Anda di halaman 1dari 14

PEMAHAMAN TENTANG AL-QUR’AN

Kelompok 2
Dwi Siti Malyanti Umar
Erni Mardiyanti
Fitriana EchaSeptiani
Lydia Haryanti
Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja iqro yang
berarti bacaan. “Quran” menurut pendapat yang paling
kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti
“bacaan”, asal kata qara’a. Kata Al Qur’an itu berbentuk
masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).
Karena Al-Qur’an bukan saja harus di baca oleh manusia,
tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh
yang mencintainya. Baik pada waktu shalat maupun di luar
shalat. Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian
kata“Qur’an” dalam arti demikian sebagai tersebut dalam
ayat 17, 18 surah (75) Al-
Qiyaamah :Artinya:‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an
(didalam dadamu) dan(menetapkan) bacaannya (pada
lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. Karenaitu jika kami
telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya”.
Nuzulul Qur’an yang secara harfiah
berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah
yang merujuk kepada peristiwa penting
penurunan wahyu Allah pertamakepada
nabi dan rasul terakhir agama Islam
yakni Nabi Muhammad SAW.
• Wahyu pertama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad adalah surah al-Alaq
ayat 1-5.
• Saat wahyu ini diturunkan, Nabi
Muhammad sedang ber-tahannus
(menyendiri) diGua Hira. Ketika itu,
tiba-tiba Malaikat Jibril datang
menyampaikan wahyu tersebut
Tujuan nuzulul Quran yaitu memberikan Petunjuk
kepada semua makhluk kejalan yang lurus, sebagai
adanya targhib dan tarhib, untuk dapat
melaksanakansyari’at Allah SWT. Sebagai
Jawaban terhadap pertanyaan dan juga
penjelasanbagi mereka, seperti turunnya Al-
Anfal 1, dan an-Nisa’ : 127 Adapun definisi Al
Qur’an menurut istilah ialah: “Kalam Allah SWT
yangmerupakan mukjizat yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan
ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan
mutawatir sertamembacanya adalah ibadah”.
Dengan definisi ini, kalam Allah yang
diturunkankepada nabi-nabi selain Nabi
Muhammad S.A.W.
Turunnya al-Quran yang pertamakali
pada malam lailatul qadar merupakan
pemberitahuan kepada alam tingkat
tinggi yang terdiri dari malaikat-
malaikat akan kemuliaan umat
Muhammad.
3 tahapan turunnya Al-quran
1. Di lauhil mahfudz yang semua orang tidak tau
kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun?
Ibnu katsir lewat riwayat ibnu khatam:
“Ma min syai’in qodo allah al quran wama qoblahu
wama ba’dahu illa bil lauhil mahfudz”
Artinya: “Apapun yang di qodo’ Allah sebelum dan
sesudah Al-Quran, semuanya itu di letakkan di
lauhil mahfudz dan tak tau dimana itu letaknya dan
tidak diijinkan siapaun tau tentang lauhil mahfudz.
Adapun jumlahnya sekaligus atau jumlatan
wahidatan.
2. Dari lauhil mahfudz ke baitul ‘izza Yaitu langit yang
pertama yang tampak ketika dilihat di dunia ini namun
tidak diketahui letak persisnya. Adapun jumlahnya
adalah semuanya (jumlatan wahidatan) pada waktu
lialatul qodar. Namun tanggalnya tidak diketahui,
adapaun bulannya sudah jelas pada bulan ramadhan. Al-
Qurtubi telah menukil dari Muqtil bin Hayyan riwayat
tentang kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya al-qur’an
sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit
dunia. Sebetulnya tidak hanya Al-Quran saja yang
diturunkan pada bulan ramadhan, namun juga :
• Taurot : 6 Hari setelah Ramadhan
• Suhuf Ibrohim : 1 Hari setelah Ramadhan
• Injil : 13 Hari setelah Ramadhan
• Zabur : 12 Hari setelah Ramadhan
3. Dari baitul ‘izzah ke Rosulallah.
Penurunannya tidak sekaligus, namun diangsur-
angsur selama dua puluh tiga tahun berdasarkan
kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan
permintaan lewat malaikat jibril. Adapun kitab-
kitab samawi yang lain seperti: taurat, injil, dan
zabur turunnya sekaligus, tidak turun secara
berangsur-angsur. Hal ini sebagaimana ditunjukkan
oleh firman Nya dalam surah al-furqan ayat 32:
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir: ‘mengapa
Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja?’ Demikianlah supaya kami perkuat hatimu
dengannya dan kami membacakannya kelompok
demi kelompok”. (alfurqon[ 25]:32).
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul
Muhammad SAW untuk membeir petujuk kepada
manusia. Turunya Al-Qur’an dengan dua tahapan,
yaitu :
Pertama : Al-Qur’an turun pada malam lailatul
qadar pada malam kemulyaan,merupakan
pemberitahuan Allah SWT kepada alam tingkat
tinggi yang terdiri darimalaikat-malakat akan
kemulyaan umat Nabi Muhamad SAW.
Kedua : Turunya Al-Qur’an secara bertahap
( munajaman ), dengan tujuan menguatkan hati
Rasul SAW dan menghibur serta mengikuti
peristiwa dankejadian-kejadian sampai Allah SWT
menyempurnakan agama ini dan mencukupinikmat-
nikmat-Nya.
Dasar Turun nya Al-Qur’an berangsur-angsur
Firman Allah SWT surat al-Isra’ : 106
“Dan Al-Qur’an telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur, agar kamu membacanya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian-demi bagian . “ ( QS. Al-
Isra’ : 106 ). Dan Firman Allah SWT surat Al-
Furqan : 32 “Berkatalah orang-orang kafir : “
mengapa Al-Qur’an tidak dirunkan kepadanya
sekali turun saja? Demikian supaya Kami
perkuat hatimu dengannya, dan Kami
membacakannya kelompok demi kelompok “.
( QS. Al-Furqon : 32 ).
Hikmah turunnya Al-Qur’an
1. Menguatkan dan meneguhkan hati Rasulullah SAW
2. Mempermudah hafalan dan pemahaman, karena Al-
Qur’an diturunkan ditengah-tengah umat yang ummi dan
yang tidak pandai membaca dan menulis
3. Sebagai pendidikan terhadap umat islam
4. Denga cara ini, turunnya ayat sesuai dengan peristiwa
yang terjadi akan lebih berkesan dihati, karena segala
persoalan dapat ditanyakan langsung kepada Nabi SAW
5. Bukti yang pasti ( mu’jizat ) bahwa Al-Qur’an adalah
dari sisi Allah SWT Yang Maha bijaksana dan Maha
Terpuji
Cara turunnya wahyu ( al-Qur’an )
• Pertama : Datang kepada Rasul SAW Malaikat seperti
dencingan suara lonceng yang amat kuat, dari musnad imam
Ahmad, dari Abdullah bin Umar, aku bertanya kepada Rasul,
Apakah anda ya Rasul menyadari tetang turunnya wahyu ?,
Rasul Menjawab : aku mendengar suara dencingan lonceng,
kemudian aku diam, tiba-tiba aku tidak sadarkan diri, ternyata
turunnya wahyu. Dan cara ini adalah cara yang terberat, dan
dikatakan demikian diantara turunnya ayat berkenaan tetang
janji dan ancaman.

• Kedua : Malaikat datang kepada Rasul bagaikan seorang laki-


laki, dan menyampaikan wahyu, demikian sebagaimana hadits
shahih. Dan cara yang demikian adalah cara yang lebih ringan
dari cara yang pertama. Karena cara ini, Malaikat sebagaimana
layaknya saudara saudara yang lain, dan berbicara baik secara
sadar seperti pada saat isra dan mi’raj, dan dalam keadaan
tidur seperti hadits Muaz bin Jabal.
Terima Kasih

By. Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai