BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
1. Pengertian munasabah dan I’Jazul Qur’an
2. Beberapa contoh munasabah dalam alquran dan macam I’jazul Qur’an
3. Cara mengetahui munasabah kadar kemukjizatan Al-Qur’an
4. Macam-macam munasabah alquran
5. Ayat dan Surat
6. Urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah alquran dan Tujuan I’jazul Qur’an
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengerian munasabah dan Pengertian I’jazul Qur’an?
2. Apa saja contoh munasabah yang ada di dalam alquran dan macam I’jazul Qur’an?
3. Bagaimana cara mengetahui munasabah dan Kadar Kemukjizatan Qur’an?
4. Ada berapa macam munasabah alquran dan Aspek Kemukjizatan Qur’an?
5. Apa urgensi dan kegunaan dari mempelajari munasabah alquran dan Tujuan I’jazul Qur’an?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. MUNASABAH AL-QUR’AN
A. Pengertian Munasabah
secara etimologi berarti kecocokan, kesesuaian atau kepantasan. Kata munasabah secara etimologi menurut as-
Suyuthi berarti al-Musakalah (keserupaan) dan dan al-Muqabarah (kedekatan).
Dengan kata lain ilmu munasabah al-Qur’an adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan suatu ayat dengan ayat
lainnya, atau suatu surat dengan surat lainnya. Hubungan itu dapat berupa hubungan umum dengan khusus, hubungan
logis (‘aqli) atau hubungan konsekuensi logis seperti hubungan sebab dengan akibat, hubungan dua hal yang sebanding
atau berlawanan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html 2
Pada awal surat al-Baqarah tertulis “kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya. Pada surat al-Fatihah
tercantum kalimat “tunjukilah kami jalan yang lurus,”ini berarti bahwa ketika mereka meminta “tunjukilah kami jalan yang
lurus,” maka Allah menjawab: jalan lurus yang kalian minta ini adalah al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalamnya.”
c). Keserasian surat al-Kautsar dengan surat al-Ma’un.
Hubungan ini adalah hubungan dua hal yang berlawanan. Dalam surat al-Ma’un, Allah menjelaskan sifat-sifat
orang munafik; bakhil (tidak memberi makan fakir miskin dan anak yatim), meninggalkan shalat, riya, (suka pamer), dan
tidak mau membayar zakat. Dalam surat al-Kautsar Allah mengatakan “sesungguhnya Kami telah memberi nikmat
kepadamu banyak sekali (lawan dari bakhil, mangapa kamu bakhil?, tetaplah menegakkan shalat); shalat kamu itu
hendaklah karena Allah saja, dan berkorbanlah, lawan dari enggan membayar zakat. Inilah keserasian yang amat
mengagumkan sebagai petanda adanya hikmah dalam susunan surat-surat dalam al-Qur’an.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001 3
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html
Tentang masalah ilmu munasabah di kalangan ulama’ terjadi perbedaan pendapat, bahwa setiap ayat atau surat
selalu ada relevansinya dengan ayat atau surat lain. Ada pula yang menyatakan bahwa hubungan itu tidak selalu ada.
Tetapi sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Ada pula yang berpendapat bahwa
mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat
dengan surat lainnya.
Muhammad Izah Daruzah mengatakan bahwa semula orang menyangka antara satu ayat atau surat dengan ayat
atau surat yang lain tidak memiliki hubungan antara keduanya. Tetapi kenyataannya, bahwa sebagian besar ayat-ayat
dan surat-surat itu ada hubungan antara satu dengan yang lain.
Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam Alquran diperlukan ketelitian dan pemikiran
yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah
ini, yaitu:
1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian.
2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.
3. Menentukan tingkatan-tingkatan itu, apakah ada hubungannya atau tidak.
4. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan-ungkapan bahasanya dengan benar dan
tidak berlebihan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001 4
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html
Artinya : Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab yang Telah
diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (Ali 'lmran : 3)
Demikian pula, apa yang oleh surat Al-Baqarah diungkapkan secara global, yaitu ungkapan wa ma unzila min qablik,
dirinci lebih jauh oleh surat Ali 'lmran ayat 3:
Artinya : Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab yang Telah
diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (Ali 'lmran : 3).
Berkaitan dengan munasabah macam ini, ada uraian yang baik yang dikemukakan Nasr Abu Zaid. la menjelaskan
bahwa hubungan khusus surat Al-Fatihah dengan surat Al-Baqarah merupakan hubungan stilistika kebahasaan.
Sementara hubungan-hubungan umum lebih berkaitan dengan isi dan kandungan. Hubungan stilistika-kebahasaan ini
tercermin dalam kenyataan bahwa surat Al-Fatihah diakhiri dengan doa: lhdina Ashshirath Al-mustaqim, shirath Al-
ladzina an'amta alaihim ghair Al-maghdhubi'alaihim wa la adh-dhallin. Doa ini mendapatkan jawabannya dalam
permulaan surat Al-Baqarah Alif, Lam, Mim. Dzalika Al-Kitabu la raiba fihi hudan li Al-muttaqin. Atas dasar ini, kita
menyimpulkan bahwa teks tersebut berkesinambungan: "Seolah-olah ketika mereka memohon hidayah (petunjuk) ke
jalan yang lurus, dikatakanlah kepada mereka: Petunjuk yang lurus yang Engkau minta itu adalah Al-Kitabin"
Jika kaitan antara surat Al-Fatihah dan suratAl-Baqarah merupakan kaitan stilistika, hubungan antara surat Al-Baqarah
dengan surat Ali' lmran lebih mirip dengan hubungan antara "dalil" dengan "keraguan-keraguan akan dalil". Maksudnya,
surat Al-Baqarah merupakan surat yang mengajukan dalil mengenai hukum, karena surat ini memuat kaidah-kaidah
agama, sementara Surat Ali lmran "sebagai jawaban atas keragu-raguan para musuh”. Kaitan antara surat Al-Baqarah
dan surat Ali 'lmran merupakan kaitan yang didasarkan pada semacam ta'wil (interpretasi) yang membatasi kandungan
Surat Ali'lmran pada ayat ketujuh saja.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001 7
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html
Selanjutya, pola muhasabah takhallush terlihat pada perpindahan dari awal pembicaraan pada maksud tertentu secara
halus. Misalnya, dalam surat Al-Araf, mula-mula Allah berbicaara tentang para Nabi dan umat terdahulu, kemudian
tentang Nabi Musa dan para pengikutya yang selanjutnya berkisah tentang Nabi Muhammad dan umatnya.
7.) Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama
Tentang munasabah semacam ini, As-suyuthi telah mengarang sebuah buku yang berjudul Marasid Al-Mathali fi
Tanasub Al-Maqati ‘wa Al-Mathali’. Contoh munasabah ini terdapat dalam surat Al-Qashas yang bermula dengan
menjelaskan perjuangan Nabi Musa dalam berhadapan dengan kekejaman Firaun. Atas perintah dan pertolonganAllah,
Nabi Musa berhasil keluar dari Mesir dengan penuh tekanan. Di akhir surat Allah menyampaikan kabar gembira kepada
Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya dan janji Allah atas kemenangannya. Kemudian, jika di awal
surat dikemukakan bahwa Nabi Musa tidak akan menolong orang kafir. Munasabah di sini terletak dari sisi kesamaan
kondisi yang dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001 9
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html
Diriwayatkan dari Abu Ad-Darda'dalam hadits marfu'. "Barang siapa yang hafal sepuluh ayat dari awal surat Al-
Kahfi, Allah akan melindunginya dari Dajjal.
Juga terdapat hadits-hadits lain yang menunjukkan letak ayat tertentu pada tempatnya. Umar berkata, "Aku tidak
menanyakan kepada Nabi tentang sesuatu lebih banyak dari yang aku tanyakan kepada beliau tentang kalalah (orang
yang meninggal, tetapi tidak mempunyai anak dan orang tua), sampai Nabi menekankan jarinya ke dadaku dan
mengatakan,'Tidak cukupkah bagimu ayat yang diturunkan pada musim panas, yang terdapat di akhir surat An-Nisaa?.
Disamping itu, banyak juga riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca
sejumlah surat dengan tertib ayat-ayatnya dalam shalat atau dalam Khutbah Jum'at, seperti surat Al-Baqarah, Ali Imran
dan An-Nisaa'. Juga diriwayatkan secara shahih, bahwa Rasulullah membaca surat Al-A'raf dalam shalat maghrib.
Beliau juga membaca surat AIif Lam Mim Tanzil (As-Sajdah) dan Hal ata'alal insan (Ad-Dahr) dalam shalat subuh di hari
Jum'at. Beliau pun membaca surat Qaf pada waktu khutbah; surat Al-Jumu'ah dan surat Al-Munafiqun dalam shalat
Jum'at.
Jibril senantiasa mengujikan Al-Qur'an yang telah disampaikannya kepada Rasulullah setiap tahun sekali pada
bulan Ramadhan, dan pada tahun terakhir kehidupannya sebanyak dua kali. Dan pengulangan jibril terakhir ini seperti
tertib yang dikenal sekarang ini.
Dengan demikian, tertib ayat-ayat Al-Qur'an seperti yang ada dalam mushaf yang beredar di antara kita adalah
tauqifi, tanpa diragukan lagi. Para sahabat tidak akan menyusunnya dengan tertib yang berbeda dengan yang mereka
dengar dari Nabi. Maka sampailah tertib ayat seperti demikian kepada tingkat mutawatir.
2. Tertib Surat
Para ulama berbeda pendapat tentang tertib surat-surat Al-Qur'an yang ada sekarang.
1.) Ada yang berpendapat bahwa tertib surat itu tauqifi dan ditangani langsung oleh Nabi sebagaimana diberitahukan
Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah. Dengan demikian, Al-Qulan pada masa Nabi telah tersusun surat-suratnya
secara tertib sebagaimana tertib ayat-ayatnya, seperti yang ada di tangan kita sekarang ini, yaitu tertib mushaf Utsman
yang tak ada seorang sahabat pun menentangnya. Ini menunjukkan telah terjadi ijma' atas susunan surat yang ada,
tanpa suatu perselisihan apa pun.
Kelompok ini berdalil bahwa Rasulullah telah membaca beberapa surat secara tertib di dalam shalatnya. Ibnu Abi
syaibah meriwayatkan bahwa Nabi pernah membaca beberapa surat mufashshal (surat-surat pendek) dalam satu
rakaat. Al-Bukhari meriwayatkan dari lbnu Mas'ud katanya, "Surat Bani Israil, Al-Kahfi, Maryam, Thaha dan Al-Anbiya'
termasuk yang diturunkan di Makkah dan yang pertama-tama aku pelajari.' Kemudian ia menyebutkan surat-surat itu
secara berurutan sebagaimana tertib susunan seperti sekarang ini.
Ibnu Wahab meriwayatkan dari Sulaiman bin Bilal, ia berkata Aku mendengar Rabi'ah ditanya orang, "Mengapa
surat Al-Baqarah dan Ali Imran didahulukan, padahal sebelum surat itu diturunkan sudah ada delapan puluh sekian
surat Makiyyah, sedang keduanya diturunkan di Madinah?" Ia menjawab, "Kedua surat itu memang didahulukan dan Al-
Qur'an dikumpulkan menurut pengetahuan dari orang yang mengumpulkannya." Kemudian katanya, "Ini adalah sesuatu
yang mesti terjadi dan tidak perlu dipertanyakan.
Ibnul Hashshar mengatakan, "Tertib surat dan letak ayat-ayat pada tempatnya masing-masing itu berdasarkan
wahyu. Rasulullah mengatakan, "Letakkanlah ayat ini di tempat ini." Hal tersebut telah diperkuat pula oleh riwayat yang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001 10
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html
mutawatir dengan tertib seperti ini, dari bacaan Rasulullah dan ijma' para sahabat untuk meletakkan atau menyusunnya
seperti ini di dalam mushaf.
2.) Kelompok kedua berpedapat bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan
tertib di dalam mushaf-mushaf mereka. Misalnya mushaf Ali disusun menurut tertib nuzul, yakni dimulai dengan Igra',
kemudian Al-Muddatstsir, lalu Nun, Al- Qalam, kemudian Al-Muzammil, dan seterusnya hingga akhir surat Makkiyah dan
Madaniyah.
Adapun dalam mushaf Ibnu Mas'ud, yang pertama ditulis adalah surat Al-Baqarah, kemudian An-Nisaa', lalu
disusul AIi Imran. Sedangkan dalam mushaf Ubay, yang pertama ditulis adalah Al-Fatihah, Al-Baqarah, An-Nisaa', lalu
Ali Imran.
Ibnu Abbas menceritakan, "Aku bertanya kepada Utsman, apakah yang mendorongmu mengambil Al-Anfal yang
termasuk kategori surat al-matsani dan Bara'ah yang termasuk mi'in untuk anda gabungkan menjadi satu tanpa anda
tuliskan bisrnillahir rahmanir rahim di antara keduanya, anda juga meletakkannya pada as-sab'u ath-thiwal (tujuh surat
panjang)? Utsman menjawab; Telah turun kepada Rasulullah surat-surat yang mempunyai bilangan ayat. Apabila ada
ayat turun kepadanya, ia panggil beberapa orang penulis wahyu, lalu menginstruksikan, 'Letakkanlah ayat ini pada surat
yang di dalamnya terdapat ayat anu dan anu. Surat Al-Anfal termasuk surat pertama yang turun di Madinah sedang
surat Bara'ah termasuk yang terakhir diturunkan. Kisah dalam surat Al-Anfal serupa dengan kisah dalam surat Bara'ah,
sehingga aku mengira surat Bara'ah adalah bagian dari surat Al-Anfal. Tetapi nyatanya sampai Rasulullah Shallallahu
Alaihiwa Sallam wafat tidak pernah menjelaskan kepada kami bahwa surat Bara'ah merupakan bagian dari surat Al-
Anfal. Oleh karena itu, kedua surat tersebut aku gabungkan dan di antara keduanya tidak aku tuliskan bismitlahir
rahmanir rahim. Aku juga meletakkannya pada as -sab'u ath-thiwal.
3.) Kelompok ketiga berpendapat, sebagian surat itu tertibnya bersifat tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad
para sahabat, hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan tertib sebagian surat pada masa Nabi. Misalnya,
keterangan yang menunjukkan tertib as-sab'u ath-thiwal, aI-hawamim dan al-mufashshal pada masa hidup Rasulullah.
Menurut Ibnu Hajar, "Tertib sebagian surat-surat atau bahkan sebagian besarnya tidak dapat ditolak, bersifat
tauqifi. Untuk mendukung pendapatnya ini ia mengemukakan hadits Hudzaifah Ats-Tsaqafi yang mengatakan,
"Rasulullah berkata kepada kami; 'Telah datang kepadaku waktu untuk hizb (bagian) dari Al-Qur'an, maka aku tidak
ingin keluar sebelum selesai. Lalu kami tanyakan kepada sahabat-sahabat Rasulullah, "Bagaimana kalian membuat
pembagian Qu'ran?" Mereka menjawab; Kami membaginya menjadi tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat,
sebelas surat, tiga belas surat, dan bagian al-mufashshal dari Qaf sampai kami khatam.
Kata Ibnu Hajar lebih lanjut, "Hal ini menunjukkan, bahwa tertib surat-surat seperti terdapat dalam mushaf
sekarang adalah tertib surat pada masa Rasulullah." Dan katanya, "Namun mungkin juga yang telah tertib pada waktu
itu hanyalah bagian mufashshal, bukan yang lain. Apabila membicarakan ketiga pendapat ini, jelaslah bagi kita bahwa
pendapat kedua, yang menyatakan tertib surat-surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, tidak bersandar dan berdasar
pada suatu dalil. Sebab, ijtihad sebahagian sahabat mengenai tertib mushaf mereka yang khusus, merupakan ikhtiar
mereka sebelum Al-Qur'an dikumpulkan secara tertib. Ketika pada masa Ustman Al-Qur'an dikumpulkan, ditertibkan
ayat-ayat dan surat- auratnya pada satu dialek, umat pun sepakat, maka mushaf-mushaf yang ada pada mereka
ditinggalkan. Seandainya tertib itu merupakan hasil ijtihad, tentu mereka tetap berpegang pada mushafnya masing-
masing.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001 11
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html
itu pendapat ketiga, yang menyatakan sebagian surat itu tertibnya tauqifi dan sebagian lainnya bersifat ijtihadi;
dalil-dalilnya hanya berpusat pada nash-nash yang menunjukkan tertib tauqifi.Adapun bagian yang ijtihadi tidak
bersandar pada dalil yang menunjukkan tertib ijtihadi. Sebab, ketetapan yang tauqifi dengan dalil-dalilnya tidak berarti
yang selain itu adalah hasil ijtihad. Disamping itu, yang bersifat demikian hanya sedikit sekali.
Dengan demikian, jelaslah bahwa tertib surat-surat itu bersifat tauqifi, seperti halnya tertib ayat-ayat. Abu Bakar bin
Al-Anbari menyebutkan, "Allah telah menurunkan Al-Qur'an seluruhnya ke langit dunia. Kemudian Ia menurunkannya
secara berangsur-angsur selama dua puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena ada suatu masalah yang terjadi,
ayat pun turun sebagai jawaban bagi orang yang bertanya. Jibril senantiasa memberitahukan kepada Nabi dimana surat
dan ayat tersebut harus ditempatkan. Dengan demikian susunan surat-surat, seperti halnya susunan ayat-ayat dan
huruf-huruf Al-Qur'nn seluruhnya berasal dari Nabi. Oleh karena itu, barangsiapa mendahulukan sesuatu surat atau
mengakhirkannya, berarti ia telah merusak tatanan Al-Qur'an.
Kata Al-Kirmani dalamAl-Burhan, 'Tertib surart seperti kita kenal sekarang ini sudah menjadi ketentuan Allah dalam
Lauh Mahfuzh.. Menurut tertib ini pula Nabi membacakan di hadapan Jibril setiap tahun. Demikian juga pada akhir
hayatnya beliau membacakan di hadapan Jibril, menurut tertib ini sebanyak dua kali. Dan ayat yang terakhir kali turun
ialah, “Dan peliharalah dirimu pada hari di mana waktu itu kamu semua akan dikembalikan kepada Allah.' (Al-Baqarah:
281) Lalu Jibril memerintahkan kepadanya untuk meletakkan ayat ini di antara ayat riba dan ayat tentang utang piutang.
As-suyuthi mendukung pendapat Al-Baihaqi yang mengatakan “Surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur'an pada masa
Nabi, telah tersusun menurut tertib ini kecuali Al-Anfal dan Bara'ah, sesuai dengan hadits Utsman.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001 12
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html
II. I’JAZUL QUR’AN
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
2. Al-Qathan, Manna Khalil, Studi Ilmu Qur’an, Jakarta: pustaka Islamiyah, 1998 13
3. http://methiafarina.blogspot.com/2012/05/ijaz-al-quran.html
1. Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul ada pada masa peningkatan mutu
sastra Arab.
2. Al-I’jazut Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa
penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
3. Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di
kalangan umat Islam.
4. Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi quantity / matematis, statistik yang muncul pada abad ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang.
C. Kadar kemukjizatan
1.) Golongan Mu’tazilah berpendapat
bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan Qur’an, bukan dengan sebagiannya atau dengan setiap
surahnya secara lengkap.
2.) Sebagian ulama berpendapat
sebagian kecil atau sebagian besar dari Qur’an, tanpa harus satu surah penuh, juga merupakan mukjizat berdasarkan
firman Allah :
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. (QS.
At-Thur : 34)
3.) Ulama yang lain berpendapat
kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surah lengkap sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu
ayat atau beberapa ayat.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008
14
2. Al-Qathan, Manna Khalil, Studi Ilmu Qur’an, Jakarta: pustaka Islamiyah, 1998
3. http://methiafarina.blogspot.com/2012/05/ijaz-al-quran.html
D. Tujuan I’jazul Qur’an
Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan i’jazul Qur’an itu banyak, di antaranya
yaitu :
1. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw yang membawa mukjizat kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang
Nabi dan Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk
mencanangkan tantangan supaya menandingi al-Qur’an kepada mereka yang ingkar.
2. Membuktikan bahwa kitab al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan
bukan tulisan Nabi Muhammad saw. Sebab pada kenyataannya mereka tidak bisa membuat tandingan seperti al-
Qur’an sehingga jelaslah bahwa al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghahnya bahasa manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga
sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti al-Qur’an,
yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian al-Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan
kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau beriman dan sombong tidak mau menerima kitab suci itu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008 15
2. Al-Qathan, Manna Khalil, Studi Ilmu Qur’an, Jakarta: pustaka Islamiyah, 1998
3. http://methiafarina.blogspot.com/2012/05/ijaz-al-quran.html
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang dibahasa bahwasanya Al-Qur’an begitu dahsyat dan sempurna karna dari pengertian
Munasabah Qur’an dan I’jazul Qur’an telah jelas.
Contoh-contoh dan macam-macan yang tealh ada itu menjadikan bagian dari kesempurnaan dan keutamaan
Qur’an. Dengan kecocokan, kesesuaian atau kepantasan Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami. Tak kala
dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.
Sejak diturunkan hingga sekarang selalu mendapat tantangan dan menjadi bahan yang tidak kering
dibahas manusia, baik muslim ataupun kafir. Jika tantangan yang dihadapi oleh nabi-nabi terdahulu dianggap
telah selesai dengan kehadiran nabi terkhir Muhammad SAW, maka dalam statusnya sebagai kitab suci
terakhir dari bagi umat terakhir (Islam), maka al Qur’an akan senantiasa mendapat tantangan. Akan tetapi al
Qur’an dengan watak mukjizatnya akan selalu eksis dalam menjawab seluruh tantangan.
Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah: "Setiap rasul selalu dikaruniai
kemukjizatan, sehingga karenanya ummatnya akan mempercayainya. Tetapi mukjizat yang diturunkan Allah
padaku adalah wahyu ilahi yang akan menjadikan jumlah pengikutku akan melampaui pengikut para rasul
lainnya kelak di hari kiamat".
16