Anda di halaman 1dari 30

Makalah

Al Islam II
Fiqih Shiyam (Puasa)
DOSEN PENGAMPU : Alfitri Abu Humaidi Lc, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Ananda Salsabila (203410556)
Ridho Putra (203410451)
Rivansyah (203410093)
Syarah Al Assroha Nur Zain (203410072)

KELAS :
1A

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Fiqih
Shiyam (Puasa)" dengan baik. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas
mata Al Islam II. Melalui makalah ini, kami berharap agar kami dan pembaca mampu
mengenal lebih jauh mengenai Fiqih Shiyam (Puasa).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam proses penyusunan makalah ini. Kami berharap agar makalah yang telah kami susun
ini dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis yang lain. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah ini masih terdapat
kekurangannya.

Pekanbaru, 09 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil’aalamiin, mempunyai syariat


yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya. Kewajiban bagi umat Islam untuk
menjalankan syariat tersebut tentunya terdapat banyak hikmah di dalamnya. Semua
yang diciptakan oleh Allah swt. tidak ada yang sia-sia. Demikian pula dengan urusan
ibadah dan muamalah, baik yang diperintah maupun yang dilarang, semua
mengandung hikmah meskipun di antara hikmah-hikmah tersebut belum terungkap
oleh manusia. Salah satu ibadah yang mengandung banyak hikmah adalah ibadah
puasa. Ketahuilah bahwa puasa termasuk ibadah dan ketaatan yang paling utama.
Banyak hadist yang membicarakan tentang keutamaannya, Di antara keutamaan puasa
adalah terhapus dosa-dosa dan sebagai jalan meraih ketaqwaan.

Puasa juga dapat mendatangkan pahala bagi orang-orang yang


menjalankannya dengan keimanan dan keikhlasan. Perintah Allah SWT. kepada
orang-orang yang beriman untuk menjalankan ibadah puasa tentunya terdapat hikmah
di dalamnya. Sesungguhnya ibadah puasa tidak hanya dilakukan oleh umat Islam,
melainkan umat non-muslim pun melaksanakannya. Namun tentunya tata cara
pelaksanaannya berbeda dengan ibadah puasa yang dilakukan oleh umat Islam. Puasa
didalam berdasarkan hukumnya, tergolong menjadi empat, yaitu puasa wajib, puasa
sunnah, puasa makruh, dan puasa haram. Adapun puasa wajib yang harus dilakukan
oleh seluruh umat Islam di dunia adalah puasa Ramadhan. Kewajiban melaksanakan
puasa merupakan kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam yang telah baligh
dan berakal, maka tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak berpuasa pada bulan
Ramadhan, kecuali apabila orang tersebut secara syara’ boleh diberikan keringanan
(Rukhsah) untuk tidak melaksanakan puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan dimulai
setelah adanya penetapan itsbat Ramadhan yang menandai 1 Ramadhan.

Puasa adalah jihad melawan nafsu, menangkal godaan-godaan dan rayuan-


rayuan setan yang terkadang terlintas dalam pikiran. Puasa dapat membiasakan
seseorang bersikap sabar terhadap hal-hal yang diharamkan, penderitaan, dan
kesulitan yang kadangkala muncul di hadapannya. Puasa mendidik orang untuk
bersikap jujur dan merasa diawasi oleh Allah swt. baik dalam kesendirian maupun
dalam keramaian, karena pada saat itu, tidak seorang pun yang mengawasi orang yang
berpuasa selain Allah SWT. Puasa memberikan hikmah dan keutamaan bagi yang
melaksanakannya. Puasa juga memiliki manfaat bagi jasmani dan rohani, seperti
bermanfaat terhadap kesehatan. Karena puasa dapat melindungi kesehatan otak dan
meningkatkan pembentukan sel saraf untuk meningkatkan fungsi kognitif.
Karena puasa dapat mengurangi peradangan, puasa juga dapat membantu mencegah
gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson.

Dalam melaksanakan ibadah puasa tentunya kita harus berlandaskan terhadap


rukun, syarat, dan sunnah puasa. Agar puasa yang kita lakukan dinilai ibadah yang
sempurna sehingga kita mendapatkan pahala. Melakukan puasa haruslah sesuai
dengan tata cara puasa, seperti mengucapkan niat, menahan diri dari hal yang
membatalkannya, menyegerakan berbuka, dan lainnya. Sebab jika puasa yang
dilakukan tidak sesuai dengan tata cara dan menyimpang dari rukun, syarat, dan
sunnah puasa maka, puasanya batal. Terdapat konsekuensi jika puasa batal
dilaksanakan dengan cara fidyah atau menggantikan satu hari puasa yang ditinggal
dengan memberi makan satu orang miskin dan mengqadha puasa sebanyak hari yang
ditinggalkan.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud puasa


1.2.2 Apa saja dasar hukum
1.2.3 Apa saja hikmah dan keutamaan puasa
1.2.4 Apa saja rukun, syarat, dan sunnah puasa
1.2.5 Bagaimana tata cara puasa
1.2.6 Apa hal yang membatalkan puasa
1.2.7 Bagaimana cara fidyah dan qodha puasa
1.2.8 Apa saja manfaat puasa dari segi kesehatan
1.2.9 Bagaimana penetapan itsbat Ramadhan
1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk memahami, mengetahui apa itu puasa


1.3.2 Untuk memahami, mengetahui dasar-dasar hukum puasa
1.3.3 Untuk memahami, mengetahui apa saja hikmah dan keutamaan puasa
1.3.4 Untuk memahami, mengetahui apa saja rukun, syarat,dan sunnah
puasa
1.3.5 Untuk memahami, mengetahui bagaimana tata cara puasa
1.3.6 Untuk memahami, mengetahui apa saja hal yang membatalkan puasa
1.3.7 Untuk memahami, mengetahui bagaimana cara fidyah dan qodha
puasa
1.3.8 Untuk memahami, mengetahui apa saja manfaat puasa bagi kesehatan
1.3.9 Untuk memahami, mengetahui bagaimana penetapan itsbat Ramadhan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Puasa

Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri". Sedangkan menurut syara’ ialah
menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari, karena perintah Allah SWT semata-mata, serta disertai niat dan
syarat-syarat tertentu.

Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada siang
hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari. Artinya , puasa adalah penahanan diri dari
syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta dari segala benda konkret yang memasuki
rongga dalam tubuh (seperti obat dan sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu
sejak terbitnya fajar kedua (yaitu fajar shadiq) sampai terbenamnya matahari yang
dilakukan oleh orang tertentu yang dilakukan orang tertentu yngmemenuhi syarat
yaitu beragama islam, berakal, dan tidak sedang dalam haid dan nifas, disertai niat
yaitu kehendak hati untuk melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada kebimbangan ,
agar ibadah berbeda dari kebiasaan. Demi zat yang jiwa Muhammad berada dalam
genggamannya sesungguhnya bau tidak sedap orang yang berpuasa menurut Allah
lebih wangi menurut Allah pada hari kiamat daripada minyak misik. Orang yang
berpuasa memiliki dua kegembiraan:

1. Apabila berbuka dia bergembira dengan berbukanya.


2. Apabila bertemu tuhannya ia bergembira dengan puasanya.

Secara terminologi, pengertian puasa banyak dikemukakan oleh para ahli, di


antaranya oleh:

1) Abi Abdillah Muhammad bin Qasim al-Syafi'i


Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya
seperti keinginan untuk bersetubuh, dan keinginan perut untuk makan semata-mata
karena taat (patuh) kepada Tuhan dengan niat yang telah ditentukan seperti niat puasa
Ramadlan, puasa kifarat atau puasa nadzar pada waktu siang hari mulai dari terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari sehingga puasanya dapat diterima kecuali pada
hari raya, hari-hari tasyrik dan hari syak, dan dilakukan oleh seorang muslim yang
berakal (tamyiz), suci dari haid, nifas, suci dari wiladah (melahirkan) serta tidak ayan
dan mabuk pada siang hari.

2) Menurut Abi Yahya Zakaria al-Anshari:

Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya
sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan.

3) Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini:

Puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang telah ditentukan bagi seseorang
yang telah ditentukan pula pada waktu tertentu dengan beberapa syarat.

4) Imam Muhammad bin Ismail al-Kahlani

Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual dan lain-
lain yang telah diperintahkan menahan diri dari padanya sepanjang hari menurut cara
yang telah disyaratkan. Disertai pula menahan diri dari perkataan siasia (membuat),
perkataan yang merangsang (porno), perkataan-perkataan lainnya baik yang haram
maupun yang makruh pada waktu yang telah disyariatkan, disertai pula memohon diri
dari perkataan-perkataan lainnya baik yang haram maupun yang makruh pada waktu
yang telah ditetapkan dan menurut syara’ yang telah ditentukan.

5) Abdur Rahman Shad dalam bukunya yang berjudul The Rights of Allah and
Human Rights mengatakan:

"Fasting is a noble act of high merits because who so ever observes it, suppresses his
carnal lust, abjures his pleasures and abstains from eating and drinking for his sake".
“Puasa adalah perbuatan mulia yang mengandung manfaat besar bagi siapa saja yang
melaksanakannya, yaitu dengan menahan hawa nafsu, meninggalkan kesenangan, dan
menahan makan dan minum yang dilakukan semata-mata karena Allah.”

Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik pengertian bahwa puasa
(shiyam) adalah suatu substansi ibadah kepada Allah Swt. yang memiliki syarat dan
rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari segala keinginan syahwat, perut, dan
dari segala sesuatu yang masuk ke dalam kerongkongan, baik berupa makanan,
minuman, obat dan semacamnya, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari yang
dilakukan oleh muslim yang berakal, tidak haid, dan tidak pula nifas yang dilakukan
dengan yakin dan disertai dengan niat.
2.2 Dasar Hukum Puasa

Allah SWT memerintahkan hambanya untuk beribadah kepada-Nya. Pada


bulan Ramadhan Allah Swt. mewajibkan pada umat-Nya yang beriman untuk
menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah Al-
Baqarah ayat 183:

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".

Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima.
Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya :

“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur
rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR.
Bukhari – Muslim).

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa tiang agama Islam itu mencakup, mengucap
syahadat, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, puasa dan haji. Dari keterangan ini,
maka puasa Ramadan merupakan bagian dari rukun Islam tersebut.

Terdapat juga macam-macam puasa yang hukumnya berbeda tergantung jenis


puasanya masing-masing, yaitu :

Puasa wajib atau puasa fardhu terdiri dari puasa fardhu ain atau puasa wajib yang
harus dilaksanakan untuk memenuhi panggilan Allah ta’ala yang disebut puasa
ramadhan. Sedangkan puasa wajib yang terdiri dalam suatu hal sebagai hak Allah
SWT atau disebut puasa kafarat. Selanjutnya puasa wajib untuk memenuhi panggilan
pribadi atas dirinya sendiri dan disebut puasa nadzar.

Puasa sunat atau puasa tathawwu’ yang meliputi puasa enam hari bulan syawal, puasa
senin kamis, puasa hari Arafah (tanggal 9 Zulhijjah, kecuali bagi orang yang sedang
mengerjakan ibadah haji tidak disunatkan), puasa hari Syura (10 Muharram), puasa
bulan Sya’ban puasa tengah bulan (tanggal 13, 14, dan 15 bulan Qomariyah).

Puasa makruh, yaitu puasa yang dilakukan terus menerus sepanjang masa kecuali
pada bulan haram, disamping itu makruh puasa pada setiap hari sabtu saja atau tiap
jumat saja.

Puasa haram yaitu haram berpuasa pada waktu-waktu tertentu misalnya Hari raya Idul
Fitri (1 Syawal), Hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah), Hari-hari Tasyriq (11, 12 dan 13
Zulhijjah).

2.3 Hikmah dan Keutamaan Puasa

Hikmah dalam melaksanakan puasa, antara lain yaitu :

a. Mendekatkan Diri kepada Sang Pencipta

Ketika kita menjalankan ibadah puasa sesuai dengan perintah Allah, maka berarti
kita mempasrahkan segalanya pada Allah. Tujuan dari puasa kita adalah untuk
mentaati segala perintah Allah demi mendekatkan diri kepadanya.

b. Mendorong pada Perbuatan Baik

Saat kita menjalankan ibadah puasa kita tidak hanya menahan rasa haus dan lapar,
tetepi kita juga menjaga diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik pula.
Secara tidak langsung ketika kita menjauhi hal tersebut artinya kita akan terdorong
untuk melakukan hal-hal baik demi kesempurnaan puasa.
c. Meningkatkan Rasa Empati

Bulan Ramadhan menjadi kesempatan bagi setiap Muslim untuk meningkatkan


ketakwaan, nilai moral dan sosial. Dengan menjalankan puasa orang kaya
merasakan bagaimana perasaan menahan lapar seharian, hal yang setiap hari
dirasakan oleh orang yang kurang mampu. Contohnya pada bulan Ramadhan
orang-orang berbondong-bondong untuk berbagi, seperti membagikan makanan
kepada orang yang kurang mampu untuk berbuka puasa.

d. Mencegah Maksiat

Syarat sahnya puasa adalah kita diharuskan untuk bisa menahan segala jenis hawa
nafsu, termasuk nafsu makan, nafsu membicarakan keburukan orang lain dan nafsu
fisik.
Untuk menghindari hal tersebut kita bisa melakukan hal yang bersifat positif,
terlebih pada bulan ini segala kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya.

e. Meningkatkan Kesehatan Jasmani

Hikmah puasa yang bisa ketik selain untuk kesehatan rohani juga untuk kesehatan
rohani, dibawah adalah kebaikan jasmani yang bisa kita dapatkan saat kita
menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan:
 Menurunkan berat badan
 Meningkatkan kesehatan jantung
 Mengontrol kadar gula darah
 Meningkatkan kesehatan otak
 Mencegah peradangan

f. Mengontrol Emosi

Emosi atau marah adalah salah satu hal yang bisa membatalkan ibadah puasa kita,
oleh karena itu saat kita menjalankan puasa Ramadhan kita diwajibkan untuk bisa
mengontrol emosi kita. Terlebih kita diwajibkan untuk bisa mengontrol emosi kita
selama sebulan penuh, tentunya hal ini bisa kita jadikan sebagai sarana kita untuk
berlatih dalam mengontrol emosi kita.

g. Refleksi Diri

Puasa saat bulan Ramadhan bisa kita jadikan sebagai bahan perefleksian diri kita
agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Dengan harapan segala kebaikan yang
kita lakukan pada bulan Ramadhan dapat kita lakukan secara terus menerus di luar
bulan Ramadhan.

h. Melatih untuk Hidup Sederhana

Karena waktu berpuasa terjadi pada saat terbit fajar dan terbenamnya matahari,
maka kita hanya diperbolehkan untuk makan dan minum diantara waktu berbuka
dan makan sahur. Hal ini tentunya akan membuat kita berhemat, karena pada
dasarnya saat kita kenyang kita tidak akan terfikir untuk membeli makanan atau
minuman.

Puasa memiliki banyak keutamaan, diantaranya yaitu :

a. Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam bersabda kepada Abu Umamah Al Bahili:

‫لهمثل ال فإنه بالصيام عليك‬

Artinya : “Hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang


tidak ada tandingannya”. (HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al
Albani dalam Shahih An Nasa-i)

b. Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya.


“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali
puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas pahalanya ”
(HR. Bukhari – Muslim).

c. Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam melakukan ketaatan


kepada Allah, sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah dan sabar terhadap
takdir Allah atas rasa lapar dan kesulitan yang ia rasakan selama puasa.

d. Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat.

‫ يشفعان والقرآن الصيام‬g‫للعبد‬

Artinya : “Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari
kiamat” (HR. Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al Haitsami mengatakan: semua
perawinya dijadikan hujjah dalam Ash Shahih.

e. Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan pahala yang besar.
Allah Ta’ala berfirman:

Artinya : "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan


perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-
laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar”. (QS. Al Ahzab: 35)

f. Puasa adalah perisai dari api neraka.


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫يام‬ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg‫ الص‬g‫ة‬ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg‫جُن‬

Artinya : “Puasa adalah perisai”. (HR. Bukhari – Muslim)

g. Puasa adalah sebab masuk ke dalam surga.


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ في‬g‫ة‬ggggg‫ الجن‬g‫ة‬ggggg‫واب ثماني‬ggggg‫أب‬، ‫اب فيها‬ggggg‫مى ب‬ggggg‫ان يس‬ggggg‫ه ال الري‬ggggg‫ائمون إال يدخل‬ggggg‫الص‬

Artinya : “Di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang dinamakan Ar
Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa ”
(HR. Bukhari).

h. Amalnya Dicatat Selama 60 Bulan

Bagi umat muslim yang menjalani ibadah puasa sunah tepat di tanggal 27 Rajab,
maka amalnya akan dicatat seperti orang yang menjalankan ibadah puasa selama
60 bulan. Hal tersebut tercantum juga dalam hadis Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

i. Dihapus Dosa-dosanya
Bagi yang berpuasa sunah di bulan Rajab selama 10 hari, maka ia akan dihapus
dosa-dosanya oleh Allah SWT yang kemudian diganti dengan kebaikan, pun
hidupnya juga akan dipenuhi keberkahan.

j. Diberi Minum Air Surga

Bagi yang berpuasa sunah satu hari di bulan Rajab, maka ia akan diberi air dari
sungai Rajab yang berada si Surga yang mana warna airnya lebih putih melebihi
putihnya susu dan rasanya manis melebihi manisnya madu.

k. Setara 700 Tahun

Bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa Dzluqa’dah, Dzulhijjah,


Muharram, dan Rajab pada hari Kamis, Jumat serta Sabtu, maka ia akan diberi
pahala oleh Allah SWT yang mana pahala tersebut sejajar dengan ibadah selama
700 tahun.
2.4 Rukun, Syarat, dan Sunnah Puasa

Dalam menjalankan ibadah puasa, ada rukun yang harus dipenuh, yaitu :

Rukun Puasa

 Niat

Niat merupakan rukun puasa yang utama. Niat hendaknya diucapkan malam hari
sebelum menjalankan puasa keesokan harinya. Bisa diucapkan sebelum sahur atau
setelah sholat tarawih. Bacaan niat puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:

"Nawaitu sauma ghadin an'adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita'ala"

Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadan
tahun ini, karena Allah Ta'ala".

 Menahan Diri dari Pembatal Puasa

Hendaknya kita menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa sejak
terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu magrib) dengan niat
karena Allah SWT. Adapun beberapa hal yang dapat membatalkan puasa adalah
makan-minum, hubungan suami-istri di siang hari, muntah disengaja, keluar mani
disengaja, haid, nifas, serta murtad.

Syarat Puasa

1) Syarat Wajib Puasa

 Islam

Orang yang beragam Islam, sudah jelas harus melaksanakan perintah untuk
berpuasa. Jika meninggalkan, tentu kamu akan mendapatkan dosa.

 Baligh
Sudah memasuki baligh, artinya orang yang sudah dewasa dan mengerti mana
yang baik dan salah. Ada beberapa tanda bahwa orang tersebut sudah termasuk
ke dalam baligh. Bagi perempuan, ditandai dengan adanya datang bulan atau
haid. Sedangkan seorang pria, ditandai dengan mimpi basah yang dialaminya.
Jika kalian sudah berada pada tahap tersebut, maka wajib hukumnya untuk
melaksanakan puasa.

 Berakal

Berakal sehat. Artinya, seorang mukmin tidak dalam keadaan hilang akal atau
gila. Jika seorang mukmin mengalami gangguan kejiwaan, maka
diperbolehkan untuk tidak berpuasa.

 Mampu untuk berpuasa

Diperbolehkan tidak berpuasa karena sakit atau fisik kamu sedang tidak
memungkinkan untuk berpuasa.

2) Syarat Sah Puasa

 Islam

Orang yang beragam Islam, sudah jelas harus melaksanakan perintah untuk
berpuasa. Jika meninggalkan, tentu kamu akan mendapatkan dosa.

 Mumayiz

Mumayiz adalah kondisi anak kecil yang sudah melewati masa baligh.


Mustafa Ahmad az-Zarqa, ahli fikih dari Suriah, berpendapat, mumayiz adalah
selesainya seorang anak dari fase at-tufulah. Fase at-tufulah adalah fase anak
kecil yang belum mampu membedakan antara yang bermanfaat dan yang
mudarat untuk dirinya.
 Suci dari haid dan nifas

"Ahlul ilmi sepakat bahwa wanita haid dan nifas tidak halal untuk berpuasa,
bahkan keduanya harus berbuka di bulan Ramadhan dan mengqadhanya. Bila
keduanya tetap berpuasa maka puasa tersebut tidak mencukupi keduanya
(tidak sah)". (Al-Mughni, kitab Ash-Shiyam, Mas'alah wa Idza Hadhatil
Mar'ah au Nafisat).

 Mengetahui waktu diterimanya puasa

Syarat wajib yang terakhir adalah mengetahui awal Ramadan dan hari pertama
puasa hingga sebulan penuh. Untuk menetapkan pengetahuan mengenai awal
Ramadan, dapat bersumber pada salah seorang terpercaya atau adil yang
mengetahui awal bulan Ramadan dengan melihat hilal. Orang tersebut
dipercaya karena melihat hilal secara langsung dengan mata biasa tanpa
peralatan bantu. Kemudian, kesaksian orang itu dapat dipercaya, dengan
terlebih dulu diambil sumpahnya. Setelah mengetahui kesaksian itu, umat
Islam di satu wilayah wajib menunaikan puasa Ramadan.

2.5 Tata Cara Berpuasa


 Niat – Awali puasa kita sebelum terbitnya fajar dengan membaca niat dari
dalam hati agar puasa kita dapat diterima oleh Allah SWT.

 Melaksanakan makan sahur – Dari hadist HR. Bukhari Muslim dan Ana bin
Malik R.A yang mengatakan bahwa: “Telah bersabda Rasulullah
SAW,’Sahurlah kalian, maka sesungguhnya dalam sahur itu ada berkahnya”.

 Mengetahui Imsak – Dengan mengetahui waktu imsak, kita harus


menghentikan segala kegiatan yang dapat membatalkan puasa.

 Bersegera untuk berbuka puasa jika sudah waktunya atau takjil – Dari
hadist Abu Hurairah r.a. berkata telah bersabda Rasulullah SAW: “Telah
berfirman Allah Yang Mahamulia dan Maha Agung:”Hamba-hamba Ku yang
lebih aku cintai ialah mereka yang paling segera berbukanya” (HR Tirmidzi
dari Abu Hurairah).

 Memperbanyak membaca Al Quran, sedekah, dan membayar zakat


fitrah.
2.6 Hal-hal yang membatalkan puasa

1. Makan dan minum dengan sengaja

Makan dan minum dengan sengaja tentu dapat membatalkan puasa. Namun jika
makan dan minum dalam keadaan lupa atau tidak sengaja, puasanya tidak batal.
Dengan syarat kita harus berhenti makan dan minum dan melanjutkan puasa.

2. Bersetubuh atau berhubungan suami istri di siang hari dalam keadaan puasa

Melakukan hubungan suami istri saat puasa, maka batallah puasanya. Kalau puasanya
adalah puasa Ramadan, maka wajib untuk mengganti puasa tersebut. Tapi kalau
hubungan suami istri dilakukan pada malam hari (sudah berbuka) maka tidak akan
merusak puasa.

3. Muntah dengan sengaja

Muntah yang sengaja di sini maksudnya dengan sadar dan sengaja mengeluarkan
makanan atau minuman dari perut melalui mulut. Sedangkan kalau tidak sengaja
muntah (sama sekali tak ada niatan untuk muntah), maka tidak membatalkan puasa.

4. Merokok saat puasa

Negara-negara dengan puasa terlama dan tersingkat di dunia. (Foto: unsplash.com)


Merokok adalah salah satu hal yang membatalkan puasa. Walaupun tidak makan dan
minum, merokok ini bisa membuatmu batal puasa. Asap rokok merupakan benda
yang bisa masuk ke dalam lambung, kecuali mencium wangi-wangian.

5. Memasukkan benda ke bagian tubuh yang berlubang secara sengaja

Batal puasa jika memasukkan benda ke bagian tubuh yang berlubang secara sengaja.
Bagian tubuh yang berlubang itu seperti hidung, kedua telinga, mulut, qubul dan
dubur pria maupun wanita.
6. Haid/Nifas Haid

Perempuan yang mengalami haid saat Ramadan dapat menggantinya dengan puasa
sejumlah hari haid di luar bulan puasa. Hal yang sama berlaku untuk nifas, ketika
perempuan mengeluarkan darah akibat proses melahirkan.

7. Hilang akal karena gila atau epilepsi

Sudah jelas bahwa orang gila atau menderita epilepsi tidak diwajibkan untuk puasa
Ramadan. Jika seseorang memiliki gangguan kejiwaan secara tiba-tiba, dan sedang
berpuasa, maka puasanya batal.

8. Mengeluarkan air mani dengan sengaja

Pria yang mengeluarkan air mani dengan sengaja (ejakulasi), puasanya bisa batal dan
wajib untuk mengganti (qadha) puasanya.

9. Murtad (keluar) dari Islam

Seseorang yang tadinya muslim lalu murtad atau keluar dari Islam secara sadar dan
sengaja, maka puasanya batal.

2.7 Fidyah dan Qodho Puasa

Pada dasarnya, Allah Ta’ala mewajibkan berpuasa kepada semua kaum muslimin di bulan
Ramadhan dan dikerjakan secara langsung bagi mereka yang tidak ada udzur seperti sakit
dan safar ataupun dengan qadha’ bagi yang tidak sanggup menjalankannya. Bagi mereka
yang memiliki udzur dan ada kemungkinan udzurnya hilang sesudah Ramadhan, maka
puasa dikerjakan dengan cara qadha’.

Tapi, bagi kaum muslimin yang sudah tidak mampu lagi berpuasa seperti orang tua renta
dan orang sakit yang tak ada harapan sembuh, Allah memberikan keringanan kepada
mereka dengan memberi makan orang miskin sebagai ganti puasanya, yang disebut
fidyah. Ini didasarkan kepada firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
َ ٌ‫َو َعلَى الَّ ِذينَ ي ُِطيقُونَهُ فِ ْديَة‬
ٍ ‫ط َعا ُم ِم ْس ِك‬
‫ين‬

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.” (QS. Al-Baqarah: 184)
Namun ada permasalahan yang dirasakan kaum muslim yang berhalangan puasa pada
bulan Ramadhan, yaitu bagaimana takaran dalam membayar fidyah. Ada yang
mengatakan boleh dibayar sesuai harga nominal makan kita untuk satu porsi dikalikan
jumlah puasa yang harus diganti, ada pula yang menyarankan dengan memberi makan
orang miskin sebanyak 1 mud (1,25 kilogram cerealia, seperti gandum, beras dan
lainnya).
Membayar fidyah ditetapkan berdasarkan jumlah hari yang ditinggalkan untuk berpuasa.
Setiap 1 hari seseorang meninggalkan puasa, maka dia wajib membayar fidyah kepada 1
orang fakir miskin.
Sedangkan teknis pelaksanaannya, apakah mau perhari atau mau sekaligus sebulan,
kembali kepada keluasan masing-masing orang. Bila seseorang nyaman memberikan
fidyah setiap hari, silahkan dilakukan. Sebaliknya, bila lebih nyaman untuk diberikan
sekaligus untuk puasa 1 bulan, silakan saja. Yang penting jumlah takarannya tidak kurang
dari yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fidyah hanya diberikan
kepada fakir miskin seperti zakat fitrah.
Besaran Fidyah dan Orang yang Wajib Melakukannya

Menurut Muhammad saw, bentuk fidyah berupa makanan, biasanya adalah makanan
pokok yang di setiap negeri berbeda satu dengan yang lainnya. Makanan pokok dapat
dalam bentuk siap santap atau hanya berupa bahan mentah, keduanya boleh, karena
memang tidak ada aturan khusus yang mengikat.

Ukuran Fidyah
Untuk ukuran fidyah, seberapa banyak jumlahnya yang harus dikeluarkan, para
ulama memiliki beberapada perbedaan pandangan. Berikut ini penjelasannya:

Satu Mud
Sebagian ulama seperti Imam As-Syafi’I, Imam Malik dan Imam An-Nawawi
menetapkan bahwa ukuran fidyah yang harus dibayarkan kepada setiap 1 orang fakir
miskin adalah 1 mud gandum sesuai dengan ukuran mud Nabi shalallahu‘alaihi
wasallam. Maksudnya mud adalah telapak tangan yang ditengadahkan ke atas untuk
menampung makanan (mirip orang berdoa). Mud adalah istilah yang menunjuk ukuran
volume, bukan ukuran berat. Dalam kitab Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu disebutkan bila
diukur dengan ukuran zaman sekarang, 1 mud setara dengan 675 gram atau 0,688 liter.
Dua Mud atau Setengah Sha’
Sebagian ulama yang lain seperti Abu Hanifah berpendapat ½ sha’ atau 2 mud gandum
dengan ukuran mud Rasulullah shalallahu‘alaihi wasallam atau setara dengan setengah
sha‘ kurma atau tepung. Setara dengan memberi makan siang dan makan malam hingga
kenyang 1 orang miskin. Sebagian ulama yang kira-kira ½ sha’ beratnya 1,5 kg dari
makanan pokok.

Telah disebutkan dalam fatwa Lajnah Daimah: “Kapan saja dokter memutuskan bahwa
penyakit yang diderita seseorang yang karenanya tidak berpuasa tidak bisa diharapkan
kesembuhannya, maka dia boleh tidak berpuasa dan wajib memberi makan untuk setiap
harinya 1 orang miskin sejumlah setengah sha’ dari makanan pokok suatu negeri seperti
kurma atau yang lainnya, jika telah memberi makan seorang miskin sejumlah hari-hari
yang ditinggalkan maka itu telah mencukupi”.

Satu Sha’
Ini adalah pendapat dari kalangan Hanafiyah, seperti Imam Al-Kasani dalam Bada’i’i wa
As-Shana’i’. Satu sha’ itu setara dengan 4 mud, sama dengan jumlah zakat fitrah yang
dibayarkan. Bila ditimbang, 1 sha‘ itu beratnya 2.176 gram. Bila diukur volumenya, 1
sha‘ setara dengan 2,75 liter.

Dari perbedaan ulama diatas kadar fidyah paling sedikit adalah satu mud, tetapi yang
paling utama kita mengeluarkan setengah sha' atau memberi satu porsi makanan
masak kepada setiap miskin. Nah, siapa sajakah yang punya kewajiban membayar
fidyah tersebut? Simak urain berikut ini:

Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!

Orang yang Harus Membayar Fidyah


Berikut ini adalah orang yang harus membayar fidyah, karena tidak bisa berpuasa:

1. Orang yang sakit dan secara umum ditetapkan sulit untuk sembuh lagi,
2. Orang tua atau lemah yang sudah tidak kuat lagi berpuasa,
3. Wanita yang hamil dan menyusui apabila ketika puasa mengkhawatirkan anak
yang dikandung atau disusuinya. Mereka wajib membayar fidyah saja menurut sebagian
ulama, namun menurut Imam Syafi’i selain wajib membayar fidyah juga wajib mengqadha’
puasanya. Sedangkan menurut pendapat lain, tidak membayar fidyah tetapi cukup
mengqadha’.
4. Orang yang menunda kewajiban mengqadha’ puasa Ramadhan tanpa uzur
syar’i hingga Ramadhan tahun berikutnya telah menjelang. Mereka wajib mengqadha’nya
sekaligus membayar fidyah, menurut sebagian ulama.
Adapun tata cara membayar fidyah dijelaskan dalam uraian berikut ini:

Waktu, Bentuk, dan Cara Pembayaran Fidyah

Fidyah Bisa Menggunakan Uang

Inti pembayaran fidyah adalah mengganti 1 hari puasa yang ditinggalkan dengan
memberi makan 1 orang miskin. Namun, model pembayarannya dapat diterapkan
dengan 2 cara:

 Memasak atau membuat makanan, kemudian mengundang orang miskin sejumlah


hari yang ditinggalkan selama bulan Ramadhan, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat
Anas bin Malik Radhiallahu ’Anhu ketika beliau sudah menginjak usia senja dan tidak
sanggup lagi berpuasa seperti dijelaskan dalam hadits berikut ini:
“Bahwa beliau tidak mampu berpuasa selama setahun lalu beliau membuat satu nampan besar
bubur dan mengundang tiga puluh orang miskin dan mengenyangkan mereka. (HR. Ad-
Daruquthni dan dishahihkan sanadnya oleh Syeikh Al-Albani dalam kitab Irwa’.”

 Memberi orang miskin berupa makanan yang belum dimasak. Namun, sebaiknya juga
diberikan sesuatu untuk dijadikan lauk.
Jika Anda atau punya saudara yang berkewajiban membayar fidyah, waktu pembayaran
ditentukan seperti uraian berikut ini:
Waktu Pembayaran Fidyah
Seseorang dapat membayar fidyah, pada hari itu juga ketika dia tidak melaksanakan
puasa. Atau diakhirkan sampai hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana dilakukan
oleh sahabat Anas bin Malik ketika beliau telah tua.

Yang tidak boleh dilaksanakan adalah pembayaran fidyah yang dilakukan sebelum
Ramadhan. Misalnya: Ada orang yang sakit yang tidak dapat diharapkan lagi
kesembuhannya, kemudian ketika bulan Sya’ban telah datang, dia sudah lebih dahulu
membayar fidyah. Maka, yang seperti ini tidak diperbolehkan. Ia harus menunggu
sampai bulan Ramadhan benar-benar telah masuk, barulah ia boleh membayarkan
fidyah ketika hari itu juga atau bisa ditumpuk di akhir Ramadhan.

Apakah fidyah harus dalam bentuk memberi makanan dan tidak bisa diganti dengan
uang? Kajian tentang hal itu bisa anda simak dalam uraian berikut ini:

Fidyah dengan Uang


Menurut KH Arwani Faishal Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Mas’ail PBNU: “Fidyah
adalah pengganti dari suatu ibadah yang telah ditinggalkan, berupa sejumlah makanan
yang diberikan kepada fakir miskin. Dengan mengamati definisi dan tujuan fidyah
yang merupakan santunan kepada orang miskin, maka boleh memberikan fidyah
dalam bentuk uang. Karena jika orang miskin tersebut, sudah cukup memiliki bahan
makanan, maka lebih baik memberikan fidyah dalam bentuk uang, agar dapat
dipergunakan untuk keperluan lain”.

Jumhur ulama mewajibkan untuk dikeluarkan makanan berdasarkan Al-Qur’an,


namun madzhab Hanafiyah membolehkan membayarkan nilainya. Lebih baik
mengambil pendapat jumhur ulama, kecuali jika mengeluarkan fidyah sejumlah
nilainya lebih mendatangkan maslahat maka diperbolehkan.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kewajiban fidyah boleh dilaksanakan


dengan mengganti uang, jika lebih bermanfaat. Namun jika uang tersebut akan
digunakan untuk foya-foya, maka wajib memberikannya dalam bentuk bahan
makanan pokok

Setelah anda memahami ketentuan fidyah di atas, maka bagian akhir dari artikel ini
akan menjelaskan cara membayar fidyah:

Cara Membayar Fidyah


Fidyah diberikan kepada fakir miskin sesuai jumlah hari yang ditinggalkan, yakni satu
fidyah untuk satu hari untuk satu miskin dan pemberiannya dapat dilakukan sekaligus.
Misalnya kita meninggalkan puasa 30 hari maka kita cukup membayar 30 porsi
makanan kepada 30 orang miskin saja.
Dapat pula diberikan hanya kepada 1 orang miskin saja sebanyak 30 hari. Adapun
ketentuan memberikan seluruh fidyah kepada 1 miskin saja, sebagian ulama
melarangnya, namun Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab Al-Majmu’
membolehkannya. Begitu juga Al Mawardi yang mengatakan, “Boleh saja
mengeluarkan fidyah pada satu orang miskin sekaligus. Hal ini tidak ada perselisihan
di antara para ulama.”

Ikuti Cara yang Paling Diutamakan


Memang benar membahas soal fidyah terdapat beberapa perbedaan dari ulama mengenai
besaran dan cara pembayarannya. Sebaiknya Anda mengikuti yang paling utama atau
paling banyak disarankan oleh para ulama. Apakah ini yang terbaik? Wallahu Ta’ala
A’lam.

Puasa qadha sendiri merupakan puasa yang dilakukan sebagai pengganti puasa


yang sudah ditinggalkan pada saat bulan Ramadhan, dan hukumnya wajib, baik
ditinggalkan karena sakit, sedang dalam perjalanan atau musafir maupun saat haid.
Bicara soal haid, seperti yang diketahui, perempuan muslim yang haid (datang
bulan) dan nifas diharamkan untuk berpuasa, termasuk puasa di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, setiap perempuan wajib mengganti puasa Ramadhan pada hari
lain.

Hal tersebut juga tertuang dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 184 yang artinya
sebagai berikut.

“Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajib
lah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain."

Niat Puasa Qadha Haid pada Hari Lain


Bagi kamu yang ingin membayar hutang puasa Ramadhan di hari lain, diwajibkan
untuk membaca niatnya pada malam hari sebelum puasa. Kamu juga bisa
membayarnya dibarengi dengan puasa sunah Senin dan Kamis.

Adapun bunyi niat qadha puasa yaitu seperti berikut ini.

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhaa’i fardhi syahri Ramadhaana lillaahi ta‘aalaa
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena
Allah Ta'ala.

Tata Cara Puasa Qadha


Bagi yang ingin melakukan puasa qadha Ramadhan, tata caranya sama dengan puasa
Ramadhan. Yang membedakannya hanya niat puasanya. Adapun tata caranya yaitu:
 Membaca niat puasa qadha Ramadhan pada malam jelang puasa
 Jika tidak sibuk, gunakan waktu untuk membaca Al Quran, Shalawat atau
dzikir
 Puasa dilaksanakan dari terbit fajar hingga terbenam matahari
 Membaca doa berbuka puasa
Batas Waktu Puasa Qadha Ramadhan
Sebenarnya tak ada ketentuan khusus batas Puasa qadha Ramadhan sampai bulan
apa. Yang terpenting, puasa Qadha Ramadhan tersebut dilakukan sebelum memasuki
bulan Ramadhan berikutnya.

2.8 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan


1. Mengontrol gula darah
Sejumlah studi menyebut, puasa dapat mengontrol gula darah. Studi yang
melibatkan 10 orang penderita diabetes tipe 2 menunjukkan, puasa dalam
rentang waktu tertentu dapat signifikan menurunkan kadar gula darah.
Menurut ulasan lain, pembatasan asupan kalori dalam tubuh saat orang
berpuasa juga dapat mengurangi resistensi insulin. Dengan mengurangi
resistensi insulin, sensitivitas tubuh terhadap insulin dapat meningkat.
Sehingga glukosa dari aliran darah bisa berpindah ke sel tubuh lebih efisien.
Selain itu, gula darah seseorang saat berpuasa juga cenderung menurun.
Dengan demikian, manfaat puasa bagi kesehatan ini dapat berguna bagi orang
yang berisiko diabetes
2. Mengurangi peradangan
Sejumlah penelitian menunjukkan, puasa dapat membantu mengurangi
peradangan dalam tubuh dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Peradangan dapat memengaruhi kemampuan tubuh saat melawan infeksi. Ahli
menyebut, peradangan berpotensi jadi biang penyakit jantung, kanker, dan
rheumatoid arthritis. Studi kecil membuktikan, tingkat peradangan orang yang
berpuasa lebih dari 12 jam sehari dapat menurun. Baca juga: Makan Tahu
Baik untuk Kesehatan Jantung, Begini Penjelasannya...
3. Meningkatkan kesehatan jantung
Penyakit jantung selama ini masih menjadi penyebab utama kematian di
seluruh penjuru dunia. Menerapkan pola dan gaya hidup sehat adalah cara
paling efektif mengurangi risiko penyakit jantung. Studi yang melibatkan 110
orang dewasa dengan kelebihan berat badan menunjukkan, puasa selama tiga
minggu dapat signifikan menurunkan tekanan darah, kadar trigliserida, dan
kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Selain itu, penelitian pada lebih dari 4.000
orang juga membuktikan, puasa dapat menurunkan penyakit jantung koroner
dan diabetes. Seperti diketahui tekanan darah, kolesterol, diabetes adalah
faktor risiko utama penyakit jantung.
4. Berpotensi meningkatkan kesehatan otak
Penelitian pada hewan menunjukkan, puasa dapat meningkatkan kesehatan
otak. Menurut studi tersebut, puasa dapat melindungi kesehatan otak dan
meningkatkan pembentukan sel saraf untuk meningkatkan fungsi kognitif.
Karena puasa dapat mengurangi peradangan, puasa juga dapat membantu
mencegah gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan
Parkinson.
5. Membantu penurunan berat badan
Secara teori, pantang makan dan minum selama beberapa saat dapat
mengurangi asupan kalori secara keseluruhan. Selain membatasi asupan
kalori, kadar lemak secara bertahap dapat menurun dan menjaga jaringan otot.
Studi juga membuktikan, puasa dapat meningkatkan metabolisme. Caranya
dengan meningkatkan kadar neurotransmitter norepinefrin, yang dapat
membantu penurunan berat badan.
6. Meningkatkan hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan adalah hormin protein yang penting bagi banyak aspek
kesehatan. Hormon penting ini dapat memengaruhi pertumbuhan,
metabolisme, penurunan berat badan, dan kekuaran otot. Sejumlah studi
menunjukkan, puasa dapat meningkatkan kadar hormon pertumbuhan secara
alami. Hormon pertumbuhan dapat meningkat optimal karena pengaruh kadar
gula darah dan insulin yang lebih terkontrol saat puasa.
7. Memperbaiki suasana hati
Setelah beberapa hari berpuasa, proses detoksifikasi fisik dan mental dalam
tubuh dapat berjalan secara alami. Detoksifikasi fisik bisa bisa terjadi karena
racun yang tersimpan dalam lemak tubuh dapat terurai. Selain itu, puasa juga
dapat meningkatkan hormon endorfin. Saat tubuh memiliki lebih banyak
hormon endorfin, Anda bisa merasa lebih baik atau lebih bahagia. Dengan
hormon endorfin yang lebih banyak, Anda bisa merasakan kesehatan mental
yanglebihbaik
2.9 Itsbat Ramadhan

1. Pengertian Sidang Isbat


Menurut kamus bahasa Indonesia, Isbat mempunyai makna penyungguhan, penetapan,
dan penentuan. Sedangkan sidang Isbat, adalah penetapan dalil syar’i di hadapan hakim
dalam suatu majelis, untuk menetapkan suatu kebenaran atau peristiwa yang terjadi.

Sidang Isbat Penentuan 1 Ramadhan [ImageSource]Di Indonesia, sidang Isbat yang


paling populer dilaksanakan adalah untuk menetapkan jatuhnya tanggal 1 Ramadan, 1
Syawal atau Idul Fitri dan 10 Dzulhijijjah atau Idul Adha. Biasanya sidang ini
dilaksanakan satu hari sebelum hari perkiraan dari tanggal yang dimaksud.

2. Waktu Pelaksanaan
Sidang Isbat diselenggarakan oleh Kementrian Agama dan berlangsung di Kantor
Kementrian Agama Jakarta Pusat. Para ahli ulama, ahli astronomi, perwakilan
organisasi masyarakat islam, perwakilan dari MUI serta masyarakat biasa turut hadir
dalam pelaksanaan sidang ini.

Dihadiri Para Ahli Dan Ulama Tujuan dilaksanakannya sidang Isbat kali ini adalah
untuk menentukan jatuhnya tanggal 1 Ramadan, yakni dengan melihat munculnya
hilal. Hilal adalah bulan sabit pertama setelah terjadinya konjungsi atau biasa disebut
Bulan Baru, yang tidak lain adalah 1 Ramadan.

3. Cara Penentuan
Untuk melihat hilal, bisa dilakukan dengan 2 metode, yakni metode hisab dan metode
Rukyat. Metode hisab dilakukan dengan perhitungan matematik astronomi, sedangkan
metode rukyat dilakukan dengan mata telanjang atau bantuan alat optik.

Melihat Hilal Dengan Teleskop Alat optik yang biasa dipakai adalah teleskop.
Berbagai instansi, seperti Museum Bosscha pun turut membantu untuk melihat hilal
dengan alat yang mereka punya. Tentu kita semua tahu, teleskop yang ada di museum
tersebut sangatlah besar. Tentunya hilal akan dapat terlihat dengan mudah nantinya
bukan.

4. Proses Sidang
Saat sidang berlangsung, para perwakilan  yang datang akan memaparkan secara satu-
persatu mengenai penglihatan mereka terhadap hilal. Jika semua perwakilan sudah
bersaksi, kemudian perwakilan organisasi masyarakat dan para ulama akan
menentukan 1 Ramadan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Di Siarkan Langsung Diseluruh Televisi Indonesia Setelah itu, barulah pemerintah


akan mengumumkan penentuan tanggal 1 Ramadan tersebut ke seluruh masyarakat di
Indonesia. Biasanya proses sidang dan pengumumannya akan disiarkan langsung di
seluruh televisi yang ada di Indonesia. Jadi seluruh masyarakat dapat menerima
informasi tersebut dengan mudah.

5. Sering Terjadi Kontroversi


Walaupun penentuan 1 Ramadan ini sudah disepakati bersama oleh perwakilan
berbagai pihak, tetap saja ada satu aliran atau organisasi masyarakat tertentu yang
tidak menyetujuinya. Ormas yang memiliki perbedaan tersebut dan yang paling sering
tersoroti adalah, Muhammadiyah, Naqsyabandyah dan An Nasir.

Sering Terjadi Perbedaan Dengan Beberapa Ormas [ImageSource]Kabarnya, sejak


tahun 2012, pihak Muhammadiyah tidak lagi bersedia untuk menghadiri sidang Isbat
yang diselenggarakan oleh pemerintah ini. Padahal pihak pemerintah selalu
memberikan undangan kepada organisasi tersebut.

6. Manfaat Lain Sidang Isbat


Ternyata, sidang Isbat tidak hanya dilaksanakan untuk menentukan jatuhnya 1
Ramadan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah. Tetapi, sidang ini sering kali diselenggarakan
untuk permohonan pengesahan nikah secara hukum. Karena masih banyak pasangan
menikah yang belum mempunyai surat pengesahan dari negara.

Sidang Isbat Nikah Sidang ini diselenggarakan untuk pasangan yang kehilangan buku
nikah, yang pernikahannya belum tercatat oleh negara dan yang telah menikah
sebelum tahun 1974. Prosesnya tidak terlalu sulit, pemohon hanya tinggal mengisi
form ajuan sidang, membayar sidang, dan datang ke persidangan dengan membawa
bukti dan saksi.

Anda mungkin juga menyukai