Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN 

  

                                                                                                                                                                                     
                                                                                                      Al-qur’anul karim adalah mu’jizat islam
yang kekal dan mu’jizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah
kepada Rasulullah, Muhammad saw,untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap gulita
menuju jalan yang terang,serta membimbing  jalan yang lurus.sesugguhnya al-qur’an adalah
kalamullah,maka karena itu,setiap mukmin  mengagugkan al-qur’an dan berusaha untuk berpegang
teguh dengan hukum-hukumNya serta membaca dan merenungkanNya. Dan sungguh tidak ada jalan
menuju kebahagian dan kemenangan di dunia dan akhirat kecuali dengan perantara para Rasul, dan
tidak ada jalan untuk mengetahui kebaikan dan keburukan secara terperinci kecuali berdasarkan
jalan para rosul.

                             II.            RUMUSAN MASALAH

a.       Apa pengertian al-qur’an itu?

b.      Nama-nama al-qur’an

c.       Apa pengertian wahyu itu?

                          III.            PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AL-QUR’AN.

Ø  Secara Etimologi

Nama Al Qur’an muncul bukan hasil dari pemikiran manusia, namun nama Al Qur’an sendiri
itu muncul di dalam kitab itu sendiri. Berawal dari pemikiran itulah muncul sebuah pendapat yang
mengatakan bahwa Al Qur’an bukanlah hasil definisi dari sebuah kata, namun Al Qur’an adalah
sebuah isim alam yang diiberikan Allah kepada kitab suci ini. Diantaranya adalah pendapat dari imam
Syafi’i yang merasa tidak perlu mengupas asal usul pemberian nama ini, karena Allahlah yang
memang memberi nama demikian, sama saja ketika Allah memberi nama Taurat dan Injil kepada
nabi Musa dan nabi Isa AS.[1]

Namun paara ulama beda pendapat, beberapa ulama juga ada yang mengartikan bahwa Al
Qur’an adalah hasil dari definisi sebuah kata, mereka berusaha menggali makna dan asal usul kata Al
Qur’an.

Ø  Secara Terminologi

Definisi secara terminology juga banyak pendapat yang mendefinisikannya, salah satu
pendapat yang disepakati ulama dari ahi ushul adalah kalam Allah yang tiada  tandingannya
(mu’jizat), yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan Rasul dengan
perantaraan malaikat Jibril AS dimulai dengan surat al Fatihah dan diskhhiri dengan surat Al Nash
dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir serta
mempelajarinya merupakan suatu ibadah.[2]

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Al Qur’an merupakan sebuah
metode penurunan wahyu yang lafal dan maknanya berasal dari Allah, karena ketika malaikat Jibril
memberikan sebuah ayat Al Qur’an sudah dalam bentuk kata-kata sebagaimana yang disampaikan
oleh para sahabatnya.

Al-qur’an adalah risalah Allah kepada manusia semuanya. Banyak nash yang menunjukkan
hal itu,didalam al-qur’an salah satunya sebagai berikut[3] :

ö@è% $yg•ƒr'¯»tƒ ÚZ$¨Z9$# ’ÎoTÎ) ãAqß™u‘ «!$# öNà6ö‹s9Î) $·èŠÏHsd “Ï%©!$# ¼çms9 Ûù=ãB 
ÏNºuq»yJ¡¡9$# Ç          Úö‘F{$#ur ( Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ¾Ç‘ósムàM‹ÏJãƒur ( (#qãYÏB$t«sù «!$$Î/ 
Ï&Î!qß™u‘ur ÄcÓÉ<¨Y9$# Çc’ÍhGW{$# ”Ï%©!$# ÚÆÏB÷sム«!$$Î/ ¾ÏmÏG»yJÎ=Ÿ2ur çnqãèÎ7¨?
    $#ur öNà6¯=yès9 šcr߉tGôgs? ÇÊÎÑÈ

Artinya : Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya,
Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (QS.al-a’raf: 158)

x8u‘$t6s? “Ï%©!$# tA¨“tR tb$s%öàÿø9$# 4’n?tã ¾Ínωö6tã tbqä3u‹Ï9 šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉ‹tR 
  ÇÊÈ
Artinya :.” Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-
Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”[QS.al-furqon:1)

Nama-nama Al Qur’an

Selain nama al Quran yang sering disebutkan dalam kitab tersebut sebagaimana yang sering
dikenal oleh mayoritas muslim, masih ada beberapa nama yang juga dirujukkan kepada al quran.
Menurut Al Qodhi Abu al Ma’aly ‘Aziziy bin Abdul Malik mengatakan Al Quran memiliki 55 buah
nama, diantaranya adalah:

      Al-Kitab ْ
(  ُ‫)ال ِكتَاب‬

Sebagaimana surat Al-Dukhon ayat 1 dan 2 yang berbunyi

ِ ‫ين َو ْال ِكتَا‬


‫ب‬ ِ ِ‫ْال ُمب‬

“Demi kitab (AlQuran) yang menjelaskan”

      Al Qur’an  (‫آن‬ ْ


ِ ْ‫القُر‬ )

َ ‫ضى أَ ْن قَ ْب ِل ِم ْن ْالقُرْ آنِبِتَع‬


‫ْجلْ َوال‬ َ ‫ك يُ ْق‬
َ ‫َوحْ يُهُ ِإلَ ْي‬

ْ‫ِع ْل ًم ِز ْدنِي َربِّ َوقُل‬

“Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan


mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan."

      Kalam  (‫هاللَّكَال َم‬ )

‫يَ ْس َم َع َحتَّى فَأ َ ِجرْ هُ ا ْست ََجارَكَ ْال ُم ْش ِر ِكينَ ِمنَ َح ٌد أَ َوإِ ْن‬

‫ك َمأْ َمنَهُ أَ ْبلِ ْغهُ ثُ َّم هاللَّكَال َم‬


َ ِ‫يَ ْعلَ ُمونَ ال قَوْ ٌم بِأَنَّهُ ْم َذل‬

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat
yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”

      Al ْ
Furqon (  َ‫الفُرْ قَان‬ )

َ‫نَ ِذيرًا لِ ْل َعالَ ِمينَ لِيَ ُكونَ َع ْب ِد ِه َعلَى ْالفُرْ قَانَ نَ َّز َل لَّ ِذي ا تَبَارَك‬

“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”

      Al Dzikro  (ٌ‫ ِذ ْكر‬ )

ٌ ‫ُم ْن ِكرُونَ لَهُ أَفَأ َ ْنتُ ْم أَ ْن َز ْلنَاهُ ُمبَا َر‬


‫ك ِذ ْك ٌر َوهَ َذا‬
“Dan Al Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami
turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?”[4]

                                    Al-qur’an mencangkup pembahasan-pembahasan,diantaranya :

1.      Hukum-hukum aqoid yaitu hukum-hukum yang wajib kita imani,mengenai iman kepada
Allah,kitab,malaikat,rasul,hari akhir,qodha dan qodar.tegasnya,hukum-hukum yang menjadi
pemisah antara mukmin dan kafir.hukum-hukum inilah yang dibicarakan oleh ilmu kalam atau ilmu
usuluddin.

2.      Anjuran-anjuran yang mengajak manusia untuk memperhatikan dan menyelidiki keadaan alam
untuk membuktikan wujud Allah dan kekuasaannya.

3.      Wa’ad dan wa’id yakni janji baik dan buruk.

4.      Kisah-kisah orang purbakala dan umat-umat dahulu.

5.      Hukum-hukum akhlak adalah hukum-hukum yang dibicarakan oleh sosiologi dan etika.

6.      Hukum-hukum amaliyah.

B.     PENGERTIAN WAHYU

Sebelum membahas pengertian wahyu lebih lanjut, marilah kita pelajari sebuah ayat dalam
Al Qur’an surat al Syuro, ayat 51 sebagai berikut:

‫ب أَوْ يُرْ ِس َل َرسُوال فَيُو ِح َي بِإِ ْذنِ ِه َما يَشَا ُء إِنَّهُ َعلِ ٌّي َح ِكي ٌم‬
ٍ ‫َر أَ ْن يُ َكلِّ َمهُ هَّللا ُ إِال َوحْ يًا أَوْ ِم ْن َو َرا ِء ِح َجا‬
ٍ ‫َو َما َكانَ لِبَش‬

Artinya:  “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya
Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.

Kalau dipahami lebih dalam, ayat di atas menjelaskan bahwa Allah berkomunikasi dengan
manusia melalui tiga cara, yaitu dengan perantaraan wahyu, langsung bertemu dengan utusannya
sebagaimana ketika nabi Muhammad SAW isra’ mi’raj, mengirim utusan sebagaimana ketika nabi
Muhammad ketika menerima wahyu yang pertama kali.

Sedangkan wahyu sendiri jika dilihat dari beberapa ayat Al Qur’an adalah sebagai berikut:

v  Isyarat

‫ًّا‬µ¶‫ب فَأَوْ َحى إِلَ ْي ِه ْم أَ ْن َسبِّحُوا بُ ْك َرةً َو َع ِشًي‬


ِ ‫فَخَ َر َج َعلَى قَوْ ِم ِه ِمنَ ْال ِمحْ َرا‬
  Artinya:“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang(QS Maryam : 11)

Ayat di atas menceritakan tentang nabi Zakariya yang banyak menghabiskan waktunya di
dalam mihrab untuk beribadah. Pada suatu saat beliau keluar dari mihrob untuk mewahyukan
kepada kaumnya agar mereka bertasbih di waktu pagi dan petang.

Menururt Prof. Dr. Abd al Mun’im Al Namr kata ‫أَوْ َحى‬µµَ‫ف‬ di atas diartikan sebagai isyarat,
karena tidak mungkin nabi Zakariya member wahyu kepada umatnya sebagaimana Allah kepada
hambanya.

v  Bisikan

َ ُّ‫ْض ُز ْخرُفَ ْالقَوْ ِل ُغرُورًا َولَوْ شَا َء َرب‬


‫ا‬µµ‫ َذرْ هُ ْم َو َم‬µَ‫وهُ ف‬µµُ‫ا فَ َعل‬µµ‫ك َم‬ ٍ ‫ضهُ ْم إِلَى بَع‬ ِ ‫س َو ْال ِجنِّ ي‬
ُ ‫ُوحي بَ ْع‬ ِ ‫ًًّوا َشيَا ِطينَ اإل ْن‬µ¶ ‫َو َك َذلِكَ َج َع ْلنَا لِ ُك ِّل نَبِ ٍّي َع ُد‬
َ‫يَ ْفتَرُون‬

Artinya:”Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki,
niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-
adakan.”(  Al An’am : 112)

Dari ayat di atas, bila diartikan sebagai mewahyukan maka tidak mungkin, karena impossible
jika setan memberikan wahyu. Maka wahyu di atas diartikan sebagai bisiskan.

v  Instink

ِ ‫َوأَوْ َحى َربُّكَ إِلَى النَّحْ ِل أَ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
َ‫ْر ُشون‬

Artinya:  “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit,


di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". ( QS. Al Nahl : 68)

Dari ayat di atas, dappat dipahami bahwa tidak mungkin lebah menerima wahyu dari allah,
karena kehidupan lebah yang mengambil tanah dari pegunungan untuk dijadikan rumah-rumah itu
adalah instink dari Allah.

v  Ilham

‫ت َعلَ ْي ِه فَأ َ ْلقِي ِه فِي ْاليَ ِّم‬ ِ ْ‫َوأَوْ َح ْينَا ِإلَى أُ ِّم ُمو َسى أَ ْن أَر‬
ِ ‫ض ِعي ِه فَإِ َذا ِخ ْف‬

Artinya:  “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,” (Al Qoshos: 7)

Kata auha di atas tidak dapat diartikan bahwa allah memeberikan wahyu kepada ibu Musa,
karena bukan sorang nabi, sehingga dapat diartikan sebagai ilham.[5]
Dari berbagai ayat di atas dapat diambil benang merah bahwa wahyu adalah isyarat,
bisikan, instink, ilham dari Allah terhadap hamba yang telah dipilihnya yang selanjutnya disebut
sebagai nabi atau rosul.

Beberapa cara allah dalam memeberikan wahyu kepada para nabi adalah sebagai berikut :

o   Datangnya malaikat yang mengagetkan seperti bel yang suaranya keras/

o   Malaikat datang sebagai wujud manusia kemudian berkata-kata.

o   Malaikat  datang dalam mimpi seorang nabi atau rosul

o   Allah memeberikan wahyu langsung kepada nabi atau rosul, baik dalam keadaan sadar maupun dalam
keadaan tidur.[6]

Wahyu menurut bahasa berarti suara,tulisan,isyarat,bisikan,paham dan juga berarti


api.Wahyu menurut istilah adalah setiap apa yang dsampaikan kepada orang lain agar
diketahuinya,namun lebih terkenal dengan arti apa yang disampaikan oleh Allah kepada nabi-
nya.Ada juga yang mengartikannya dengan pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat.
Wahyu adalah kata masdar yang berarti berita, baik berita itu disampaikan secara tertulis atau lisan,
Bahwa wahyu adalah pengetahuan yang didapat  pada dirinya sendiri dengan keyakinan yang
penuh,bahwa pengetahuan itu datang dari Allah baik dengan perantara ataupun tidak.

Disebutkan dalam kitab al-masyariq bahwa wahyu itu pada asalnya adalah sesuatu
yangdiberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat. Yang dimaksud diketahui dengan cepat
ialah dituangkan suatu pengetahuan ke dalam jiwa sekaligus dengan tidak lebih dahulu timbul
pikiran dan muqoddimah[7].

Wahyu Allah kepada nabi-nabinya ialah pengetahuan-pengetahuan yang Allah tuangkan ke


dalam jiwa nabi dan disampaikan kepada manusia untuk menunjukkan dan memperbaiki mereka
didalam kehidupan dunia serta membahagiakan mereka diakhirat.sesudah menerima wahyu itu,nabi
mempunyai kepercayaan yang penuh bahwa yang diterimanya itu adalah dari Allah.

Muhammad abduh dalam bukunya Risalah at-tauhid berkata :’’wahyu itu suatu irfan


(pengetahuan)yang didapat oleh seorang didalam dirinya serta diyakini olehnya bahwa yang
demikian itu dari jihad Allah,baik dengan perantaraan ataupun dengan tidak perataraan.yang
dengan perantaraan bersuara dan dapat didengar atau dengan tidak bersuara.[8]

Agar mereka dapat pecaya terhadap kebenaran turunnya wahyu alqur’an yang benar-benar
dari sisi Allah swt, didalam al-qur’an banyak sekali yang menyebutkan tentang wahyu diantaranya
sebagai berikut :

  
ym÷rr&ur y7•/u‘ ’n<Î) È@øtª[“$# Èbr& “ɋσªB$# z`ÏB ÉA$t6Ågø:$# $Y?qã‹ç/ z`ÏBur Ìyf¤±9$# ‘4
  $£JÏBur tbqä©Ì÷ètƒ ÇÏÑÈ

Artinya : ‘’Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit,


di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",(an-nahl:68)

ö@è% ‘“r& >äóÓx« çŽt9ø.r& Zoy‰»pky ( È@è% ª!$# ( 7‰‹Íky ÓÍ_øŠt/ öNä3oY÷t/ur 4 
zÓÇrré&ur ¥’n<Î) #x‹»yd ãb#uäöà)ø9$# Nä.u‘É‹RT{ ¾ÏmÎ/ .`tBur x÷n=t/ 4 öNä3§Yάr& tbrß
‰pkô¶tFs9 žcr& yìtB «!$# ºpygÏ9#uä 3“t÷zé& 4 @è% Hw ß‰pkôr& 4 ö@è% $yJ¯RÎ) uqèd 
  ×m»s9Î) Ó‰Ïnºur ÓÍ_¯RÎ)ur Öäü“̍t/ $®ÿÊeE tbqä.ÎŽô³è@ ÇÊÒÈ

Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia


menjadi saksi antara aku dan kamu. dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia aku
memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah
Sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku
tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".(al-an’am:19).

y7Ï9ºx‹x.ur !$uZø‹ym÷rr& y7ø‹s9Î) %[nrâ‘ ô`ÏiB $tR̍øBr& 4 $tB |MZä. “Í‘ô‰s? $tB 
Ü=»tGÅ3ø9$# Ÿwur ß`»yJƒM}$# `Å3»s9ur

çm»oYù=yèy_ #Y‘qçR “ωök¨X ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±®S ô`ÏB $tRÏŠ$t6Ïã 4 y7¯RÎ)ur ü“ωöktJs9 4’n<Î) 
:ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡•B ÇÎËÈ

Artinya :  Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran  itu  cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa
yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. (asy-syura:52).

                          IV.            PENUTUP

Ø  Alquran adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mu’jizat), yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW, penutup para nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril AS dimulai
dengan surat al Fatihah dan diskhhiri dengan surat Al Nash dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah.

Ø  Nama-nama lain Al-Quran adalah: Al Quran, Al Kalam, Al Kitab, Al Furqon, Al Dzikro dan lain-lain.

Ø  wahyu adalah isyarat, bisikan, instink, ilham dari Allah terhadap hamba yang telah dipilihnya yang
selanjutnya disebut sebagai nabi atau rosul.
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki Kamaluddin, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994

Ash-Shabuuny Muhammad ali, Studi Ilmu Al-Quran,  Bandung : CV Pustaka Setia,

Al Suyuthi Jalal Al Din, Al Itqon fi ‘Ulum Al Quran

Badruddin Imam, m. Abdullah al zarkasy, Al Burhan fi Ulum Al Quran,  Lebanon : Dar Al Ma’rifah. Jilid
1,

Ash-shidiqhi,ilmu al-qur’an & tafsir,  PT.pustaka rizki putra, semarang,2009.

[1] Kamaluddin Marzuki, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994

[2] Muhammad ali Ash-Shabuuny, Studi Ilmu Al-Quran,  Bandung : CV Pustaka Setia, h. 15

[3] . Mudzakir AS,Studi ilmu-ilmu qur’an. Jakarta : PT.Pustaka litera antarnusa, 2000. Hal :11

[4] Imam badruddin, m. Abdullah al zarkasy, Al Burhan fi Ulum Al Quran,  Lebanon : Dar Al


Ma’rifah. Jilid 1, h. 273

[5] Kamaluddin Marzuqi. h. 10-12


[6] Jalal Al Din Al Suyuthi, Al Itqon fi ‘Ulum Al Quran

[7] .hasbi ash-shidiqhi,ilmu al-qur’an & tafsir,  PT.pustaka rizki putra, semarang,2009.hlm.10.

[8] Ibid : 11 

Unknown at 8:52 PM
Share

1 comment:

1.

UnknownMay 4, 2016 at 9:02 PM

Wahyu Quran turun di tempatnya yang BENAR-BENAR ABSURD, JOROK DAN


TIDAK MASUK AKAL :

WAHYU AWLOH TURUN KETIKA MUHAMAD BERADA DIDALAM


PAKAIAN AISYAH:

.....maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya: "Jangan kamu sakiti
aku dalam masalah 'Aisyah, KARENA TIDAK SATU WAHYU PUN YANG
TURUN KEPADAKU SAAT AKU BERADA DALAM PAKAIAN SEORANG
ISTERI KECUALI 'AISYAH".
(Bukhari No. 2393)

Saya sering ter-senyum-senyum bahkan sampai tertawa terpingkal-pingkal ketika


membaca ayat Quran dan Hadist, sungguh, itu bukan penghinaan lho...

Coba anda dengan hati yang tulus dan jujur membaca, Hadist Sahih Bukhari diatas,
apa yang ada dibenak anda ketika membacanya???

Wahyu SUCI Quran turun dibalik PAKAIAN AISYAH???

Kan dibalik selimut Aisyah yang ada adalah "Hajar Aswadnya" si Aisyah !!!

Ha.ha.ha...

BAHKAN WAHYU AWLOH TURUN PADA WAKTU MUHAMMAD SEDANG


AZL (MENGELUARKAN MANI DILUAR VAGINA):

..... Ia mendengar Jabir radliallahu 'anhu berkata; Kami melakukan 'Azl, sedangkan Al
Qur`an juga turun. Dan dari Amru dari Atha` dari Jabir ia berkata; KAMI
MELAKUKAN 'AZL DI MASA NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM
DAN AL QUR`AN JUGA TURUN."
(Bukhari No. 4808)

Koq bisa bisanya wahyu qoran turun pada saat sembur semburan air mani???

Wahyu apaan tuch???


Pantas saja dari era Mamad SAW, KH zainuddin MZ, Rhoma Irama, aceng fikri ampe
eyang Subur..... Mereka semua adalah orang orang yg tidak pernah lepas dari urusan
VAGINA.

Ha.ha.ha...

Reply
Add comment



Home

View web version


About Me

Unknown

View my complete profile

Powered by Blogger.

Menu

Cari

Makalah pendidikan dan sosial

Mari upayakan pendidikan tanpa biyaya

Al qur’an dan wahyu

Modul: 2

AL-QUR’AN DAN WAHYU

Oleh: Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A.

A. PENGERTIAN WAHYU DAN AL-QUR’AN


Al-Wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian
dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah pemberi-
tahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa
diketahui orang lain. Menurut ilmu bahasa, wahyu ialah : isyarat yang cepat dengan tangan dan
sesuatu isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan. Juga bermakna surat, tulisan, sebagaimana
bermakna pula, segala yang kita sampaikan kepada orang lain untuk diketahuinya.

Wahyu itu ialah : yang dibisikkan kedalam sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip
kepada dirahasiakan daripada dilahirkan.

Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:

Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa:

‫…وأوحينا إلى أم موسى أن أرضعيه‬

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susuilah dia… ” (al

Qasas [28]:7).

Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah:

‫وأوحى ربك إلى النحل أن اتخذي من الجبال بيوتا ومن الشجر ومما يعرشون‬

Dan Tuhanmu telah mewahyukan (ilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-
pohon kayu, dan di rumah-rumah yang didirikan manusia. (an-Nahl [16]:68).

Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakaria yang diceritakan Qur’an:

‫فخرج على قومه من المحراب فأوحى إليهم أن سبحوا بكرة وعشيا‬

“Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka: ‘Hendaklah kamu bertasbih di
waktu pagi dan petang. “‘

(Maryam [19]:11).
Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia.

…‫وإن الشياطين ليوحون إلى أوليآئهم ليجادلوكم وإن أطعتموهم إنكم لمشركون‬

“Sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikkan kepada kawankawannya agar mereka membantah


kamu.” (al-An`am [6]:121).

‫وكذلك جعلنا لكل نبي عدوا شياطين اإلنس والجن يوحي بعضهم إلى بعض زخرف القول غرورا‬

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia
dan dari jenis jin; sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu manusia.” (al-An’am [61:112).

Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.

‫إذ يوحي ربك إلى المآلئكة أني معكم فثبتوا الذين آمنوا‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu,
maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman. “‘ (al-Anfal [8]:12).

Sedangkan menurut istilah, wahyu ialah : sebutan bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara yang
cepat dari Allah kedalam dada Nabi-nabi-Nya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz Al-
Qur’an. Dapat diartikan juga bahwa wahyu Allah kepada nabi-nabi-Nya adalah : pengetahuan
pengetahuan yang Allah tuangkan kedalam jiwa Nabi, untuk mereka sampaikan kepada manusia
untuk menunjuki dan memperbaiki mereka didalam dunia serta membahagiakan mereka diakhirat.

Oleh sebab itu para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang berupa Qur’an
kepada Jibril dengan beberapa pendapat:

Bahwa Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan lafalnya yang khusus.

Bahwa Jibril menghafalnya dari lauhul mahfuz.

Bahwa maknanya disampaikan kepada Jibril, sedang lafalnya adalah lafal Jibril, atau lafal Muhammad
s.a.w.

Pendapat pertama itulah yang benar; dan pendapat itu yang dijadikan pegangan oleh Ahlus Sunnah
wal Jama’ah, serta diperkuat oleh hadis Nawas bin Sam’an yakni:
Hadis dari Nawas bin Sam’an r.a. yang mengatakan: Rasulullah s.a.w. berkata: Apabila Allah hendak
memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui wahyu, maka langit pun
tergetarlah dengan getaran atau dia mengatakan dengan goncangan yang dahsyat karena takut
kepada Allah ‘azza wa jalla. Apabila penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan jatuh
bersujudlah mereka itu kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka di antara mereka itu
adalah Jibril, maka Allah membicarakan wahyu itu kepada Jibril menurut apa yang dikehendakiNya.
Kemudian Jibril berjalan melintasi para malaikat. Setiap kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah
kepadanya malaikat langit itu: Apakah yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai Jibril? Jibril
menjawab: Dia mengatakan yang hak dan Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Para malaikat itu
semuanya pun mengatakan seperti apa yang dikatakan Jibrial. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu
seperti diperintahkan Allah azza wa jalla. (HR. Thabrani).

b. Al-Qur’an

Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr.Subkhi Al-Shalih berarti
“bacaan “, asal katanya adalah “qara ‘a “. Kata A1Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf
ul yaitu “maqru “‘ (yang dibaca).

Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an ialah : “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan
secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah, dimulai dari al-Fatihah dan diakhir dengan al-
Nas. Dengan demikian kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW,
tidaklah dinamakan Al-Qur’an.

B. CARA AL-QUR’AN DIWAHYUKAN

Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacammacam cara dan keadaan,
diantaranya

1. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi dengan rupanya yang asli. Hal ini
tersebut dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya (Jibril) pada kali yang lain. Ketika (ia berada) di Sidratul
Muntaha “. (QS. A n-Najm :13-14)
2. Malaikat memasukkan wahyu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW
tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja
dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan : “Ruhul Qudus mewahyukan ke
dalam kalbuku “. (QSAsySyuura : 51)

3. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-
laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal
benar akan kata-kata itu.

4. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara yang seperti inilah yang
amat berat yang dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya bercucuran
keringat, terkadang disaat beliau mengendarai unta, untanya berhenti dan terduduk
karena merasakan beban yang teramat berat.

5. Allah berbicara kepada Nabi dari belakang hijab, baik dalam keadaan nabi yang
sadar (jaga), sebagaimana sewaktu beliau Isra’, ataupun dalam keadaan tidur seperti
yang diriwayatkan oleh Turmudzi melalui sebuah hadits dari Muadz.

6. Melalui mimpi yang benar.

7. Israfil turun membawa beberapa kalimat wahyu, sebelum Jibril datang membawa
wahyu Al-Qur’an.

8. Segolongan ahli ilmu berpendapat, bahwa ada lagi satu cara wahyu itu diturunkan,
yaitu Allah berbicara langsung dengan Nabi dengan bertatap muka tanpa hijab.
Adapun pendapat ini berdasarkan faham bahwa Nabi Muhammad dapat melihat
Allah dengan mata kepalnya. Hal inilah yang kemudian banyak diperselisihkan oleh
para ulama. Karena `Aisyah menolak pendapat bahwa Rasulullah SAW dapat melihat
Allah dengan

C. HIKMAH AL-QUR’AN DITURUNKAN BERANGSUR-ANGSUR.

Dari beberapa sumber yang ada menyebutkan bahwa Al-Qur’an itu


Diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. 13 tahun

Di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Turunnya Al-Qur’an secara berangsur

Angsur sudah barang tentu ada hikmah yang terkandung dibalik semua itu. Hikmah

Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur diantaranya.

1. Agar lebih mudah dimengerti dan diamalkan. Apabila A1-Qur’an yang berisikan perintah dan
larangan diturunkan sekaligus, maka niscaya manusia akan merasa kesulitan untuk
mengamalkannya. Hal ini disebutkan dala sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari
Aisyah r.a.

2. Turunnya suatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal ini tentu akan lebih
mengesankan dan lebih berpengaruh didalam hati manusia. Wahyu itu apabila diturunkan
tiap-tiap waktu kejadian, maka teguhlah hati orang yang menerimanya.

3. Memudahkan proses penghafalannya.

4. Diantara ayat -ayat yang turun, ada yang merupakan jawawaban daripada pertanyaan-
pertanyaan atau penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a., hal ini tidak mungkin terjadi jika kalu Al-Qur’an diturunkan
sekaligus.

5. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh sesuai dengan kemaslahatan.
Hal ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus.

D. KEDUDUKAN AL-QUR’AN

Apabila kita memandang Al-Qur’an dalam konteks dasar-dasar keislaman, maka kedudukan A1-
Qur’an merupakan sumber utama (sumber dari segala sumber) atau pokok-pokok asasy bagi syari’at
Islam. Kemudian dari A1-Qur’an inilah diambil segala pokok-pokok syari’at dan cabang-cabangnya.
Sehungga dapat pula dikatakan bahwa Al-Qur’an merupakan dasar kully bag] syari’at Islam dan
pengumpul segala hukum. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

Oleh karena Al-Qur’an dasar-dasar pokok, maka dalam hal memahaminya memerlukan tafshil. Oleh
karena itu Al-Qur’an memerlukan hadits dalam hal penjelsannya. Maka dikenallah bahwa hadits
(sunnah) merupakan sumber yang kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an.

E. NAMA-NAMA AL-QUR’AN

Al-Qur’an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang tinggi
dan luhur, dan secara mutlak AlQur’an adalah kitab samawy yang paling mulia. Karenanya dinamai-
lah kitab samawy itu dengan: Al-Qur’an, Al-Furqan, At-Tanzil, AdaDzikr, Al-Kitab dsb. Seperti halnya
Allah juga telah memberi sifat tentang AI-Qur’an sifat-sifat yang luhur antara lain; nur/cahaya, hudan
(petunjuk), rahmat, syifa’ (obat), mau’izhah (nasehat), `aziz (mulia), mubarak (yang diberkahi), basyir
(pembawa khabar balk), nadzir (pembawa khabar buruk) dan sifat-sifat lain yang menunjukkan
kebesaran dan kesuciannya.

Alasan penamaan:

Alasan dinamainya dengan Al Qur’an ialah karena banyak (kata-kata Al-Qur’an) terdapat dalam ayat,
antara lain firman Allah s w.t.: Qaaf: 1:

‫ق والقرآن المجيد‬

Dan Firman-Nya al-Isra’ :9

‫إن هذا القرآن يهدي للتي هي أقوم‬

Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isra: ayat 9).

2. Alasan Al-Qur’an dinamai dengan Al-Furqan sebagaimana tertera dalam firman Allah s. W, t.:

‫تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا‬

Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (al-Furqan: 1)
Alasan Alquran diberi nama dengan at-Tanzil sebagaimana tertera dalam firman Allah asy-Suara:
192-193):

‫وإنه لتنزيل رب العالمين نزل به الروح األمين‬

Dan sesungguhnya Al Qur’an (al-Tanzil) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril).

Alasan dinamakan dengan Adz-Dzikr sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Hijr: 9:

‫إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون‬

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an (adz-Dzikr), dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya.

Alasan dinamakan dengan Al-Kitab sebagaimana tertera dalam firman Allah QS. Ad-Dukhan: 1-3:

‫حم والكتاب المبين إنا أنزلناه في ليلة مباركة إنا كنا منذرين‬

Haa Miim. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada
suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

Adapun mengenai sifat-sifatnya sungguh tertera dalam sejumlah ayat-ayat Alquran, bahkan sedikit
sekali (jarang) surat-surat dalam Alquran yang tiak menyebutkan sifat-sifat yang indah dan mulia
terhadap kitab yang diturunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia yang dijadikan mukjizat yang abadi
bagi seorang Nabi yang terakhir, Diantaranya:

‫ برهان من ربكم وأنزلنا إليكم نورا مبينا‬µ‫يا أيها الناس قد جاءكم‬

Hai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaian dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (Yunus ayat 57).

‫وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين وال يزيد الظالمين إال خسارا‬
Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian. Al-
Isra;: 82.

‫ولو جعلناه قرآنا أعجميا لقالوا لوال فصلت آياته أأعجمي وعربي قل هو للذين آمنوا هدى وشفاء والذين ال يؤمنون في آذانهم وقر وهو‬
‫عليهم عمى أولئك ينادون من مكان بعيد‬

Dan jika Kami jadikan Al Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka
mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al Qur’an) dalam bahasa
asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang Al Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-
orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”.

‫ موعظة من ربكم وشفاء لما في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين‬µ‫يا أيها الناس قد جاءتكم‬

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Yunus: 57.

Kata “Al-Qur’an” adalah sama halnya dengan kata “Qira’at” adalah masdar dari kata “qara’a-
qira’atan dan qur’anan”. Demikianlah menurut sebagian ulama dengan mengambil alasan Firman
Allah QS. Al-Qiyamah: 17-18:

‫ وقرآنه فإذا قرأناه فاتبع قرآنه‬µ‫إن علينا جمعه‬

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(A1-Qiyamah
ayat 17-18).

Pengertian “qur’anahu” di sini sama dengan “qira’atahu”. Maka lafaszh “qur’an” menurut pendapat
ini adalah musytak (pengambilan dari kata kerja). Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa
lafazh Al-Qur’an bukanlah musytak dari qara’a melainkan isim alam (nama sesuatu) bagi kitab yang
mulia sebagaimana halnya nama Taurat dan Injil. Ini adalah pendapat Imam Syafi’i (Lihat kitab
“Mabahitsul Qur’an karangan Al-Ustadz Manna’ Al-Qaththan.
F. AYAT PERTAMA DAN TERAKHIR TURUNNYA

Pcrmulaan turun AI-Qur’anul Karim adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke 40 dari kelahiran Nabi s a
w. Yaitu dikala beliau sedang bertahannuts (beribadah) di Gua Hira, dimana kala itu turun wahyu
(Jibril AI-Amin) dengan membawa beberapa ayat AIQur’anul Hakim. La (Jibril) menyekap Nabi ke
dadanya lalu melepaskannya (dan melakukan yang demikian itu berulang tiga kali), sambil
mengatakan “iqra’ (bacalah)” pada setiap kalinya, dan Rasul s a w. Menjawabnya “ma ana bi qaari
(saya tidak bisa membaca)”. Pada dekapan yang ketiga kalinya Jibril membacakan:

‫اقرأ باسم ربك الذي خلق خلق اإلنسان من علق اقرأ وربك األكرم الذي علم بالقلم علم اإلنسان ما لم يعلم‬

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al-Alaq: 1-5.

Adapun ayat terakhir turun ialah QS. Al-Baqarah: 281:

‫واتقوا يوما ترجعون فيه إلى هللا ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم ال يظلمون‬

Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap
apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).

Ini adalah pendapat yang benar dan kuat menurut basil seleksi para Ulama yang tokohnya As-
Sayuthy. Pendapat ini dikutip dari seorang tokoh ummat, yaitu Abdullah bin Abbas yang
diriwayatkan oleh Nasa’i dari `Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwasanya ia berkata: “Ayat Al-Qur’an yang
terakhir diturunkan.ialah ayat:

‫واتقوا يوما ترجعون فيه إلى هللا‬

Dan Nabi setelah turun ayat itu hanya hidup 9 (sembilan hari) yang kemudian beliau wafat pada mat
am Senin tanggal 3 Robi’ul Awwal. Adapun pendapat sebagian Ulama yang mengatakan bahwa ayat
Al-Qur’an yang terakhir diturunkan ialah firman Allah al-Maidah: 3:

‫اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا‬
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan ni’mat-Ku
kepadamu serta telah Ku- ridhai bagimu Islam itu sebagai agama.(Al-Maidah: ayat 3)

Ini adalah pendapat yang tidak benar, karena ayat tersebut diturunkan kepada Rosul s a w. Pada
waktu beliau melaksanakan haji wada` di kala beliau wukuf di ‘Arafah, yang setelah itu beliau masih
sempat hidup selama 81 (delapanpuluh satu) hari, dan sebelum beliau wafat turun sebuah ayat dari
surat Al-Baqarah:

‫واتقوا يوما ترجعون فيه إلى هللا‬

Maka itulah ayat yang terakhir diturunkan, bukan ayat pada surat Al-Maidah. Inilah pendapat yang
benar, dan dengan turunnya ayat ini terputuslah wahyu, dan sekaligus sebagai akhir hubungan
antara langit dengan bumi. Setelah turun penutup/yang terakhir ayatAI-Qur’an ini, Rosulullah s a w.
Pindah ke pangkuan Yang Maha Agung (wafat) setelah beliau menyampaikan amanat dan risalahnya
serta menunjukkan manusia kepada ajaran Allah.

Ayat AI-Maidah sebagal ayat yang belakaegao diturunkan.

Diantara dalil yang menunjukkan bahwa ayat pada surat AlMaidah diturunkan dikala Haji Wad;’
adalah sebuah hadits Fang diriwayatkan dalam Shahih Bukhary bahwa salah seorang Yahudi pernah
datang men1hadap Umar Ihnu Khattah clan herkata: Amirul Mukminin!,ada sebuah ayat dalam
kitabmu yang kalau diturunkan kepada kami golongan Yahudi niscava hari turunnya itu akan kami
jadikan sebagai hari besar (ied). Umar bertanya: Ayat manakah yang anda maksudkan? La
menjawab: “Firman Allah s. W. T.:

Çáíæã ÃßãáÊ áßã Ïíäßã æÃÊããÊ Úáíßã äÚãÊí æÑÖíÊ áßã ÇáÅÓáÇã ÏíäÇ

Seraya Umar menjawab: “Demi Allah, Sungguh aku tahu benar tempat diturunkannya ayat tersebut
serta saat dimana diturunkan. Ayat tersebut diturunkan pada waktu Rasul s a w. Berada di Arafah,
Hari Jum’at setelah Ashar”.’) Tegasnya ayat tersebut diturunkan pada suatu hari raya Islam. Yang
paling besar, yaitu hari raya yang melebihi hari raya lainnya.

Catatan
Imam As-Sayuthy dalam kitabnya Al-Itgan fi ‘Ulumil Qur’an mengemukakan beberapa persoalan
tentang ayat yang pertama dan yang terakhir diturunkan. Beliau menjawab persoalan tersebut de-
ngan jawaban yang tepat dapat kami simpulkan sebagai berikut:

Persoalan pertama: Bahwasanya telah diriwayatkan dalam shahih Bukhary Muslim (shahihain),dari
hadits Jabir bin Abdillah bahwa is ditanya: “Ayat Al-Qur’an manakah yang pertama diturun

Kan? La menjawab:

‫يا أيها المدثر‬

La dibantah: “bukan, melainkan al-Alaq 1-5. Lantas ia berkata: “Saya akan menceriterakan
kepadamu tentang yang pernah Rasul ceriterakan kepada kami, Rasul s a w. Pernah bersabda: “Aku
pergi ke Gua Hira dan setelah menetap di sana aku pulang (turun dari bukit) menuju lembah aku
memandang ke muka dan ke belakang ke kiri dan ke kanan, kemudian aku memandang ke langit,
tiba-tiba nampaklah Jibril dan aku menjadi gemetar. Aku cepat mendatangi Khadijah dan
kuperintahkan mereka: “selimutilah aku!”, lalu Allah menurun

Kan ayat

‫يا أيها المدثر‬

Hadits tersebut menunjukkan

Bahwa ayat pada surat Al-Muddatsir adalah ayat yang pertama diturunkan.

Pendapat tersebut dijawab oleh As-Sayuthy dengan beberapa jawaban, yang pertama: Pertanyaan
ini adalah pertanyaan tentang turunnya satu surat secara sempurna. Jelaslah bahwa surat “Al-Mud-
datsir” diturunkan secara sempurna sebelum diturunkannya surat “Igra” (AI-‘Alaq) secara sempurna,
karena surat lqra’ yang pertama diturunkan adalah hanya bagian yang awalnya. Hal ini didukung oleh
sebuah Hadits dalam Shahih Bukhary, Muslim, Riwayat Abdullah bahwa is berkata: Saya mendengar
Rasulullah s a w. Tatkala beliau menceriterakan tentang renggangnya wahyu. Beliau hersabda dalam
sebuah haditsnya: “Ketika aku berjalan tiba-tiba aku mendengar suara dari langit dan aku segera
melihat ke atas, tiba-tiba Malaikat yang pernah datang di Gua Hira nampak sedang duduk di kursi
(berada pada suatu tempat) antara langit dan humi. Akupun segera pulang dan segera kukatakan
“selimutilah aku” kemudian Allah menurunkan ayat:
‫يا أيها المدثر‬

Dengan adanya kata “Malaikat yang pernah datang ke Gua Hira” menunjukkan bahwa kisah ini
(turunnya Al-Muddatsir) adalah lebih belakangan dari kisah Gua Hira (Iqra’ Bismi Rabbika…….)

Imam As-Sayuthy memberikan jawaban be rikutnya dalam kitab tersebut yang tidak perlu
disebutkan di sini.

Persoalan ke-dua: Bahwa ayat AI-Maidah yang berbunyi:

‫اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا‬

Adalah menunjukkan bahwa Agama Islam telah lengkap dan sempurna, karena itu bagaimana
mungkin masih turun beberapa ayat yang lain? Itulah sebabnya kami mengatakan bahwa ayat ter-
sebut adalah sebagai ayat Al-Qur’an yang terakhir diturunkan.

Jawaban tentang pendapat.tersebut adalah: Allah s.w.t. telah aaenyempurnakan ajaran Islam
dengan penjelasan berbagai kewajiban dan hukum/ketetapan, penjelasan tentang halal dan haram.
Se gala hal yang dibutuhkan oleh ummat telah dijelaskan oleh Allah s. Ww t., juga telah diperinci
tentang segala hukum-hukumnya sehingga mereka berada di atas landasan yang jelas. Kesemuanya
itu bukan berarti menutup samasekali kemungkinan masih turunnya ayat-ayat lain yang
berhubungan dengan peringatan dan ancaman dari Allah, dan yang berhubungan dengan peringatan
kepada manusia akan adanya gejolak yang maha dahsyat di hadapan Tuhan sebagai penegak hukum
Yang Maha Bijaksana pada hari tersebut, yaitu suatu hari dimana harta dan anak cucu tidak lagi ada
manfaatnya kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang tulus. Berdasarkan uraian di
atas sekelompok Ulama telah menegaskan bahkan AsSuddy sendiri mengatakan bahwa setelah
diturunkan ayat Al-Maidah tidak lagi akan turun ayat tentang yang halal dan yang haram

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jaya Sakti, Surabaya, 1997.
Teuku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiegy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Our ‘an dan Tafsir, Pustaka
Rizki Putra, Semarang, 1997.

Al-Shabuni, Al-Tibyaan fii Ulum al-Quran, 1390 H, Dar Irsyab, Kairo.

Share this:

TwitterFacebook

Memuat...

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama*

Email*

Situs Web

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

Cari

Tulisan Terakhir

“KEKUATAN AMBAK, LINGKUNGAN BELAJAR DAN GAYA BELAJAR”

Bahasa dari sudut pandang sikologi

INSTRUMEN STANDAR PROSES

METODE-METODE TAFSIR ALQURAN

Hukum Adat dalam Pembangunan Hukum Nasional


Arsip

Oktober 2012

Februari 2012

Kategori

Manajemen

Pendidikan

Uncategorized

Meta

Daftar

Masuk

Feed entri

Feed Komentar

WordPress.com

Lihat Situs Lengkap

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.Jangan Menjual Informasi Pribadi Saya

http://habibsa.blogspot.com/2016/11/makalah-al-quran-dan-wahyu.html?m=1

http://makalahfull.blogspot.com/2013/02/al-quran-dan-wahyu.html?m=1

Buka menu utama

Cari

Al-Qur’an

Kitab suci umat Islam

Bahasa

Unduh PDF

Pantau

Sunting

Pelajari selengkapnya
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan.

Artikel ini memuat huruf Arab. Tanpa bantuan render yang baik, anda mungkin akan melihat tanda
tanya, kotak-kotak, atau simbol lainnya.

Al-Qur’an, Qur’an, atau Quran (bahasa Arab: ‫القرآن‬, translit. Al-Qurʾān, har. ‘bacaan’; /kɔːrˈɑːn/[a] kor-
ahn), adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab ini
diturunkan oleh Tuhan, (bahasa Arab: ‫هللا‬, yakni Allah) kepada Nabi Muhammad.[5] Kitab ini terbagi
ke dalam beberapa surah (bab) dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa ayat.

Umat Muslim percaya bahwa Al-Qur’an difirmankan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad
melalui Malaikat Jibril,[6][7] berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata
selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan,[8] saat Nabi Muhammad berumur 40 tahun
hingga wafat pada tahun 632.[5][9][10] Umat Muslim menghormati Al-Qur’an sebagai sebuah
mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebagai salah satu tanda dari kenabian,[11] dan merupakan
puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh Allah sejak Nabi Adam dan diakhiri
dengan Nabi Muhammad.[b] Kata “Quran” disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur’an itu
sendiri.[12]

Kiri: Al-Qur’an abad ke-11 Afrika Utara di British Museum. Kanan: Al-Qur’an – di Mashhad, Iran –
ditulis oleh Ali bin Abi Thalib.

Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab menuliskan
kembali wahyu Allah berdasarkan apa yang telah para sahabat hafalkan.[13] Setelah Nabi
Muhammad wafat, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka.
Penyusunan kembali Al-Qur’an ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari
Umar bin Khattab dengan persetujuan para sahabat senior.

Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga
dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral.[14][15] Al-Qur’an
digunakan bersama dengan hadis untuk menentukan hukum syari’ah.[16] Saat melaksanakan Salat,
Al-Qur’an dibaca hanya dalam bahasa Arab.[17] Beberapa pakar Barat mengapresiasi Al-Qur’an
sebagai sebuah karya sastra bahasa Arab terbaik di dunia.[18][19]

Seseorang yang menghafal isi Al-Qur’an disebut Al Hafidz. Beberapa umat Muslim membacakan Al-
Qur’an dengan bernada, dan peraturan, yang disebut tajwid. Saat bulan suci Ramadan, biasanya
umat Muslim melengkapi hafalan Dan membaca Al-Qur’an mereka setelah melaksanakan shalat
tarawih. Untuk memahami makna dari al quran, umat Muslim menggunakan rujukan yang disebut
tafsir.[20]
Etimologi

Terminologi

Nama-nama lain

Struktur

Sejarah penulisan mushaf Al-Qur’an

Upaya penerjemahan dan penafsiran

Adab terhadap Al-Qur’an

Hubungan Al-Qur’an dengan kitab-kitab lain

Lihat pula

Catatan

Referensi

Daftar pustaka

Pranala luar

Terakhir disunting 14 hari yang lalu oleh Danu Widjajanto

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali dinyatakan lain.

Kebijakan privasi Ketentuan PenggunaanTampilan PC

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai