Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian
Secara etimologi (bahasa) Alquran berarti bacaan karena makna tersebut diambil dari kata ‫قراءة‬
atau ‫ قران‬yaitu bentuk mashdar dari kata‫ ا قر‬. Sedangkan secara terminologi Alquran sudah banyak
diberikan pengertian oleh para mufassir.

Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa Alquran adalah firman Allah yang mu'jiz, diturunkan kepada
Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir,
menjadi ibadah bagi yang membacanya, diawali dari Surah Al Fatihah dan diakhiri dengan Surah An Naas,1

Imam Al-Zarqoni memberikan pengertian bahwa Alquran adalah lafaz yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw., diawali dengan Surah Al Fatihah dan diakhiri dengan Surah An Naas. 2
Untuk dapat dengan mudah membedakannya dengan wahyu, sedikit tentang wahyu disajikan
berikut ini.

a.Fenomena Wahyu

Wahyu secara etimologi berarti petunjuk yang diberikan dengan cepat. Cepat artinya datang secara
langsung ke dalam jiwa tanpa didahului jalan pikiran dan tidak bisa diketahui oleh seorang pun.

Jika dilihat secara jelas makna-makna wahyu tersebut dapat berarti

1. Ilham yang sudah merupakan fitrah bagi manusia, sebagaimana wahyu yang diberikan kepada ibu
Nabi Musa as.
Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibu Nabi Musa supaya menyusuinya. (QS. 28: 7)

kepada diberikan yang petunjuk sebagaimana binatang. bagi gharizah/instink merupakan yang Ilham 2.
:lebah
Dan Tuhanmu mewahyukan (memberi petunjuk) kepada lebah supaya menjadikan gunung-gunung dan
pohon- pohon itu sebagai tempat tinggal. (QS. 16: 68)

3. Suatu isyarat yang diberikan dengan cepat melalui tanda dan kode, sebagaimana firman Allah
swt. kepada Nabi Zakaria:
Maka ketika dia keluar dari mihrab untuk menemui kaumnya, Allah memberi wahyu (petunjuk/isyarat)
kepada mereka supaya bertasbih di waktu pagi dan petang. (QS. 19:11)

4. Godaan dan hiasan kejahatan yang dilakukan oleh setan pada diri manusia:

1 Ali Ash-Shobuni., Al-Tibyan fi Ulumul Quran (Damaskus Maktabah Al-Ghazali, 1981), hlm. 17

2
Muhammad Abdul Azim Al-Zarqoni, Manahil Al Jefan fi Ulumul Quran (Kairo Isa Al-Babiy Al-Halabi, 1.th.) Jilid 11,hlm. 16.
Dan sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan (membisikkan kejahatan/was-was) kepada
kawan- kawan setia mereka. (QS. 6: 121)

5. Berupa perintah Allah kepada para malaikat-Nya

Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan atau meme- rintahkan kepada para Malaikat bahwa Aku
bersamamu (QS. 8: 12)

Jika diambil makna wahyu itu dari bentuk masdarnya maka wahyu berarti petunjuk Allah yang diberikan
kepada seseorang yang dimuliakan-Nya secara cepat, dan tersembunyi." Subhi Sholih menyatakan
bahwa wahyu adalah pemberitahuan yang bersifat ghaib, rahasia, dan sangat cepat."

Dari makna di atas dapat dipahami bahwa wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi dan
atau rasul secara rahasia dan sangat cepat.

2. Cara Penurunan Wahyu

Wahyu yang diturunkan kepada rasul atau nabi secara rahasia dan sangat cepat itu bervariasi. Dari
variasi itu terbagi pada dua kelompok besar, yaitu melalui perantara Malaikat Jibril dan langsung tanpa
perantara.

1. Melalui Perantara Malaikat

Wahyu yang diturunkan dengan cara ini yang terkenal ada dua, yaitu Pertama, Jibril menampakkan
wajahnya atau bentuknya yang asli. Cara seperti ini terjadi ketika Nabi Muhammad menerima

wahyu yang pertama, Surah Al-Alaq ayat 1-5.

. ‫ علم اإلنسان مالم يعلم‬. ‫ الذي علم بالقلم‬. ‫ إقرأ مربك األكرم‬. ‫ خلق اإلنسان من علق‬. ‫إقرأ باسم ربك الذي حلق‬

Kedua, Jibril menyamar seperti seorang laki-laki yang berjubah putih. Misalnya ketika Nabi Muhammad
menerima wahyu tentang Iman, Islam, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. 2. Tanpa Perantara Malaikat
(Langsung)

a) Melalui mimpi yang benar, misalnya ketika turun wahyu

Surah Al Kautsar ayat 1-3.

‫ إنا شأننك هو‬.‫ فصل لربك وانحر‬.‫إنا أعطيناك الكوثر‬

‫االبتر‬
Contoh lain adalah wahyu tentang penyembelihan Ismail oleh ayahnya, Ibrahim, yang diuraikan dalam
Surah Al Shaffat ayat 101-112.

‫ما َذا َت َرى َقا َل َيا الت افعل ما تومن سيدي إن شا‬
‫َء هلال‬ ْ ‫ فتابع معه السعي َق ا َل يابني الي أسكر في الماء الي البحاك َفان‬، ‫بر االسالم حكيم‬
‫ر‬

‫ظ‬
‫ إن هذا له البكاء‬. ‫ك َت ْج ِري ال ُم ْح ِسي َن‬ ‫ َق ْد صدَّ ْقت الرو َنا ك‬، ‫ و بادباء أن يا إبرامية‬.‫ َفلَ َنا أَ ْسلَ َنا وكله الحين‬. ‫م َن الصا ِب ِري َن‬
‫ وقديا‬، ‫المين‬ ‫ِإال ِري‬
‫ و َت شا ُء سحاق يا من‬،‫ع َبا ِد َن ا ا ْل ُم ْؤ ِمني َن‬ ْ ‫ ك ك ت ْح ِري ا ْل ُم‬. ‫ َال ُم ع َلى ِإ ْب َرا ِميم‬. ‫ وكر كنا عليه ي اآل ِخ ِري َن‬.‫منبع عظيم‬
.‫الصالحين‬ ‫ْح َن نَّه ن‬ ‫ِر ي‬

‫م‬

b) Allah berbicara langsung

Ada pula yang menyatakan bahwa cara ini adalah turunnya wahyu melalui balik hijab. Misalnya wahyu
Allah kepada Nabi Musa yang diceritakan dalam Alquran Surah Al A'raf ayat 143 dan An Nisaa ayat
164.

. ‫ولما جاه موسى لمي قاتنا وكلمه ربه قال رب أمرني أنظر إليك وكلم هلال موسى تكليما‬

Contoh lain adalah wahyu yang diterima Nabi Muhammad pada malam Isra dan Miraj tentang
perintah shalat lima waktu. Menurut al-Qathan cara seperti ini tidak didapati satu ayat pun dalam
Alquran. Cara yang lain lagi adalah seperti gemercikan lonceng.

Menurut jumhur ulama cara tersebut termasuk yang melalui perantara malaikat. Namun contohnya
belum didapati.

Pada bagian ini wahyu dibicarakan secara singkat saja. Karena yang ingin dikemukakan hanya sebagai
bahan untuk dapat membedakannya dengan Alquran. Mudah-mudahan pembicaraan mengenai wahyu
ini cukup membantu bagi para pembaca dalam memahami bagian ini, sehingga pembaca dapat
membedakan dengan sempurna antara keduanya. Dan selanjutnya lebih luas tentang wahyu ini akan
dibahas atau dibicarakan pada Ulumul Quran II (Insya Allah).

A. Fungsi Nuzulul Quran

Ada beberapa fungsi Alquran itu diturunkan Allah, yang fungsi- fungsinya itu sangat berguna bagi
manusia sebagai khalifah di bumi ini.

1. Allah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi umat manusia
sebagaimana firman-Nya (QS. 2: 185)

‫شهرهرمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى لناس وبينات من الهدى والفرقان‬

2. Alquran sebagai pembawa berita yang sangat menakjubkan bagi penghuni burni dan langit.

3. Menjadi penawar atau obat penenang jiwa yang gelisah. sebagaimana firman-Nya

‫وتنزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة لمؤمنين‬

Jika fungsinya sudah terjawab muncul pertanyaan lain, bagaimana Alquran diturunkan, apakah secara
jumlatan atau munjaman, dan bagaimana pula pendapat ulama menyikapi hal tersebut.
Munculnya pertanyaan-pertanyaan serupa itu wajar saja, karena ada tiga macam ayat pada tiga tempat
membicarakan tentang turunnya Alquran. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam Surah Al Baqarah ayat 183.
Surah Al Qadar ayat 1, dan Surah Ad Dukhan ayat 3. Masing- masing ayat tersebut berbunyi:

Ayat yang pertama sering diperingati oleh umat Islam pada tanggal 17 Ramadhan. Ayat kedua diyakini
oleh mayoritas umat Islam adalah malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir dari bulan
Ramadhan. Jika demikian halnya, kelihatannya ayat yang ketiga di atas adalah ayat penengah, artinya
bahwa kedua ayat tersebut tidak ada permasalahan. Yang jelas bahwa Alquran diturunkan pada bulan
yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan.

Jika disebut malam 17 Ramadhan ini artinya adalah malam yang ganjil, maka malam yang disebut ‫يل لةالقد‬
‫ر‬juga berada pada malam- malam yang ganjil. Dari sekian ungkapan malam yang ganjil tersebut mana
yang benar? Maka jawabannya bahwa hakikat kebenaran itu hanya ada di sisi Allah Yang Mahakuasa
dan Mahatinggi, manusia hanya dapat mengira-ngira saja.

Adapun berkenaan dengan ketiga ayat di atas para ulama berusaha mencermatinya. Pertama, Al-Qathan
menyatakan bahwa tidak ada pertentangan antara ketiga ayat tersebut. Malam yang diberkati,
menurutnya, adalah malam Lailatul Qadar, pada bulan Ramadhan. Hanya pada zahirnya saja ada
pertentangan dalam peristiwa amaliah dalam kehidupan manusia."

Kedua, Muhammad Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa ketiga ayat tersebut adalah bahwa Alquran
diturunkan dalam satu malam, yang digambarkan sebagai malam yang diberkahi, yaitu malam Lailatul
Qadar." Hal di atas memberikan informasi kepada manusia bahwa Alquran hanya diturunkan sekaligus
(satu kali saja) ke Baitul 'Izzah di langit. Ini artinya bahwa Alquran diturunkan oleh Allah secara jumlatan
ke Baitul 'Izzah yang berada di langit dunia ini. Jadi tidak dua atau tiga kali turun.

Setelah diturunkan ke Baitul 'Izzah, untuk selanjutnya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam
satu era yang panjang, yaitu era bitsah, dalam kurun waktu 23 tahun dengan rincian 13 tahun di Mekah
dan 10 tahun di Madinah. Selama 23 tahun tersebut Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah itu
dapat disampaikannya kepada seluruh manusia pada waktu itu dan dibantu oleh beberapa orang
sahabat saja. sehingga dalam sejarah dicatat bahwa belum ditemukan dan bahkan mungkin saja tidak
akan ditemukan selain Rasulullah yang dapat menyampaikan risalah yang dibawanya kepada umat
manusia dalam jangka waktu tersebut."

Ketiga, Ibnu Abbas dan jumhur ulama menyatakan bahwa yang dimaksud turun oleh ketiga ayat
tersebut adalah turunnya secara jumlatan (Alquran turun secara keseluruhan sekaligus, yaitu 6.000-
an ayat) ke Baitul Izzah di langit dunia yang disambut oleh Malaikat, setelah itu diturunkan secara
berangsur-angsur (munjaman) selama 23 tahun. Turunnya itu sesuai (menurut) kejadian-kejadian dan
peristiwa-peristiwa sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul sampai wafatnya," Pendapat ini
didasari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari:

‫بحث مرسول هلال صلى هلال عليه وسلم األمر حين سنة فمكث بمكة ثالث عشرة سنة يوحى إليه ثم أمر بالهجرة عشر (رواه البخاري) سنين‬
. ‫ومات وهو ابن ثالث وسنين‬

Rasulullah diutus dalam usia 40 tahun, semula tempat tinggalnya di Mekah dan menerima wahyu
selama 13 tahun, kemudian diperintahkan berhijrah ke Madinah. Dia menetap dan menerima wahyu di
sana selama 10 tahun. Dan dia wafat pada usia 63 tahun. (HR. Al Bukhari)

Keempat, berbeda dengan yang di atas, Sya'bi menyatakan bahwa yang dimaksud oleh ketiga ayat di
atas adalah permulaan turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad saw, yang diturunkan pada bulan
Ramadhan di malam Lailatul Qadar, setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur dan berturut-turut
sesuai dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam waktu hampir 23 tahun.10 Pandangan ini
tidak menyatakan bahwa Alquran turun secara jumlatan dan bahkan lebih tegas lagi Sya'bi
mengemukakan dalil dari ayat Alquran:

‫و قرآنا فرقناه لتقرأه على الناس على مكث ونزلناه نت زيال‬

Dan Kami telah menurunkannya sebagian demi sebagian agar engkau (Muhammad) membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya sebagian demi sebagian. (QS. Al Israa:
106)

Kelima, ada lagi yang berpendapat bahwa Alquran diturunkan ke langit dunia sebanyak 23 kali malam
Lailatul Qadar. Dan malam qadar itu diturunkan oleh Allah setiap tahun. Jadi, dapat dipahami bahwa
menurut pendapat ini Alquran itu diturunkan 23 kali.

Jika diteliti dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil konklusi bahwa diturunkannya pertama kali
oleh Allah pada malam Lailatul Qadar secara jumlatan ke Baitul 'Izzah, langit dunia, dan yang kedua
kalinya adalah diturunkannya kepada Nabi Muhammad secara munjaman sesuai dengan peristiwa-
peristiwa dan kejadian yang ada pada waktu itu.

B. Turunnya Alquran secara Munjaman

Setelah Alquran diturunkan secara jumlatan, kemudian kepada Nabi Muhammad secara munjaman.
Yang menjadi pertanyONESI kenapa Alquran itu diturunkan oleh Allah secara berangsur-angsur, padahal
Allah mampu menurunkannya secara keseluruhan (kolektif) kepada Nabi Muhammad? Tentu ada
tujuannya dan manfaatnya bagi manusia.

1. Dalil Turunnya Alquran secara Munjaman

‫ت و َن َز ْ نل َا ُه نَت ي‬
ْ ‫عل‬ ‫علَى النَّا‬ ‫ورة انا فر ْق َنا ُه ِلن ْف َراه‬
‫يال‬
‫ى ك‬ ‫ِس‬

‫م‬

Alquran itu telah Kami turunkan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al Israa: 106)
Pernyataan yang diungkapkan Allah di atas juga merupakan pembeda antara Alquran dengan kitab-kitab
lainnya, yaitu Taurat, Zabur, dan Injil, yang diturunkan-Nya secara jumlatan (sekaligus).

‫وقال الذين كفر و الوال نزل عليه القرآن جملة واحدة كذلك‬

b.

‫لتثبت به فؤادك ومرتلناه ترتيال‬

Orang-orang kafir berkata: Kenapa Alquran itu tidak diturunkan secara jumlatan saja? Begitulah Kami
perkuat hatimu dengannya sekelompok demi sekelompok. (QS. Al Furqan: 32)

‫هلال عليه وسلم بعضه‬

‫وكان هلال ينزل ه على مرسوله صلى‬

‫في إثر بعض‬

Allah Menurunkan (Alquran) kepada rasul-Nya saw. Sedikit demi sedikit. (HR. Hakim dan Baihaqi)

d.

‫ ثم أنزل نجوما‬،‫أنزل القرآن في لي لة القدر في شهر رمضان إلى سماء الدنيا جملة واحدة‬

Alquran diturunkan pada malam qadar di bulan Ramadhan ke langit dunia secara kolektif, selanjutnya
diturunkan (kepada Nabi Muhammad) secara berangsur- angsur. (HR. Thabrani)"

2. Tujuan Alquran Diturunkan secara Berangsur-angsur

Alquran sebagai petunjuk bagi manusia diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur
Diturunkannya secara berangsur-angsur itu tentunya memiliki tujuan tertentu. Di antara tujuan
diturunkannya secara berangsur-angsur adalah:

a Menetapkan () hati Rasulullah Yang menjadi pertanyaan kenapa hati Rasulullah perlu di- tatsbit-kan?
Hal itu dikarenakan Nabi berdakwah kepada orang banyak selalu saja mendapat tantangan dari orang-
orang yang anti kepadanya, tambah lagi sifat orang-orang tersebut kasar dan bengis serta tidak
menunjukkan sikap yang bersahabat. Maka hal seperti itu perlu diberi semangat dan kekuatan kepada
Rasul bahwa apa yang dialaminya itu sama dengan yang dialami oleh nabi-nabi dan para rasul terdahulu.

b. Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat) Orang-orang yang anti kepada Rasulullah senantiasa
melakukan upaya yang dapat menyudutkamya. Di antara upaya tersebut adalah dengan mengajukan
tantangan yang sepertinya Rasulullah tidak dapat membuktikannya. Misalnya tantangan mereka agar
Rasulullah minta kepada Allah untuk menurunkan azab kepada mereka. Apa yang mereka minta itu
dibuktikan oleh Allah. dan Allah menurunkan azab kepada mereka pada waktu itu juga.
c. Mudah dipahami dan dihafal Bagi bangsa yang buta huruf sulit dapat menghafal dan memahami
sesuatu yang harus dipahami atau dihafal. Oleh karena itu, diturunkan Alquran itu secara berangsur-
angsur menjadi mudah dihafal dan dipahami serta diamalkan.

d. Sesuai dengan lalu lintas peristiwa atau kejadian Alquran diturunkan sesuai dengan kejadian
atau peristiwa- peristiwa yang muncul pada waktu itu, misalnya peristiwa tayammum sebagai
pengganti wudu ketika tidak diperoleh air.

Dalam salah satu riwayat dikemukakan bahwa "Rasulullah saw, pada suatu hari di perjalanan
memerintahkan kepada Al-Ashla", khadam, dan pembantunya, untuk menyiapkan kendaraannya. Al-
Ashla berkata: "Ya Rasulullah aku sedang junub. Maka Rasulullah saw, terdiam hingga Jibril datang
menemuinya dan menyampaikan ayat mengenai tayamum kepada Rasulullah saw. Jibril
memperlihatkan cara tayamum kepada Rasulullah, yaitu menyapu muka satu kali, dan menyapu kedua
tangan sampai siku satu kali. Lalu Rasulullah memerintahkan kepada Al-Ashla' agar bertayamum, lalu Al.
Ashla' bertayammum. Dan kemudian mempersiapkan kendaraan untuk Rasulullah saw." (HR.Thabrani)

C. Pemeliharaan Alquran

1. Pemeliharaan Alquran pada Masa Rasulullah.

Pada masa Rasulullah masih hidup Alquran dipelihara sedemikian rupa, sehingga cara yang paling
terkenal untuk memelihara Alquran adalah dengan menghafal dan menulisnya.

Rasulullah di masa hidupnya menyampaikan wahyu kepada para sahabat dan memerintahkan agar
sahabat menghafalnya dengan baik. Apa yang diperintahkan oleh Rasulullah dapat dilaksanakan dengan
baik pula oleh para sahabat.

Selain dari cara menghafal ini, Rasulullah memerintahkan agar para sahabat yang pandai menulis segera
menuliskan ayat-ayat Alquran yang telah dihafal oleh mereka. Di antara sahabat yang diperintahkan
untuk menulis ayat-ayat Alquran adalah:

a 4 sahabat terkemuka, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali

b. Muawiyah bin Abu Sufyan

c. Zaid bin Tsabit

d. Ubay bin Ka'ab

e. Khalid bin Walid

Bahkan menurut Blachere, penulis wahyu itu mencapai jumlah 40 orang dari kalangan sahabat pada
waktu itu. Sahabat-sahabat tersebut diperintahkan oleh Rasulullah untuk menulis wahyu itu turun.
Penulisan tersebut diurut sesuai dengan perintah Nabi. Setelah itu baru disimpan. Di samping itu
sahabat-sahabat terkemuka yang menghafal Alquran menurut hadis yang diriwayatkan Bukhari adalah:

a. Abdullah ibnu Mas'ud


b. Salim bin Mu'aqil, dia adalah Maula Abu Huzaifah

C. Mu'az bin Jabal

d. Ubay bin Ka'ab

e. Zaid bin Tsabit

f. Abu Zaid bin Sukun, dan

g. Abu Darda'

Menurut sumber Hadis Bukhari, bahwa tujuh orang tersebutlah yang bertanggung jawab
mengumpulkan Alquran menurut apa yang mereka hafal itu, dan yang dihafalnya itu dikembalikan
kepada Rasulullah. Jadi, melalui sanad-sanad mereka inilah Alquran sampai kepada kita seperti yang ada
sekarang ini.

2. Pemeliharaan Alquran pada Masa Abu Bakar

Ketika Abu Bakar menjabat khalifah menggantikan Rasulullah setelah wafatnya, dia menghadapi
beberapa kemelut, di antaranya yang terkenal adalah menghadapi orang murtad di mana mereka ingkar
untuk membayar zakat. Menghadapi mereka tidak bisa tanggung-tanggung dan bahkan menghadapi
mereka ini terpaksa dengan angkat senjata. Dalam menghadapi penduduk Yaman yang ingkar zakat itu,
perang tidak dapat dielakkan lagi. Peristiwa itu terjadi pada tahun 12 H. Akibat dari pertempuran
tersebut gugur 70 orang huffaz dari kalangan umat Islam. Kejadian tersebut membuat Umar khawatir
akan kehilangan lebih banyak lagi dari kalangan qari dan huffaz, maka Umar membicarakan hal tersebut
kepada khalifah Abu Bakar. Umar berharap agar khalifah memerintahkan untuk mengumpulkan Alquran.
Dengan alasan tersebut khalifah menyetujui usulan Umar itu.

Menanggapi usulan tersebut maka Zaid bin Tsabit ditugaskan olch Abu Bakar untuk mengumpulkan dan
menulis Alquran. Maka Alquran yang semula ditulis di tulang-tulang, pelepah korma, daun kayu, dan lain
sebagainya dikumpulkan dan disalin kembali oleh Zaid bin Tsabit. Hasil salinan itu disebut dengan
mushaf. Mushaf tersebut diserahkan oleh Zaid bin Tsabit kepada Khalifah Abu Bakar. Olch Abu Bakar
mushaf tersebut disimpannya.

3. Alquran di Masa Umar bin Khattab

Setelah Abu Bakar wafat, Umar Al-Khattab diangkat menjadi khalifah. Demikian juga halnya mushaf,
yang dahulunya disimpan oleh Abu Bakar, setelah Umar menjadi khalifah maka mushaf itu disimpan
oleh Umar. Pada masa Umar ini tidak sibuk membicarakan Alquran, tapi lebih difokuskan pada
pengembangan ajaran Islam dan wilayah kekuasaan Islam. Jadi, pada masa ini dapat dikatakan bahwa
Alquran tidak ditulis lagi, tapi ajaran Alquran yang lebih dikedepankan. Oleh karena itu, setiap ada
masalah Umar selalu mengajak kembali kepada Alquran, dengan maksud memperhatikan secara lebih
teliti pesan apa yang dibawa Alquran tersebut. Maka rasio manusia mulai berkembang pada masa ini.
Alquran tidak dipahami secara tekstual saja, tapi lebih jauh lagi dipahami secara kontekstual

4. Alquran di Masa Usman bin Affan

Setelah Umar wafat, maka Usman diangkat menjadi khalifah oleh sebagian besar umat Islam. Pada masa
ini penyimpanan mushaf yang ditulis oleh Zaid bin Tsabit itu dipindahkan ke khalifah Usman. Di samping
itu masih ada lagi mushaf-mushaf yang ditulis secara pribadi oleh beberapa orang sahabat, seperti
mushaf Ali, mushaf Ubay bin Ka'ab, dan mushaf Ibnu Mas'ud (Abdullah). Menurut Ali, orang yang paling
besar jasanya dalam mengumpulkan mushaf adalah Abu Bakar.

Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan wilayah-wilayah yang ditaklukkan Islam sudah makin meluas.
Para qurra' sudah terpencar tempat tinggalnya di beberapa daerah wilayah kekuasaan Islam. Para
ilmuwan yang ada di daerah-daerah mengambil atau menerima bacaan-bacaan dari utusan-utusan yang
dikirim ke daerah mereka. Karena banyaknya para qurra' tersebut tentu saja akan didapati bacaan-
bacaan yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut mungkin saja dikarenakan berbedanya
huruf-huruf yang terdapat di negeri mereka. Mereka hidup menurut kelompok atau daerah tempat
tinggal mereka. Sebagian dari bentuk perbedaan itu ada yang menakjubkan. Kelompok ini adalah
mereka yang bersandarkan kepada Rasulullah, sehingga walaupun muncul perbedaan qira'at, tapi tidak
mengubah bentuk tulisannya. Namun sangat disayangkan, perbedaan itu makin lama semakin jauh,
sehingga terjadi salah menyalahkan dan bahkan sampai kafir mengkafirkan.

Melihat keadaan seperti ini Abu Huzaifah khawatir akan terjadi perpecahan di kalangan umat Islam,
padahal mulanya perbedaan itu hanya pada tingkat anak-anak. Melihat kenyataan ini Abu Huzaifah
menghadap khalifah menyampaikan hal tersebut.

Kekhawatiran yang disampaikan Abu Huzaifah itu dimaklumi oleh khalifah dan ditanggapinya.
Selanjutnya khalifah Usman mengum- pulkan para sahabat dan memerintahkan mereka untuk menyalin
mushaf yang pertama yang dibuat pada masa Abu Bakar. Dengan adanya perintah tersebut maka para
sahabat berkumpul dan mengadakan ijma' mengenai qira'at yang akan ditetapkan untuk dipakai dalam
penyalinan Alquran itu. Hasil dari rapat tersebut adalah Alquran ditulis kembali menggunakan satu
bentuk tulisan yang belakangan dikenal dengan rasam Usmani. Setelah disepakati maka Alquran yang
berada di rumah Hafsah diambil untuk disalin kembali.

Untuk merealisasikan kesepakatan tersebut maka dibentuk suatu panitia untuk menyelesaikan
pekerjaan itu. Panitia tersebut terdiri atas empat orang yaitu Zaid bin Tsabit al-Anshari, Abdullah bin
Zubair, Sa'id bin 'Ash, dan Abdurrahman bin Al-Haris bin Hisyam Al-Qurasyiyyin. Belakangan panitia ini
terkenal dengan panitia empat, Oleh empat orang tersebut Alquran ditulis menurut lidah orang Quraisy.
Alasannya adalah dengan bahasa tersebut tidak diperselisihkan lagi, karena semua orang mengerti
bahasa tersebut. Alasan lainnya adalah karena Alquran diturunkan menggunakan bahasa Quraisy.
Hasil kerja tersebut, Alquran diperbanyak menjadi lima eksemplar. Lima eksemplar tersebut dibagikan
ke lima daerah, yaitu

1. Ditinggal di Madinah sebagai pegangan atau arsip.

2. Dikirim ke Kufah.

3. Dikirim ke Bashrah.

4. Dikirim ke Damaskus.

5. Dikirim ke Mekah.

Sampai sekarang yang terkenal dari mushaf itu adalah mushaf Usmani. Mushaf ini dijadikan standar
baku bagi umat Islam sampai sekarang, baik untuk penulisan maupun bacaan.

Anda mungkin juga menyukai