Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah. yang sekaligus merupakan mukjizat, yang diturunkan
kepada Muhammad Saw. yang sampai kepada umat manusia dengan cara al-tawâtur
(langsung dari Rasul kepada umatnya), yang kemudian termaktub dalam mushaf.
Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah
meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial bagi umat Islam dalam segala
aspeknya. Al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan Muslim dan berbagai pengalaman
keagamaannya. Tanpa pemahaman yang semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan
pemikiran dan kebudayaan Muslimin tentunya akan sulit dipahami.
Lahirnya pengetahuan tentang korelasi (munasabah) ini berawal dari kenyataan bahwa
sistimatikan al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam mushaf Utsmani sekarang tidak
berdasarkan pada kronologis turunnya, itulah sebabnya terjadi perbedaan pendapat di
kalangan ulama salaf tentang urutan surat dalam al-Qur’an. Pendapat pertama, bahwa hal
itu didasarkan pada tauqifi dari Nabi. Golongan kedua berpendapat bahwa hal itu didasarkan
atas ijtihad. Kehadiran al-Qur’an dan misi risalah Rasulullah Saw selalu mengudang
perhatian berbagai pihak untuk mengadakan studi. Aspek kajiannya terus berkembang baik
dari aspek ilmiah maupun aspek non ilmiah. Hal ini barangkali dikarenakan oleh mu’jizat
al-Qur’an. Keajaiban al-Qur’an seperti air laut tak pernah kering untuk ditimba. Ia lalu
memeberikan inspirasi kepada manusia tanpa habis-habisnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengerian munasabah Qur’an?
2. Apa saja contoh munasabah Qur’an?
3. Bagaimana cara mengetahui munasabah Qur’an?
4. Ada berapa macam munasabah alquran?
5. Apa urgensi dan kegunaan dari mempelajari munasabah alquran?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam-Macam Munasabah Al-Qur’an


secara etimologi berarti kecocokan, kesesuaian atau kepantasan. Kata munasabah
secara etimologi menurut asSuyuthi berarti al-Musakalah (keserupaan) dan dan al-
Muqabarah (kedekatan).
Sedangkan Menurut perngertian terminologi, munasabah dapat didefinisikan sebagai
berikut :
1. Menurut Az-Zarkasyi :
Artinya : Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami. Tak kala dihadapkan
kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.
2. Menurut Manna’ Al-Qathhthan :
Artinya : Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan dalam sau
ayat atau antara ayat pada
beberapa ayat, atau antar surat (di dalam Al-qur’an).
3. Menurut Ibn Al-‘Arabi :
Artinya : Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-qur’an sehingga seolah-olah
merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.
Munasabah merupakn ilmu yang sangat agung.
4. Menurut Al-Biqa’i :
Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan di balik
susunan atau urutan bagiab Al-qur’an, baik ayat dengan ayat atau surat dengan surat.

Dengan kata lain ilmu munasabah al-Qur’an adalah suatu ilmu yang mempelajari
hubungan suatu ayat dengan ayat lainnya, atau suatu surat dengan surat lainnya.
Hubungan itu dapat berupa hubungan umum dengan khusus, hubungan logis (‘aqli) atau
hubungan konsekuensi logis seperti hubungan sebab dengan akibat, hubungan dua hal
yang sebanding atau berlawanan.

 Beberapa Contoh Munasabah Dalam al-Qur’an


Untuk membuktikan apakah ada hubungan antara surat atau ayat dengan surat atau
ayat lain dalam al-Qu’an berikut beberapa contoh.

2
a. Hubungan surat al-‘Alaq dengan surat al-Qadar.
Dalam surat al-‘Alaq, nabi dan umatnya disuruh membaca (iqra), yang harus dibaca
itu banyak sekali di antaranya adalah al-Qur’an. Maka wajarlah jika surat berikutnya
adalah surat al-Qadar yang menjelaskan turunya al-Qur’an. Inilai keserasian susunan
surat dalam al-Qur’an.
b. Hubungan surat al-Baqarah dengan surat al-Fatihah
Pada awal surat al-Baqarah tertulis “kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan di
dalamnya. Pada surat al-Fatihah tercantum kalimat “tunjukilah kami jalan yang lurus,”ini
berarti bahwa ketika mereka meminta “tunjukilah kami jalan yang lurus,” maka Allah
menjawab: jalan lurus yang kalian minta ini adalah al-Qur’an yang tidak ada keraguan di
dalamnya.”
c. Keserasian surat al-Kautsar dengan surat al-Ma’un.
Hubungan ini adalah hubungan dua hal yang berlawanan. Dalam surat al-Ma’un,
Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafik; bakhil (tidak memberi makan fakir miskin
dan anak yatim), meninggalkan shalat, riya, (suka pamer), dan tidak mau membayar
zakat. Dalam surat al-Kautsar Allah mengatakan “sesungguhnya Kami telah memberi
nikmat kepadamu banyak sekali (lawan dari bakhil, mangapa kamu bakhil?, tetaplah
menegakkan shalat); shalat kamu itu hendaklah karena Allah saja, dan berkorbanlah,
lawan dari enggan membayar zakat. Inilah keserasian yang amat mengagumkan sebagai
petanda adanya hikmah dalam susunan surat-surat dalam al-Qur’an.

 Cara Mengetahui Munasabah


Sebagaimana kita ketahui, bahwa sejarah munculnya kajian tentang munasabah
tidak terjadi pada masa Rasulullah, melainkan setelah berlalu sekitar tiga atau empat abad
setelah masa beliau. Hal ini berarti, bahwa kajian ini bersifat taufiqi (pendapat para
ulama). Karena itu, keberadaannya tetap sebagai hasil pemikiran manusia (para ahli
Ulumul-Qur’an) yang bersifat relatif, mengandung kemungkinan benar dan
kemungkinan salah. Sama halnya dengan hasil pemikiran manusia pada umumnya, yang
bersifat relatif (Zhanniy).
Sungguhpun keberadaannya mengandung nilai kebenaran yang relatif, namun
dasar pemikiran tentang adanya munasabah dalam al-Qur’an ini berpijak pada prinsip
yang bersifat absolut. Yaitu suatu prinsip, bahwa tartib (susunan) ayat-ayat al-Qur’an,
sebagaimana kita lihat sekarang adalah bersifat Tauqifi yakni suatu susunan yang

3
disampaikan oleh Rasulullah berdasarkan petunjuk dari Allah (wahyu), bukan susunan
manusia, atas dasar pemikiran inilah, maka sesuatu yang disusun oleh Dzat Yang Maha
Agung tentunya berupa susunan yang sangat teliti dan mengandung nilainilai filosofis
(hikmah) yang sangat tinggi pula. Oleh sebab itu, secara sistematis tentulah dalam
susunan ayat-ayat alQur’an terdapat korelasi, keterkaitan makna (munasabah) antara
suatu ayat dengan ayat dengan ayat sebelumnya atau ayat sesudahnya. Karena itu pula,
sebagaimana ulama menamakan ilmu munasabah ini dengan ilmu tentang
rahasia/hikmah susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an.
Asy-Syatibi menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak
masalah namun masalahmasalah tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan pandangan pada awal surat,
tetapi hendaknya memperhatikan pula akhir surah atau sebaliknya. Karena bila tidak
demikian, akan terabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.
Mengetahui hubungan antara suatu ayat atau surah lain (sebelum atau sesudahnya)
tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat. Sebab mengetahui
adanya hubungan antara ayat-ayat dan surah-surah itu dapat pula membantu kita
memahami dengan tepat ayat-ayat dan surah-surah yang bersangkutan.
Ilmu ini dapat berperan mengganti ilmu asbabul nuzul, apabila kita tidak dapat
mengetahui sebab turunnya suatu ayat tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat
itu dengan yang lainnya. Sehingga di kalangan ulama timbul masalah mana yang
didahulukan antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara
ayat itu dengan yang lainnya.
Tentang masalah ilmu munasabah di kalangan ulama’ terjadi perbedaan pendapat,
bahwa setiap ayat atau surat selalu ada relevansinya dengan ayat atau surat lain. Ada pula
yang menyatakan bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Tetapi sebagian besar ayat-ayat
dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Ada pula yang berpendapat bahwa
mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari
hubungan antara suatu surat dengan surat lainnya.
Muhammad Izah Daruzah mengatakan bahwa semula orang menyangka antara satu
ayat atau surat dengan ayat atau surat yang lain tidak memiliki hubungan antara
keduanya. Tetapi kenyataannya, bahwa sebagian besar ayat-ayat dan surat-surat itu ada
hubungan antara satu dengan yang lain.

4
Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam Alquran
diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan ada
beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini, yaitu:
1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek
pencarian.
2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam
surat.
3. Menentukan tingkatan-tingkatan itu, apakah ada hubungannya atau tidak.
4. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan-
ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

 Macam-Macam Munasabah al-Qur’an

Dalam Al-Quran sekurang-kurangnya terdapat delapan macam munasabah (masih


banyak didalam Al-Qur’an), yaitu:

1. Munanbah antar surat dengan surat sebelumnya


As-Suyuthi menyimpulkan bahwa munasbah antar satu surat dengan surat
sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempumakan ungkapan pada surat
sebelurnnya. sebagai contoh, dalam surat Al-Fatihah ayat 1 ada ungkapan
alhamdulilah. ungkapan ini berkorelasi dengan surat Al-Baqarah ayat 152 dan 186:
Artinya : Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. ( QS.
Al-Baqarah ayat 152). Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah ayat 186).
Ungkapan " rabb al-alamin" dalam surat Al- Fatihah berkorelasi dengan surat Al-
Baqarah ayat 21-22: Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Al-
Baqarah ayat 21) Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui. (Al-

5
Baqarah ayat 22). Di dalam surat Al-Baqarah ditegaskan ungkapan "dzalik Al-kitab
la raiba fih". Ungkapan ini berkorelasi dengan surat Ali ‘lmran ayat 3: Artinya : Dia
menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan
Kitab yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (Ali
'lmran : 3)

2. Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya


Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol, dan itu tercermin
pada namanya masing-masing, seperti surat Al-Baqarah, surat yusuf, surat An-
Naml dan surat Al-Jinn. Lihatlah firman Allah surat Al-Baqarah : 67-71: Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Musa Berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata: "Apakah kamu
hendak menjadikan kami buah ejekan? Musa menjawab: "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". Mereka
menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan
kepada Kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda,
pertengahan antara itu, Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia
menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua
warnanya, lagi menyenangkan orangorang yang memandangnya." Mereka berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia menerangkan kepada kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, Karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar
bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk
memperoleh sapi itu)." Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan
tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka
berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang
sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu. (QS. Al-Baqarah : 67-71).
Cerita tentang lembu betina dalam surat Al-Baqarah di atas merupakan inti
pembicaraannya, yaitu kekuasaan Tuhan membangkitkan orang mati. Dengan

6
perkataan lain, tujuan surat ini adalah menyangkut kekuasaan Tuhan dan keimanan
kepada hari kemudian.

3. Munasabah antar bagian suatu ayat


Munasabah antar bagian surat sering berbentuk pola munasabah Al-tadhadat
(perlawanan) seperti terlihat dalam surat Al-Hadid ayat 4: Artinya : Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di atas
arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan dia
bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Hadid ayat 4). Antara kala "yaliju”(masuk) dengan kata
"yakhruju (keluar), serta kata "yanzilu (turun) dengan kata"ya'ruju”(naik) terdapat
korelasi pertawanan. Contoh lainnya adalah kata"Al-'adzab' dan Ar-rahmah" dan
janji baik setelah ancaman. Munasabah seperti ini dapat dijumpai dalam suratAl-
Baqarah, An-Nisa dan surat Al-Mai'dah.

4. Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan


Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan sering terlihat dengan
jelas, tetapi sering pula tidak jelas. Munasabah antar ayat yang terlihat dengan jelas
umumnya rnenggunakan pola ta'kid (penguat), tafsir (penjelas), i’tiradh (bantahan),
dan tasydid (penegasan). Munasabah antar ayat yang menggunaan pola ta'kid yaitu
apabila salah satu ayal atau bagian ayat memperkuat makna ayat atau bagian ayat
yang terletak di sampingnya. Contoh firman Allah: Artinya : Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam (QS. Al-Fatihah : 1-2).

5. Munasabah antar-suatu kelompok ayat dan kelompok ayat di sampingnya


Dalam surat Al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 20, misalnya Allah memulai
penjelasan-Nya tentang kebenaran dan fungsi Al-Quran bagi orang-orang yang
bertakwa. Dalam kelompok ayat-ayat berikutnya dibicarakan tiga kelompok
manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda-beda, yaitu mukmin, kafir, dan
munafik.

7
6. Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat
Macam munasabah ini mengandung tujuan tujuan tertentu. Di antaranya
adalah untuk menguatkan (tamkin) makna yang terkandung dalam suatu ayat.
Misalnnya, dalam surat Al-Ahzab ayat 25 diungkapkan sebagai berikut: Artinya :
Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. dan Allah
menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. dan adalah Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Ahzab : 25). Dalam ayat ini, Allah
menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan, bukan karena lemah,
melainkan karenaAllah Maha kuat dan Maha perkasa. Jadi, adanya fashilah
diantara kedua penggalan ayat di atas dimaksudkan agar pemahaman terhadap ayat
tersebut menjadi lurus dan sempurna. Tujuan lain dari fashilah, adalah memberi
penjelasan tambahan, yang meskipun tanpa fashilah sebenamya, makna ayat sudah
jelas. Misalnya dalam surat AnNaml ayat 80: Artinya : Sesungguhnya kamu tidak
dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (Tidak pula) menjadikan
orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka Telah berpaling
membelakang. (QS. An-Naml ayat 80). Kalimat “idza wallau mudbirin"
merupakan penjelasan tambahan terhada makna orang tuli.

7. Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama


Tentang munasabah semacam ini, As-suyuthi telah mengarang sebuah buku
yang berjudul Marasid Al-Mathali fi Tanasub Al-Maqati ‘wa Al-Mathali’. Contoh
munasabah ini terdapat dalam surat Al-Qashas yang bermula dengan menjelaskan
perjuangan Nabi Musa dalam berhadapan dengan kekejaman Firaun. Atas perintah
dan pertolonganAllah, Nabi Musa berhasil keluar dari Mesir dengan penuh
tekanan. Di akhir surat Allah menyampaikan kabar gembira kepada Nabi
Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya dan janji Allah atas
kemenangannya. Kemudian, jika di awal surat dikemukakan bahwa Nabi Musa
tidak akan menolong orang kafir. Munasabah di sini terletak dari sisi kesamaan
kondisi yang dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.

8. Munasbah antar-penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya


Jika diperhatikan pada setiap pembukaan surat, akan dijumpai munasabah
dengan akhir surat sebelumnya, sekalipun tidak mudah untuk mencarinya.

8
Misalnya, pada permulaan surat Al-Hadid dimulai dengan tasbih: Artinya : Semua
yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan
kebesaran Allah). dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-
Hadid Ayat 1).

B. Urganisasi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah Al-Qur’an


Sebagaimana asbabunnuzul, munasabah sangat berperan dalam memahami Alquran.
Muhammad Abdullah Darraz berkata: “Sekalipun permasalahan-permasalahan yang
diungkapkan oleh surat itu banyak, semuanya merupakan satu kesatuan pembicaraan yang
awal dan akhirnya saling berkaitan. Maka bagi orang yang hendak memahami sistematika
surat semestinyalah ia memerhatikan keseluruhannya, sebagaimana juga memerhatikan
segala permasalahannya.”
Kegunaan mempelajari ilmu munasabah sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa
tema-tema Alquran kehilangan relevansi antara satu bagian dengan bagian
lainnya.
2. Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Alquran, baik antara
kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain,
sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap Alquran dan
memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
3. Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalghahan bahasa Alquran dan konteks
kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta persesuaian ayat/surat
yang satu dengan yang lainnya.
4. Dapat membantu dalam menafsirkan Alquran setelah diketahui hubungan suatu
kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat dengan yang lain.1

1. Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008


2. Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001
3. http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang dibahasa bahwasanya Al-Qur’an begitu dahsyat dan sempurna
karna dari pengertian Munasabah Qur’an.
Contoh-contoh dan macam-macan yang tealh ada itu menjadikan bagian dari
kesempurnaan dan keutamaan
Qur’an. Dengan kecocokan, kesesuaian atau kepantasan Munasabah adalah suatu hal
yang dapat dipahami. Tak kala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.
Sejak diturunkan hingga sekarang selalu mendapat tantangan dan menjadi bahan yang
tidak kering dibahas manusia, baik muslim ataupun kafir. Jika tantangan yang dihadapi
oleh nabi-nabi terdahulu dianggap telah selesai dengan kehadiran nabi terkhir Muhammad
SAW, maka dalam statusnya sebagai kitab suci terakhir dari bagi umat terakhir (Islam),
maka al Qur’an akan senantiasa mendapat tantangan. Akan tetapi al-Qur’an dengan watak
mukjizatnya akan selalu eksis dalam menjawab seluruh tantangan.
Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah: "Setiap rasul selalu
dikaruniai kemukjizatan, sehingga karenanya ummatnya akan mempercayainya. Tetapi
mukjizat yang diturunkan Allah padaku adalah wahyu ilahi yang akan menjadikan jumlah
pengikutku akan melampaui pengikut para rasullainnya kelak di hari kiamat".

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, Ulum al-Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2008

Shihab, Quraish, dkk, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,2001

http://iwanstanjung.blogspot.com/2013/munasabah-al-quran-makalah-ulumul-quran.html

11

Anda mungkin juga menyukai