Anda di halaman 1dari 15

KISAH NABI IBRAHIM

A. RIWAYAT HIDUP
Nabi Ibrahim merupakan putra Azar . Nabi Ibrahim dilahirkan di sebuah tempat bernama
"Faddam
A'ram"
dalam
Empayar
Neo-Babylon
yang
pada waktu itu diperintah oleh seorang raja zalim bernama "Namrud bin Kan'aan."
Sebelum itu keadaan tempat kelahirannya berada dalam kacau, karena Raja Namrud
mendapat petanda bahawa seorang bayi akan dilahirkan disana dan bayi ini akan
membesar dan merampas takhtanya. Antara sifat insan yang akan menentangnya ini ialah
dia akan membawa agama yang mempercayai satu tuhan dan akan menjadi pemusnah batu
berhala.
Anak ini juga akan menjadi penyebab Raja Namrud mati degan cara yang dahsyat. Oleh itu Raja
Namrud telah mengarahkan semua bayi yang dilahirkan di tempat ini dibunuh,
manakala golongan lelaki dan wanita pula telah dipisahkan selama setahun.
Walaupun begitu dalam keadaan cemas ini, kehendak Allah tetp terjadi. Isteri Aazar telah
mengandung namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu hari dia terasa seperti
telah tiba waktunya untuk melahirkan anak dan sedar sekiranya diketahui Raja Namrud yang zalim
pasti dia serta anaknya akan dibunuh. Dalam ketakutan, ibu nabi Ibrahim telah
bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang berhampiran.
Selepas itu, diamemasuki batu-batu kecil dalam mulut bayinya itu dan meninggalkannya
keseorangan. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya telah pulang ke gua tersebut dan terkejut
melihat nabi Ibrahim a.s masih hidup. Selama seminggu, bayi itu menghisap celah jarinya yang
mengandungi susu dan makanan lain yang berkhasiat. Semasa berusia 15 bln tubuh Nabi Ibrahim
telah membesar dengan cepatnya seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka kedua ibubapanya
berani membawanya pulang kerumah mereka.

Nabi Ibrahim a.s. sewaktu remaja


Semasa remaja Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung patung
buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah dilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak
bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara megejek ia menwarkan patungpatung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:"Siapkah yang akan membeli patungpatung yang tidak berguna ini?"

Nabi Ibrahim a.s mencari Tuhan yang seseungguhnya


Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme iaitu
menyembah lebih dari satu Tuhan. Dewa Blan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling
penting.
Bintang,
bulan
dan
matahari
menjadi
objek
utama
penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting.
Sewaktu kecil lagi nabi Ibrahim a.s. sering melhat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu
dia cuba mencri kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu. Dalam al-Quran Surah
al-Anaam
(ayat
76-78)
menceritakan
tentang
pencariannya
dengan
kebenran.
Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata:
"Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbnam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada
yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia
berkata:
"Inikah
Tuhanku?"
Maka
setelah
bulan
itu
terbenam,
berkatalah
dia:
"Demi
sesungguhnya,
jika
aku
tidak
diberikan
petunjuk oleh Tuhanku, niscaya
menjadilah aku
dari kaum yang
sesat".
Kemudian apabila dia melihat matahari sedang trbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia:
"Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yng kamu sekutukan (Allah dengannya)". Inilah
daya logik yang dianugerah kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang
dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.

Nabi Ibrahim sebagai rasul


Nabi Ibrahim ingin melihat bgaimana makhluk yang sudah mati dihidupkan kembali oleh Allah.
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala
yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dhulu mempertebalkan iman dan
keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keraguan yang mungkin sekali
mengganggu
fikirannya
dengan
memohon
kepada
Allah
agar
diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah
mati.
Berserulah ia kepada Allah: "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau
menghidupkan makhluk2 yang sudah mati." Allah menjawab seruannya dengan berfirman:
Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?." Nabi Ibrahim menjawab:"Betul,
wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada
kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku
mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal
dan
kukuh
keyakinanku
kepada-Mu
dan
kepada
kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat
ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh2 burung itu, memotongnya
menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh
dan
bercampur-baur
itu
diletakkan
diatas
puncak
setiap
bukit
dari
empat
bukit
yang
letaknya
berjauhan
satu
dari
yang
lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah disyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim
memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap
bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain. Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah

berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu
mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang
hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana
Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang
sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesatu yang tidak ada.
Dan dengan demikian tercapailah apa yang diingnkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan
hatinya dan menghilangkan kemunginan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat
menghalangi atau menentangnya dan hanya kta "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadlah
akan apa yang dikehndaki "Fayakun".

Perapian Babilonia
Mendengar pernyataan Ibrahim ini; mereka tidak serta merta menyerah dan mengakui dosa, justru
mereka beranggapan bahwa Ibrahim bermaksud membakar seluruh orang yang menyembah
berhala. Untuk membalas ini, mereka mengatakan : "jika orang itu mengatakan bahwa kita akan
dibakar, maka bunuh saja orang yang mengancam nyawa banyak orang atau bakar saja orang yang
melecehkan dan mencemarkan sembahan-sembahan kita", secara bergegas kaumnya beramairamai mengumpulkan kayu bakar untuk perapian yang besar.[11] Namrudz sebagai orang yang
mengajak seluruh penduduk negeri untuk menyembah berhala menyatakan "Hal ini akan menjadi
bukti siapakah raja dan dewa di muka bumi ini dan siapakah yang manusia biasa, kalian akan
menyaksikan pada hari ini bahwa orang yang berlaku sewenang-wenang itu dilenyapkan di
perapian karena dia berani menyatakan bahwa kita akan dibakar oleh Tuhannya lalu biarlah
Tuhannya sendiri yang menyelamatkan dia sementara akulah yang menyelamatkan kalian bukan
orang itu!".
Banyak orang dari berbagai negeri hadir untuk menyaksikan peristiwa ini dan mereka semua
percaya kepada Namrudz bahwa Ibrahim akan lenyap di perapian. Di antara kerumunan orang itu
terdapat kakak Ibrahim, Haran, yang turut dihadirkan karena selama ini menyembunyikan Ibrahim
dan tidak menyerahkan kepada raja Namrudz. Ketika Haran ditanya mengapa dia tidak menuruti
perintah raja, ia menjawab "bukankah aku pernah mengatakan bahwa apapun yang kalian lakukan,
kalian takkan bisa merubah segala yang tertulis di langit, sebab kalian sendiri tidak sanggup
merubah langit dan bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka
menjawab "memang ucapan itu terbukti sampai saat ini, namun lihatlah setelah Ibrahim jatuh ke
perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku!". mereka pun bertanya "apakah kamu
percaya pada Tuhannya Ibrahim?" Haran merasakan keraguan dalam benaknya, sebab di malam
sebelumnya ia mendapati pertanda di langit bahwa akan ada orang yang terbakar hebat oleh api,
sehingga Haran menganggap bahwa adiknya takkan selamat dari perapian. Haran menjawab " jika
ibrahim tidak selamat dari perapian tentulah aku akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh
mungkin bersama aib ini, akan tetapi jika melalui keajaiban dahsyat Ibrahim berhasil selamat
maka aku akan datang dan memeluknya."
Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan
pembebasan Ibrahim supaya ia dapat melarikan diri dari hukuman kaumnya, namun Ibrahim
berkata "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan padaku,
sebab selama ini Dialah yang melindungi nyawaku dari Maut dan segala penyelamatan hanya
berasal daripadaNya. Sekiranya aku harus mati, maka aku bersedia jika itu yang Dia kehendaki"
lalu malaikat itu pergi meninggalkan Ibrahim.

Allah yang juga turut bersaksi dengan para malaikat ketika mendapati bahwa hampir seluruh
manusia di bumi memiliki satu pemikiran dari satu sudut pandang terhadap peristiwa perapian ini,
maka Allah hendak mengacaukan pemikiran mereka dengan menampakkan hal berbeda di mata
mereka, supaya satu umat dan satu bangsa di bumi menjadi berbagai umat dan bangsa-bangsa yang
memiliki pendirian dan pemikiran yang berbeda. ketika Ibrahim melompat ke perapian yang
membara, seketika Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap
Ibrahim, maka api dari Allah hadir dan Ibrahim berjalan secara tenang dari perapian.
Haran yang mendapati Ibrahim selamat dari perapian bergegas mendekat untuk memeluknya, ia
yang mendekat tanpa memiliki keimanan kepada Allah seketika mati disambar oleh kobaran api
dari Allah. Di saat semacam ini, Allah menimbulkan pandangan yang bermacam-macam dalam
pengamatan orang-orang menyaksikan, sebagian mengatakan, "dewa itu adalah api sebab api yang
menyelamatkan Ibrahim" sebagian lain mengatakan. "dewa itu adalah kayu sebab akibat kayu itu,
Ibrahim selamat" sebagian lain mengatakan, "dewa itu adalah angin sebab angin yang
menghindarkan Ibrahim" dan muncul berbagai pendapat berbeda-beda dari kejadian ini. orangorang yang saling bersepakat bersatu dan membantah pihak yang berbeda akibat mereka saling
berkeras pada pendapat masing-masing, sejak saat itulah umat manusia saling menjauh berpencar
dari tempat perapian bersejarah ini. Maka Ibrahim mengatakan, "Sesungguhnya berhala-berhala
yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan kasih sayang di antara kalian dalam
kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan
sebagian kalian mengutuki sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang neraka, dan takkan
ada seorang pun yang membela kalian."

Perdebatan dengan Namrudz dan kepergian dari tanah leluhur


Setelah menyaksikan Ibrahim yang diselamatkan oleh Allah dari perapian, Namrudz dan para
pengikutnya merasa dipermalukan dan merasa takut bahwa banyak orang lebih percaya kepada
Ibrahim dibanding kepada kerajaannya maka seorang manusia yang mengaku sebagai raja dan
dewa atas umat manusia berupaya mengalahkan Ibrahim dengan memberikan pertanyaan kami
sadari bahwa kamu memang tetap hidup dari perapian tetapi kamu tidak menghadirkan
sembahanmu itu di hadapan kami, maka kami takkan percaya kepadamu Ibrahim mengatakan,
"Tuhankulah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan manusia yang Dia kehendaki sebab
Dialah yang Berkuasa atas segala yang di langit dan di bumi," lalu Namrudz memanggil dua orang
budaknya dengan membunuh salah seorang dan membiarkan yang lain tetap hidup, dia pun
mengatakan, "aku pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah raja, dan aku
pun sanggup menghidupkan dan mematikan. aku bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki
bahwa kamu takkan bisa menunjukkan kepadaku bukti-bukti tentang Tuhanmu itu" Ibrahim
berkata, "Sekalipun kamu memberiku seisi bumi kepadaku maka segala benda-benda di bumi
beserta benda-benda di langit adalah milikNya, lihatlah ke arah matahari yang terbit itu,
sesungguhnya Allah adalah Yang Menerbitkan Matahari dari arah timur, jika memang terdapat
kuasa padamu terhadap matahari itu maka terbitkanlah ia dari arah barat," seketika Namrudz
tertegun dan menjadi bisu di hadapannya lalu banyak orang yang meninggalkan dan memisahkan
diri dari kepemimpinan Namrudz dengan mendirikan kekuasaan mereka sendiri.
Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan Babilonia setelah ayah Ibrahim
memanggilnya untuk hadir di rumah Haran untuk pembagian warisan yang ditinggalkan. kedua
anak perempuan Haran masing-masing dijadikan istri bagi dua saudaranya, Nahor dan Ibrahim,
sedangkan Luth memilih ikut bersama Ibrahim sebab Ibrahim telah tinggal bertahun-tahun di
rumah Haran. Ibrahim pun sempat mengajak sang ayah untuk meninggalkan berhala dan pergi
bersamanya untuk mengikut kepada Allah. Akan tetapi ayahnya yang lelah dengan seruan-seruan
Ibrahim menjadi marah dan menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama.

Meski dimusuhi oleh ayahnya, Ibrahim masih berdoa memohonkan ampun bagi ayahnya sebagai
janji dan wujud anak yang berbakti terhadap ayah.
Ibrahim bersama Sarah, Luth juga para pengikutnya meninggalkan rumah Haran untuk pergi ke
manapun yang Allah perintahkan yang Ibrahim imani. ketika menjadi pendatang di negeri Mesir,
Ibrahim disambut sebagai tamu kehormatan yang diberi berbagai pemberian sebab Sarah hendak
djadikan istri oleh raja Firaun oleh lantaran Ibrahim menyebut Sarah sebagai saudara. Semenjak
di tinggal di rumah Haran, Ibrahim telah menganggap anak perempuan kakaknya ini sebagai
saudaranya dan sebagai saudara dalam keimanan. Pada akhirnya Firaun yang tersadar bahwa
Sarah adalah istri Ibrahim, merasa bersalah dan takut terhadapnya dan sebagai tanda permintaan
maaf dia memberi banyak hadiah kepada Ibrahim juga sebuah tanah milik di Mesir agar Ibrahim
tetap tinggal di Mesir, terlebih anak perempuan Firaun, Hajar, diserahkan sebagai budak untuk
Sarah sebagai penebusan atas kesalahan yang diperbuat.

Tamu Ibrahim
Walau menerima penawaran untuk menetap di Mesir, atas keimanannya Ibrahim tetap pergi
menuju negeri yang diberikan oleh Allah untuknya, yang membuktikan bahwa Ibrahim lebih
menaruh kepercayaan terhadap janji Allah dibanding kepada janji manusia. Ketika menetap di
negeri Palestina, Ibrahim menjadi sosok yang terhormat dan dikenal bagi penduduk Kanaan oleh
karena Ibrahim berlaku dermawan terhadap penduduk Kanaan. Sekalipun Allah berjanji bahwa
seluruh negeri Palestina diberikan untuknya dan keturunannya sebagai tanah milik, Ibrahim tidak
mengusir atau menyingkirkan penduduk yang tinggal di wilayahnya oleh karena Ibrahim mengaku
bahwa dirinya hanya pendatang di bumi yang diterima secara baik oleh Allah, sehingga Ibrahim
menjadi sosok yang amat ramah menyambut para pendatang serta para pengembara di rumahnya.
Ibrahim juga mengenalkan ajaran iman kepada Allah ketika menerima para tamu dari berbagai
negeri.
Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk menguasai atau negeri Palestina karena sosoknya yang
memiliki kesetiaan sejati pada Allah disertai keimanan kuat maka dia mampu mempengaruhi
penduduk negerinya dan tidak sedikitpun mengalami pengurangan atau pelemahan iman akibat
ajakan mereka.
Setelah menerima perintah untuk bersunat sebagai jaminan bahwa ia akan memperoleh keturunan
dari Sarah, Ibrahim mendapati tiga sosok malaikat yang berwujud tiga laki-laki akan tetapi wujud
ketiga malaikat ini berbeda dengan manusia yang pernah ditemui Ibrahim sebelumnya, dia pun
merasa asing dan bersegera mempersiapkan jamuan khusus bagi ketiganya. Ibrahim
menghidangkan daging anak sapi yang dipanggang untuk mereka lalu para malaikat ini
menyampaikan kabar gembira kepada Ibrahim bahwa Ishaq akan lahir untuknya dan Yaqub
disebut untuk meneruskan Ishaq.[18] Ibrahim terkejut dengan kabar ini namun dia menyatakan tetap
yakin terhadap janji Allah sementara Sarah merasa heran dan tertawa mendengar hal ini karena
menganggap lucu bagi seseorang yang telah berumur tua untuk menimang seorang bayi.[19]
Salah satu malaikat menyampaikan bahwa azab segera menimpa kaum Luth, Mendengar hal ini,
Ibrahim yang menaruh belas kasihan terhadap kehidupan banyak orang sekalipun jahat, menahan
malaikat ini beranjak dari rumahnya dengan memohonkan supaya Allah memberi kesempatan
bertobat bagi orang-orang berdosa sebelum ditumpas.[20] Malaikat itu menjawab bahwa keputusan
ini telah mutlak bagi Allah oleh karena orang-orang itu telah diperingatkan oleh Luth [21] namun
mereka tidak merubah perilaku mereka yang keji di mata Allah. [22] Lalu Ibrahim memohonkan
keselamatan bagi Luth beserta orang-orang yang beriman supaya mereka diluputkan ketika azab
terjadi. Hal ini dikabulkan bagi seluruh keluarga Luth, terkecuali istrinya.

Setelah Ishaq lahir, Ibrahim amat menyayangi Ishaq yang telah Allah janjikan sebagai penerusnya.
Hajar dan Ismail merasa cemburu dengan perhatian yang diberikan untuk Ishaq berakibat Ibrahim
memutuskan agar keduanya tinggal terpisah dengan Ishaq supaya tidak ada pertengkaran antara
dua putra Ibrahim, terlebih Allah yang telah menyatakan jauh sebelum Ismail dilahirkan, bahwa
Ishaq telah tertulis sebagai penerus dan pewaris Ibrahim.

Penyembelihan Ismail
Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa. Allah hendak menguji kesetiaan
Ibrahim terhadap perintah-perintahNya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan anak.
Keimanan Ibrahim yang berhasil melaksanakan ujian-ujian sebelumnya sama sekali tidak berubah
ketika menerima perintah ini. Ibrahim mengajak putranya pergi untuk melaksanakan perintah
Allah, dia tidak sedikitpun mengeluh atau meminta keringanan dari Allah tentang perintah ini
melainkan melaksanakan sebagaimana yang diperintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan sang
anak untuk perintah Allah, dia terlebih dahulu meminta tanggapan dan persetujuan dari sang anak.
Ibrahim berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. maka sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya menjawab, "wahai ayahku,
laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar."[23] di saat putranya telah merelakan diri dan Ibrahim bersiap
mengulurkan tangan untuk menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya
menahan tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia melaksanakan
apapun untuk Allah sebagai hamba yang berbakti dan benar-benar terpercaya bagi Allah. Ibrahim
pun mendapati seekor domba besar sebagai kurban pengganti putranya.
Atas pengabdian yang sepenuhnya ini, maka Allah memberkahi Ibrahim dan Ishaq termasuk
golongan nabi yang saleh demikian pula Ya'qub sebagai penerus, sehingga ketiga sosok ini
diistimewakan oleh Allah dengan buah tutur dan gelar yang terbaik diantara manusia-manusia
yang pernah ada. Ibrahim pun masih hidup untuk mendidik cucunya, Yaqub, dan memberkahinya
juga mewariskan agama kepada putra-putranya beserta Yaqub sebelum wafat.

Kisah-kisah : Nabi Ibrahim AS dan kematian


Nabi Ibrahim mendapat gelar khalilullah yang artinya kekasih Allah. Predikat ini bukan bikinan
atau keinginan manusia apalagi permintaan Nabi Ibrahim sendiri. Tetapi langsung Allahlah yang
menganugrahkanya seperti yang tercantum dalam ayat Al-Quran (Q.S. An-Nisa : 125). Sebagai
kekasih Allah tentu saja Ia (Allah) sangat sayang kepadanya; Sangat dekat dan doanya selalu
dikabulkan. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 124 s.d.129
Pada suatu hari Allah memerintah malaikat Izrail untuk mencabut nyawa nabi Ibrahim tetapi bila
nabi Ibrahim belum mau, maka Izrail diperintahkan untuk kembali ke langit.
Dan turunlah malaikat maut (Izrail) atas perintah Allah SWT kebumi dan mengetuk pintu rumah
Nabi Ibrahim AS, dan terjadilah dialog antara nabi Ibrahim AS dengan malaikat maut.
Malaikat
: Assalamualaikum, ya Ibrahim
Ibrahim
: Waalaikumusallam ya sahabatku Izrail. Ada maksud apa engkau mengetuk pintu
rumahku apakah engkau datang sebagai tamuku atau engkau datang dalam rangka melaksanakan
tugas ?
Malaikat
: Ya Ibrahim, aku datang untuk menunaikan tugasku kepadamu
Ibrahim
: baik, tetapi ada 1 pertanyaanku padamu
Malaikat
: apa itu..
Ibrahim
: Hai Malaikat Maut, bagaimana menurutmu bila ada kekasih mencabut nyawa
kekasihnya sendiri ?

Mendapat pertanyaan tersebut malaikat Izrail bingung, lalu naik lah ia ke langit menemui Allah
S.W.T untuk melaporkan hal itu, lalu Allah berfirman menyuruh Izrail bertanya kembali kepada
Ibrahim, Bagaimana menurutmu bila ada seorang kekasih yang tidak mau bertemu kekasihnya ?
Izrail pun turun menyampaikan firman Allah tersebut ke Ibrahim, lalu Ibrahim menjawab : Kalau
demikian, Cabutlah nyawaku sekarang juga.Nabi Ibrahim AS pun wafat pada usia 175 tahun.
Perintah Allah Subhanahu wa Taala Berada Di Atas Segalanya
1. Kisah dalam hijrah bersama Hajar dan Ismail (Shahih Bukhari dan Fathul-Bari, Juz 6,
hal: 478, no. 3364).
Ketika Ismail baru saja dilahirkan dan dalam penyusuan ibunya (Hajar), Nabi Ibrahim
alaihissallam membawa keduanya menuju Baitullah pada dauhah (sebuah pohon rindang) di atas
zam-zam. Saat itu, tidak ada seorangpun di Makkah, dan juga tidak ada sumber air.
Nabi Ibrahim alaihissallam meninggalkan jirab, yaitu kantung yang biasa dipakai untuk
menyimpan makanan. Kantung itu berisi kurma untuk keduanya. Juga meninggalkan siqa` (wadah
air) yang berisi air minum. Kemudian Nabi Ibrahim alaihissallam berpaling dan pergi. Hajar
mengikutinya sembari berkata: Wahai, Ibrahim! Kemana engkau akan pergi meninggalkan kami
di lembah yang sunyi dan tak berpenghuni ini? Hajar mengulangi pertanyaan itu berkali-kali,
namun Ibrahim tidak menoleh, tak pula menghiraukannya. Kemudian Hajar pun bertanya:
Apakah Allah Subhanahu wa Taala yang telah memerintahkan engkau dengan ini?
Ibrahim menjawab,Ya.
Mendengar jawaban itu, maka Hajar berkata: Jika demikian, Allah Subhanahu wa Taala tidak
akan meninggalkan kami. Lantas Hajar kembali menuju tempatnya semula. Adapun Ibrahim, ia
terus berjalan meninggalkan mereka, sehingga sampai di sebuah tempat yang ia tak dapat lagi
melihat isteri dan anaknya. Ibrahim pun menghadapkan wajah ke arah Baitullah seraya
menengadahkan tangan dan berdoa: Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. [QS. Ibrahim ayat 37).
2. Kisah Penyembelihan Ismail.
Nabi Ibrahim alaihissallam berdoa: Wahai Rabb-ku, karuniakanlah untukku anak yang shalih,
maka Allah Subhanahu wa Taala memberikan kabar gembira kepadanya dengan kehadiran
seorang anak yang mulia lagi penyabar. Dan tatkala anak itu saat mulai beranjak dewasa berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata kepadanya: Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?
Ismail menjawab: Wahai Ayahandaku, lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu
wa Taala kepadamu; insya Allah engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang
sabar.

Saat keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya). Setelah itu Allah Subhanahu wa Taala memanggilnya: Wahai
Ibrahim, sungguh kamu telah membenarkan mimpi itu.
Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami menebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang
yang datang kemudian. (Yaitu) Kesejahteraan yang dilimpahkan kepada Ibrahim. Demikianlah
Allah Subhanahu wa Taala memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ia termasuk hamba Allah Subhanahu wa Taala yang mukminin. Kisah ini
dijelaskan di dalam Alquran dalam surat ash-Shaffat ayat 99-111.
Dalam Tafsir al-Qurthubi, Juz 18, hal: 69 dan Tafsir al-Baghawi, Juz 4, hal: 33, Ibnu Abbas
berkata:
Ibrahim dan Ismail keduanya taat, tunduk patuh terhadap perintah Allah Subhanahu wa Taala.
Ingatlah, renungkanlah kisah itu ketika keduanya akan melaksanakan perintah Allah
Subhanahu wa Taala, dengan tulus dan tabah sang anak berkata:
.

Wahai Ayahku, kencangkanlah ikatanku agar aku tak lagi bergerak.


.



Wahai Ayahku, singsingkanlah baju engkau agar darahku tidak mengotori bajumu, maka akan
berkurang pahalaku, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya beliau akan bersedih.
.
Dan tajamkanlah pisau Ayah serta percepatlah gerakan pisau itu di leherku agar terasa lebih
ringan bagiku karena sungguh kematian itu amat dahsyat.
.

.
Wahai Ayah, apabila engkau telah kembali maka sampaikan salam (kasih)ku kepada ibunda, dan
apabila bajuku ini Ayah pandang baik untuk dibawa pulang maka lakukanlah.
: .
(Saat itu, dengan penuh haru) Ibrahim berkata: Wahai anakku, sungguh engkau adalah anak yang
sangat membantu dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Taala .
Dalam Shahih Qashashil-Anbiya Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Ini adalah ujian Allah
Subhanahu wa Taala atas kekasih-Nya (yakni Ibrahim alaihissallam) untuk menyembelih
putranya yang mulia dan baru terlahir setelah beliau berumur senja. (Ujian ini terjadi) setelah Allah

memerintahkannya untuk meninggalkan Hajar saat Ismail masih menyusui di tempat yang
gersang, sunyi tanpa tumbuhan (yang dimakan buahnya), tanpa air dan tanpa penghuni. Ia taati
perintah Allah Subhanahu wa Taala itu, meninggalkan isteri dan putranya yang masih kecil
dengan keyakinan yang tinggi dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala . Maka Allah
Subhanahu wa Taala memberikan kepada mereka kemudahan, jalan keluar, serta limpahan rezeki
dari arah yang tiada disangka. Setelah semua ujian itu terlampaui, Allah menguji lagi dengan
perintah-Nya untuk menyembelih putranya sendiri, yaitu Ismail alaihissallam. Dan tanpa ragu,
Ibrahim menyambut perintah Allah Subhanahu wa Taala itu dan segera mentaatinya.
Beliau alaihissallam menyampaikan terlebih dahulu ujian Allah Subhanahu wa Taala tersebut
kepada putranya, agar hati Ismail menjadi lapang serta dapat menerimanya, sehingga ujian itu
tidak harus dijalankan dengan cara paksa dan menyakitkan. Subhanallah
3. Perintah Allah Subhanahu wa Taala kepada Ibrahim untuk Berkhitan.
Pada saat Ibrahim alaihissallam telah mencapai umur senja (delapan puluh tahun), ia diuji oleh
Allah Subhanahu wa Taala dengan beberapa perintah, di antaranya agar beliau berkhitan.
Sebagaimana hadits Abi Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:

Ibrahim alaihissallam berkhitan di usia beliau delapan puluh tahun. (Shahih Bukhari dan
Fathul-Bari (Juz 6, hal: 468, no. 3356)).
Beliau alaihissallam berkhitan dengan pisau besar (semisal kampak). Meskipun terasa sangat
berat bagi diri beliau alaihissallam, namun hal itu tidak pernah membuatnya merasa ragu
terhadap segala kebaikan perintah Allah Subhanahu wa Taala. Bahkan dalam sebuah riwayat, Ali
bin Rabah radhiyallahu anhu menyebutkan bahwa : Beliau (Ibrahim alaihissallam) diperintah
untuk berkhitan, kemudian beliau melakukannya dengan qadum. Maka Allah Subhanahu wa
Taala mewahyukan Engkau terburu-buru sebelum Kami tentukan alatnya. Beliau mengatakan:
Wahai Rabb, sungguh aku tidak suka jika harus menunda perintah-Mu. (Shahih Bukhari dan
Fathul-Bari, Juz 6, hal: 472)
4. Perintah Allah Subhanahu wa Taala Untuk Membangun Ka`bah.





Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan
mengatakan): Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku
dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj: 26-27).

Dalam Shahih Bukhari disebutkan, bahwasanya Ibrahim alaihissallam berkata: Wahai anakku,
sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan aku sesuatu.
Ismail alaihissallam menjawab: Lakukanlah perintah Allah Subhanahu wa Taala kepada
engkau.
Ibrahim alaihissallam bertanya: Apakah engkau (akan) membantuku?
Ismail alaihissallam menjawab: Ya, aku akan membantu engkau.
Ibrahim alaihissallam berkata lagi: Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala telah
memerintahkan aku untuk membangun disini sebuah rumah.
(Nabi Ibrahim alaihissallam mengisyaratkan tanah yang sedikit tinggi dibandingkan dengan yang
ada di sekelilingnya). Saat itulah keduanya membangun pondasi-pondasi. Dan Ismail
alaihissallam membawa kepada ayahnya batu-batu dan Ibrahim alaihissallammenyusunnya.
Sehingga, ketika telah mulai tinggi, ia mengambil batu dan diletakkan agar Ibrahim
alaihissallamdapat naik di atasnya. Demikian, dilakukan oleh keduanya, dan mereka berkata:

Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 127).

Doa
Terdapat doa-doa yang dipanjatkan Ibrahim tercantum dalam Al-Quran, salah satunya ketika
Ibrahim mendirikan Baitullah bersama Ismail, yang ditujukan bagi nasib generasi-generasi penerus
mereka:
...dan, ketika Ibrahim berdo'a, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada
Allah dan hari kemudian." Allah berfirman, "dan kepada orang yang kafir pun Aku beri
kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk
tempat kembali," dan ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdo'a), "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah
Yang
Maha
Mendengar
lagi
Maha
Mengetahui."
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami
cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah
Yang
Maha
Penerima
tobat
lagi
Maha
Penyayang.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Utusan dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan alHikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Demikian pula doa Ibrahim di Surah Ibrahim:

Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia,


maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan
barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan
kami, perkenankanlah doaku.

Teladan
Nabi Ibrahim merupakan sosok teladan utama[27][28] bagi umat Islam dalam hal keimanan,
pengabdian dan ketauhidan pada Allah SWT. Nabi Muhammad juga mendapat anjuran
melalui Firman Allah untuk mengikuti pribadi Ibrahim:
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan
hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan) [29]
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang
benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik".
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.
Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". [30]

Selain itu perjalanan Haji dan penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha yang
dirayakan setiap tahun merupakan bentuk penghormatan Muslim [31] di seluruh dunia
terhadap pengabdian nabi Ibrahim dan nabi Ismail:
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan):
"Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang
yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud. Dan berserulah kepada
manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan
berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan
atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian
daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. [32]

Julukan
Khalilullah ( )adalah julukan istimewa yang diberikan oleh Allah untuk Ibrahim yang
bermakna kesayangan Allah: "Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. "
Dalam Al-Qur'an pula, Nabi Ibrahim disebut sebagai "Bapak Umat Muslim":
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih
kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari
dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

Shuhuf
Dalam Al-Quran disebutkan tentang lembaran-lembaran (shuhuf) Ibrahim yang setara dengan
lembaran-lembaran Musa.[35]
6 Kami akan membacakan kepadamu maka kamu tidak akan lupa,
7 kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang
tersembunyi.
8 dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah,
9 oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat,
10 orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,
11 orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.
12 (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka).
13 Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.
14 Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
15 dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.
14 Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
17 Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
18 Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Lembaran yang dahulu,
19 (yaitu) Lembaran Ibrahim dan Musa.

B. MUKJIZAT
1. Melihat burung dihidupkan kembali
Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku
di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mengganggu pikirannya dengan
memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali
makhluk-makhluk yang sudah mati.
"...dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim
menjawab, "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap." Allah berfirman,
"Ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap
satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka
datang kepadamu dengan segera, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."
Al-Baqarah 2:260

2. Diselamatkan ketika dibakar


Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa ketika Jibril menampakkan dirinya kepada Ibrahim di
udara, ia bertanya kepada Ibrahim apakah Ibrahim memerlukan bantuan, kemudian Ibrahim
menjawab tidak perlu bantuan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair mengisahkan bahwa, Malaikat Ar-Ra'd
(malaikat pengatur awan dan hujan) mengatakan, "Kapan saja aku diperintah, maka aku akan
menurunkan hujan, namun firman Allah lebih cepat,

"Kami berfirman, "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim."
Al-Anbiya' 21:69
Menurut Ka'ab al-Ahbar mengatakan, "Saat itu seluruh penduduk bumi tidak bisa menyalakan api,
sedangkan Ibrahim tidak terbakar sedikitpun selain tali yang mengikat dirinya."
Ad-Dhahak mengatakan, "Diriwayatkan bahwa Jibril mengusap keringat Ibrahim dari wajahnya
dan tidak ada yang tersentuh api kecuali keringatnya."
As-Suddiy mengatakan, "Saat itu Ibrahim didampingi oleh Malaikat Azh-Zhil (malaikat pemberi
naungan), sehingga saat itu Ibrahim yang berada di kobaran api, sebenarnya ia berada di taman
hijau. Orang-orang melihatnya dan tidak mampu mencapai padanya dan ia pun tidak keluar untuk
menemui mereka."
Ketika Ibrahim dilemparkan kedalam kobaran api besar semua hewan dimuka bumi berusaha
memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang berusaha membuat api semakin besar.

3. Pasir berubah menjadi makanan


Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Muammar dari Zaid bin Aslam bahwasanya Namrudz
memiliki berbagai makanan, orang-orang berduyun-duyun untuk mendapatkan persediaan
makanan, termasuk Ibrahim datang untuk mendapatkannya.
Sebelumnya Ibrahim pernah bertemu dengan Namrudz sehingga terjadi perdebatan. Ibrahim tidak
diberi bahan makanan, ia keluar tanpa mendapatkan makanan sedikitpun. Ketika telah dekat
dengan rumahnya, Ibrahim menghampiri gundukan pasir dan memenuhi kedua kantungnya dengan
pasir tersebut seraya berkata: Bila aku telah sampai kepada keluargaku, maka aku akan
menyibukkan keluarga (dengan pasir ini).
Ketika sampai dirumah dan bertemu dengan keluarganya, Ibrahim kemudian meletakan
bawaannya, lalu berbaring dan tidur. Selanjutnya istrinya, Sarah berdiri dan melihat kedua kantung
yang dibawa suaminya, ternyata keduanya berisi bahan makanan. Maka ia segera memasaknya dan
menyajikannya sebagai makanan.

C. HAL YANG DAPAT DIPELAJARI


Dari pemaparan kisah-kisah di atas, banyak pelajaran penting dan berharga yang dapat dipetik, di
antaranya:
1. Nabi Ibrahim alaihissallam adalah hamba Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya
Subhanahu wa Taala yang amat taat kepada-Nya Subhanahu wa Taala, sehingga Allah
Subhanahu wa Taala menjadikannya sebagai hamba yang sangat disayangi.
2. Pilar utama upaya tazkiyyatun-nufus adalah dalam hal tauhid. Dan berdakwah menyeru
kepada tauhid merupakan amanat yang dipikul para nabi, dan sekaligus menjadi panutan
bagi setiap dai.
3. Kesabaran dalam mendakwahkan tauhid dan ketabahan dalam menghadapi ujian di jalan
itu, harus dilakukan sesuai dengan cara yang dicontohkan oleh para rasul alaihissallam.
4. Yakin terhadap Allah Subhanahu wa Taala merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam mengarungi kehidupan.

5. Perintah Allah Subhanahu wa Taala merupakan hal terpenting di atas segalanya.


Ketulusan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah Subhanahu wa Taala adalah
kebahagiaan. Maka selayaknya kita berupaya secara maksimal untuk melaksanakannya
diiringi doa memohon taufik serta kemudahan dari Allah Subhanahu wa Taala.
6. Segala contoh kebaikan telah ada pada diri para Rasul alaihissallam yang harus selalu
menjadi suri tauladan bagi kita dalam setiap hal.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim AS. Di
antaranya, pertama: ketelanan Nabi Ibrahim sebagai suami dan ayah. Dalam keluaganya, Nabi
Ibrahim adalah kepala keluarga. Ia membina keluarganya sesuai dengan tuntunan Allah.
Sebagai suami, Ibrahim berlaku adil kepada istrinya. Kedua istrinya, Sarah dan Hajar, taat kepada
Nabi Ibrahim. Ketaatan istri tersebut tentu tidak terlepas dari kemuliaan pribadi dan ketaatan Nabi
Ibrahim AS kepada Allah SWT.
Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa jika ingin ditaati oleh istri, seorang suami harus mampu
menampilkan dirinya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab, berkepribadian luhur, cinta
pada keluarga, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan agama.
Akan sulit bagi seorang suami yang menginginkan istrinya taat dan shalehah, sementara suami
sendiri memiliki akhlak yang buruk. Akan sia-sia jika suami lebih menginginkan istrinya berubah
ke arah yang lebih baik, sementara pribadi sang suami tersebut tidak pula mampu mengubah
kebiasaan-kebiasaan buruk yang ia lakukan. Sejatinya, ubahlah diri sendiri, maka Allah akan
mempermudah jalannya untuk mengubah orang-orang yang dipimpinnya, termasuk istri dan anakanaknya.
Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim AS tampil sebagai pendidik yang penuh kasih sayang,
demokratis, dan menjadi teladan. Perhatikanlah dialog Nabi Ibrahim ketika menjalankan perintah
Allah untuk menyembelih Ismail.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar (Qs. ashShaffat/37: 102).
Dalam dialog yang dikemukakan Alquran di atas, terlihat Nabi Ibrahim sangat menyayangi dan
anaknya dan bersifat demokratis. Sifat kasih sayang itu tergambar dari pilihan kata yang digunakannya ketika menyeru buah hatinya: ya bunayya (hai anakku). Penggunakan kata ya bunayya
merupakan panggilan penuh kasih sayang kepada anaknya.
Kemudian, Ibrahim meminta pendapat kepada anaknya ketika diperintah untuk menyembelih sang
anak tersebut. Tampak jiwa demokratis seorang ayah yang sebelumnya telah berupaya menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik kepada Ismail.
Jangankan mengajak untuk kebaikan yang menguntungkan secara lahiriah, ketika diajak untuk
mengorbankan nyawa sekali pun, sang anak rela tanpa protes. Kita tentu bertanya, upaya apa yang
dilakukan oleh Ibrahim sehingga anaknya setaat itu?

Semua itu tidak terlepas dari doa, usaha, dan keteladanan yang dilakukan oleh Nabi Ibarahim.
Alquran mengabadikan doa Nabi Ibrahim,rabbi habli minashshalihin, Wahai Tuhanku,
anugerahkan kepadaku anak yang shaleh (Qs. ash-Shaffat/37: 100).
Hal ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa berdoa untuk memperoleh anak yang shaleh.
Anak adalah amanah. Ia bisa menjadi fitnah (al-Anfal/8: 28). Karena itu, berdoa dan berlindunglah
kepada Allah agar kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk mendidik anak yang shaleh
sehingga ia tidak menjadi fitnah yang merugikan.
Doa itu juga diiringi dengan usaha. Usaha itu bisa berupa upaya yang ditempuh Nabi Ibrahim
dalam memilih jodoh. Siti Hajar, meskipun berkulit hitam, berstatus budak, tetapi imannya teguh,
akhlaknya mulia, taat beragama dan patuh pada suaminya.
Usaha seperti ini juga diajarkan dalam Alquran. Allah menegaskan bahwa seorang budak yang
beriman jauh lebih berharga dari pada seseorang yang musyrik, meskipun menarik hati
(Qs. al-Baqarah/2: 221).
Karena itu, jika menginginkan anak yang shaleh, mulailah dari memilih jodoh. Jika istri yang
dipilih biasa mengabaikan perintah Allah, bagaimana mungkin ia akan mampu mendidik anak
yang shaleh. Bukankah ibu merupakan guru pertama bagi seorang anak?
Nabi Ibrahim juga menjadi teladan bagi anaknya. Ibrahim membawa Ismail untuk membangun
Kabah lalu berdiam di sekitarnya (Qs. Ibrahim/14: 37). Nabi Ibrahim memberi contoh secara
langsung bagaimana cara beribadah kepada Allah, bukan sekedar nasihat.
Upaya ini sejatinya kita teladani dengan konsisten menjadi contoh yang baik kepada anak
keturunan kita; bukan sekedar menceritakan contoh kebaikan saja.

Anda mungkin juga menyukai