Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mempelajari Al-Qur’an adalah kewajiban bagi seorang muslim. Karena,Al-


Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin yang menjadi sumber ajaran Islam yang
pertama dan utama. Kitab suci yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam
kehidupan mereka agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.Karena itu,
hendaknya kita tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga berupaya
semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya.

Penting bagi kita untuk mengetahui sejarah turunnya Al Qur`an, agar iman semakin
tumbuh dan teguh. Bagimana sejarah turunnya al -Qur’an tersebut? Pelajaran apa yang
dapat kitaambil dari sejarah turunnya al -Qur’an? Dan banyak hal yang mesti kita
ketahui tentang al-Qur’an ini.

Ulumul Qur’an adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam keilmuan keislaman
yang terkait dengan al-Qur’an dari berbagai seginya. Sebagaimana diketahui begitu al-
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., al-Qur’an mendapat perhatian yang
demikian besar dari semua kalangan, Baik dari kaum muslimin sendiri ataupun kaum
Quraisy Mekkah yang masih ingkar dengan kehadiran al-Qur’an.Dengan adanya
pembahasan ini tentunya kami semua berharap semakin memperkaya ilmu
pengetahuan kami khususnya tentang Nuzulul Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Nuzulul Qur’an?

2. Bagaimana proses turunnya al-Qur’an ?

3. Apa wahyu pertama dan terakhir nabi?

4. Apa hikmah dibalik turunnya al-Qur’an secara bertahap?

5. Bagaimana cara pemeliharaan al-Qur’an?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Lafadz ‘Nuzul’ secara bahasa berarti “menetap di suatu tempat” atau “turun
dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya adalah nazala yang artinya “dia telah turun”
atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah “Peristiwa
diturunkannya wahyu Allah Swt (al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad Saw melalui
perantara Malaikat Jibril As secara bertahap”.

Nuzulul Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah
yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi
dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad Saw.

Peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua


Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Peristiwa tersebut dikisahkan
dalam sebuah firman Allah :

‫ االية‬.....‫شهر رمضان الذي انزل فيه القران هدى للناس وبينات الهدى والفرقان‬

Artinya: “Ramadhan yang padanya diturunkan al-Qur’an, menjadi petunjuk


bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan
menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah” (Surah al-Baqarah, ayat
185) Menurut bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja iqro yang
berarti bacalah. “Qur’an ” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang
dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti “bacaan”, asal kata qara’a. Kata al-Qur’an itu
berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).Karena Al-Qur’an
bukan saja harus di baca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu
dibaca oleh yang mencintainya.Baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Di
dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagal
tersebut dalam ayat 17, 18 surah (75) Al-Qiyaamah :

ُ‫ فَِإ َذا قَ َرْأنَـهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ َءانَه‬- ُ‫ِإ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُرْ َءانَه‬

Artinya:

2
‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan
(menetapkan)bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. karena itu jika
kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya”.

B. PROSES TURUNNYA AL-QUR’AN

Yang dimaksud dengan Tahap- tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari
fase- fase disampaikan kitab Suci Al-Qur’an, mulai dari sisi allah SWT hingga kepada
nabi Muhammad SAW. Kitab Suci ini tidak seperti Kitab-Kitab Suci sebelumnya.
Sebab, Kitab Suci ini kebanyakan diturunkan secara bertahap, sehingga betul -betul
menunjukkan kemu’jizatannya. Disamping itu, penyampaian Kitab Suci tersebut
sangat luar biasa, yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya.

Turunnya Qur’an merupakan perstiwa besar yang sekaligus menyatakan


kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya al-Qur’an yang pertama kali
pada malamlailatul qadarmerupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang
terdiri dari malaikat-malaikat akan kemulian umat Muhammad. Umat ini telah
dimuliakan oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik yang
dikeluarkan bagi manusia.

Allah menurunkan al-Qur’an kepada manusia melalui 3 kali tahap penurunan.[1]

1. Di lauhil mahfudz

﴿22 - 21: ‫ح َمحْ فُو ٍظ ﴾ البروج‬ ٌ ْ‫بَلْ هُ َو قُر‬


ٍ ْ‫ في لَو‬.‫آن َمجي ٌد‬

semua orang tidak tau kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun?Ibnu
katsir lewat riwayat ibnu khatam:

“ Ma min syai’in qodo allah al quran wama qoblahu wama ba’dahu illa bil lauhil
mahfudz”

Artinya: “Apapun yang di qodo’ Allah sebelum dan sesudah alquran ,


semuanya itu di letakkan di lauhil mahfudz dan tak tau dimana itu letaknya dan tidak
diijinkan siapaun tau tentang lauhil mahfudz. Adapun jumlahnya seklaigus atau
jumlatan wahidatan.

3
2. Dari lauhil mahfudz ke baitul ‘izza

Tahap Kedua, Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh diturunkan ke langit bumi


(Baitul ‘Izzah)

Berdasarkan kepada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits berkah yang
dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar) dalam bulan suci Ramadhan.
Sebagaimana firman Allah :

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam


kemuliaan.”(Q.S Al-Qadr: 1)

Dan firman Allah :

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). (Q.S. Al Baqarah: 185)

Dan firman Allah :

“sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan


sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad-Dukhaan: 3)

Tiga ayat tersebut di atas menegaskan bahwa Al-Qur’an, diturunkan pada


suatu malam bulan Ramadhan yang dinamakna malam Lailatul Qadar yang penuh
berkah. Demikian juga berdasarkan beberapa riwayat sebagai berikut :

“Riwayat dari Ibn Abbas ra. berkata : Al-Qur'an dipisahkan dari Adz Dzikir
lalu Al-Qur'an itu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, lalu Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi.”

Dan hadis riwayat Ibnu Abbas :

“Riwayat dari Ibnu Abbas berkata : Al-Qur'an diturunkan sekaligus langit


bumi (Bait Al-Izzah) berada di Mawaqi’a Al-Nujum (tempat bintang-bintang) dan
kemudian Allah menurukan kepada Rasul-Nya dengan berangsur-angsur.”

Dan hadits riwayat Imam Thabrani :

4
“Riwayat dari Ibnu Abbas ra. berkata : Al-Qur'an diturunkan pada malam Al-
Qadar pada bulan Ramadhan di langit bumi sekaligus kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur.”

Ketiga riwayat tersebut dijelaskan di dalam Al-Iqam bahwa ketiganya adalah


sahih sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Suyuthy riwayat dari Ibn Abbas,
dimana dia ditanya oleh Athiyah bin Aswad dia berkata : “Dalam hatiku terdapat
keraguan tentang firman Allah dalam surah Al - baqarah ayat 185 :

“ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran…….”

dan firman Allah dalam surah Al – Qadr ayat 1:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam


kemuliaan”

Sedangkan Al-Qur’an ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah,


Zulhijjah, Muharram, Safar dan bulan Rabi’ul Awwal dan Rabi’ul Akhir. Ibnu Abbas
menjawab bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada bulan Ramadhan malam Lailatul
Qadar secara sekaligus yang kemudian diturunkan kepada Nabi secara berangsur-
angsur di sepanjang bulan dan hari.

Yang dimaksud dengan nujum (bertahap) adalah diturunkan sedikit demi


sedikit dan terpisah-pisah, sebagiannya menjelaskan bagian yang lain sesuai dengan
fungsi dan kedudukannya.

Al-Suyuthy mengemukakan bahwa Al-Qurthuby telah menukilkan hikayat


Ijma’ bahwa turunnya Al-Qur’an secara sekaligus adalah dari Lauh Al-Mahfuzh ke
Baitul ‘Izzah di langit pertama.

Barangkali hikmah dari penurunan ini adalah untuk menyatakan keagungan


Al-Qur’an dan kebesaran bagi orang yang diturunkannya dengan cara
memberitahukan kepada penghuni langit yang tujuh bahwa kitab yang paling terakhir
yang disampaikan kepada Rasul penutup dari umat pilihan sungguh telah diambang
pintu dan niscaya akan segera diturunkan kepadanya.

5
As-Suyuthy berpendapat andaikata tidak ada hikmah Ilahiyah yang
menyatakan turunnya kepada umat secara bertahap sesuai dengan keadaan niscaya
akan sampai ke muka bumi secara sekaligus sebagaimana halnya kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya. Tetapi karena Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dan
kitab-kitab sebelumnya, maka Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, turun secara
sekaligus kemudian diturunkan secara berangsur sebagai penghormatan terhadap
orang yang akan menerimanya.

3. Dari baitul ‘izzah ke Rasulallah.

Dalilnya, ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, antara lain :

· “Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” ( QS.
Al-Baqarah ; 99 ).

َ َ‫ْث َأف‬
‫اض النَّاسُ َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬ ُ ‫ثُ َّم َأفِيضُوا ِم ْن َحي‬

“Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-


ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lain (ada ayat-ayat)
yang mutasyabbihat.” ( QS. Ali Imran :7 ).

َ‫ات فََأ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتَّبِعُونَ َما تَ َشابَه‬ ٌ َ‫ب َوُأ َخ ُر ُمتَ َشابِه‬ ِ ‫ات ه َُّن ُأ ُّم ْال ِكتَا‬
ٌ ‫ات ُمحْ َك َم‬ ٌ َ‫َاب ِم ْنهُ آي‬ َ ‫ك ْال ِكت‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي َأ ْن َز َل َعلَ ْي‬
ِ ‫ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْالفِ ْتنَ ِة َوا ْبتِغَا َء تَْأ ِويلِ ِه َو َما يَ ْعلَ ُم تَْأ ِويلَهُ ِإاَّل هَّللا ُ َوالر‬
‫َّاس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِّنَا َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإاَّل‬
ِ ‫ُأولُو اَأْل ْلبَا‬
‫ب‬

”Ia ( Al-Qur’an ) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin(Jibrl) ke dalam


hatimu ( Muhammad ) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang
memberi peringatan.” ( QS.Asy – Syu’ara :193 – 194).

َ‫ك لِتَ ُكونَ ِمنَ ْال ُم ْن ِذ ِرين‬


َ ِ‫) َعلَى قَ ْلب‬193( ُ‫نَزَ َل بِ ِه الرُّ و ُح اَأْل ِمين‬

”Sesungguhnya Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW


seraya berkata: ”Wahai Rasulullah, bagaimanakah wahyu itu datang kepadamu? Maka
Rasulullah SAW bersabda: “kadang-kadang datang kepadaku seperti gemurunnya
bunyi lonceng, dan itu paling berat bagiku. Maka begitu berhenti bunyi itu dariku, aku
telah mengusai apa yang sudah diucapkannya. Dan kadang-kadang malaikat
menyamar kepadaku sebagai laki-laki, lalu mengajak berbicara denganku. Maka aku
kuasai apa yang dikatakannya.” Aisyah lalu berkata: “Saya pernah melihat beliau

6
wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari beliau, maka
bercucurlah keringat dipelipis beliau.” ( H.R. Al-Bukhari ).

Penurunannya tidak seklaigus, namun berangsur-angsur selama dua puluh tiga


tahunberdasrkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan permintaan lewat
malaikat jibril.

Adapun kitab-kitab samawi yang lain,sepertitaurat, injil, dan zabur,turunnya


sekaligus, tidak turun secara berangsur-angsur.Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh
firman-Nya dalam surah al-furqan ayat 32:

“Dan berkatalah orang-orang yang kafir: ‘mengapa Qur’an itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja?’demikianlah supaya kami perkuat hatimu
dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok.”(al-furqon [25]:32).

‫ك َو َرتَّ ْلنَاهُ تَرْ تِياًل‬ َ ِ‫ال الَّ ِذينَ َكفَرُوا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ آنُ ُج ْملَةً َوا ِح َدةً َك َذل‬
َ ‫ك لِنُثَبِّتَ بِ ِه فَُؤ ا َد‬ َ َ‫َوق‬

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun
sekaligus.Dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama.
Seandainya kitab-kitab itu turun secara berangsur-angsur,tentulah orang-orang kafir
tidak akan merasa heran terhadap Qur’an yang turun berangsur-angsur.Maka kata-
kata mereka, “mengapa Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus” Seperti
halnya kitab-kitab yang lain. Allah tidak menjawab mereka bahwa ini adalah Sunnah-
Nya didalam menurunkan kitab samawi sebagaimana Dia menjawab kata-kata mereka
dalam surah al-Furqan ayat 7:

ٌ َ‫اق لَوْ اَل ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي ِه َمل‬ ‫َوقَالُوا َما ِل هَ َذا ال َّرس ِ ْأ‬
‫ك فَيَ ُكونَ َم َعهُ نَ ِذيرًا‬ ِ ‫ُول يَ ُك ُل الطَّ َعا َم َويَ ْم ِشي فِي اَأْل ْس َو‬

”Dan mereka berkata: mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan
dipasar-pasar?”(Al-Furqon:7) dengan jawaban:

“Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu,melainkan mereka sungguh


memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar.”

Tetapi Allah menjawab mereka dengan menjelaskan hikmah mengapa Qur’an


diturunkan secara bertahap dengan firman-Nya: “Demikiannlah supaya kami perkuat
hatimu”, maksudnya: Demikianlah kami menurunkan Qur’an secara bertahap dan
pisah-pisah karena suatu hikmah,yaitu untuk memperkuat hati rasulullah Saw. “Dan

7
kami membacakannya kelompok demi kelompok”,maksudnya: Kami menentukannya
seayat demi seayat atau bagian demi bagian atau kami menjelaskannya dengan
sejelas-jelasnya, karena tutunnya yang bertahap sesuai dengan peristiwa” itu lebih
dapat memudahkan hafalan dan pemahaman yang merupakan salah satu penyebab
kemantapan (didalam hati). Penelitan terhadap hadits-hadits sahih mengatakan bahwa
Qur’an turun menurut keperluan,terkadang turun 5 ayat,10 ayat terkadang lebuh
banyak dari itu.

Menurut saikh al-khudlari dalam bukunya, tarikh tasyi, masa turunnya al-
Qur’an yang di mulai dari tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran nabi
Muhammad SAW hingga akhir turunnya ayat pada 19 djulhijah tahun ke 63 dari usia
beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa ini kemudian di bagi oleh
para ulama menjadi dua periode yaitu periode mekah dan periode madinah.[2]

Periode mekah dimulai ketika nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-
ayat al-Qur’an pada tujuh belas ramadhan, pada tahun 41 dari kelahiran beliau hingga
awal rabiul awal ke 54 dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah
meninggalkan mekah menuju madinah.

Periode madinah dimulai sejak nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah


dan menetap disana sampai dengan turunnya ayat terakhir pada 9 dzulhijah tahun ke
10 dari kelahiran beliau. Dengan demikian, periode mekah selama 12 tahun 5 bulan
13 hari dan periode madinah selama 9 tahun, 9 bulan, 9 hari.

4. Ayat yang Pertama Diturunkan :

Terdapat empat pendapat mengenai apakah yang mula-mula diturunkan


mengenai al-Qur ,an :

a. Jumhur (Pendapat yang paling rajih atau sahih) setuju yaitu yang pertama
diturunkan ialah lima ayat pertama surah al-‘Alaq berdasarkan riwayat ‘Aisyah
yang dicatat oleh Imam Bukhari, Muslim dan al-Hakim dalam kitab-kitab hadis
mereka. Aisyah r.a. menyatakan: “Sesungguhnya permulaan wahyu datang
kepada Rasulullah SAW. melalui mimpi yang benar di waktu tidur. Mimpi itu
jelas dan terang bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian dia gemar menyendiri
dan pergi ke gua Hira. untuk beribadah beberapa malam dengan membawa
bekal. Sesudah kehabisan bekal, beliau kembali kepada isterinya Khadijah r.a.,

8
maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu sehingga beliau
didatangi dengan suatu kebenaran (wahyu) di gua Hira’ tersebut, apabila
seorang malaikat (Jibril a.s.) datang kepadanya dan mengatakan: “Bacalah!”
Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu
membaca.” Malaikat tersebut kemudian memeluk-ku sehingga aku merasa
sesak nafas, kemudian aku dilepaskannya sambil berkata lagi: “Bacalah!”
Maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Lalu dia memeluk-ku
sampai aku rasa sesak nafas dan dilepaskannya sambil berkata: “Bacalah!” Aku
menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Maka dia memeluk-ku buat ketiga
kalinya seraya berkata: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan
Tuhanmu yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan perantaraan kalam dan
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Setelah berlaku peristiwa
itu kembalilah Rasulullah SAW. kepada isterinya Khadijah (membawa ayat-
ayat ini) dengan tubuh menggigil………hingga akhir hadis” (al-Hadis). Imam-
imam yang lain seperti al-Hakim dalam al-Mustadrak, al-Baihaqi dalam al-
Dala’il dan al-Tabrani dalam al-Kabir mengesahkan ayat tersebut adalah yang
pertama diturunkan.
b. Pendapat lain mengatakan Surah al-Muddatstsir yang pertama kali diturunkan
berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah seorang sahabat.
Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: “Aku telah bertanya
kepada Jabir bin ‘Abdullah: Yang manakah di antara al-Qur ,an mula-mula
diturunkan? Jabir menjawab,” ]5[]3[ ‫“ يَــا َأيُّهَــا ْال ُمـ َّدثِّ ُر‬. Aku berkata, “Atau iqra
bismirabbikal ladzi Khalak“[4]. Dia Jabir berkata,”Aku katakan kepada-mu apa
yang dikatakan Rasulullah SAW kepada kami: “Sesungguhnya aku berdiam
diri di gua Hira’. Maka ketika habis masa diam-ku, aku turun lalu aku susuri
lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat
ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang
ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka
pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:

“Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!”


Atau “Wahai orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan”.

9
Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira’, atau al-
Muddassir adalah surah yang pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat
disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah Iqra’ dan surah pertama untuk risalah
ialah surah al-Muddassir.

Ayat yang Terakhir Diturunkan

Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat


ini tidak mengandung sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW.,
malah masing-masing merupakan ijtihad atau dugaan. al-Qadhi Abu Bakar
mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar oleh
mereka kepada Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat
tersebut ialah:

1. Amir al-Sha’bi meriwayatkan bahawa ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata: “Ayat
terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba.” Firman
Allah,

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَاِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمنِينـ‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkanlah sisa riba - yang belum dipungut -.” (al-Baqarah:278).

2. ‘Abdullah bin ‘Utbah r.a. katanya, ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata kepada saya:
“Adakah anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku “tahu” yang
terjemahnya yaitu :

(Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata


Ibnu ‘Abbas: “Kamu benar.”

3. Said bin Jubayr mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,

‫ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوَأ َع َّد‬ ِ ‫لَهُ َع َذابًا َع ِظي ًما َو َم ْن يَ ْقتُلْ ُمْؤ ِمنًا ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزاُؤ هُ َجهَنَّ ُم خَالِدًا فِيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬

“Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka


balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka kepadanya
dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar.” (An-nisa’:93).
Saya menemui Ibn ‘Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: “Ayat ini

10
adalah ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat
ini.”

Pendapat Ubay bin Ka’ab

Yusuf bin Mihran meriwayatkan kepada‘Abdullah bin ‘Abbas Ubay bin


Ka’ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,

ِ ‫وف َر ِحي ٌم َعنِتُّ ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُك ْم َأ ْنفُ ِس ُك ْم ع‬


َ َ‫َزي ٌز َعلَ ْي ِه َم ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِم ْن ل‬
‫ق ا‬ ‫بِ ْال ُمْؤ ِمنِ َـ‬
ٌ ‫ين َر ُء‬

Terjemahnya:

“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu
sendiri (yaitu Nabi Muhammad SAW,berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan kesalamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mu’min .” (aT-Taubah:128)

Pendapat ‘Aisyah.

Jubayr bin Nufayl berkata, “Aku pergi menemui ‘Aisyah, yang bertanya
kepadaku: Adakah kamu membaca Surah al-Ma’idah? Aku katakan Ya. Dia berkata:
Inilah Surah terakhir yang diturunkan……”

Pendapat ‘Umar bin-Khattab

Sa’id al- Khudry meriwayatkan kepada ‘Umar bin-Khatab yang


memberitahu ayat terakhir diturunkan ialah pengharaman riba’ (al-Baqarah:275) dan
Rasulullah SAW. wafat beberapa hari selepas itu dan perkara riba’ tersebut tidak
tertinggal tanpa penjelasan.

Sekiranya kita menganalisis pendapat-pendapat di atas, kita akan menghadapi


kesukaran untuk menentukan ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW
disebabkan perbedaan pendapat tersebut. Walau bagaimanapun kita boleh membuat
rumusan berdasarkan logika

a. Ayat 275 hingga 281 surah al-Baqarah nampaknya diturunkan bersama karena
ayat ini membicarakan persoalan riba’ dan hukum berkaitannya. ‘Umar dan
‘Abdullah Ibn ‘Abbas mengatakan ayat riba merupakan ayat terakhir
diturunkan kepada Rasullah SAW, tepat Rasulullah wafat 9 hari setelah ayat

11
ini diturunkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Ibn
Juraij mengenai ayat 281, surah al-Baqarah.

Kesimpulannya, Surah aT-Taubah sebagai surah panjang terakhir turun;


Surah An-nasr surah pendek terakhir turun; dan ayat 275 hingga 281 Surah al-
Baqarah merupakan ayat terakhir diturunkan. Inilah catatan tentang ayat
terakhir turun, yaitu melalui intervensi atau alasan yang lebih mendukung.

C. HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERTAHAP

Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah SAW. sekaligus satu kitab.


Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat dan ayat-perayat. sebagaimana yang
kita ketahui segala sesuatu yang Allah kehendaki itu mengandung hikmah dan
memiliki tujuan. Nah begitu juga dengan proses turunnya Al-Qur’an secara bertahap.
Diantara hikmah atau tujuannya adalah sebagai berikut :[5]

1. Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad Saw


2. Supaya mudah dihafal dan dipahami
3. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat
mengamalkannya
4. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu
hukum.
5. Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat)
6. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an
D. Pemeliharaan Al-qur’an

pada masa nabi Muhammad SAW

Pada masa Rosulullah masih hidup Al-qur’an di pelihara sedemikian rupa, di


masa rosul masih hidupnya dalam menyampaikan wahyu kepada para sahabat dan
memerintahkan agar sahabat menghafalnya dengan baik, sehinnga cara yang paling
terkenal untuk memelihara Al-qur’an adalah dengan menghafal dan menulisnya.

Terdapat 3 unsur yang dapat memelihara Al-qur’an yang telah di turunkan,


yaitu :

1. Hafalan mereka yang hafal Al-qur’an.


2. Naskah-naskah yang di tulis oleh nabi

12
3. Naskah-naskah yang di tulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca
untuk mereka masing-masing.

Ketika nabi wafat, Al-qur’an tersebut telah sempurna di turunkan dan telah di
hafalkan oleh ribuan manusia, dan telah di tuliskan semua ayat-ayatnya. Semua
ayatnya telah disusun dengan tertib menurut urutan yang ditujukan sendiri oleh Nabi.

Mereka telah mendengar Al-qur’an itu dari mulut Nabi sendiri berkali-kali dalam
shalat, dan Khutbah. Pendek kata Al-qur’an tersebut telah terjaga dengan baik.

Pemeliharan Al-qur’an pada zaman sahabat

Setelah Rosullah SAW wafat, pemerintahan islam di pegang oleh Abu Bakar.
Ketika Abu Bakar menjabat menggantikan Rosullah SAW, dia menghadapi beberapa
pristiwa-pristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan sebagai orang arab. Karena itu
beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkan untuk memerangai orang-orang murtad
itu.

Salah satu peperangan yang terjadi adalah peperangan Yahmamah yang terjadi
pada tahun 12 H yang melibatkan para penghafal Al-qur’an, dalam peperangan ini
terdapat 70 qurra’ atau hafis Al-qur’an yang gugur. Umar bin Khatab merasa resah
dengan banyaknya para sahabat penghafal Al-qur’an wafat terbunuh dalam
peperangan, lalu Ubar menghadap ke Abu Bakar dan menyampaikan berita tentang
banyaknya qurra’ yang wafat, setelah itu Umar mengumpulkan agar Al-qur’an di
mushaf kan agar Al-qur’an tidak di musnakan, karna itu Umar khwatir banyaknya
nanti para penghafal Al-qur’an terbunuh kembali dalam peperangan selanjutnya.

Pada masa khalifah Umar ini tidak membicarakan Al-qur’an melainkan lebih
memfokuskan pada pengembangan ajaran islm dan wilayah kekuasaan Islam, serta
mengendepankan ajaran Islam. Al-qur’an juga tidak di pahami secara tekstual saja,
tapi lebih jauh lagi di pahami secara kontekstual.

Di masa Ustman bin Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan
Azarbaiyan di sebelah Timur dan Tripoli di sebelah Barat. Dengan demikian
kelihatan lah bahwa kaum muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesin,
Syariah, Irak, Persia dan Afrika. Kemanapum mereka pergi dan mereka tinggal, Al-
qur’an itu tetap menjadi imam mereka, di antara mereka banyak menghafal Al-qur’an

13
itu. Pada mereka terdapat naskah-naskah Al-qur’an, tetapi naskah-naskah yang
mereka punya itu tidak sama susunan surat-suratnya. Asal mulanya perbedaan
tersebut adalah karena Rosullah sendiripun memberikan kelonggaran kepada kabila-
kabilah arab yang berada di masanya untuk membaca dan melafalkan Al-qur’an itu
menurut dialok mereka masinng-masing. Kelonggaran ini di berikan oleh Nabi
supaya mereka ,menghafal Al-qur’an. Tetapi kemudian terlihat tanda-tanda

Bahwa perbedaan bacaan tersebut bila dibiarkan akan mendatangkan


perselisihan dan perpecahan yang tidak di inginkan dalam kalangan kaum Muslimin.
Maka khalifa Utsman bin Affan meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al-
qur’an yang di tulis di masa khalifah Abu Bakar yang di simpan olehnya untuk di
salin. Oleh Utsman di bentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai
ketua, Abdullah bin Zubair, sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam.

E. pemiliharaan Al-qur’an pada masa Tabi’in.

Setelah berakhirnya zaman Khalifah yang empat, timbul zaman Bani


Umayyah. Kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang
tertumpu dan penyebaran ilmu-ilmu Al-qur’an melalui jalan periwayatan dan
pengajaran, secara lisan bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini
dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukaannya. Orang-orang yang paling
berjasa dalam periwayatan ini adalah khalifah yang empat, Ibnu Abbas, Ibnu Masud,
Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-Asy’an, Abdullah Ibnu Al-Zubair. Sedangkan dari
kalangan sahabat Mujahid, ‘Atha, Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan Al Bashri, Said Ibn
Jubair, Zaid Ibn Aslam di Madinah.

Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn Jarir Al-Thabari. Al-thabari adalah
mufassir pertama membentangkan bagi berbagai pendapat dan mentarjih sebagainya
atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari Al-
qur’an). Di abad ke-3 ini juga lahir ilmu asbab Al-Nuzul, ilmmu masikh dan mansukh ,
ilmu tentang ayat-ayat makiah dan madaniah. Guru Imam Al-Bukhari, Ali Ibn Al-
Madaniyah. Guru Imam Al-bukhari, Ali ibn Al-madini mengarang asbab Al-Nuzul;
Abu “Ubaid Al-Qasim Ibn Salam. Mengarang tentang nasikh dan mansukh, qiraat dan
keutamaan-keutamaan Al-Quran; Muhammad ibn Ayyub Al-dari tentang ayat-ayat
turun di mekkah dan madinah ; Muhammad ibn khalaf Ibn Al-Mirzaban (W. 390II)
mengarang kitab Al-Hawi fi-‘ulum Al-quran

14
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah rasul Allah yang diberi
oleh-Nya mu’jizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini
mu’jizat tersebut, menjadi tuntunan bagi seluruh umat, barang siapa yang
mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya pasti akan selamat di dunia
maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan bahkan tidak mau memahaminya
niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kitab Suci Al-
Qur’an yang turun melalui perantara malaikat jibril secara bertahap kepada Nabi
Muhammad SAW, kejadian tersebut dinamakan Nuzulul Qur’an.

Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah Peristiwa diturunkannya


wahyu Allah SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
Malaikat Jibril AS secara bertahap. Al-Qur’an diturunkannya melalui tiga fase atau
tahapan. Tahap pertama, Al-Qur’an diturunkan / ditempatkan ke Lauh Mahfudh.
Kedua Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzahdi Langit dunia. Ketiga,
Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad
SAW. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Quraisy.

Ayat-ayat Al Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi


secara berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada. Surat-surat yang
diturunkanya pun tidak sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan
sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja.

Adapun ayat yang pertama dan terakhir turun menurut jumhur ulama’ adalah
al-alaq ayat 1-5 dan al maidah ayat 3

Dengan diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang


akan diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya,
mudah difahami dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa
atau kejadian. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Bertahap yaitu :

1) Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.


2) Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an.

15
3) Supaya mudah dihafal dan dipahami.
4) Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima al-Qur’an dan giat
mengamalkannya.
5) Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan
suatu hukum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan,Manna Khalil. Studi ilmu-ilmu Qur’an. 2010. Jakarta: Litera antarnusa


Anwar,Rosihan.Ulum Al-Qur’an untuk UIN,STAIN, dan PTAIS. 2010. CV Bandung:
Pustaka Setia.
Hatahilah. Sejarah Al-Qur’an . 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta:
Teras
Mukazir AS. 2023. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka litera Antarnusa
Teuku M. Hasbi ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur.an dan Tafsir, 2009.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Zuhdi masjfuk.. Pengantar Ulumul Qur’an. 1990. Surabaya: PT Bina Ilmu
[1]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta:
Teras
[2]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta:
Teras. Hal. 19
[3]Kitab Suci Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Lihat Surat AL-Mudazzir) h. 849
[4] Ibid. h. 904
[5]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta:
Teras. Hal. 19

17

Anda mungkin juga menyukai