malaikat Ridwan biasanya bersama dikaitkan
bersama Malik.

B. TUGAS MALAIKAT RIDWAN


Malaikat Ridwan , tugasnya adalah menjaga Syurga dengan penampilan yang sangat
menyenangkan para penghuni Syurga.
.
C. HADIST TENTANG MALAIKAT RIDWAN
Ada empat hadits yang menyebutkan bahwa nama malaikat penjaga surga adalah Ridwan. Akan
tetapi semua hadits tersebut adalah hadits yang sangat lemah dan tidak bisa saling menguatkan.
Berikut uraiannya:
1. Hadits Ubai bin Ka’ab
Diriwayatkan oleh Al-Qadhai dalam Musnad Asy-Syihab (1036) dari jalan Mukhallad bin Abdil
Wahid dari Ali bin Zaid bin Jud’an dan Atha` bin Abi Maimunah dari Zirr bin Hubaisy dari Ubai
secara marfu’, “Tidak ada seorang muslim pun yang membaca Yasin sedang dia berada dalam
sakaratul maut, maka tidaklah malaikat maut mencabut nyawanya sampai Ridwan penjaga surga
memberinya minuman.”
Di dalam sanadnya ada Ali bin Zaid bin Jud’an yang sudah masyhur sebagai rawi yang lemah.
Ditambah lagi dengan adanya Mukhallad bin Abdil Wahid, yang Ibnu Hibban berkata
tentangnya -dalam Al-Majruhin (1096), “Mungkarul hadits jiddan (orang yang sangat mungkar
haditsnya).”
2. Hadits Abdullah bin Abbas.
Diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh dalam kitab Ats-Tsawab dan Al-Baihaqi dalam Syuab Al-
Iman tentang kisah berhiasnya surga setiap memasuki ramadhan, dan di dalamnya tersebut:
“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga.”
Hadits ini datang dari jalan Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas secara marfu’. Haditsnya lemah
karena Adh-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.
3. Hadits Abdullah bin Abi Aufa.
Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Lalu saya berkata (di dalam surga), “Wahai
Ridwan, punya siapa istana ini?”
As-Suyuthi menyatakan dalam Al-Jami’ Al-Kabir -sebagaimana dalam Kunzul Ummal-,
“Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Abi Aufa, sedang di dalam
sanadnya ada Abdurrahman bin Muhammad Al-Maharibi dan Ammar bin Saif, keduanya sering
meriwayatkan hadits-hadits yang mungkar.” Lihat Mizan Al-I’tidal (2/585) dan (3/165)
4. Hadits Anas bin Malik.
Diriwayatkan oleh Al-Uqaili dalam Adh-Dhuafa (1/313) dari jalan Hamzah bin Washil Al-
Minqari dari Qatadah dari Anas secara marfu’ dengan lafazh, “Rabbul Izzah -Tabaraka wa
Ta’ala- memanggil Ridhwan -dan dia adalah penjaga surga-.”
Al-Uqaili berkata setelahnya, “Hamzah bin Washil Al-Minqari, seorang dari Bashrah, majhul
dalam periwayatan dan haditsnya tidak terjaga.”

D. WUJUD MALAIKAT RIDWAN


Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur’an ada yang memiliki sayap sebanyak 2,
3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi : “ Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi,
Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan)
yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan
pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (Faathir 35:1) ”
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari
unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk tidak akan mampu melihat
wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad SAW yang
mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali. Yaitu wujud asli malikat Jibril .
Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis
ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah
dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri
berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas
tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau
bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.

E. KISAH NABI IDRIS MELIHAT SYURGA


Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris
mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin
dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,”
kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya
menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang
memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni
surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di
dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau tanpa bisa berkata-kata melihat
pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi
Idris beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat
pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi
penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang
cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan
berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya
kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga datang
membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun
minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar
dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah,
Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi
ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat
nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah,
baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan
sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni
surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah: “Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang
sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang
tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu
Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu
itu.
“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-
Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.

Sumber: http://al-kahnsa.blogspot.com/2013/04/kisah-para-malaikat-dan-tugasnya.html
NAMA: ILHAM ARIF BUDIMAN

(7F)

KISAH MALAIKAT RIDWAN DAN MUNKAR NANKIR

(PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DAN BUDI PEKERTI)

SMP NEGERI 24 MALANG

2015

Anda mungkin juga menyukai