Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagaimana di wajibkan kepada orang yang beriman untuk mempercayai
bahwasanya Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para rosulnya yakni kitab
taurot kepada nabi Musa, kitab injil kepada nabi Isa, kitab zabur kepada nabi Daud
dan Al-quran kepada nabi Muhammad SAW.
Al-Quran merupakan kitab yang paling utama dan mulia diantara kitab-
kitab yang lainnya dan merupakan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW., Yang
mana tidak ada satupun dari makhlukNya yang bisa menandingi apalagi menyamai
kehebatan maupun keindahan al-quran. Bahkan jika semua manusia dan jin di
kumpulkan untuk membuat sesuatu yang sama dengan al-quran niscaya mereka
tidak akan sanggup membuatnya.
Berbeda dengan kitab-kitab yang lainnya seperti kitab injil yang telah
mengalami perombakan dan perubahan. Karena disusun ulang oleh empat orang
yang bernama yohanes, marqus, matius dan lucas. Yang mana antara satu kitab
dengan kitab yang lainnya saling bertentangan, Sedangkan Al-Quran selalu terjaga
keasliannya sampai hari akhir.
Maka dari itu dirasa sangat penting, untuk lebih mendalami tentang definisi
Al-Quran yang sering kita baca, yang mana membacanya tanpa tau artinya pun
sudah terhitung ibadah dalam arti mendapatkan pahala. Berbeda dengan zikir atau
bacaan yang lainnya tanpa tahu artinya maka bacaannya tidak terhitung ibadah.
2. Rumusan Masalah

a. Apa definisi al-qur’an secara etimologi dan terminologi.


b. Apa yang dimaksud wahyu dan macam-macamnya.
c. Jelaskan tahapan diturunkannya al-qur’an dan hikmah di turunkannya
secara berangsur-angsur.

3. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui definisi al-qur’an secara etimologi dan terminologi.


b. Mengetahui arti wahyu dan macam-macamnya.
d. Mengetahui tahapan dit urunkannya al-qur’an dan hikmah di
turunkannya secara berangsur-angsur.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Quran

1. Pengertian Etimologi (Bahasa)


Secara bahasa, makna Al-qura’an terdapat beberapa perbedaan pandangan dari para
ulama. Antara lain, sebagaiman yang diungkapkan oleh muhammad bin
muhammad Abu Syaibah (1992) dalam kitam Almadkhal li Dirosah al-Quran,
sebagai berikut1:
a. Quran adalah bentuk masdar dari qoro’a, dengan demikian , kata qur’an
berarti “bacaan” . kemudian kata ini selanjutnya, sebagaimana bagi kitab
suci yang diturunkan oleh Allh swt. Kepada nabi Muhammad saw, pendapat
ini didasarkan pada firman Allah: ُ ‫ فَإِذَا قَ َرأْنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرآنَه‬, Artinya “apabila kami
telah seesai membacanya maka ikutilah bacaannya. (QS. Al Qiyamah : 18).
Antara lain yang berpendapat demikian adalah al-Lihyan (w.215 H).
b. Qur’an adalah kata sifat dari al-qar’u yang bermakna al-jam’u (kumpulan).
Selanjutnya digunakan sebagai nama bagi kitab suci yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw, alasan yang dikemukakan adalah karena
AlQur’an terdiri dari sekumpulan suraht dan ayat, memuat kisah-kisah,
perintah dan larangan, dan juga karena Al-Qur’anmengumpulkan inti sari
dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Pendapat ini, antara lain
dikemukakan oleh al-Zujaj (w.311 H).
c. Kata al-Qur’an adalah isim alam, bahkan kata bentukkan dan sejak awal
digunakan sebagai nama bagi kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada nabi Muhammad saw, pendapat ini diriwayatkan dari Imam Syafi’y
(w.204 H).

Menurut Abu Syahbah, dari ketiga pendapat di atas, yang paling tepat adalah
pendapat yang pertama. yakni bahwa Al-Qur’an dari segi isytiqaqnya, adalah
bentuk masdar dari kata qara’a.
Sebagaimana tertera dalam kamus bahwasanya kata qur’an berasal dari qoro’a
yaqro’u qiroo’atan/qur’anan2 . sedangkan tashrif lengkapnya adalah qoro’a yaqro’u

1
Wahyuddin dan M.saifulloh,” Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya”. Jurnal Sosial
Humaniora, Juni 2013,Vol:6, No.1, hal:21-22
2
Ahmad Warson Munawwir,”AL MUNAWWIR KAMUS ARAB-INDONESIA”hal:1184
qiro’atan/qur’anan wa maqro’an fahuwa qoori’un wadzaka maqruu’un iqro’ lataqro’
maqro’un2 miqro’un, yang mana artinya adalah membaca.

2. Pengertian Terminologi (istilah)


Al-Qur’an menurut istilah, antara lain, adalah: Firman Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki kemukjizatan lafal,
membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam
mushhaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah al-Nas.
(Muhammad Abu Syahbah: 1992).
M. Qurais Shihab (1997) mendefinisikan Al-Qur’an sebagai : “firman-firman
Allah yang disampaikan oleh malaikat jibril sesuai redaksinya kepada Nabi
Muhammad saw, dan diterima oleh ummat Islam secara tawatur.
Alqur’an merupakan kitab yang paling mulia yang Allah turunkan kepada nabi
yang paling mulia, yakni nabi Muhammad SAW. Dan merupakan kitab ilahiyyah
yang terakhir diturunkan serta menyalin akan kitab-kitab sebelumnya. Hukumnya
alquran akan tetap berlaku hingga hari akhir. Tidak akan mungkin dijumpai
perubahan maupun penggantian. Dan merupakan tanda terbesar kenabian nabi
Muhammad karena adanya Al-Qur’an merupakan mukjizat yang paling besar.3
Adapun pengertian Alquran menurut istilah yang telah disepakati oleh para
ulama adalah “Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang dturunkan kepada
“pungkasan” para nabi dan rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan perantaraan
malaikat Jibril AS, yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita secara
mutawatir, yang membacanya dinilai sebagai ibadah yang di awali dengan surat
alFatihah dan di tutup dengan surat an-Naas”.4
Maka dapat didefinisikan bahwa: Al-Qur’an adalah firman Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril a.s
sesuai dengan redaksinya, yang memiliki kemukjizatan lafal, yang tertulis dalam
mushaf, dimulai dari suruh al-Fatihah sampai pada surah al-Nas, dan disampaikan
secara mutawatir kepada umat Islam, dimana membacanya dinilai sebagai ibadah.

3
Syekh Thohir bin Sholih al- jazairi,”Jawahirulkalamiyyah”,aqidah islamiyyah,almiftah,surabaya
hal: 20.
4
Muhammad Roihan Daulay,”STUDI PENDEKATAN ALQURAN”, Jurnal Thariqah Ilmiah Vol.
01, No. 01 Januari 2014,hal.33.
B. Definisi wahyu dan macam-macamnya
Alquran dengan wahyu memiliki kaitan yang erat, karena Alquran
merupakan wahyu Allah yang telah disampaikan kepada nabi Muhammad SAW,
sebagaimana Allah telah menyampaikan wahyu kepada rasul sebelumnya.
Arti kata wahyu sebagaimana dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita
berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang
cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan
terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan
sebagian anggota badan.
Secara etimologi wahyu memiliki beberapa pengertian ataupun macam-
macamnya, diantaranya5 :
1. Ilham yang menjadi fitrah manusia, sebagaimana yang diwahyukan kepada nabi
musa,
‫ضعِي ِه‬ َ ‫َوأ َ ْو َح ْينَا ٓ ِإلَ ٓى أ ُ ِم ُمو‬
ِ ‫س ٓى أ َ ْن أ َ ْر‬
artinya:”Dan kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibunya nabi musa :”Susuilah
dia...”( Q.S Al Qashash: 7)
2. Ilham yang berupa naluri binatang, seperti wahyu kepada lebah :
َ‫ش َج ِر َومِ َّما َي ْع ِرشُون‬ َّ ‫ أ َ ِن اتَّخِ ذِي مِ نَ ْال ِج َبا ِل بُيُوتًا َومِ نَ ال‬,‫َوأ َ ْو َحى َربُّكَ ِإلَى النَّحْ ِل‬
,artinya :”Dan tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon dan di rumah-rumah yang di dirikan manusia.(Qs.
An-nhl:68)
3. Isyarat yang cepat melalui simbol-simbol dan gerak-gerik, seperti isyarat pada nabi
zakaria dalam Al-Qur’an :
َ ‫ب فَا َ ۡو ٰۤحی اِلَ ۡي ِہ ۡم ا َ ۡن‬
َ ‫سبِ ُح ۡوا بُ ۡک َرۃ ً َّو‬
‫ع ِشيًّا‬ ِ ‫علی قَ ۡو ِم ٖہ مِ نَ ۡالمِ ۡح َرا‬ َ ‫فَخ ََر َج‬,
artinya :’’maka keluarlah dia dari mihrob, lalu memberi isyarat kepada mereka:
hendaklahkamu bertasbih di wakt pagi dan petang.”(Qs. Maryam:11)
4. Bisikan setan kepada manusia untuk menghias yang buruk agar tampak
indah, seperti dalam firman Allah :
‫ورا‬ ُ ‫ف ْالقَ ْو ِل‬
ً ‫غ ُر‬ ٍ ‫ض ُه ْم إِلَى بَ ْع‬
َ ‫ض ُز ْخ ُر‬ ِ ‫ال ْن ِس َو ْال ِج ِن ي‬
ُ ‫ُوحي بَ ْع‬ ِ ْ َ‫اطين‬ َ ‫َو َكذَلِكَ َجعَ ْلنَا ِل ُك ِل نَبِي ٍ َعد ًُّوا‬
ِ َ‫شي‬
artinya:“Dan demikianlah kami jadikan musuh bagi tiap-tiap nabi, yaitu
setan dari golongan manusia dan jenis jin, agar sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-
indah untuk menipu manusia.” (al an’am:112)
5. Perintah Allah kepada malaikat,”ingatlah ketika tuhanmu mewahyukan kepada
para malaikat
,ْ‫ِإ ْذ يُوحِ ي َربُّكَ ِإلَى ْال َمآلئِ َك ِة أَنِي َم َع ُك ْم فَث َ ِّبتُواْ الَّذِّينَ آ َمنُوا‬
artinya: “Sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendiriannya
orang-orang yang beriman.(Qs. Al-An’fal:12.)

5
Syaikh manna al qaththan,”Pengantar Studi ilmu Al Qur’an”,tahun 2005,hal:34-35.
Sedangkan wahyu secara syari’at adalah kalamulloh yang diturunkan kepada seorang
nabi. Definisi ini berlandasan bahwa makna nya berupa isim maf’ul(diwahyukan) dari fi’il
madhi awha6. Sementara itu menurut pendapat lain yang mendefinisikan wahyu dari
segi bahasa (etimologi) maupun secara istilah (terminology) adalah sebagai berikut:
“Bahwa wahyu secara semantic diartikan sebagai isyarat yang cepat
(termasuk bisikan di dalam hati dan ilham), surat, tulisan, dan segala sesuatu yang
disampaikan kepada orang lain untuk diketahui. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan seseorang di dalam dirinya serta diyakininya bahwa pengetahuan itu
datang dari Allah, baik dengan perantaraan atau tanpa suara maupun tanpa
perantaraan”.7

C. Tahapan Turunnya Wahyu Al-Qur’an dan Hikmah diturunkan secara


Bertahap
Al-qur’an diturunkan selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Yaitu dimulai pada
tanggal 17 romadhon(nuzulul qur’an) tepatnya 41 tahun setelah kelahiran nabi,
sampai tanggal 9 dzulhijjah, haji wada’ tepatnya 63 tahun dari kelahiran nabi.
Turunnya Al-Qur’an kepada nabi Muhammad melalui tiga proses atau tahapan,
yaitu :
1. Al-Qur’an diturunkan sekaligus oleh Allah ke lauhil mahfuzh. Sebagaimana
firman Allah:
ٌ ‫َب ْل ه َُو قُ ْر‬
ٍ ‫آن َم ِجيدٌ فِي لَ ْو‬
, ٍ‫ح َمحْ فُوظ‬
artinya:”Bahkan yang didustakan mereka adalah Al-Qur’an yang mulia. Yang
tersimpan dalam lauhil mahfuzh.(Q.S. Al-Buruj:21-22)
2. Dari lauhil mahfuzh ke baitul izza(tempat yang berada dilangit dunia).
Sebagaimana firman Allah:
,‫ِإنَّآ أَ ْنزَ ْلنهُ فِى لَ ْيلَ ِة ْالقَدْر‬
artinya:”sesungguhnya kami telah menurunkan Al-quran pada malam
kemuliaan.(Q.S.Al-Qodar:1).
3. Dari baitul Izza kedalam hatinya nabi Muhammad SAW. Secara berangsur-
angsur, sesuai kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat bahkan terkadang
satu surat. Sebagaimana firman Allah :
‫ين‬
ٍ ‫ع َر ِّب ٍى ُّم ِّب‬
َ ‫ان‬
ٍ ‫س‬َ ‫علَ َٰى قَ ْل ِّبكَ ِّلت َ ُكونَ مِّ نَ ْٱل ُمنذ ِِّّرينَ ِّب ِّل‬ ُّ ‫ب ْٱل َٰ َع َلمِّ ينَ نَزَ َل ِّب ِّه‬
َ ُ‫ٱلرو ُح ْٱْلَمِّ ين‬ ِّ ‫َو ِّإنَّهُۥ لَت َِّنزي ُل َر‬
artinya:” yang dibawa turun oleh ar-ruhul amin( malaikat jibril),kedalam
hatimu(Muhammad) agar engkau termasuk orang-orang yang memberi

6
Ibid
7
Muhammad roihan daulay,“ Studi Pendekatan Al Qur’an”,Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 01
Januari 2014,hal: 33-34
peringatan.dengan menggunakan bahasa arab yang jelas.(Q.S. Asy-
Syu’aro :192-195)
Jelas sudah kalau Al-quran tidak di turunkan sekaligus kepada nabi
Muhammad, melainkan secara bertahap, yang mana tujuannya tidak lain
sebagaimana firman Allah:
‫علَ ْي ِّه ْالقُ ْرآنُ ُج ْملَة َواحِّ َدة َكذَلِّكَ ِّلنُث َبِّتَ بِّ ِّه فُ َؤادَكَ َو َرت َّ ْلنَاهُ ت َْرتِّيل‬
َ ‫َوقَا َل الَّذِّينَ َكف َُروا لَ ْو ََل نُ ِّز َل‬
Artinya:” Berkatalah orang-orang yang kafir: Mengapa Al Quran itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).(Q.S. Al-Furqon
:32)

Adapun hikmah selain yang telah disebutkan adalah sebagai berikut :8


1. Memantapkan hati Nabi
Dalam menyampaikan dakwah,Nabi sering berhadapan dengan orang
yang menentang dan memusuhinya. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur
merupakan dorongan tersendiri bagi nabi untuk terus berdakwah.
2. Menentang dan melawan penentang Al-Qur’an
Selama berdakwah, Nabi juga sering mendapatkan pertanyaan yang sulit
dari orang-orang musyrik agar melemahkan Nabi, dan turunnya Al-Qur’an
bukan hanya menjawab dari soal ataupun pertanyaan tersebut, bahkan
menantang orang-orang tersebut untuk mendatangkan sesuatu yang serupa
dengan Al-Qur’an. Dan ketika mereka tak menyanggupinya maka hal itu
merupakn salah satu kemukjizatan Al-Qur’an.
3. Mudah untuk di hafal dan di pahami
Di tengah-tengah masyarakat yang ummi yakni tidak memeiliki
pengetahuan membaca dan menulis Al-Qur’an di turunkan, tujuannya di
turunkannya secara berangsur tidak lain supaya mudah untik dipahami dan di
hafalkan.
4. Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya Al-Qur’an diturunkan) dan
melakukan penahapan dalam penetapan syari’at.
5. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah SWTyang maha
bijaksana.
Walaupun Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam tempo 22
tahun, 2 bulan, 22 hari, secara keseluruhan , terdapat keserasian antara satu
bagian dengan bagian yang lainnya, hal ini hanya bisa dilakukan oeleh Allah,
zat yang maha bijaksana.
D. Kesimpulan

8
Rosihon anwar,”Ulum Al-Quran”,CV.Pustaka Setia,Bandung, 2015,hal:36-37.
Al-Qur’an secara etimologi berasal dari kata qoro’a yang artinya membaca, jadi
al-quran adalah bacaan atau yang dibaca. Sedangkan secara terminologi al-qur’an
adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui
perantara malaikat Jibril a.s sesuai dengan redaksinya, yang memiliki kemukjizatan
lafal, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dari suruh al-Fatihah sampai pada surah
al-Nas, dan disampaikan secara mutawatir kepada umat Islam, dimana
membacanya dinilai sebagai ibadah.
Wahyu berasal dari kata wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita berbicara
kepadanya agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu
terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan terkadang
melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota
badan. Adapun macam-macam nya ialah Ilham yang menjadi fitrah manusia, Ilham
yang berupa naluri binatang, Isyarat yang cepat melalui simbol-simbol dan gerak-gerik,
Bisikan setan kepada manusia untuk menghias yang buruk agar tampak
indah,Perintah Allah kepada malaikat.
Sedangkan ditunkannya al-quran melalui tiga tahapan yakni : Al-Qur’an diturunkan
sekaligus oleh Allah ke lauhil mahfuzh,Dari lauhil mahfuzh ke baitul izza(tempat
yang berada dilangit dunia),Dari baitul Izza kedalam hatinya nabi Muhammad
SAW. Secara berangsur-angsur, sesuai kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat
bahkan terkadang satu surat.
Adapun hikmah diturunkannya al-qur’an secara berangsur-angsur ialah
Menguatkan hati Nabi, Memantapkan hati Nabi, Menentang dan melawan penentang
Al-Qur’an, Mudah untuk di hafal dan di pahami, Mengikuti setiap kejadian(yang
karenanya Al-Qur’an diturunkan) dan melakukan penahapan dalam penetapan syari’at,
Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah SWT yang maha bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2015. Ulum Al-Quran. Bandung: CV Pustaka Setia.


al-Qoththan, Manna. 2005. Pengantar studi ilmu al-qur’an. Jakarta: Pustaka Al-
kautsar.
Daulay, Muhammad Roihan. 2014. Studi Pendekatan Al Qur’an. Jurnal Thariqah
Ilmiah. 01(01): 31-45.
Thohir. 1997. Jawahirul kalamiyah. Surabaya: Al-miftah.
Wahyuddin dan M.saifulloh. 2013. Ulum Al-Qur’an, Sejarah dan
Perkembangannya. Jurnal Sosial Humaniora. 6(1):21-22.

Anda mungkin juga menyukai