“PUASA”
Disusun oleh:
PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Do’a” secara tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada dosen pengampu Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan tugas ini, serta kepada pihak yang telah berkontribusi baik
dalam penulisan maupun pikiran.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata pelajaran
Pendidikan agama islam. Selain itu, besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
pembaca maupun penulis. Akhir kalimat, semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi kita semua bil khusus kepada penyusun sendiri dalam mempelajari mengenai
“Puasa”. Apabila terdapat kebenaran dari makalah ini itu datangnya dari Allah dan apabila
terdapat kesalahan dan kekeliruan, datangnya dari penyusun makalah ini.
(Tim Penyusun)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Macam-macam Puasa
1. Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah allah
SWT, apabila ditinggalkan mendapat dosa. Adapun macam-macam puasa adalah sebagai
berikut:
a. Puasa di bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang
dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar himgga terbenam
matahari. Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya
wajib, yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan
mendapat dosa.Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang
berfikir adalah merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas
kepada Allah SWT. Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-
gerik manusia dan hati mereka .
b. Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)
Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan sesuatu, maka
ia wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila puasa nazar itu
tidak dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda / kifarat. Misalnya
bernazar untuk lulus keperguruan tinggi, maka ia wajib melaksanakan puasa nazar
tersebut apabila ia berhasil.
c. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena melakukan hubungan
suami isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan Ramadhan, maka denda (kifaratnya)
berpuasa dua bulan berturut-turut.
2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:
a. Puasa enam hari pada bulan syawal
Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa Ramadhan untuk
mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal. Pelaksanaannya tidak
mesti berurutan, boleh kapan saja selama masih dalam bulan Syawal, karena puasa
enam hari pada bulan Syawal ini sama dengan puasa setahun lamanya. Akan tetapi
diharamkan pada tanggal 1 syawal karena ada chari raya Idul Fitri. Dalam sebuah
hadits dikatakan yang artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa
pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan
Syawal, maka sama dengan telah berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).
b. Puasa Arafah
Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnatkan untuk melaksanakan
puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering disebut dengan puasa
Arafah. Disebut puasa Arafah karena pada hari itu, jemaah haji sedang melakukan
Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan untuk yang sedang melakukan ibadah Haji,
sebaiknya tidak berpuasa. Nabi Muhammad SEW bersabda:
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab:
"Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan datang.: (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah. (Riwayat Imam Lima selain
Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Hadits munkar
menurut Al-'Uqaily.)
c. Puasa Senin Kamis
Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah: Nabi Muhammad SAW
memilih waktu puasa hari senin kamis.
d. Puasa pada bulan sya’ban
Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw berpuasa pada
bulan Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut kecuali
sedikit sekali . Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini yang artinya:
Siti Aisyah berkata: "Adalah Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami
berkata: "Beliau tidak berbuka". Dan apabila beliau berbuka, kami berkata: "Sehingga
ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa satu bulan
penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihat beliau
melakukan puasa sebanyak mungkin kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan
Muslim).
e. Puasa As-Syura’
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist
Rasulullah Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu (puasa
tanggal sepuluh Muharram), dihitung oleh Allah dapat menghapus setahun dosa yang
telah lalu" (HR. Muslim). Demikian juga sunnah hukumnya melakukan puasa pada
tanggal sembilan Muharram. Hadist Rasulullah: Ibn Abbas berkata: "Ketika
Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura', dan beliau memerintahkan untuk
berpuasa pada hari tersebut, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya hari
Asyura itu hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nashrani". Rasulullah saw
menjawab: "Jika tahun depan, insya Allah saya masih ada umur, kita berpuasa
bersama pada tanggal sembilan Muharramnya". Ibn Abbas berkata: "Belum juga
sampai ke tahun berikutnya, Rasulullah saw keburu meninggal terlebih dahulu" (HR.
Muslim).
3. Puasa Makruh
a. Berpuasa pada hari jum’at
Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh hukumnya,
kecuali apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu jatuh
pas hari Jumat, atau juga pas puasa Sunnat seperti tanggal sembilan Dzuhijjah itu,
jatuhnya pada hari Jum'at. Untuk yang disebutkan di akhir ini, puasa boleh dilakukan,
karena bukan dengan sengaja hanya berpuasa pada hari Jum'at. Dalil larangan hanya
berpuasa pada hari Jum'at saja adalah: Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Seseorang
tidak boleh berpuasa hanya pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa sebelum atau
sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).
b. Puasa setahun penuh (puasa dahr)
Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun orang tersebut
kuat untuk melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa seperti itu. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Umar bertanya: "Ya
Rasulallah, bagaimana dengan orang yang berpuasa satu tahun penuh?" Rasulullah
saw menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga tidak berbuka" (HR. Muslim).
c. Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya,
misalnya ia puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini
diperbolehkan untuk Rasulullah saw dan Rasulullah saw biasa melakukannya, namun
dimakruhkan untuk ummatnya. Hal ini berdasarkan hadits berikut:Artinya: Rasulullah
saw bersabda: "Janganlah kalian berpuasa wishal" beliau mengucapkannya sebanyak
tiga kali. Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa
wishal?" Rasulullah saw bersabda kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya
tidur, Allah memberi saya makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan
giatlah bekerja sekemampuan kalian" (HR. Bukhari Muslim).
4. Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika
kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka
sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah
mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :
a. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah
"Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha" (HR.Bukhari Muslim).
b. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah
Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan
13 Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah
haji dan tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan untuk membayar dam),
diperbolehkan untuk berpuasa pada ketiga hari tasyrik tersebut. Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Siti Aisyah dan Ibn Umar berkata:
"Tidak diperbolehkan berpuasa pada hari-hari Tasyrik, kecuali bagi yang tidak
mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR. Bukhari).
c. Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu)
Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu atau dua hari
dengan maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari itu, maka puasa
demikian disebut dengan puasa ragu-ragu dan para ulama sepakat bahwa hukumnya
haram. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan berpuasa satu
atau dua hari kecuali bagi seseorang yang sudah biasa berpuasa, maka ia boleh
berpuasa pada hari terebut" (HR. Bukhari Muslim).
“Nabi s.a.w. melarang puasa pada hari Idul Fitri, dan Idul Adha”. (Hadis Shahih,
riwayat al-Bukhari: 1855 dan Muslim: 1921).
3. Rukun Puasa
a. Niat untuk Berpuasa
Niat puasa diartikan sebagai sebuah penegasan untuk menjalankan ibadah
puasa Ramadan. Niat puasa ini hendaknya dibaca setiap malam di bulan
Ramadan, atau sebelum waktu fajar. Adapun berikut bacaan niat puasa:
"Nawaitu shauma ghadin ‘an adai fardhi syahri romadhana hadzihissaanati lillahi
ta’ala".
Artinya: Aku niat puasa berpuasa besok hari untuk menunaikan kewajiban di
bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala.
b. Menahan Diri dari Tindakan yang Membatalkan Puasa
Saat berpuasa hendaklah kita menahan diri dari hal-hal yang membatalkan
puasa dimulai sejak waktu fajar hingga terbenamnya matahari. Adapun hal-hal
yang membatalkan puasa adalah makan, minum, keluar air mani yang disengaja,
muntah yang disengaja, nifas, menstruasi, dan keluar dari Islam (murtad).
2. Idul Adha
Hal yang sama juga terjadi pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Idul Fitri kedua bagi
umat Islam. Hari itu dilarang berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk menyembelih
hewan Qurban dan membagikannya kepada orang miskin dan kerabat dan keluarga.
Sehingga semua bisa merasakan keceriaan dengan memakan hewan kurban dan
merayakan hari besar tersebut.
3. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari tersebut
umat Islam berada dalam suasana kemeriahan Idul Adha hingga dilarang berpuasa.
Namun beberapa argumentasi mengatakan bahwa hukum itu makruh, bukan haram.
Apalagi mengingat kemungkinan orang tidak mampu membayar cek haji untuk puasa
selama 3 hari selama haji adalah benar.
6. Puasa Selamanya
Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus menerus setiap hari. Meskipun
ia mampu melakukannya karena tubuhnya yang kuat. Tapi syar'i, puasa seperti itu
dilarang oleh Islam. Bagi yang menginginkan banyak puasa, Nabi SAW menganjurkan
untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud sebagai hari puasa dan hari berbuka puasa.
B. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih
bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA