Anda di halaman 1dari 4

KONSEP WAHYU DAN KENABIAN (Islamic Worldview)

Oleh: Wawan Setiawan

A. KONSEP WAHYU
a. Pengertian Wahyu

-Wahyu Secara bahasa (lughawi) (QS. al Qashshash (28):7)

-Ilham (Qs. Maryam (19):11)

-Isyarat (Qs. Al An’am (6):112)

-Bisikan disimpulkan oleh Rashiid Ridaa dalam al-wahy al-Muhammadii: “pemberitahuan yang
bersifat tertutup dan tidak diketahui pihak lain dan cepat serta khas hanya kepada yang dituju”.
Secara Terminologi (maknawi): Wahyu adalah “pemberitahuan Allah swt kepada seorang nabi
tentang berita-berita gaib, shari’at, dan hukum tertentu.” Dari definisi ini jelas bahwa konsep
“wahyu” dalam Islam harus mengandung dua unsur utamanya, yaitu: (i) pemberi berita (Allah
SWT) dan (ii) penerima berita (nabi), sehingga tidak dimungkinan terjadinya wahyu tanpa
keduanya atau menafikan salah satunya1.

b. Al Qur-an Kalamullah yang Tanzil

Al Qur-an Kalamullah Yang Tanzil Para ulama klasik dan az Zarqani membagi fase penurunan
al Qur-an menjadi tiga fase:

Fase Pertama, al-Qur’an awal mulanya berada di al-Lauh al-Mahfuzh. Ditempat ini, al-Quran
sudah dalam bentuk yang utuh, yakni sudah terbentuk dalam lafazh-lafazh yang sistematis
seperti sekarang ini.

Fase Kedua, setelah al Qur-an berada di al-Lauh al-Mahfuzh kemudian diturunkan ke langit
dunia, bait al-‘izzah pada malam al-qadar. Pada tahap yang kedua ini, al-Qur’an diturunkan
secara keseluruhan.

Fase Ketiga, al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit (gradual) selama 23thn melalui perantara
malaikat Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad, dan baru kemudian beliau mendakwahkannya
sebagai hidayah dan pelita kehidupan bagi manusia di dunia.

Anggapan para orientalis yang mengatakan bahwa al-Qur’an telah tercampur oleh perkataan
Nabi Muhammad telah terbantah oleh firman Allah SWT yang artinya: “Seandainya dia
(Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya Kami pegang dia pada
tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya” (al Haqqah : 44-46).

1
Rashiid Ridaa, al-Wahy al-Muhammadii (Beirut: Daar al-Kutub al-’IIlmiyyah: 2005).
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al- Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (an Najm : 3-4).

c. Teks Al Qur-an

Sistematika Surat dan Ayat al Qur-an Salah satu yang menjadi objek kritik para Orientalis
(pengkritik Islam, bisa dikatakan orang yang tidak menyukai Islam) adalah tentang sistematika al
Qur-an yang terdiri daru susnan surat dan ayatnya adalah hasil penyusunan Nabi Muhammad,
bahkan ada yang melontarkan hasil penyusunan para sahabat. Fakta tentang Sistematika Surat
dan Ayat al Qur-an: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya”[QS al Qiyaamah (75):17]

Fatimah berkata :”Nabi Muhammad memberitahukan kepadaku secara rahasia, Malaikat Jibril
hadir membacakan al Qur-an padaku dan saya membacakannya sekali setahun, hanya tahun ini ia
membacakan seluruh isi kandungan al Qur-an selama dua kali. Saya tidak berpikir lain kecuali,
rasanya, masa kematian sudah semakin dekat”. [HR. Bukhari, Bab Fada’il al Qur-an]

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan sanad hasan, dari Usman bin Abil ‘Ásh, ia
berkata: “ketika aku duduk bersama Rasulullah saw. tiba-tiba Nabi mengangkat pandangannya
kemudian menurunkan pandangannya lagi, kemudian beliau bersabda: ‘Jibril telah datang
kepadaku kemudian memerintahkanku untuk meletakkan ayat ini ke tempatnya dalam surah ini’,
ayat itu adalah surah an-Nahl ayat 90”.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Umar, ia berkata: “saya belum pernah lebih
banyak bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu masalah daripada apa yang saya tanyakan
kepada beliau tentang al-kalaalah, hingga beliau menyentuh jari telunjuknya ke dadaku dan
bersabda: ‘cukup bagimu ayat ash-Shaif yang ada di akhir surah an Nisa’”.

Al Qur-an bukanlah `tulisan’ (rasm, text atau writing) tetapi merupakan `bacaan` (qira’ah atau
recitation) dalam arti ucapan dan sebutan. Baik proses turun (pewahyuan)-nya maupun
penyampaian, pengajaran dan periwayatan (transmisi)-nya dilakukan melalui lisan dan hafalan.
Tulisan berfungsi sebagai alat penyimpan dan dokumentasi yang dapat berbentuk tulisan diatas
tulang, kayu, kertas, daun dan lain sebagainya. Namun semua itu berdasarkan hafalan,
bersandarkan apa yang sebelumnya telah tertera dalam ingatan sang qaari/ muqri.

Banyak dari para Orientalis yang mencoba menyamakan al Qur-an dengan Bibel sebagai sebuah
Teks, sehingga mereka juga mencoba melakukan pengkajian terhadap keaslian al Qur-an sebagai
Kalamullah yang terbebas dari pengaruh Manusia (nabi & rasul) dan malaikat (jibril) yang
membawanya. Mereka antara lain Gerd R. Joseph Puin, Toby Lester, Nasr Hamid Abu Zaid,
Muhammad Arkoun, dll. (*) Muh Akbar Ilyas, Al-Qur’an dan Orientalisme.

Jaminan Allah Terhadap Keaslian al Qur-an seandainya Dia (Muhammad) mengadakan sebagian
perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya (Kami
beri tindakan yang sekeras-kerasnya). Kemudian benar- benar Kami potong urat tali jantungnya
[QS al Haqqah (69):44-46] Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar yang memeliharanya [QS al Hijr (15):9]

B. KONSEP KENABIAN (Pengertian Nabi & Rasul-Proses Penerimaan Wahyu-Fungsi &


Peran Nabi)
a. Pengertian Nabi Dan Rasul

Secara etimologi (lughawi) kata “nabii” berasal dari kata-kata “nabaa’” yang berarti “berita
yang berarti dan penting”. Dengan demikian “nabii” adalah “orang yang membawa berita
penting.” Dan seseorang disebut “nabii” karena membawa berita dari Allah.

Secara terminologi (maknawi) kata “nabii” berarti “seseorang yang diberi wahyu oleh Allah,
baik diperintahkan untuk menyampaikan (tabliigh) atau tidak.”

Terdapat perbedaan pengertian antara Nabi dengan Rasul, antaralain:

-Rasul diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain, sedangkan nabi tidak
(terbatas).
-Rasul adalah seseorang yang diwahyukan “syari’at” baru. Rasul tidak ada bedanya
dengan Nabi, Nabi adalah Rasul dan Rasul adalah Nabi.

b. Proses Penerimaan Wahyu

“dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” [QS asy Syuura (42):51]

“Dari Aisyah Ummul Mukminin r.a. bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW, "Ya Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada Anda?" Rasulullah
menjawab, "kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku seperti bunyi lonceng. Itulah yang
sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, aku baru mengerti apa yang disampaikannya.
Kadang-kadang malaikat menjelma seperti seorang laki-laki menyampaikan kepadaku dan aku
mengerti apa yang disampaikannya," Aisyah berkata, "Aku pernah melihat Nabi ketika turunnya
wahyu kepadanya pada suatu hari yang amat dingin. Setelah wahyu itu berhenti turun, kelihatan
dahi Nabi bersimpah peluh.“ [Riwayat Imam Bukhari dalam kitab Bad’il Wahyi]

Tiga Proses Penerimaan Wahyu. Wahyu diterima secara langsung, antara lain:

-Dalam mimpi yang benar (ru’ya shadiqah), seperti yang diterima oleh Nabi Ibrahim AS untuk
menyembelih Nabi Ismail AS.
-Saat Isra’ Mi’raj, yaitu peristiwa perjalanan Rasulullah diwaktu malam dari masjidil Haram ke
masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha. Dalam peristiwa ini Rasulullah secara langsung
menerima perintah shalat dari Allah SWT.

-Wahyu diterima melalui malaikat baik dalam ujud asli malaikat seperti saat Rasulullah
menerima wahyu pertama kali di gua Hira maupun dalam bentuk menyamar seperti manusia atau
suara malaikat saja yang terdengar.

-Wahyu diterima melalui (atau di belakang) Tabir, seperti bunyi (gemerincing) lonceng, dan
penyampaian wahyu dengan cara inilah yang dianggap berat oleh Rasulullah.

c. Fungsi Dan Peran Nabi

Secara Garis Besar Fungsi dan Peran Nabi adalah sebagai pembawa berita dan peringatan
kepada umat manusia, juga sebagai contoh yang indah untuk berbuat dan memperlakukan alam
semesta berdasarkan perintah Allah (dalam al Qur-an) untuk mewujudkan kehidupan indah di
dunia dan akhirat.

Secara Terperinci berikut adalah peran dan fungsi nabi di utus di muka bumi:

-Mengajarkan Ilmu dan Ma’rifat “…mengajarkan apa yang tidak mampu kamu ketahui.” [QS al
Baqarah (2):151]

-Menyempurnakan Akal dan Intelektual “…mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah...”
[QS al Imran (3):164]

-Menegakkan Keadilan “…Kami turunkan bersama mereka Kitab dan Mizan (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil.” [QS al Hadiid (57):25]

-Menyelamatkan Manusia dari Kegelapan Hidup ”... mengeluarkan manusia dari kegelapan
kepada cahaya terang-benderang...” [QS Ibrahim (14):1]

-Menghakimi dan Memutuskan Perselisihan di Masyarakat ”...menyampaikan kabar gembira dan


peringatan dan Dia menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan…” [QS al
Baqarah (2):213] o dst.

Rasul dan Nabi merupakan contoh yang berbuat dan bertindak dalam Uswah (suri
tauladan). Mukmin (orang yang menyatakan diri beriman) adalah manusia yang mau berbuat
sesuai dengan al Qur-an dan Dan tidak aku telah ciptakan Jin dan Manusia yang dicontohkan
oleh Nabi dan Rasul kecuali untuk mengabdi hidup menurut Ajaran-Ku sebagai pengemban
amanah dari Allah. [QS Adz-Dzariyat:56]

Anda mungkin juga menyukai