MUNASABAH AL-QURAN
Dosen pembimbing :
Ibrahim M.ag.
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta
hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Munasabah Al-quran“
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………………………………
PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………………………………………..
B. FUNGSI …………………………………………………………………………………
C. URGENSI …………………………………………………………..
PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………………………………………..
B. SARAN ……………………………………………………………………………………………………………………………….
C. DAFTAR PUSAKA …………………………………………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’ân merupakan sumber acuan nilai, sikap serta perilaku umat Islam. Sebagai acuan tentunya al-
Qur’ân harus dipahami terlebih dahulu, baru kemudian diamalkan. Upaya pemahaman al-Qur’ân
tersebut dapat dilakukan berbagai cara,salah satunya dengan munasabah.Fokus perhatian ilmu
munasabah mengaitkan aspek pertautan antar ayat dansurat menurut urutan teks. Bagi para
mufassir, ilmu munasabah lebih penting daripada ilmu asbab nuzul. Subhi as-Salih mengatakan, wajar
jika penjelasan tentangmunasabah didahulukan dari asbab nuzul, mengingat begitu banyak manfaat
yangtimbul dari ilmu munasabah. Apalagi kaidah tafsir mengatakan, ukuran dalammemahami ayat
adalah redaksinya yang bersifat umum, bukan penyebab turunnyaayat yang bersifat
khusus.Munasabah adalah ilmu yang baru dibandingkan dengan ilmu-ilmu al-Qur’ânlainnya. Tidak
banya mufassir yang menggunakan ilmu ini di dalam kitab tafsirmereka, karena ilmu ini dipandang
sulit dan rumit. Selain itu ilmu ini juga kurangdiminati untuk dikembangkan.Seorang muslim tidak
dapat menghindarkan diri dari keterikatannya denganal-Qur’an. Seorang muslim mempelajari al-
Qur’an tidak hanya mencari kebenaranilmiah, tetapi juga mencari isi dan kandungan al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
qur’an?
D. Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan tentang munasabah dalam Alqur‟an agar kita dapat mengetahui
korelasi suatu ayat dengan ayat yang lain, kalimat dengan kalimat maupun antar satu surah dengan
surah yang lain. Mengatahui munasabah Alqur‟an juga dapat membantu kita dalam mentakwil serta
agar dapat memahami ayat secara baik dan cermat.
2. Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa tema-tema al-Quran
kehilangan relevansinya antara satu bagian dengan bagian yang lainnya
3. Dapat diketahui tingkat dan kualitas kebalaghahan bahasa al-Quran dan hubungan kontekstual
antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, serta penyesuaian ayat/surat yang satu dari
yang lain. Serta dapat membantu dalam proses penafsiran ayat-ayat al-Quran setelah mengetahui
hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lainnya.
PEMBAHASAN
Definisi Munasabah
1. DEFINISI MUNASABAH
Kata Munasabah secara etimologi, menurut Manna’ Khalil Al-Qattan ialah Al-Muqabarah artinya
kedekatan. Dalam pengertian ini As-Suyuthi menambahkan al-Musyakalah dan Al-Muqabarah artinya
kedekatan dan keserupaan. Istilah munasabah digunakan dalam ‘iIlat hukum dalam bab Qiyas yang
berarti Al-Wasf Al-Muqarib Li Al-Hukm (gambaran/sifat yang berdekatan atau berhubungan dengan
hukum.
Secara terminologi, pengertian Munasabah dapat diartikan sebagai berikut menurut berbagai tokoh,
yaitu:
Artinya : “Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan kepada akal, akal
itu pasti menerimanya”.
2. Menurut Al-Biqa’i:
“Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan di balik susunan atau
urutan bagian-bagian Al-Qur’an, baik ayat dengan ayat, atau surat dengan surat”.
Jadi, dalam konteks ‘Ulum Al-Qur’an, Munasabah berarti menjelaskan korelasimakna antar ayat atau
antar surat, baik korelasi itu bersifat umum atau khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassiy), atau
imajinatif (khayali) ; atau korelasi berupa sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, perbandingan, dan
perlawanan.
Pada dasarnya pengetahuan tentang munasabah atau hubungan antara ayat-ayat itu bukan tauqifi
(tak dapat diganggu gugat karena telah ditetapkan Rasul), tetapi didasarkan pada ijtihadi seorang
mufassir dan tingkat penghayatannya terhadap kemukjizatan Al-Qur’an, rahasia retorika, dan segi
keterangannya yang mandiri.
Seperti halnya pengetahuan tentang Asbabun Nuzul yang mempunyai pengaruh dalam memahami
makna dan menafsirkan ayat, maka pengetahuan tentang munasabah atau korelasi antar ayat
dengan ayat dan surat dengan surat juga membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat
dengan baik dan cermat. Oleh sebab itu sebagian ulama menghususkan diri untuk menulis buku
mengenai pembahasan ini[5]. Tetapi dalam pendapat lain dikemukakan atas dasar perbedaan
pendapat tentang sistematika (perbedaan urutan surat dalam Al-Qur’an) adalah wajar jika teori
Munasabah Al-Qur’an kurang mendapat perhatian dari para ulama yang menekuni ‘Ulum Al-Qur’an
walaupun keadaan sebenarnya Munasabah ini masih terus dibahas oleh para mufassir yang
menganggap Al-Qur’an adalah Mukjizat secara keseluruhan baik Redaksi maupun pesan ilahi-Nya.
Ilmu Munasabah ini dapat berperan mengganti ilmu Asbabun Nuzul, apabila seseorang tidak dapat
mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tapi seseorang dapat mengetahui relevansi / hubungan ayat
itu dengan ayat lainnya. Ada beberapa pendapat di kalangan ulama tenteng ilmu Tanasubul Ayat
Was-Suwar ini. Diantanranya ada yang berpendapat, bahwa setiap ayat atau surat selalu ada
relevansinya atau hubungannya dengan ayat atau surat lain. Sementara ulama yang lain
berpendapat, bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Hanya memang sebagian besar ayat-ayat dan
surat-surat ada hubungannya satu sama lain. Selain itu adapula yang berpendapat, bahwa mudah
mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, tapi sukar sekali mencari hubungan antara
suatu surat dengan surat lain[6]. Hal yang demikian ini tidak berarti bahwa seorang mufassir harus
mencari kesesuaian bagi setiap ayat, karena Al-Qur’anul Karim turun secara bertahap sesuai dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, terkadang seorang mufassir menemukan
keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak. Ketika tidak menemukan
keterkaitan itu, ia tidak diperkenankan memaksakan diri, sebab jika memaksakannya juga akan
menghasilkan kesesuaian yang dibuat-buat, pernyataan ini senada dengan pendapat Syaikh ‘Izz Ibn
Dalam pembagian munasabah ini, para ulama juga berbeda pendapat mengenai pengelompokkan
munasabah dan jumlahnya, hal ini dipengaruhi bagaimana seorang ulama tersebut memandang
suatu ayat, dari segi berbeda, munasabah dapat dilihat dari dua segi, antara lain :
( ظـاهـراإلرت ـب ــاطpersesuaian yang nyata), atau persesuaian yang tampak jelas, karena kaitan kalimat yang
satu dengan yang lain erat sekali, sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna bila
dipisahkan dengan kalimat lainnya, seolah-olah ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang sama.
( اإلرت ـب ــاط خ ـفـيPersesuaian yang tidak jelas) atau samarnya persesuaian antara ayat yang satu dengan
ayat lain, sehingga tidak tampak adanya hubungan antara keduanya, bahkan seolah-olah masing-
masing ayat/surat itu berdiri sendiri-sendiri, baik karena ayat yang satu itu di’Athafkan kepada yang
lain, maupun karena yang satu bertentangan dengan yang lain.
Munasabah antar ayat, yaitu munasabah antara ayat yang satu dengan ayat yang lain, berbentuk
persambungan-persambungan ayat, meliputi, pertama diathafkan ayat yang satu kepada ayat yang
lain, kedua tidak di’athafkan, ketiga Digabungkannya dua hal yang sama, keempat dikumpulkannya
dua hal yang kontradiksi, kelima Dipindahkannya satu pembicaraan kepembicaraan yang lain.
Munasabah antar surat, yaitu munasabah atau persambungan antara surat yang satu dengan surat
yang lain. Meliputi : pertama kesamaan materi pada dua surat yang berbeda namun salah satu
darinya bersifat umum dan satunya khusus dan terperinci, kedua persesuaian permulaan surat
dengan penutup surat sebelumya, ketiga persesuaian pembukaan surat dan akhir ayat suatu surat.
FUNGSI
Manna Al-Qathan mendeskripsikan fungsi munasabah sebagai alat untuk menguak kekuasaan makna
dan kemu’jizatan al-Quran dalam segi balagahnya. Disamping itu, munasabah dijadikan kaca mata
untuk melihat untaian yang teratur darifirman Allah dan keindahan uslub-uslub al-Quran.Az-Zarkasi
lebih jauh menerangkan bahwa fungsi munasabah adalahmenggabungkan bagian-bagian kalimat
yang lain sehingga tampak adanyaketerkaitan antara keduanya. Adapun Al-Qadhi Abu Bakar bin Al-
Arabi menjelaskan bahwa mengaitkan sebagian dengan sebagian yang lain dari al-Quran,
sehinggatampak seperti satu kalimat dan satu susunan.Untuk meneliti keserasian susunan ayat
dalam surah (munasabah) dalam al-Qur’an diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-
Suyuthi menjelaskanada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah
ini,yaitu :
a). Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi obyekpencarian.
b). Memperhatikan uraian ayat-ayat sesuai dengan tujuan yang dibahas dalamsurat.
URGENSI
Munasabah di dalam memahami al-Qur’an sangatlah penting, karena dengandikuasainya ilmu ini
maka akan dapat merasakan secara mendalam bahwa al-Qur’an merupakan satu kesatuan yang utuh
dalam untaian kata-kata yang harmonis denganmakna yang kokoh, tepat dan akurat sehingga
sedikitpun tak ada cacat. Selain itu,dengan munasabah dapat memberikan gambaran yang semakin
terang bahwa l-Qur’an itu betul-betul kalam Allah, tidak hanya teksnya, melainkan susunan
danurutan ayat-ayat dan surat-suratnya pun atas petujuk-Nya.Tanpa adanya munasabah, seseorang
akan kesulitan dalam memahami al-Qur’an dan ada kemungkinan keliru dalam memahami dan
menafsirkannya sepertikekeliruan Guillaume yang menganggap sistematika susunan al-Qur’an kacau
karenaayat-ayat madaniyat masuk ke kelompok ayat makiyyat dan sebaliknya.Dengan dikuasainya
ilmu tanasub, seseorang akna merasakan suatu mukjizatyang luar biasa dalam susunan ayat-ayat dan
surat-surat al-Qur’an. Mengetahui penempatan suatu kata atau kalimat dalam untaian ayat-ayat al-
Qur’an betul-betul sangat tepat dan akurat, baik dari segi susunan dan uslub, maupun makna dan
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Mempelajari munasabah,antara lain:
a). Menghindari kekeliruan dalam menafsirkan al-Qur’an, sebab munculnya kekeliruan dalam
menafsirkan Al-Qur’an adalah karena tidak mengetahui munasabah.
Kesimpulan
1. Ilmu Munasabah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat keserasian(korelasi) antara satu
bagian dengan bagian yang lain. Ilmu ini sepenuhnyabersifat ijtihady, bukan taufiqy
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka kelompok kami memberikan
saran sebagai berikut:
C. DAFTAR PUSTAKA
Pembahasan kelompok kami ini bertujuan untuk mengetahui lebih detail tentang munasabah
al-quran yang harus diterapkan setiap nilainya dalam kehidupan sehari-hari dan menganalisis
dampak globalisasi, peran munasabah al-quran dan maknanya sehingga menjadi nilai bagi
warga negara Indonesia, dengan metode mempelajari literatur, mengamati, dan wawancara.
Dari hasil data ditemukan bahwa munasabah al-quran memiliki nilai yang mempengaruhi
pemikiran, sikap dan perilaku, sehingga menjadi factor pendukung konsistensi, kepercayaan
diri dan penguatan peran dalam kehidupan. Selain itu, berdampak pula pada pengurangan
penataran dan aktivitas yang mengarah pada perilaku yang menekankan pada emosi asli dan
berdampak meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya munasabah al-quran.
Pembahasan kelompok kami ini secara kualitatif, dengan mengumpulkan bahan pustaka,
membaca dan mencatat, serta menganalisis semua isinya yang sejalan dengan pokok
bahasan yang akan diangkat yaitu dilakukan meliputi:
Dalam pembahasan kelompok kami ini melakukan Teknik Pengumpulan data adalah
penggunaan dokumen karena Dokumen adalah rekaman peristiwa yang sah, baik dalam
bentuk tulisan, gambar maupun karya. Setelah semua dokumen terkumpul, penilaian yang
sesuai akan dilakukan Menerapkan topik untuk menganalisis data berdasarkan topik yang
dibahas.
Kemudian kelompok kami ini melakukan Teknik Analisis Data, Adapun teknik analisis data
yang digunakan dalam pembahasan ini adalah:
1) Teknik analisis isi; menempati inti kesimpulan yang diambil dari suatu ide atau informasi
untuk menarik kesimpulan berdasarkan topik penelitian,
2) Analisis induktif; memilah hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbasis pengalaman
sesuai dengan topik yang dibahas.