Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Ibadah Puasa dan Koleransinya dalam Pembentukan Insan Berkarakter”

DOSEN PENGAMPU :

Lilik Kholisotin, M.Pd.I

Kelompok 2 :

Dina Rizqia 19.11.021464

Oki Puji Lestari 19.11.021468

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Ibadah Puasa dan Koleransinya dalam Pembentukan Insan Berkarakter” tepat
pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan.  Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

 Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin
 

Palangka Raya, 04 April 2022

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa itu hakikat puasa?
3. Apa saja rukun dan syarat puasa?
4. Apa saja macam-macam puasa?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Ibu Lilik Kholisotin, M.Pd.I Sebagai syarat untuk memenuhi aspek penilaian
mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu juga makalah ini bertujuan untuk :
1. Ingi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa
B. Hakikat Puasa

C. Rukun dan Syarat Puasa


1. Rukun Puasa
Rukun puasa ialah menahan diri dari dua macam syahwat, yakni syahwat perut
dan syahwat kemaluan. Maksudnya, menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya. Dalam buku Fiqih Islam disebutkan ada 2 rukun puasa yaitu :
a. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan. Yang
dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya.
Sabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit,
maka tiada puasa baginya.” (Riwayat Lima Orang Ahli Hadis)
Kecuali puasa sunat, boleh berniat pada siang hari, asal sebelum zawal
(matahari condong ke barat)

b. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari

2. Syarat-Syarat Puasa
a. Syarat Wajib Puasa
1) Baligh

Puasa tidak diwajibkan atas anak kecil. Akan tetapi, puasa yang
dilakukan oleh anak kecil yang mumayiz hukumannya sah, seperti halnya
sholat. Wali anak tersebut, menurut mazhab Syafi’i, Hanafi, dan hanbali,
wajib menyuruhnya berpuasa ketika dia telah berpuasa tujuh tahun. Dan
jika anak kecil itu tidak mau berpuasa, walinya wajib memukulnya ketika
ditelah berusia sepuluh tahun. Hal itu dimaksudkan agar dia menjadi
terbias dengan puas, seperti halnya shalat. Kecuali, terkadang seseorang
mampu melakukan sholat, tetapi belum tentu mampu berpuasa.

Sabda Rasulullah SAW :

“ Tiga orang terlepas dari hukum (a) orang yang sedang tidur
hingga ia bangun, (b) orang gila sampai ia sembuh, (c) kanak-kanak
sampai ia balig” (Riwayat Abu Dawud dan Nasai)

2) Berakal
Puasa tidak wajib dilakukan oleh orang gila, orang pingsan dan orang
mabuk, karena mereka tidak dikenai khitab taklifty: mereka tidak berhak
puasa. Pendapat ini dipahami dari Hadist Nabi SAW berikut :
“Pena diangkat dari tiga orang: dari anak kecil sampai dia dewasa,
dari orang gila sampai dia sadar, dan daro orang tidur sampai dia
terjaga.”
Orang yang akalnya (ingatannya) hilang tidak dikenai kewajiban
berpuasa. Dengan demikian, puasa yang dilakukan oleh orang gila, orang
pingsan, dan orang mabuk tidak sah. Sebab, mereka tidak berkemungkinan
untuk melakukan niat.
3) Mampu (Sehat) dan Berada di Tempat Tinggal (Iqamah)
Puasa tidak diwajibkan atas orang sakit. Walaupun demikian mereka wajib
mengqadhanya. Kewajiban mengqadha puasa bagi keduanya ini telah
disepakati oleh para ulama. Tetapi jika keduanya ternyata berpuasa,
puasanya dipandang sah.
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa
diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagu orang-orang yang berat
menjalankannya (jika merasa tidak berpuasa) membayar fidyah, yaitu :
memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (Q.S. Al-Baqarah:
184)

b. Syarat Sah Puasa


1) Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa
2) Mumayiz, dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik.
3) Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan).

Orang yang haid atau nifas itu tidak sah berpuasa, tetapi keduanya
wajib mengqadha (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.

Dari Aisyah. Ia berkata, “Kami diuruh Rasulullah SAW mengqadha


puasa dan tidak disuruhnya mengqadha shalat.” (Riwayat Bukhari)

4) Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya.


Dilarang puasa pada dua hari raya dan hari Tasyrik (Pada tanggal 11-
12-13 bulan Haji).
Dari Anas, “Nabi SAW telah melarang berpuasa lima hari dalam satu
tahun: (a) Hari Raya Idul Fitri, (b) Hari Raya Haji, (c) tiga hari Tasyriq
(Pada tanggal 11,12,13 bulan Haji).” (Riwayat Daruqutni)

D. Macam-Macam Puasa
Dalam puasa banyak macamnya seperti puasa wajib, puasa sunnah,
puasa yang dimakruhkan, dan puasa yang diharamkan.
1) Puasa Wajib
Puasa wajib dalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan
syariat Islam.Yang termasuk ke dalam puasa fardhu anatar lain :
1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa yang wajib dilaksanakan pada
bulan ramadhan oleh orang-orangIslam. Puasa ramadhan ini dilakukan
setiap hari pada bulan Ramadhan,sejak hari pertama sampai hari
terakhir. Puasa ramadhan pertama kalidiwajibkan pada tahun kedua
Hijriah Nabi Saw. Ia mewajibkan atasorang-oranng yang sudah
mukallaf dan atas orang yang mampumengerjakannya.
2. Puasa Kafarat
Puasa Kafart adalah puasa sebagai penembusan yang
dikarenakan pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam
melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan serorang
mukmin mengerjakannya supaya dosanyadihapuskan.
3. Puasa Nadzar
Puasa nadzar adalah janji akan berpuasa. Apabila misalnya
sembuh dari penyakit atau jika diperkenankan sesuatu maksud yang
baik (yang bukan maksiat) dalam rangka mensyukuri nikmat atau
untuk mendekati diri keapada Allah, maka wajiblah atasnya untuk
melaksanakannya. Oleh karena itu, seorang yang bernadzar wajib
melaksanakan puasa tersebut, sebab ia sendiri yang membuatnya
wajib.
2) Puasa Sunnah
Puasa Sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnah
itu antara lain :
1. Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada hari
kesembilan bulan Dzulhijjah bagi mereka yang tidak melaksanakan
ibadah haji. Dalam sebuah hadist Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wassalah telah bersabda yang artinya:
“Tiada amal yang soleh yang dilakukan pada hari-hari lain
yang lebih disukai daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama dalam
bln Dzulhijjah).” (Hadist Riwayat al-Bukhari).
Al-Imam As-Syafie’i telah berpendapat bahwa bagi mereka
yang pada saat itu sedang melaksanakan ibadah haji di Arafah akan
lebih baik apabila mereka tidak melakukan puasa di hari itu, dengan
tujuan agar mereka kuat dalam berdo’a dan menjalankan ibadah haji di
sana.
2. Puasa di Sembilan Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Karena Keutamaan Bulan Dzulhijjah di sepuluh hari pertama
bulan Dzulhijjah sama seperti kita berpuasa selama setahun penuh
serta seperti kita mengerjakan sholat setiap malam yang sebanding
dengan sholat pada malam Lailatul Qodar. Rasulullah Sholallahu
Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:
“Tiada sebarang hari pun yang lebih disukai Allah dimana
seorang hamba beribadat di dalam hari-hari itu daripada ibadat yang
dilakukannya di dalam 10 hari Zulhijah. Puasa sehari di dalam hari
itu menyamai puasa setahun dan qiamulail (menghidupkan malam) di
dalam hari itu seumpama qiamulail setahun.”
3. Puasa Tasu’a
Puasa Tasu’a adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada
tanggal 9 Muharam. Puasa ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang
dilakukan pada keesokan harinya yaitu di tanggal 10 Muharram.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ketika
Rasulullah Sshallallahu ‘Alaihi Wa sallam sedang melaksanakan puasa
Asyura, dan beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukan
puasa di hari itu juga, ada beberapa sahabat yang berkata yang artinya:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu,
hari yang diagungkan orang Yahudi dan Nasrani.” Lalu Rasulullah
menjawab yang artinya “Jika datang tahun depan, insyaaAllah kita
akan puasa tanggal 9 (Muharram)”.”Ibnu Abbas melanjutkan,
“Namun belum sampai menjumpai Muharam tahun depan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (HR. Muslim 1916).
4. Puasa Syawal
Puasa syawal merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan pada
enam hari di bulan syawal yang merupakan sunnah Nabi Muhammad
Sholallahu alaihi Wassalam. hadist nabi Muhammad Sholallahu Alaihi
Wassalam yang artinya:
“Siapa saja yang berpuasa Ramadan, kemudian diikuti puasa
enam hari bulan Syawal, maka itulah puasa satu tahun.” (HR. Ahmad
dan Muslim).
5. Puasa Senin-Kamis
Puasa Senin Kamis merupakan puasa sunnah yang paling
sering dikerjakan oleh Rasulullah sholallahu Alaihi Wassalam. Dari
Abu Harrairah Radiallahu Anhu pernah berkata:
“Bahwasanya Rasulullah SAW adalah orang yang paling
banyak berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” Dan ketika Rasulullah
ditanya tentang alasnnya, Beliau bersabda “Sesungguhnya segala
amal perbuatan dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis, maka
Allah akan mengampuni dosa setiap orang muslim atau setiap orang
mukmin, kecuali dua orang yang bermusuhan.” Maka Allah pun
berfirman “Tangguhkan keduanya.” (HR. Ahmad)

3) Puasa Makruh

Puasa jenis ini seperti puasa dhar , puasa yang dikhususkan pada
hari Jumat saja atau hari Sabtu saja, puasa pada hari yang diragukan (syak)
dan menurut Jumhur puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadan.
Sedangkan menurut mazhab Syafi’i, puasa sehari atau dua hari sebelum
Ramadan, hukumnya haram.

Adapun puasa yang termasuk kategori makruh tanzihiy adalah


puasa pada hari Asyura yang dilakukan tanpa didahului oleh hari
sebelumnya (9 Muharram) atau diikuti oleh hari sesudahnya (11
Muharram). Puasa lain yang termasuk kategori ini ialah puasa pada hari
Jum’at yang ifradi (tanpa melakukan puasa pada hari-hariyang lainnya),
hari Sabtu, hari Nairuz (hari terakhir pada musim bunga), dan hari
Mahrajan (hari terakhir pada musim gugur). Kemakruhan puasa-puasa ini
menjadi hilang jika puasa tersebut disertai dengan puasa-puasa lain yang
telah menjadi kebiasaan.

Puasa yang dilakukan oleh musafir yang merasa kesulitan,


hukumnya makruh. Begitu juga, puasa yang dilakukan oleh perempuan
tanpa seizin suaminya. Suaminya berhak menyuruhnya berbuka puasa
untuk memenuhi kebutuhannya. Kecuali, jika suaminya dalam keadaan
sakit, sedang berpuasa, atau sedang melakukan ihram dalam ibadah haji
atau umrah.

4) Puasa Haram
1. Puasa Hari Raya
Ijma’ kaum muslimin mengharamkan puasa hari raya, baik hari
raya Idul Fitri 1 Syawal maupun hari raya Idul Adha tanggal 10
Dzulhijjah.
”Barang siapayang berpuasa pada dua hari itu atau salah
satunya maka ia berdosa dan puasanya tidak sah.”

2. Puasa Hari Tasyriq


Hari Tasyriq adalah sebagai pelengkap bagi hari hara Idul Adha
dan pada haritersebut disyaria’atkan menyembelih binatang kurban.
3. Puasa khusus Rabiul Awal
Puasa pada hari kelahiran Nabi saw tidak disyariat kan kepada
kita, tidak pernahdijelaskan oleh hadist shahih dan tidak pula hadist
dhaif.
4. Puasa Wishal
Puasa yang menyambungkan puasa kehari berikutnya tanpa
berbuka di malamhari. Pada hal kaum muslimin yang berpuasa
diperintahkan untuk berkukadi setiap malamnya.

Anda mungkin juga menyukai