(33) Sesungguhnya
Allah telah memilih
Adam dan Nuh dan
keluarga Ibrahim dan keluarga Imran atas sekalian bangsa-bangsa.
Keturunan-keturunan Mulia
َ ع َلى ا ْل
َ #عا
" َ آل ِعمْ را
َ ن َ آل إِبْراهي َم َو
َ اصطَفى آ َد َم َو نُوحا ً َو C ِإ
ْ َBن ا
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam dan Nuh dan keluarga
Ibrahim dan keluarga Imran atas sekalian bangsa-bangsa." (ayat 33).
Maka segala yang beroleh wahyu, nabilah dia. Manusia yang pertama
sekali mendapat kehormatan terpilih menerima wahyu ialah Adam. Dari
keturunan Adam ialah Nuh. Diantara Adam dan Nuh ada lagi seorang
nabi, yaitu Idris.
Tetapi di dalam ayat ini lebih dikemukakan Nabi Nuh sebab dia telah
mulai membawa syariat yang tegas kepada ummat manusia (lihat Surat
42, as-Syura,ayat 13),yang meskipun telah diajarkan oleh Adam, namun
anak cucunya telah mulai menyembah berhala.
Nabi Nuh itulah yang disuruh membuat bahtera untuk melepaskan orang-
orang yang percaya kepada Allah yang Tunggal. Maka ditenggelamkan
Tuhanlah manusia yang menyembah berhala itu dan diselamatkan
manusia yang percaya dan mengikut kepada pimpinan Nuh. Di antara
anak Nuh yang terkenal dalam catatan sejarah ialah Ham, Sam dan Yafits.
Dari keturunan Nuh yang bernama Sam ialah kemudian lahir Ibrahim.
Ibrahim disebut pada ayat 33 ini, keluarga Ibrahim. Sebab Ibrahim dengan
beroleh kedua puteranya Ismail dan Ishak, telah menurunkan keluarga
yang besar. Ismail anak yang tertua telah mengembangkan bangsa Arab
Adnani dan Ishak telah mengembangkan Bani Israil.
Berpuluh nabi dan rasul telah ditimbulkan pada Bani Israil. Kemudian
timbullah dari keturunan Bani Israil itu keluarga Imran. Di dalam al-
Qur'an ada tersebut dua Imran, tetapi jaraknya lebih kurang 1.800 tahun.
Imran yang pertama adalah ayah dari Nabi Musa, dan Imran yang kedua
ialah ayah dari Maryam, dan Maryam ini ibu dari Nabi Isa Almasih.
Adapun satu cabang dari keluarga Ibrahim yang dari puteranya Ismail
tadi, dari sanalah dipilih dan diutus pula Nabi Muhammad s.a.w Maka
keluarga-keluarga yang mulia ini telah diberikan kemuliaan nubuwwat
dan risalat, mengatasi sekalian manusia. Sehingga bolehlah dikatakan
bahwasanya pimpinan rohani sebahagian terbesar dari ummat manusia
didatangkan Allah melalui keluarga-keluarga ini.
Oleh semua keluarga itu adalah satu dari keturunan, yaitu Nabi Adam dan
Nuh, itulah sebab dijelaskan di ayat 33 bahwa yang sebahagian adalah
keturunan dariyang sebahagian. Penyebar-penyebar agama Kristen di
zaman kita ini selain menemukan bahwa al-Qur'an bukanlah wahyu
Tuhan, melainkan karangan Muhammad saja. Ceritera-ceritera mengenai
nabi-nabi yang dahulu itu menurut pendakwaan mereka hanya dicaplok
saja oleh Muhammad dari kitab-kitab mereka, terutama Perjanjian Lama.
Kalau ada persamaan ceritera, mereka jadikanlah itu menjadi bukti bahwa
al-Qur'an hanya menyalin kitab suci mereka. Tetapi kalau tidak ada
persamaan itu, mereka tuduh pula al-Qur'an itu wahyu palsu sebab tidak
cocok dengan kitab mereka. Mereka menuduh al-Qur'an itu berkacau saja
tentang nama-nama orang. Jika terdapat dua Imran, yaitu Imran ayah
Musa dan Imran ayah Maryam, mereka katakan al-Qur'an telah salah
catat.
Siapakah penulis kitab-kitab itu yang sebenarnya ? Ada kitab Ezra (Nabi
Uzair) yang disebut mengumpulkan kitab-kitab itu kembali. Siapa yang
menuliskan "Kitab Ezra" itu ? Tidak terang siapa penulis semua kitab itu.
Tidak terang sampai sekarang ini! . Menurut undang-undang berfikir
secara ilmiah, dapatkah dibatalkan al-Qur'an, wahyu ilahi kepada
Muhammad s.a.w yang dicatat lengkap pada waktu beliau hidup, lalu
disalin menjadi satu mushhaf di zaman Abu Bakar dan disalin lagi
mushhaf Abu Bakar itu di zaman Usman oleh satu panitia yang terang
nama-nama orangnya? Yang sepakat seluruh ahli pengetahuan sampai
sekarang ini bahwa tidak pernah selama 14 abad satu kalimatpun masuk
kata-kata lain ke dalamnya.
Ada seorang laki-laki yang shalih namanya Imran, senama dengan ayah
Nabi Musa yang hidup 1.800 tahun sebelumnya. Sebab sejak zaman
purbakala lagi, sampai kepada zaman kita ini orang-orang yang shalih
dalam agamanya suka sekali memakai nama orang-orang yang mulia buat
menjadi nama anaknya. Rupanya ayah Imran ini menamai anaknya
demikian karena ayah Nabi Musa yang besar itu, bernama Imran pula.
Laki-laki yang bernama Imran ini mempunyai seorang isteri yang shalih
seperti dia pula. Lalu dia hamil. Dalam dia hamil itu, bernazarlah dia,
kalau lahir anaknya akan diserahkannya menjadi abdi Tuhan,
menyelenggarakan Baitul Maqdis, karena di antara keluarganya
sendiripun ada orang yang menjadi penyelenggara rumah suci itu, yaitu
Nabi Zakaria, suami dari kakaknya. Maka berserulah dia dalam do'anya
agar nazarnya itu dikabulkan Tuhan:
ُالسميع
C َك أَنْت
َ Cإِن
"Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mendengar "
ا ْلعَلي ُم
"Lagi Mengetahui." (ujung ayat 35).
Betapa keinginan itu benar-benar tumbuh dari lubuk hatiku, nazar yang
tumbuh dari hati yang ikhlas.
َ ا َوCفَ َلم
ض َعتْها
"maka tatkala telah dilahirkan dia." (pangkal ayat 36).
Ternyata bahwa anak itu perempuan. Tentu yang diharapkannya dari
semua ialah anak laki-laki, sebab penyelenggara rumah suci adalah orang
lakilaki belaka, sedang nazarnya sudah bulat:
ض ْعتُها أُنْثى
َ ي َوOب إِن
O قا َلتْ َر
"Diapun berkata: Tuhanku! Sesungguhnya aku telah melahirkannya
perempuan."
Di dalam perkataan itu nampaklah keterharuan hati perempuan yang
shalih itu, bagaimana aku ini, nazar telah dibulatkan, selahir anak akan
diantar ke rumah suci, ternyata anaknya perempuan. Apakah Tuhan bisa
menerimanya? Sebab kalau Tuhan terima, dia masih tetap akan
memegang teguh nazarnya. Lalu datanglah keterangan Tuhan kepada
RasulNya Muhammad saw.
َ ع َل ُم ِبما َو
ْض َعت ْ َ ُ أBَو ا
"padahal Allah terlebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu."
ُنْثىdا
ْ َك ُر َكCْس الذ
َ َو َلي
"dan tidaklah laki-laki seperti perempuan."
ٍ س
ن ٍ ها ِب َقبi َلها َربCفَتَ َقب
َ َُول ح
"Maka diterimalah (permohonannya itu) oleh Tuhannya dengan
penerimaan yang baik." (pangkal ayat 37).
Maksudnya mengantarkan anaknya itu ke rumah suci diterima Tuhan.
Kebetulan untung baik baginya, sebab kepala penyelenggara rumah suci
itu adalah suami saudara perempuan ibunya, yaitu Nabi Zakaria. Maka
tersebutlah di dalam wahyu kepada Nabi kita bahwasanya berundi-
undianlah di antara khadam-khadam Allah itu siapa yang akan menjadi
pengasuh Maryam itu (lihat nanti ayat 44). Sebab masing-masing orang-
orang shalih itu ingin, biarlah dia yang mengasuh anak itu. Untung baik,
jatuh undian kepada Zakaria.
َ ََو أَنْبَتَها نَباتا ً ح
ً سن ا
"Dan Dia pertumbuhkan dia dengan pertumbuhan yang baik."
Artinya, tumbuhlah badannya, bertambah besarlah dia.
اC َلها زَ َك ِريCَو َكف
"Dan mengasuh akan dia Zakaria."
Tuhan menyebutkan pengasuhan Zakaria bagi menambah penjelasan
bagaimana terjaminnya keselamatan dan pertumbuhan anak itu rohani dan
jasmani. Pertama sebab Zakaria bukan orang lain bagi dia, malahan
bapanya juga, dan Zakaria itupun seorang Rasul Allah yang amat shalih,
sehingga keshalihannya itu berpengaruh juga kepada pertumbuhan diri
anak itu.
Dua kata penting terdapat untuk kita jadikan dasar dalam pendidikan
kanak-kanak di dalam ayat ini. Pertama ialah dari keturunan ayah-
bundanya yang shalih, sehingga badannya bertambah besar dalam darah
keturunan yang baik. Kedua perhatian kepada siapa yang mengasuh dan
mendidik. Sehingga walaupun si anak lepas dari tangan kedua orang
tuanya, sebab guru yang menyambut nya pun orang baik, maka
pertumbuhan jiwa anak itupun di dalam keadaan baik pula.
Lantaran itu, meskipun orang dari keturunan baik-baik kalau guru yang
mendidik kurang baik, pertumbuhan anak itupun kurang wajar, meskipun
dasar ada. Atau meskipun mendapat guru yang baik, kalau kedua orang
tua tidak menjadi dasar tumbuh jiwa keshalihan, maka agama anak itu
hanyalah sehingga otaknya saja. Belum tentu tumbuh dari jiwanya. Sebab
itu maka syarat utama ialah orang-tua yang baik dan pendidik yang baik
pula.
Maka bertambah besarlah Maryam dalam asuhan Zakaria dan
ditempatkannya anak gadis kecil itu dalam tempatnya sendiri di Mihrab.
Yaitu ruang yang khas tempat beribadat menurut agama Nabi Musa.
ٍ
ساب ِ غيْ ِر
ح َ م ْن يَشا ُء ِب C ِِ إBهوَ ِم ْن ِعنْ ِد ا
َ َُ يَ ْرزُقBن ا ِ ى َلCم ْريَ ُم أَن
ُ ْك هذا قا َلت َ
َ قال يا
" Berkata dia: wahai Maryam Dari mana engkau dapat ini ? Dia
menjawab. dia adalah dari Allah, karena sesungguhnya Allah
memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dengan tidak
berkira." (ujung ayat 37).
Tetapi oleh karena penafsiran makanan musim panas ada saja di musim
dingin dan makanan musim dingin ada saja di musim panas, meskipun
elok bunyinya, tetapi sanad dan dasar riwayatnya kurang kuat, apatah lagi
tidak ada penafsiran yang shahih dari Rasulullah s.a.w. tentang hal yang
sepenting ini, tidaklah mengapa jika kita turuti seperti bunyi ayat itu saja.
Yakni tiap-tiap Zakaria masuk ke dalam Mihrab itu didapatinya sudah ada
saja makanan. Padahal Zakaria sendiri kadang-kadang sudah mencarikan
makanan buat dia. Ketika ditanya dia jawab bahwa itu adalah pemberian
Tuhan.
Dan dapatlah juga kita merasakan bahwa tentu saja banyak orang yang
kasih kepada gadis kecil itu, sehingga dari mana-mana datang saja orang
mengantarkan makanan buat dia, sebab didengar bahwa dia telah
membayar nazar ibunya mengkhidmati rumah suci. Rezeki yang demikian
adalah anugerah Allah yang tidak terkira-kira, yang menurut pepatah:
"rezeki datang tidak berpintu!"
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
13 14 >>>>