PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
PUASA
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang
salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat.
Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib
melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak
melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui manfaat
dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui
pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar.
Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa
mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,pada
saat mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi
bagi kita jika sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Seperti yang dikatakan
hadits: urung rampung
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu puasa,
manfaat puasa, hikmah puasa, dan alasan mengapa kita wajib menjalankannya.
ZAKAT
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga,zakat merupakan suatu
ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Quran,Allah menerangkan zakat
beriringan dengan menerangkan sembahyang. Pada delapan puluh dua tempat Allah
menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan
shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat
dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama ibadah
maliyah. Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi tiap- tiap muslim yang
mempunyai harta benda menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh hukum Islam.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Karena itu kita harus mengetahui
definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab- nishab zakat, tata cara
pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah pengertian puasa ?
Apa sajakah macam-macam puasa ?
Apakah hal yang membatalkan puasa ?
Apa sajakah sunnah ketika berpuasa ?
Bagaimanakah syarat sah puasa ?
Apa saja rukun puasa ?
Apa hikmah dan manfaat puasa ?
Apa Pengertian Zakat?
Apa Saja Hikmat Zakat?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian puasa.
Untuk mengetahui syarat sah puasa.
Untuk mengetahui apa saja rukun puasa.
Untuk mengetahui hal apa saja yang dapat membatalkan puasa.
Untuk mengetahui sunnah ketika berpuasa.
Untuk mengetahui macam-macam puasa.
Untuk mengetahui hikmah dan manfaat puasa.
Mengetahui definisi/ pengertian zakat
Mengetahui hikmah dari zakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PUASA
Shaum (puasa) berasal dari kata bahasa arab yaitu shaamayashuumu, yang bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu menahan
diri dari segala apa yang membatalkan puasa.
Adapun puasa dalam pengertian terminology (istilah) agama adalah menahan diri
dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu.
B. MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM
Ulama madzhab Maliki, Syafii dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu
terbagi menjadi empat macam, yaitu :
1.
Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
2.
3.
Puasa makruh
4.
Puasa haram
1. Puasa wajib
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dikerjakan bagi setiap muslim pada
bulan Ramadhan selama sebulan penuh.
Allah SWT berfirman:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agara kamu bertaqwa. (Q.S. AlBaqarah[2]: 183)
Puasa Ramadhan juga termasuk dalam rukun Islam, sebagaimana tersebut dalam
hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a:
Didirikan agama Islam itu atas lima dasar yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan
melainkan Allah dan Nabi Muhammada adalah utusan Allah, mendirikan shalat lima
waktu, mengeluarkan zakat, puasa bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke
Baitullah bagi yang mampu jalannya (H.R. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, belum sempurna keislaman seseorang apabila dia belum
mengerjakan puasa Ramadhan dengan penuh ikhlas semata-mata untuk mencari ridha
Allah swt.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya: Keutamaan puasa romadhon yang diiringi
puasa Syawal ialah seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
b. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
Yang dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak
termasuk hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adalah hari raya kurban dan diharamkan
untuk berpuasa.
c.
dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang (HR. Muslim).
Yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena
dosa besar hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat.
d. Puasa Muharrom
Yaitu puasa pada bulan Muharram terutama pada hari Assyuro. Keutamaannya
puasa ini, sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat Bukhari, yakni puasa di
bulan ini adalah puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon.
e.
Puasa Assyuro
Hari Assyuro adalah hari ke-10 dari bulan Muharram. Nabi shalallahu alaihi
wasssalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro ini dan
mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan
untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10.
Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa (kecil) di tahun sebelumnya (HR. Muslim).
f. Puasa Syaban.
Yang dimaksud puasa Syaban adalah memperbanyak puasa pada bulan
Syaban. Keutamaan: Bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada
Rabb semesta alam (HR. An-Nasai & Abu Daud, hasan).
g.
Senin adalah hari kelahiran Nabi Muhammad sedangkan hari Kamis adalah hari di
mana ayat Al-Quran untuk pertama kalinya diturunkan. Perihal hari Senin dan
Kamis, Rasulullah juga telah bersabda:
Amal perbuatan itu diperiksa pada setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang
diperiksa amal perbuatanku, sedangkan saya sedang berpuasa. (HR Tirmidzi)
h.
Puasa Dawud
Cara mengerjakan puasa nabi Dawud adalah dengan sehari puasa sehari tidak
puasa, atau selang-seling. Puasa nabi Dawud adalah puasa yang paling disukali oleh
Allah SWT. (HR. Bukhari-Muslim).
3. Puasa Makruh
Kapan puasa hukumnya makruh? Puasa yang makruh dilakukan adalah puasa
pada hari Jumat dan Sabtu yang tidak bermaksud mengqadha Ramadhan, membayar
nadzar atau kafarat, atau tidak diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Jadi seseorang
yang puasa pada hari Jumat atau Sabtu dengan niat mengqadha puasa Ramadhan
tidak termasuk puasa makruh. Misal tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu maka
puasa hari Sabtu pada waktu itu menjadi puasa sunnah bukan makruh. Ada pendapat
lain yang lebih keras bahkan menyatakan bahwa puasa pada hari Jumat tergolong
puasa haram jika dilakukan tanpa didahului hari sebelum atau sesudahya.
4. Puasa Haram
Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena
waktunya atau karena kondisi pelakukanya.
a.
itu adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu
syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk
berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak
harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.
b.
Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi
umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk
menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat
serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap
hewan qurban itu dan merayakan hari besar.
c.
Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu
umat Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih
diharamkan untuk berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan utnuk menyembelih
hewan qurban sebagai ibadah yang disunnahkan sejak zaman nabi Ibrahim as.
d.
sanggup untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar`i
puasa seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa,
Rasulullah SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu
sehari puasa dan sehari berbuka.
C. SYARAT SAH PUASA
a.
Beragama Islam
b.
Berakal sehat
c.
Baligh
d.
e.
f.
a.
Niat
Niat puasa yaitu adanya suatu keinginan di dalam hati untk menjalankan
Imsak
Kita sudah terlampau akrab dengan kata imsak, lebih-lebih ketika bulan
Ramadhan. Banyak orang memahami Imsak sebagai waktu menjelang fajar (subuh)
dimana seorang muslim yang akan berpuasa berhenti makan sahur. Padahal makna
dari imsak tidaklah sesempit itu. Imsak yaitu menahan diri dari hal-hal yang
membatalkan puasa seperti makan, minum, dan lain-lain. Jadi, waktu dimulainya
puasa bukanlah pada saat sirine atau pengumuman imsak disuarakan, tetapi dimulai
ketika fajar (subuh). Tentang kenapa diperlukan sirine dan jadwal waktu imsak itu
supaya kita berhati-hati dan bersiap-siap karena sebentar lagi (sekitar 5 menit lagi)
fajar akan tiba.
E. HAL YANG DAPAT MEMBATALKAN PUASA
a. Makan dan minum dengan sengaja. Apabila makan dan minumnya karena lupa
atau paksaan maka hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Muntah dengan sengaja. Apabila muntahnya tidak sengaja maka hal itu tidak
membatalkan puasa.
c. Berniat berbuka puasa. Sekali berniat berbuka puasa meskipun buka puasa itu
d.
e.
f.
g.
h.
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada harihari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur. (Q.S. al-Baqarah [2]: 185)
e. Shalat Lail
Shalat tarawih merupakan bagian dari shalat lail, yakni shalat yang waktu
pelaksanaannya bada shalat isya sampai sebelum fajar. Ada sebagian orang
menganggap bahwa shalat tarawih itu wajib, padahal hukumnya adalah sunnah,
sebagaimana shalat lail yang lain, seperti witir, dan tahajut. Meski begitu, sunnah
shalat tarawih dan shalat lail yang lain adalah sunnah muakaddah, termasuk amalan
yang jarang sekali ditinggalkan oleh Rasulullah saw.
f. Memperbanyak doa
Orang yang berpuasa ketika berbuka adalah salah satu orang yang doanya
mustajab. Oleh karenanya perbanyaklah berdoa ketika sedang berpuasa terlebih lagi
ketika berbuka. Berdoalah untuk kebaikan diri kita, keluarga, bangsa, dan saudarasaudara kita sesama muslim di belahan dunia.
g. Memberi buka puasa (tafthir shaim)
Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar (berbuka) bagi mereka yang
berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir kurma sebagaimana sabda
Rasulullah Saw:
"Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa
maka
baginya
pahala
seperti
orang
yang
berpuasa
tanpa
dikurangi
10
Itikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah. Rasulullah
Saw. selalu beritikaf terutama pada sepuluh malam terakhir dan para istrinya juga
ikut Itikaf bersamanya. Dan hendaknya orang yang melaksanakan Itikaf
memperbanyak zikir, istigfar, membaca Al-Quran, berdoa, shalat sunnah dan lainlain.
j. Umroh
Ramadhan adalah waktu terbaik untuk melaksanakan umrah, karena umroh pada
bulan Ramadhan memiliki pahala seperti pahala haji bahkan pahala haji bersama
Rasulullah Saw. Beliau bersabda: Umroh pada bulan Ramadhan seperti haji
bersamaku."
k. Memperbanyak Amal Kebaikan
Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi dikatakan bahwa
amalan sunnah pada bulan Ramadhan bernilai seperti amalan wajib dan amalan wajib
senilai 70 amalan wajib di luar Ramadhan. Oleh karena itu, raihlah setiap peluang
untuk berbuat kebaikan sekecil apapun meskipun hanya sekedar tersenyum di depan
orang lain.
G. HALANGAN PUASA
Beberapa uzur (halangan) yang membolehkan berbuka(tidak berpuasa)
Beberapa uzur atau halangan yang membolehkan orang yang berpuasa, berbuka atau
membatalkan puasanya diantaranya ialah sakit. Apabila orang yang berpuasa jatuh
sakit dan ia merasa khawatir bertambah sakit jika berpuasa atau ia khawatir terlambat
kesembuhannya, atau ia malah menderita kepayahan yang sangat jika berpuasa maka
ia diperbolehkan berbuka.
Khawatirnya wanita hamil dan wanita menyusui terhadap bahaya bila berpuasa.
Apabila wanita hamil dan wanita menyusui merasa khawatir ditimpa bahaya akibat
berpuasa yang kelak akan menimpa pada diri mereka dan anak mereka sekaligus, atau
11
pada dirinya saja, atau pada anak mereka saja, maka mereka diperbolehkan tidak
berpuasa(berbuka).
Apanila wanita yang sedang berpuasa datang bulan atau haidh, atau nifas, maka
wajiblah berbuka dan haramlah baginya berpuassa. Jikalau ia memaksakan diri
berpuasa, maka puasanya adalah batal dan dalam hal ini ia berkewajiban mengqadha.
Adapun kelaparan dan kedahagaan yang sangat yang dengan kedua-duanya itu
seorang seseorang tidak kuat berpuasa, maka bagi orang yang tertimpa hal seperti itu
boleh berbuka dan ia berkewajiban meng-qadha.
Orang yang telah berusia lanjut, yang tidak kuat melakukan puasa pada seluruh masa
dalam setahun, ia boleh berbuka, artinya ia boleh tidak berpuasa Ramadhan, tetapi ia
berkewajiban membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Orang yang
sudah lanjut usia tidak berkewajiban meng-qadha. Sebab sudah tidak mampu
melakukan puasa.
Apabila orang yang berpuasa ditimpa penyakit gila, meskipun hanya sekejap mata,
maka ia tidak berkewajiban berpuasa dan puasanya tidak sah. Kewajiban atas meng12
qadaha puasanya itu dijelaskan oleh imam syafiI sebagai berikut: bila ia sengaja
dengan penyakit gilanya misalnya di malam harinya secara sengaja memakan sesuatu
benda yang pagi harinya bisa menghilangkan akalnya, maka ia berkewajiban mengqadha hari-hari dimana ia gila. Tetapi kalau ia tidak bersengaja gila, maka ia tidak
berkewajiban meng-qadha.
H. HIKMAH DAN MANFAAT PUASA
HIKMAH PUASA :
a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama
memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap
orang-orang yang tak mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam
berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
d. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui apakah
seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa
seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f. Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
i. Menjaga kesehatan jasmani.
MANFAAT PUASA :
a. Ditinjau dari segi Agama atau Religi
Kita melakukan puasa sebagai bukti kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah
sang
Maha
Pencipta
karena
puasa
itu
sendiri
merupakan
perintah-Nya.
Sebagaimana firman-Nya:
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa " (Al-Baqarah: 183).
13
Jadi jelas puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang
beriman (Islam). Tujuannya pun jelas yaitu untuk mendapatkan derajat takwa di sisi
Allah.
b. Dilihat dari aspek sosial
Puasa dapat menumbuhkan rasa simpati dan empati kepada orang lain yang
selama ini kekurangan. Juga sebagai bukti adanya persamaan derajat di sisi Allah.
Orang-orang yang berkecukupan, yang selama ini makan 3-4 kali sehari dapat
merasakan penderitaan sebagian orang yang kurang mampu yang biasa hanya makan
1-2 kali sehari bahkan kadang tidak makan. Sehingga diharapkan akan timbul
perasaan dan keinginan untuk menolong yang kurang mampu. Allah juga tidak
membedakan puasanya orang kaya dan orang miskin. Dihadapan Allah syarat sahnya
puasa
sama.
Dengan puasa kita dapat hidup lebih sehat. Organ tubuh, terutama pencernaan yang
selama ini terus bekerja keras, dapat beristirahat pada siang harinya. Dengan kondisi
seperti ini organ tubuh yang mengalami kerusakan dapat melakukan recovery atau
perbaikan selagi tidak bekerja. Sehingga ketika bekerja kembali dapat bekerja secara
maksimal dan tubuh dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Puasa juga dapat
14
mengurangi resiko terkena berbagai macam penyakit. Ketika kita berpuasa terjadi
penurunan laju metabolisme dalam tubuh.
Buktinya, tubuh menjadi dingin. Hal ini menunjukkan terjadinya pengurangan
asupan
dan
konsumsi
oksigen
secara
total
oleh
tubuh.
Dengan adanya pengurangan konsumsi oksigen, maka produksi radikal bebas oksigen
yang bersifat racun akan turun. Kelebihan radikal bebas oksigen dapat menyebabkan
menurunnya aktifitas enzim dan dapat merusak sel-sel tubuh secara umum. Sehingga
bisa menyebabkan timbulnya penyakit.
Dengan berpuasa, produksi radikal bebas oksigen dapat ditekan sampai 90% dan
meningkatkan produksi antioksidan sampai 12%. Saat kita puasa, secara tidak
langsung kita telah mengurangi masuknya makanan dan zat-zat yang tidak diperlukan
oleh tubuh termasuk racun. Pada saat puasa juga, usus tidak terisi secara penuh,
sehingga dapat menyebabkan absorbsi zat-zat makanan termasuk racun tidak
maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan kecilnya resiko terkena penyakit. Kalaupun
racun terabsorsi bersama makanan, maka Hati sebagai organ yang menetralkan racun
dapat bekerja baik karena racunnya sedikit.
Pada kondisi tidak puasa, dengan makanan yang berlebihan, produksi racun dan
racun yang terserap sangat banyak. Sehingga hati tidak bisa menetralkan racun
seluruhnya. Racun yang tidak bisa dinetralkan oleh Hati akan terbawa oleh aliran
darah ke organ-organ. Hal inilah yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit.
I. PENGERTIAN ZAKAT
Menurut bahasa searti dengan istilah nama (kesuburan, tambah besar),
thaharah (penyucian). Sedangkan zakat dalam istilah syara adalah pemberian
sesuatu yang wajib diberikan dari sejumlah harta tertentu, menurut sifat dan ukuran
tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya. Zakat merupakan ajaran
pokok dalam islam, sebagai rukun islam. Bahkan al-quran menjadikan bakat dan
shalat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran islam, sebagaimana disebutkan dalam
Al-Quran surat At-Taubah ayat ii sebagai berikut :
15
17
telah di berikan.
Membersihkan dan mensucikan diri dari harta yang dimilikinya, mengikis
sifat kikir dan akhlak tercela serta mendidik agar bersifat pemurah dan
berakhlak mulia, sesuai dengan firman Allah dalam surat At0Taubah ayat 103
b. Hikmah zakat, infaq dan shadaqah bagi masyarakat Banyak hikmah yang
terkandung dalam zakat, infaq dan shadaqah bagi masyarakat, diantaranya
adalah :
Menolong orang yang lemah dan susah agar mereka dapat menunaikan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang
lain. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Berpuasalah sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah telah memberikan kita banyak
kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri akan
merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat yang kita
dapatkan dari berpuasa ini.
19
Zakat menurut lughot artinya suci dan subur. Sedangkan menurut istilah syara:
mengeluarkan dari sebagian harta benda atas perintah Allah,sebagai shadaqah wajib
kepada mereka yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Hikmah zakat: Mendidik
jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil,
Zakat mengandung arti rasa persamaan yang memikirkan nasib manusia dalam
suasana persaudaraan, Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki,irihati, dan
menghilangkan jurang pemisah antara si miskin dan si kaya
B. SARAN
Kami dari pihak penyusun mengajak kepada pembaca untuk menjalankan perintah
Allah SWT.dan menjauhi segala larangannya. Dan berpuasalah serta berzakat dengan
hati yang ikhlas supaya amal ibadah puasa kita diterima disisi Allah SWT.
C. DAFTAR PUSTAKA
http://syuekri.blogspot.co.id/2012/10/zakat-dan-hikmahnya.html
http://rrna48.blogspot.co.id
Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam. 2000. Jakarta : PT
Bulan Bintang
20