PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penting bagi kita untuk mengetahui sejarah turunnya Al Qur`an, agar iman semakin
tumbuh dan teguh. Bagimana sejarah turunnya al -Qur’an tersebut? Pelajaran apa yang
dapat kitaambil dari sejarah turunnya al -Qur’an? Dan banyak hal yang mesti kita
ketahui tentang al-Qur’an ini.
Ulumul Qur’an adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam keilmuan keislaman
yang terkait dengan al-Qur’an dari berbagai seginya. Sebagaimana diketahui begitu al-
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., al-Qur’an mendapat perhatian yang
demikian besar dari semua kalangan, Baik dari kaum muslimin sendiri ataupun kaum
Quraisy Mekkah yang masih ingkar dengan kehadiran al-Qur’an.Dengan adanya
pembahasan ini tentunya kami semua berharap semakin memperkaya ilmu
pengetahuan kami khususnya tentang Nuzulul Qur’an.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Lafadz ‘Nuzul’ secara bahasa berarti “menetap di suatu tempat” atau “turun
dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya adalah nazala yang artinya “dia telah turun”
atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah “Peristiwa
diturunkannya wahyu Allah Swt (al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad Saw melalui
perantara Malaikat Jibril As secara bertahap”.
Nuzulul Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah
yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi
dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad Saw.
االية.....شهر رمضان الذي انزل فيه القران هدى للناس وبينات الهدى والفرقان
ُ فَِإ َذا قَ َرْأنَـهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ َءانَه- ُِإ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُرْ َءانَه
Artinya:
2
‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan
(menetapkan)bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. karena itu jika
kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya”.
Yang dimaksud dengan Tahap- tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari
fase- fase disampaikan kitab Suci Al-Qur’an, mulai dari sisi allah SWT hingga kepada
nabi Muhammad SAW. Kitab Suci ini tidak seperti Kitab-Kitab Suci sebelumnya.
Sebab, Kitab Suci ini kebanyakan diturunkan secara bertahap, sehingga betul -betul
menunjukkan kemu’jizatannya. Disamping itu, penyampaian Kitab Suci tersebut
sangat luar biasa, yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya.
1. Di lauhil mahfudz
semua orang tidak tau kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun?Ibnu
katsir lewat riwayat ibnu khatam:
“ Ma min syai’in qodo allah al quran wama qoblahu wama ba’dahu illa bil lauhil
mahfudz”
3
2. Dari lauhil mahfudz ke baitul ‘izza
Berdasarkan kepada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits berkah yang
dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar) dalam bulan suci Ramadhan.
Sebagaimana firman Allah :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). (Q.S. Al Baqarah: 185)
“Riwayat dari Ibn Abbas ra. berkata : Al-Qur'an dipisahkan dari Adz Dzikir
lalu Al-Qur'an itu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, lalu Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi.”
4
“Riwayat dari Ibnu Abbas ra. berkata : Al-Qur'an diturunkan pada malam Al-
Qadar pada bulan Ramadhan di langit bumi sekaligus kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur.”
“ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran…….”
5
As-Suyuthy berpendapat andaikata tidak ada hikmah Ilahiyah yang
menyatakan turunnya kepada umat secara bertahap sesuai dengan keadaan niscaya
akan sampai ke muka bumi secara sekaligus sebagaimana halnya kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya. Tetapi karena Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dan
kitab-kitab sebelumnya, maka Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, turun secara
sekaligus kemudian diturunkan secara berangsur sebagai penghormatan terhadap
orang yang akan menerimanya.
· “Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” ( QS.
Al-Baqarah ; 99 ).
َ َْث َأف
اض النَّاسُ َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم ُ ثُ َّم َأفِيضُوا ِم ْن َحي
َات فََأ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتَّبِعُونَ َما تَ َشابَه ٌ َب َوُأ َخ ُر ُمتَ َشابِه ِ ات ه َُّن ُأ ُّم ْال ِكتَا
ٌ ات ُمحْ َك َم ٌ ََاب ِم ْنهُ آي َ ك ْال ِكت َ ه َُو الَّ ِذي َأ ْن َز َل َعلَ ْي
ِ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْالفِ ْتنَ ِة َوا ْبتِغَا َء تَْأ ِويلِ ِه َو َما يَ ْعلَ ُم تَْأ ِويلَهُ ِإاَّل هَّللا ُ َوالر
َّاس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِّنَا َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإاَّل
ِ ُأولُو اَأْل ْلبَا
ب
6
wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari beliau, maka
bercucurlah keringat dipelipis beliau.” ( H.R. Al-Bukhari ).
ك َو َرتَّ ْلنَاهُ تَرْ تِياًل َ ِال الَّ ِذينَ َكفَرُوا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ آنُ ُج ْملَةً َوا ِح َدةً َك َذل
َ ك لِنُثَبِّتَ بِ ِه فَُؤ ا َد َ ََوق
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun
sekaligus.Dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama.
Seandainya kitab-kitab itu turun secara berangsur-angsur,tentulah orang-orang kafir
tidak akan merasa heran terhadap Qur’an yang turun berangsur-angsur.Maka kata-
kata mereka, “mengapa Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus” Seperti
halnya kitab-kitab yang lain. Allah tidak menjawab mereka bahwa ini adalah Sunnah-
Nya didalam menurunkan kitab samawi sebagaimana Dia menjawab kata-kata mereka
dalam surah al-Furqan ayat 7:
ٌ َاق لَوْ اَل ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي ِه َمل َوقَالُوا َما ِل هَ َذا ال َّرس ِ ْأ
ك فَيَ ُكونَ َم َعهُ نَ ِذيرًا ِ ُول يَ ُك ُل الطَّ َعا َم َويَ ْم ِشي فِي اَأْل ْس َو
”Dan mereka berkata: mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan
dipasar-pasar?”(Al-Furqon:7) dengan jawaban:
7
kami membacakannya kelompok demi kelompok”,maksudnya: Kami menentukannya
seayat demi seayat atau bagian demi bagian atau kami menjelaskannya dengan
sejelas-jelasnya, karena tutunnya yang bertahap sesuai dengan peristiwa” itu lebih
dapat memudahkan hafalan dan pemahaman yang merupakan salah satu penyebab
kemantapan (didalam hati). Penelitan terhadap hadits-hadits sahih mengatakan bahwa
Qur’an turun menurut keperluan,terkadang turun 5 ayat,10 ayat terkadang lebuh
banyak dari itu.
Menurut saikh al-khudlari dalam bukunya, tarikh tasyi, masa turunnya al-
Qur’an yang di mulai dari tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran nabi
Muhammad SAW hingga akhir turunnya ayat pada 19 djulhijah tahun ke 63 dari usia
beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa ini kemudian di bagi oleh
para ulama menjadi dua periode yaitu periode mekah dan periode madinah.[2]
Periode mekah dimulai ketika nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-
ayat al-Qur’an pada tujuh belas ramadhan, pada tahun 41 dari kelahiran beliau hingga
awal rabiul awal ke 54 dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah
meninggalkan mekah menuju madinah.
a. Jumhur (Pendapat yang paling rajih atau sahih) setuju yaitu yang pertama
diturunkan ialah lima ayat pertama surah al-‘Alaq berdasarkan riwayat ‘Aisyah
yang dicatat oleh Imam Bukhari, Muslim dan al-Hakim dalam kitab-kitab hadis
mereka. Aisyah r.a. menyatakan: “Sesungguhnya permulaan wahyu datang
kepada Rasulullah SAW. melalui mimpi yang benar di waktu tidur. Mimpi itu
jelas dan terang bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian dia gemar menyendiri
dan pergi ke gua Hira. untuk beribadah beberapa malam dengan membawa
bekal. Sesudah kehabisan bekal, beliau kembali kepada isterinya Khadijah r.a.,
8
maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu sehingga beliau
didatangi dengan suatu kebenaran (wahyu) di gua Hira’ tersebut, apabila
seorang malaikat (Jibril a.s.) datang kepadanya dan mengatakan: “Bacalah!”
Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu
membaca.” Malaikat tersebut kemudian memeluk-ku sehingga aku merasa
sesak nafas, kemudian aku dilepaskannya sambil berkata lagi: “Bacalah!”
Maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Lalu dia memeluk-ku
sampai aku rasa sesak nafas dan dilepaskannya sambil berkata: “Bacalah!” Aku
menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Maka dia memeluk-ku buat ketiga
kalinya seraya berkata: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan
Tuhanmu yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan perantaraan kalam dan
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Setelah berlaku peristiwa
itu kembalilah Rasulullah SAW. kepada isterinya Khadijah (membawa ayat-
ayat ini) dengan tubuh menggigil………hingga akhir hadis” (al-Hadis). Imam-
imam yang lain seperti al-Hakim dalam al-Mustadrak, al-Baihaqi dalam al-
Dala’il dan al-Tabrani dalam al-Kabir mengesahkan ayat tersebut adalah yang
pertama diturunkan.
b. Pendapat lain mengatakan Surah al-Muddatstsir yang pertama kali diturunkan
berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah seorang sahabat.
Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: “Aku telah bertanya
kepada Jabir bin ‘Abdullah: Yang manakah di antara al-Qur ,an mula-mula
diturunkan? Jabir menjawab,” ]5[]3[ “ يَــا َأيُّهَــا ْال ُمـ َّدثِّ ُر. Aku berkata, “Atau iqra
bismirabbikal ladzi Khalak“[4]. Dia Jabir berkata,”Aku katakan kepada-mu apa
yang dikatakan Rasulullah SAW kepada kami: “Sesungguhnya aku berdiam
diri di gua Hira’. Maka ketika habis masa diam-ku, aku turun lalu aku susuri
lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat
ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang
ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka
pun menyelimuti aku.
Terjemahnya:
9
Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira’, atau al-
Muddassir adalah surah yang pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat
disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah Iqra’ dan surah pertama untuk risalah
ialah surah al-Muddassir.
1. Amir al-Sha’bi meriwayatkan bahawa ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata: “Ayat
terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba.” Firman
Allah,
يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَاِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمنِينـ
2. ‘Abdullah bin ‘Utbah r.a. katanya, ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata kepada saya:
“Adakah anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku “tahu” yang
terjemahnya yaitu :
ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوَأ َع َّد ِ لَهُ َع َذابًا َع ِظي ًما َو َم ْن يَ ْقتُلْ ُمْؤ ِمنًا ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزاُؤ هُ َجهَنَّ ُم خَالِدًا فِيهَا َو َغ
َ ض
10
adalah ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat
ini.”
Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu
sendiri (yaitu Nabi Muhammad SAW,berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan kesalamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mu’min .” (aT-Taubah:128)
Pendapat ‘Aisyah.
Jubayr bin Nufayl berkata, “Aku pergi menemui ‘Aisyah, yang bertanya
kepadaku: Adakah kamu membaca Surah al-Ma’idah? Aku katakan Ya. Dia berkata:
Inilah Surah terakhir yang diturunkan……”
a. Ayat 275 hingga 281 surah al-Baqarah nampaknya diturunkan bersama karena
ayat ini membicarakan persoalan riba’ dan hukum berkaitannya. ‘Umar dan
‘Abdullah Ibn ‘Abbas mengatakan ayat riba merupakan ayat terakhir
diturunkan kepada Rasullah SAW, tepat Rasulullah wafat 9 hari setelah ayat
11
ini diturunkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Ibn
Juraij mengenai ayat 281, surah al-Baqarah.
12
3. Naskah-naskah yang di tulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca
untuk mereka masing-masing.
Ketika nabi wafat, Al-qur’an tersebut telah sempurna di turunkan dan telah di
hafalkan oleh ribuan manusia, dan telah di tuliskan semua ayat-ayatnya. Semua
ayatnya telah disusun dengan tertib menurut urutan yang ditujukan sendiri oleh Nabi.
Mereka telah mendengar Al-qur’an itu dari mulut Nabi sendiri berkali-kali dalam
shalat, dan Khutbah. Pendek kata Al-qur’an tersebut telah terjaga dengan baik.
Setelah Rosullah SAW wafat, pemerintahan islam di pegang oleh Abu Bakar.
Ketika Abu Bakar menjabat menggantikan Rosullah SAW, dia menghadapi beberapa
pristiwa-pristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan sebagai orang arab. Karena itu
beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkan untuk memerangai orang-orang murtad
itu.
Salah satu peperangan yang terjadi adalah peperangan Yahmamah yang terjadi
pada tahun 12 H yang melibatkan para penghafal Al-qur’an, dalam peperangan ini
terdapat 70 qurra’ atau hafis Al-qur’an yang gugur. Umar bin Khatab merasa resah
dengan banyaknya para sahabat penghafal Al-qur’an wafat terbunuh dalam
peperangan, lalu Ubar menghadap ke Abu Bakar dan menyampaikan berita tentang
banyaknya qurra’ yang wafat, setelah itu Umar mengumpulkan agar Al-qur’an di
mushaf kan agar Al-qur’an tidak di musnakan, karna itu Umar khwatir banyaknya
nanti para penghafal Al-qur’an terbunuh kembali dalam peperangan selanjutnya.
Pada masa khalifah Umar ini tidak membicarakan Al-qur’an melainkan lebih
memfokuskan pada pengembangan ajaran islm dan wilayah kekuasaan Islam, serta
mengendepankan ajaran Islam. Al-qur’an juga tidak di pahami secara tekstual saja,
tapi lebih jauh lagi di pahami secara kontekstual.
Di masa Ustman bin Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan
Azarbaiyan di sebelah Timur dan Tripoli di sebelah Barat. Dengan demikian
kelihatan lah bahwa kaum muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesin,
Syariah, Irak, Persia dan Afrika. Kemanapum mereka pergi dan mereka tinggal, Al-
qur’an itu tetap menjadi imam mereka, di antara mereka banyak menghafal Al-qur’an
13
itu. Pada mereka terdapat naskah-naskah Al-qur’an, tetapi naskah-naskah yang
mereka punya itu tidak sama susunan surat-suratnya. Asal mulanya perbedaan
tersebut adalah karena Rosullah sendiripun memberikan kelonggaran kepada kabila-
kabilah arab yang berada di masanya untuk membaca dan melafalkan Al-qur’an itu
menurut dialok mereka masinng-masing. Kelonggaran ini di berikan oleh Nabi
supaya mereka ,menghafal Al-qur’an. Tetapi kemudian terlihat tanda-tanda
Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn Jarir Al-Thabari. Al-thabari adalah
mufassir pertama membentangkan bagi berbagai pendapat dan mentarjih sebagainya
atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari Al-
qur’an). Di abad ke-3 ini juga lahir ilmu asbab Al-Nuzul, ilmmu masikh dan mansukh ,
ilmu tentang ayat-ayat makiah dan madaniah. Guru Imam Al-Bukhari, Ali Ibn Al-
Madaniyah. Guru Imam Al-bukhari, Ali ibn Al-madini mengarang asbab Al-Nuzul;
Abu “Ubaid Al-Qasim Ibn Salam. Mengarang tentang nasikh dan mansukh, qiraat dan
keutamaan-keutamaan Al-Quran; Muhammad ibn Ayyub Al-dari tentang ayat-ayat
turun di mekkah dan madinah ; Muhammad ibn khalaf Ibn Al-Mirzaban (W. 390II)
mengarang kitab Al-Hawi fi-‘ulum Al-quran
14
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah rasul Allah yang diberi
oleh-Nya mu’jizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini
mu’jizat tersebut, menjadi tuntunan bagi seluruh umat, barang siapa yang
mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya pasti akan selamat di dunia
maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan bahkan tidak mau memahaminya
niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kitab Suci Al-
Qur’an yang turun melalui perantara malaikat jibril secara bertahap kepada Nabi
Muhammad SAW, kejadian tersebut dinamakan Nuzulul Qur’an.
Adapun ayat yang pertama dan terakhir turun menurut jumhur ulama’ adalah
al-alaq ayat 1-5 dan al maidah ayat 3
15
3) Supaya mudah dihafal dan dipahami.
4) Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima al-Qur’an dan giat
mengamalkannya.
5) Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan
suatu hukum.
16
DAFTAR PUSTAKA
17