Anda di halaman 1dari 10

MUNASABAH AL – QUR’AN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Hj. Nadhifah, M.S.I

Disusun oleh :

Erlin Pujiwati Ningsih (1908046037)

Vina Aliyatus Sya’ni (1908046038)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber acuan nilai, sikap serta perilaku
umat Islam. Sebagai acuan tentunya Al-Qur’an harus dipahami terlebih
dahulu, baru kemudian diamalkan. Upaya pemahaman Al-Qur’an dapat
dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan munasabah.
Fokus perhatian ilmu munasabah mengaitkan hubungan antar ayat,
surat menurut urutan teks. Bagi para mufassir, ilmu munasabah lebih
penting dari pada ilmu asbabun nuzul. Subhi Shalih mengatakan, wajar
jika penjelasan tentang ilmu munasabah didahulukan dari asbabun nuzul,
mengingat begitu banyak manfaat yang timbul dari ilmu munasabah.
Apalagi kaidah tafsir mengatakan, ukuran memahami ayat adalah
redaksinya yang bersifat umum, bukan penyebab turunnya ayat yang
bersifat khusus.
Seorang muslim tidak dapat menghindarkan diri dari
keterikatannya dengan Al-Qur’an. Seorang muslim mempelajari Al-
Qur’an tidak hanya mencari kebenaran ilmiah, tetapi juga mencari isi dan
kandungan Al-Qur’an. Tanpa pemahaman yang semestinya terhadap Al-
Qur’an, pemikiran dan kebudayaan seorang muslim tentunya akan sulit
dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu munasabah?
2. Apa macam – macam munasabah Al-Qur’an?
3. Apa manfaat mempelajari munasabah Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ilmu munasabah.
2. Mengetahui macam – macam munasabah Al-Qur’an.
3. Mengetahui manfaat mempelajari munasabah Al-Qur’an.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Munasabah


Secara etimologi, kata munasabah berarti perhubungan, pertalian,
pertautan, persesuaian, kecocokan, dan kepantasan. Kata munasabah
adalah sinonim dengan kata al muqorobah (berdekatan) dan al
musyakalah (persamaan).1
Adapun secara terminologi, munasabah adalah segi–segi hubungan
atau persesuaian Al-Qur’an antara bagian demi bagian dalam berbagai
bentuknya. Yang dimaksud dengan segi hubungan atau persesuain ialah
semua pertalian yang merujuk kepada makna-makna yang mempertalikan
satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
bagian demi bagian ialah antara kata dengan kata, antar ayat dengan ayat,
antara awal surat dengan akhir surat, antara surat yang satu dengan surat
yang lain, dan begitulah seterusnya hingga benar-benar tergambar bahwa
Al-Qur’an itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
Termasuk hubungan antara surat An-Nas [114] sebagai surat terakhir
dengan surat Al-Fatikhah [1] yang ditetapkan sebagai surat pertama.
Menurut Al-Zarkasyi, munasabah adalah mengaitkan bagian-
bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz
khusus, atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat
dan ma’lul, kemiripan ayat, dan sebagainya. Beliau mengatakan bahwa
kegunaan ilmu ini adalah menjadikan bagian-bagian yang kokoh yang
bagian-bagiannya tersusun harmonis.
Menurut Al-Biqa’i, munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba
mengetahui alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-
Qur’an, baik ayat dengan ayat atau surat dengan surat.
Ilmu munasabah belum muncul pada masa awal turunnya Al-
Qur’an, ilmu ini baru muncul pada saat masa keemasan Islam, dimana
1
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Ulumul Qur’an, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2013), hlm. 237.

2
ilmu pengetahuan saat itu sangat berkembang dan peradaban Islam sangat
tinggi. Meskipun begitu ilmu ini sangat terkait dengan waktu terbentuknya
Al-Qur’an, ketika wahyu turun dan peletakannya sesuai dengan aturan
Allah SWT. Sehingga munasabah sendiri bersifat tauqifi atau pasti.
Namun dalam mengungkapkan munasabah perlu mengandalkan pemikiran
mufassir dalam menangkap pemahaman ayat dan surat Al-Qur’an
sehingga ia lebih bersifat ijtihadi.
B. Macam – Macam Munasabah Al-Qur’an
Dalam pembagian munasabah ini, para ulama juga berbeda
pendapat mengenai pengelompokan munasabah dan jumlahnya, hal ini
dipengaruhi bagaimana seorang ulama tersebut memandang suatu ayat,
dari segi berbeda. Menurut Chaerudji A. Chalik, munasabah dapat dilihat
dari dua segi, yaitu sifat dan materinya.2
1. Sifat
Dilihat dari segi sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua, yaitu zhahir
Al-Irtibath (tampak jelas munasabahnya) dan khafiy Al-Itibath (tampak
samar munasabahnya).
a. Zhahir Al-Irtibath yaitu persesuaian atau kaitan yang tampak jelas,
karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali
sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna bila
dipisahkan dengan kalimat lainnya, seolah ayat tersebut merupakan
satu kesatuan yang sama. Misalnya, dapat kita cermati ayat 1 dan 2
surah Al-Isra’

Artinya:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami

2
Dr. Acep Hermawan, M.Ag., Ulumul Qur’an, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 140.

3
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-Isra’ [17]: 1)

Artinya:
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan
kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman)
janganlah kamu mengambil penolong selain Aku” (Al-Isra’ [17]:
2)

Munasabah antara kedua ayat tersebut tampak jelas, yaitu bahwa


kedua Nabi (Muhammad SAW dan Musa as) diangkat oleh Allah
SWT sebagai nabi dan rasul, keduanya diisra’kan. Nabi
Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha,
sedangkan Nabi Musa dari Mesir, ketika ia keluar dari negeri
tersebut dalam keadaan ketakutan menuju Madyan.
b. Khafiy Al-Irtibath, yaitu persesuaian atau kaitan yang samar antara
ayat yang satu dengan ayat lain sehingga tidak tampak adanya
hubungan antara keduanya, bahkan seolah-olah masing-masing
ayat/surah itu berdiri sendiri-sendiri, baik karena ayat yang satu itu
di‘athafkan kepada yang lain, maupun karena yang satu
bertentangan dengan yang lain. Misalnya dalam surat Al Baqarah
ayat 189 dan 190.

Artinya:“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.


Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia dan (bagi ibadah) haji; bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu adalah
kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah
itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.”(Al-Baqarah[2]: 189)

4
Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang
memerangi kamu,(tetapi) janganlah kamu melampaui batas,
karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Al-Baqarah[2]: 190)

Munasabah antara kedua ayat tersebut adalah ketika waktu haji


umat Islam dilarang perang, tetapi jika umat Islam diserang lebih
dulu, maka serangan musuh itu harus dibalas, walaupun pada
musim haji.
2. Materi
Banyak mufassir yang memiliki konsen dalam hal munasabah Al-
Qur’an saat ini, seperti Quraish Shihab. Ia mengklasifikasikan korelasi
kalimat, ayat, surat dalam teks Al-Qur’an dalam tujuh point penting.
Ketujuh point penting tersebut adalah:
a. Munasabah antar surat
Pembahasan tentang munasabah antar surat dimulai dengan
memposisikan surah Al-Fatihah sebagai umm Al-kitab,
sehingga penempatan surah tersebut sebagai surah pembuka
adalah sesuai dengan posisinya yang merangkum keseluruhan
isi Al-Qur’an. Kemudian diikuti oleh al-Baqarah , setelah itu
Ali Imran. Ditempatkannya Ali Imran setelah al-Baqarah serasi
dengan isi masing-masing surat tersebut. Dalam surat Ali
Imran lebih banyak membahas tentang umat Nasrani,
sebaliknya al-Baqarah lebih terfokus pada pembahasan umat
Yahudi.
b. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya
Sebagaimana diketahui surat kedua dalam Al-Qur’an diberi
nama al-Baqarah (sapi betina). Cerita tentang sapi betina yang
terdapat dalam surat itu pada hakikatnya menunjukkan

5
kekuasaan Tuhan dalam membangkitkan orang mati, sehingga
dengan demikian tujuan dari surat al-Baqarah adalah mengenai
kekuasaan Tuhan dan keimanan kepada hari akhir.
c. Munasabah antar bagian suatu ayat
Munasabah antar bagian suatu ayat sering berbentuk korelasi
Al-tadhadadh (perlawanan).
d. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan sering
terlihat dengan jelas, tetapi sering pula tidak jelas. Munasabah
antar ayat yang terlihat dengan jelas umumnya menggunakan
pola ta’kid (penguat), tafsir (penjelas), I’tiradh (bantahan), dan
tasydid (penegasan).
e. Munasabah antar suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat
disampingnya
Sebagai contoh dalam surat al-Baqarah ayat 1 sampai 20, Allah
menjelaskan tentang kebenaran dan fungsi Al-Qur’an bagi
orang-orang yang bertaqwa. Dalam kelompok ayat berikutnya
dibicarakan tentang tiga kelompok manusia dan sifat mereka
yang berbeda-beda yaitu mukmin, kafir, dan munafik.
f. Munasabah antar awal surat dengan dengan akhir surat yang
sama
Bahwa awal suatu surat menjelaskan pokok pikiran tertentu,
lalu pokok pikiran ini dikuatkan kembali di akhir surat.
g. Munasabah penutup satu surat dengan awal surat berikutnya
Persesuaian antara permulaan surat dengan penutup surat
sebelumya sebab semua permulaan surat erat sekali kaitannya
dengan akhiran surat sebelumnya, sekalipun sudah dipisah
dengan basmalah. Jika diperlihatkan pada setiap pembukaan
surat, akan dijumpai munasabah dengan akhir surat
sebelumnya, sekalipun tidak mudah untuk mencarinya.
C. Manfaat Mempelajari Munasabah Al-Qur’an

6
Ilmu munasabah Al-Qur’an sangat penting dikuasai dalam
menafsirkannya. Ia sangat membantu mufassir dalam memahami dan
mengeluarkan isi kandungannya. Memahami Al-Qur’an dengan dengan
bantuan ilmu munasabah berarti mengaitkan makna ayat sesuai dengan
konteksnya. Tanpa memerhatikan aspek munasabah mungkin akan terjadi
pemahaman diluar konteks ayat, bahkan bisa keliru dalam memahaminya.
Manfaat mempelajari ilmu munasabah antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui persambungan hubungan antara bagian Al-Qur’an,
baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-
suratnya yang satu dengan yang lainnya.
2. Dengan ilmu munasabah dapat diketahui kualitas dan tingkat
kebahagian bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya
yang satu dengan yang lain.
3. Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
4. Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang
menganggap bahwa tema–tema Al–Qur’an kehilangan
relevansi antara satu bagian dengan bagian lainnya.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Munasabah merupakan pengetahuan tentang berbagai hubungan
unsur – unsur dalam Al – Qur’an, seperti hubungan ayat dengan ayat pada
suatu surah, surah dengan surah, termasuk hubungan antara nama surah
dengan isi atau tujuan surah. Macam – macam munasabah sendiri dapat
dilihat dari segi sifat dan materi. Dilihat dari segi sifat, munasabah terbagi
menjadi dua yaitu zhahir Al – irtibath (persesuaian yang tampak jelas) dan
khafiy Al – irtibath (persesuaian yang tidak jelas atau samar).
Sedangkan dilihat dari segi materi terdiri dari munasabah antar
surat, munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya, munasabah
antar bagian suatu ayat, munasabah antar ayat yang letaknya
berdampingan, munasabah antar suatu kelompok ayat dengan kelompok
ayat disampingnya, munasabah antar awal surat dengan dengan akhir surat
yang sama, munasabah penutup satu surat dengan awal surat berikutnya.
Dalam mempelajari munasabah ini banyak sekali manfaat yang akan
didapatkan, salah satunya dapat mengetahui hubungan antar bagian Al –
Qur’an. Oleh karena itu, dengan mempelajari munasabah Al – Qur’an, kita
diharapkan dapat memahami hubungan – hubungan antar bagian Al –
Qur’an.

8
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2016. Ulumul Qur’an. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Husni, Munawir. 2016. Studi Keilmuwan Al – Qur’an. Yogyakarta :
Pustaka Diniyah.
Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai