Yang dimaksud dengan “tahap-tahap turunya Al-Quran” adalah tertib dari fase-fase
disampaikanya kitab suci Al-Quran, mulai dari sisi Allah SWT. Hinga kepada Nabi Muhammad
SAW. Seperti yang akan dijelaskan berikut dengan dalil-dalil, cara turunya Al-Quran:
Tahapan pertama, Al-Quran diturunkan ke Lauh Mahfudh. Yakni suatu tempat yang mana
manusia tidak bisa mengetahuinya secara definitive/pasti.
Artinya:
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh
Mahfudh.” (Q.S. AL-BURUJ:21-22).
Al-Quran ditempatkan di Lauh Mahfudh dan bagaimana caranya adalah hal-hal yang ghaib tidak
ada yang mampu mengetahuinya selain Allah SWT, Dzat yang maha mengetahui segala hal yang
tersembunyi.
Adapun hikmah dari tanazul tahap pertama ini adalah Lauh Mahfudh itulah yang menunjukkan
berbagai data dan fakta serta argumentasi yang membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah
SWT. Dan keluasan ilmunya serta kekuatan kehendak dan kebijaksanaanya.
Tahapan kedua, Al-Quran turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah di langit dunia atau langit
terdekat dengan bumi ini.
Banyak dalil dan hadits Nabi Muhammad SAW. Yang menerangkan penurunan Al-Quran
tahapan kedua ini, diantaranya sebagai berikut:
Artinya:
Artinya:
“(Beberapa hari itu) ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkanya (permulaan)
Al-Quran.” (Q.S. Al Baqarah:185)
Hadis riwayat Hakim dari Sa`id bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad SAW.
yang Bersabda:
“Al-Qur’an itu dipisahkan dari pembuatannya lalu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia,
kemudian mulailah Malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW”.
Hadis riwayat al-Nasa’i, Hakim dan Baihaqi dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata:
“Al-Qur’an itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar kemudian setelah
itu diturunkan sedikit demi sedikit selama duapuluh tahun”
Semua dalil ayat dan hadits-hadits tersebut menunjukkan turunya Al-Quran tahap kedua ini dan
cara turunya, yaitu secara sekaligus turun seluruh isi Al-Quran dari Lauh Mahfudh ke Baitul
Izzah di langit yang kedua.
Hikmah diturunkanya Al-Quran dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah, sebagai berikut:
a. Menunjukkan kehebatan dan mukjizat Al-Quran
b. Menunjukkan kebesaran Nabi Muhammad SAW. Yang menerima kitab suci Al-Quran ini,
yang tidak diterima secara langsung melainkan bertahap tahap.
c. Memberitahukan kepada para malaikat dan para nabi serta rasul terdahulu, mengenai
kemuiaan dan ketinggian Nabi Muhammad SAW. Sebagai rasul penghabisan dan kitab suci AL-
Quran terakhir yang diterimanya.
3.Tahapan Ketiga (At-Tanazzulu Ats-Tsaalistu)
setelah wahyu Kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya di tempatkan di Lauh Mahfudh, lalu
keduanya diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia, kemudian pada tahap ketiga Al-Qur’an
disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan melalui perantaraan Malaikat
Jibril AS. Dalam hal ini antara lain:
Dalil, ayat-ayat Al-Quran, diantaranya:
Artinya:
“Ia (Al-Qur’an) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (Q.S. Asy-
Syu`ara’: 193-194).
Artinya:
“Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja. Demikianlah supaya Kami perbuat hatimu dengannya dan Kami (menurunkan) dan
membacakannya kelompok demi kelompok.” (Q.S. Al-Furqan: 32).
Dari dalil, ayat-ayat Al-Quran di atas dapatlah diketahui bahwa cara turunya Al-Quran pada
tahap ketiga ini adalah secara langsung turun kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan cara
berangsur angsur, sedikit demi sedikit dan kadang-kadang liwat perantara Malaikat Jibril AS.
Sedagkan cara Rasulullah SAW. Menerima wahyu Al-Quran dari Malaikat Jibril AS. Adalah
dengan salah satu dari du acara sebagai berikut:
1. Kadang-kadang Nabi Muhammad SAW. Melepaskan diri dari bentuk manusia menjadi bentuk
malaikat, lalu menerima wahyu dari Malaikat Jibril AS. Cara ini lebih berat bagi beliau, sehingga
kadang-kadang beliau pingsan.
2. Kadang-kadang Malaikat Jibril AS. Menyamar sebagai manusia, lalu Rasul menerima wahyu
Al-Quran darinya.
Hikmah turunya Al-Quran tahap ketiga/langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Yang secara
berangsur angsur, sebagai berikut:
1. Lebih meresapkan inti ajaran Al-Quran kedalam hati sanubari Nabi dan umatnya.
2. Mempermudah untuk menghafalkannya.
3. Mempermudah seluluh isi ajarannya. Dan lain-lain.
Al-Quran selesai diturunkan menjelang kewafatan Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 9
Dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Atau tahun 10 H. Yang bertepatan
pada tanggal 27 Oktober 632 M. dengan turunnya ayat yang terakhir yaitu ayat 3 surat Al-
maidah yang artinya :
“pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah kucupkan nikmatku kepadamu
serta kuridhoi bagimu islam sebagai agama mu.
Menurut jumhur ulama’, masa turunnya Al-quran dari permulaan hingga akhirnya itu adalah
selama 22 tahun 2 bulan lebih 2 hari.
Menurut hasil penelitian sebagian ahli sejarah islam telah menyebutkan, bahwa lama waktu nabi
tinggal di Makkah itu adalah 12 tahun 5 bulan dan 13 hari, mulai dari tangga 17 romadhon tahun
40 kelahiran nabi sampai awal bulan rabiul awal 54. Sedangkan mengenai lama waktu nabi
tinggal di Madinah, menurut imam as suyuti adalah selama 10 tahun atau 9 tahun 9 bulan lebih 9
hari dari awal rabiul awal tahun 45 sampai tanggal 9 dzulhijjah tahun 63 atau 10 hijriyah.
Dalil-dalil Kebenarannya
di sini dijelaskan lima dalil ilmiah yang dapat membuktikan kebenaran turunnya wahyu Alquran,
yaitu dalil-dalil sebagai berikut:
1. Dalil Pertama: Peniduran buatan atau hipnotis atau setruman.
Dalil hipnotis ini merupakan hasil penemuan ilmiah Dr. Masner, seorang sarjana
Jerman pada abad XVIII M. Dengan teori hipnotis itu, beliau telah berhasil menemukan
kenyataan-kenyataan, sebagai berikut:
- manusia itu selain mempunyai akal lahir juga memiliki akal batin, yang mutunya lebih tinggi
daripada akal lahir.
- Bahwa manusia yang dihipnotis dapat melihat, mendengar, membaca dan menerangkan hal-
hal yang tidak dapat dilakukannya sewaktu tidak dihipnotis. Bahkan, dia dapat menjelaskan hal-
hal yang belum terjadi berdasarkan akal batinnya.
- Bahwa jiwa manusia itu kadang-kadang dapat lepas dari tubuhnya dan bergerak bebas ke
mana-mana, sehingga dapat pula berhubungan dengan jiwa/roh orang-orang lain, walaupun
sudah tidak ada (mati), kalau jiwa itu bebas dari jeratan kebendaan.
-Dengan hipnotis (setruman ini), orang yang menghipnotis (menyetrum) itu dapat
mempengaruhi jiwa orang yang dihipnotis, sehingga dapat menyuruh membaca atau
menerangkan hal hal yang biasanya dia tidak dapat, atau supaya mengerjakan apa saja yang
diperintahkan.-Dengan dalil ini, dapat dipakai untuk menyadarkan mereka agar mengakui
kebenaran turunnya wahyu Alquran. Sebab, kalau orang yang menghipnotis yang hanya terdiri'
dari manusia biasa saja, dapat mempengaruhi orang yang dihipnotis yang juga manusia biasa
tadi dapat membaca, menerangkan atau bahkan mengerjakan hal-hal yang biasanya tidak
dapat, maka apalagi dalam turun wahyu, di mana di situ yang mempengaruhi dan menyuruh itu
adalah malaikat dan atas izin Allah SWT, sedang yang disuruh/dipengaruhi adalah seorang Nabi
Rasul yang berupa manusia pilihan Tuhan, pasti dalam hal turun wahyu lebih rasionil dan lebih
dapat dibenarkan daripada dalam hal hipnotis tadi.
3. Ketiga: Alat-alat rekaman, seperti piringan piringan hitam, pita-pita casette, tape recorder,
pita casette video, film negatif, photo mesin photo copy, dan sebagainya. Alat-alat rekaman itu
adalah benda mati yang asalnya tidak bisa bersuara, tidak dapat berbicara, juga tidak mampu
berlagu, apalagi bernyanyi. Setelah alat-alat itu digunakan untuk merekam, menyunting video
dan menfoto pemandangan serta menfoto copy dokumen dokumen, maka hasilnya sangat
mengherankan! Piringan hitam, pita casette, tape recorder yang asalnya mati, lalu dapat
bersuara. Dan Casette casette bisa mengeluarkan gambar peristiwa peristiwa penting yang
disyuting, seperti halnya film photo dapat mengabadikan adegan-adegan yang mengesankan.
Apalagi mesin photo copy yang betul betul dapat memproduksi berbagai dokumen atau
catatan-catatan kuliah dalam waktu yang sangat cepat.
Padahal semua itu hanya berupa hasil rekayasa manusia biasa. Sebab, meski hal-hal tersebut
hasil ciptaan para ahli, tetapi bukan Rasul atau Nabi, apalagi Malaikat. Maka apakah Malaikat,
Nabi, dan Rasul itu kalah pandai dari mereka tadi? Sudah tentu tidak mungkin demikian. Maka
pastilah Malaikat itu betul-betul dapat menyampaiakan ajaran wahyu, yang dapat membuat
Nabi/Rasul pandai menceritakan segala hal yang diajarkan.
4.Dalil Keempat: Alat-alat elektronik canggih, seperti radio, televisi, video, computere, dan
sebagainya, yang dapat memungkinkan orang mendengarkan, menyaksikan, atau pun
memahami dan menga badikan kejadian-kejadian dari tempat yang jauh jauh. Dan computere-
computere, dapat mengerjakan perintah ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan maupun
menggambarkan konstruksi bangunan yang luas ataupun yang tinggi sekali, hanya dalam
beberapa detik/menit saja. Semua itupun hanya dari hasil ciptaan manusia biasa, yang akal
pikiran dan kepandaiannya adalah karunia Allah SWT juga Maka apakah tidak bisa diterima akal
manusia, bahwa Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa itu lebih dari bisa untuk
mengajarkan sebagian ilmu-Nya kepada salah seorang yang dipilih-Nya menjadi Nabi atau
Rasul? Bagi or ang yang menjawab: Ya, bisa, berarti mengakui kebenaran turunnya wahyu Allah
kepada para Nabi/Rasul. hamba
5. Dalil Kelima: Komunikasi canggih seperti telepon, telegram, telex facsimile, modem, dan lain-
lain yang dapat segera mengirimkan pesan/berita/tulisan, gambar dan data-data dari dan ke
tempat-tempat yang sangat berjauhan sekalipun. Telepon dapat mengirimkan berita seketika.
Telegram bisa menyampaikan pesan dalam waktu tidak lama. Dan telex dapat menuliskan
kesan atau saran ke tempat yang jauh dalam waktu yang bersamaan. Sedang facsimile bisa
mengirimkan gambar atau lukisan kepada orang-orang yang sangat berjauhan dalam detik-detik
yang bersamaan. Apalagi modem yang dapat mentransfer data lewat computere secara
internasional dalam waktu yang sangat minimal.
Padahal semua alat-alat komunikasi tadi juga hanya dari hasil rekayasa manusia biasa pula,
bukan Rasul dan bukan Nabi juga, apalagi Malaikat. Maka adalah logis dan ilmiah, kalau
Malaikat lebih dari bisa dengan cepat menyampaikan berita wahyu dari Allah Ta'ala kepada
Nabi Muhammad SAW dalam menurunkan wahyu-Nya.
Dari dalil-dalil akal yang ilmiah tersebut dapatlah disimpulkan, bahwa saja wahyu itu betul-betul
terjadi yakni benar ada wahyu dari allah SWT yang diturunkan sebagian lewat perantaraan
Malaikat Jibril a.s., vang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebab, secara logika pun
dapat dibenarkan terjadinya sesuatu yang telah diberitahukan akan terjadinya sesuatu itu oleh
orang yang
betul-betul dapat dipercaya dan yang tidak pernah berdusta. Dan turunnya wahyu itupun
merupakan kejadian yang telah diberitahukan oleh Nabi Muhammad SAW yang sejak belum
menjadi, bahkan sejak kecil telah terkenal sebagai "al-amin", orang yang sangat dapat
dipercaya. Dan memang selama hidupnya tidak pernah berdusta.
Dengan demikian maka kebenaran turunnya wahyu itu adalah sungguh-sungguh valid, dapat
dipercaya, dan sangat meyakinkan.