Disusun oleh :
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber acuan nilai, sikap serta perilaku
umat Islam. Sebagai acuan tentunya Al-Qur’an harus dipahami terlebih
dahulu, baru kemudian diamalkan. Upaya pemahaman Al-Qur’an dapat
dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan munasabah.
Fokus perhatian ilmu munasabah mengaitkan hubungan antar ayat,
surat menurut urutan teks. Bagi para mufassir, ilmu munasabah lebih
penting dari pada ilmu asbabun nuzul. Subhi Shalih mengatakan, wajar
jika penjelasan tentang ilmu munasabah didahulukan dari asbabun nuzul,
mengingat begitu banyak manfaat yang timbul dari ilmu munasabah.
Apalagi kaidah tafsir mengatakan, ukuran memahami ayat adalah
redaksinya yang bersifat umum, bukan penyebab turunnya ayat yang
bersifat khusus.
Seorang muslim tidak dapat menghindarkan diri dari
keterikatannya dengan Al-Qur’an. Seorang muslim mempelajari Al-
Qur’an tidak hanya mencari kebenaran ilmiah, tetapi juga mencari isi dan
kandungan Al-Qur’an. Tanpa pemahaman yang semestinya terhadap Al-
Qur’an, pemikiran dan kebudayaan seorang muslim tentunya akan sulit
dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu munasabah?
2. Apa macam – macam munasabah Al-Qur’an?
3. Apa manfaat mempelajari munasabah Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ilmu munasabah.
2. Mengetahui macam – macam munasabah Al-Qur’an.
3. Mengetahui manfaat mempelajari munasabah Al-Qur’an.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ilmu pengetahuan saat itu sangat berkembang dan peradaban Islam sangat
tinggi. Meskipun begitu ilmu ini sangat terkait dengan waktu terbentuknya
Al-Qur’an, ketika wahyu turun dan peletakannya sesuai dengan aturan
Allah SWT. Sehingga munasabah sendiri bersifat tauqifi atau pasti.
Namun dalam mengungkapkan munasabah perlu mengandalkan pemikiran
mufassir dalam menangkap pemahaman ayat dan surat Al-Qur’an
sehingga ia lebih bersifat ijtihadi.
B. Macam – Macam Munasabah Al-Qur’an
Dalam pembagian munasabah ini, para ulama juga berbeda
pendapat mengenai pengelompokan munasabah dan jumlahnya, hal ini
dipengaruhi bagaimana seorang ulama tersebut memandang suatu ayat,
dari segi berbeda. Menurut Chaerudji A. Chalik, munasabah dapat dilihat
dari dua segi, yaitu sifat dan materinya.2
1. Sifat
Dilihat dari segi sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua, yaitu zhahir
Al-Irtibath (tampak jelas munasabahnya) dan khafiy Al-Itibath (tampak
samar munasabahnya).
a. Zhahir Al-Irtibath yaitu persesuaian atau kaitan yang tampak jelas,
karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali
sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna bila
dipisahkan dengan kalimat lainnya, seolah ayat tersebut merupakan
satu kesatuan yang sama. Misalnya, dapat kita cermati ayat 1 dan 2
surah Al-Isra’
Artinya:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami
2
Dr. Acep Hermawan, M.Ag., Ulumul Qur’an, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 140.
3
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-Isra’ [17]: 1)
Artinya:
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan
kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman)
janganlah kamu mengambil penolong selain Aku” (Al-Isra’ [17]:
2)
4
Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang
memerangi kamu,(tetapi) janganlah kamu melampaui batas,
karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Al-Baqarah[2]: 190)
5
kekuasaan Tuhan dalam membangkitkan orang mati, sehingga
dengan demikian tujuan dari surat al-Baqarah adalah mengenai
kekuasaan Tuhan dan keimanan kepada hari akhir.
c. Munasabah antar bagian suatu ayat
Munasabah antar bagian suatu ayat sering berbentuk korelasi
Al-tadhadadh (perlawanan).
d. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan sering
terlihat dengan jelas, tetapi sering pula tidak jelas. Munasabah
antar ayat yang terlihat dengan jelas umumnya menggunakan
pola ta’kid (penguat), tafsir (penjelas), I’tiradh (bantahan), dan
tasydid (penegasan).
e. Munasabah antar suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat
disampingnya
Sebagai contoh dalam surat al-Baqarah ayat 1 sampai 20, Allah
menjelaskan tentang kebenaran dan fungsi Al-Qur’an bagi
orang-orang yang bertaqwa. Dalam kelompok ayat berikutnya
dibicarakan tentang tiga kelompok manusia dan sifat mereka
yang berbeda-beda yaitu mukmin, kafir, dan munafik.
f. Munasabah antar awal surat dengan dengan akhir surat yang
sama
Bahwa awal suatu surat menjelaskan pokok pikiran tertentu,
lalu pokok pikiran ini dikuatkan kembali di akhir surat.
g. Munasabah penutup satu surat dengan awal surat berikutnya
Persesuaian antara permulaan surat dengan penutup surat
sebelumya sebab semua permulaan surat erat sekali kaitannya
dengan akhiran surat sebelumnya, sekalipun sudah dipisah
dengan basmalah. Jika diperlihatkan pada setiap pembukaan
surat, akan dijumpai munasabah dengan akhir surat
sebelumnya, sekalipun tidak mudah untuk mencarinya.
C. Manfaat Mempelajari Munasabah Al-Qur’an
6
Ilmu munasabah Al-Qur’an sangat penting dikuasai dalam
menafsirkannya. Ia sangat membantu mufassir dalam memahami dan
mengeluarkan isi kandungannya. Memahami Al-Qur’an dengan dengan
bantuan ilmu munasabah berarti mengaitkan makna ayat sesuai dengan
konteksnya. Tanpa memerhatikan aspek munasabah mungkin akan terjadi
pemahaman diluar konteks ayat, bahkan bisa keliru dalam memahaminya.
Manfaat mempelajari ilmu munasabah antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui persambungan hubungan antara bagian Al-Qur’an,
baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-
suratnya yang satu dengan yang lainnya.
2. Dengan ilmu munasabah dapat diketahui kualitas dan tingkat
kebahagian bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya
yang satu dengan yang lain.
3. Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
4. Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang
menganggap bahwa tema–tema Al–Qur’an kehilangan
relevansi antara satu bagian dengan bagian lainnya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munasabah merupakan pengetahuan tentang berbagai hubungan
unsur – unsur dalam Al – Qur’an, seperti hubungan ayat dengan ayat pada
suatu surah, surah dengan surah, termasuk hubungan antara nama surah
dengan isi atau tujuan surah. Macam – macam munasabah sendiri dapat
dilihat dari segi sifat dan materi. Dilihat dari segi sifat, munasabah terbagi
menjadi dua yaitu zhahir Al – irtibath (persesuaian yang tampak jelas) dan
khafiy Al – irtibath (persesuaian yang tidak jelas atau samar).
Sedangkan dilihat dari segi materi terdiri dari munasabah antar
surat, munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya, munasabah
antar bagian suatu ayat, munasabah antar ayat yang letaknya
berdampingan, munasabah antar suatu kelompok ayat dengan kelompok
ayat disampingnya, munasabah antar awal surat dengan dengan akhir surat
yang sama, munasabah penutup satu surat dengan awal surat berikutnya.
Dalam mempelajari munasabah ini banyak sekali manfaat yang akan
didapatkan, salah satunya dapat mengetahui hubungan antar bagian Al –
Qur’an. Oleh karena itu, dengan mempelajari munasabah Al – Qur’an, kita
diharapkan dapat memahami hubungan – hubungan antar bagian Al –
Qur’an.
8
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2016. Ulumul Qur’an. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Husni, Munawir. 2016. Studi Keilmuwan Al – Qur’an. Yogyakarta :
Pustaka Diniyah.
Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta : Rajawali Pers.