Anda di halaman 1dari 12

MUNASABAH DALAM PERSFEKTIF ILMU AL-QURAN,

MACAM-MACAM DAN KEGUNAANNYA

Muhammad Iqbal, Julia Rahmah, Lamdinah


Prodi Pendidikan Agama Islam, STAI Rakha Amuntai, Kalimantan Selatan,
Indonesia
Iqbalmuhammadiqbal009@gmail.com, juliarahmah62@gmail.com,
lamdinahella6@gmail.com

Abstrak
Mengkaji munasabah al-Qur’an dapat dianggap penting, tapi dalam perkembangan ilmu-ilmu Al Qur'an,
ilmu Al Qur'an merupakan disiplin ilmu kadang dikaji kadang tidak. Karena persoalan munasabah
termasuk dalam kategori ijtihad, maka kaidah-kaidahnya pun bersifat ijtihadi. Tapi dalam aspek religi,
dimana bagi umat Islam unsur spiritual tidak dapat dipisahkan dari Al-Qur'an. Akan tetapi, mengungkap
makna Al-Qur'an membutuhkan alat, salah satunya dengan munasabah. Kajian ini mendeskripsikan
pentingnya pemahaman munasabah pada zaman sekarang. Metode penelitian menggunakan deskriptif
kualitatif dengan studi pustaka. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemahaman munasabah akan sangat
membantu dalam beradaptasi dengan zaman sekarang, termasuk atas nama agama karena kesalahan
dalam menangkap makna firman Allah. Penelitian ini mengkaji tentang konsep munasabah dalam
pendidikan karakter mahasiswa dengan pendekatan munasabah Al Qur'an. Tujuan penelitian akan
menganalisis hal-hal ayat yang saling berhubungan dalam al-Qur’an yang dapat dijadikan acuan
penanaman dan transmisi pendidikan karakter mahasiswa di perguruan tinggi. Proses ini dilakukan
secara berkesinambungan sebagai tahapan transmisi yang direncanakan untuk membekali peserta didik
dengan kepribadian yang luhur. Sumber referensi yang berkaitan dengan pendidikan karakter siswa dapat
digali dalam ayat-ayat Al-Qur'an.

Kata Kunci: Munasabah Al-quran, Macam-macam, Kegunaannya

PENDAHULUAN
Keberadaan ilmu munasabah dianggap signifikan oleh para ahli ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Beberapa ahli ‘ulum Al-Qur’an menjuluki ilmu munasabah sebagai ilmu yang baik, ilmu yang
mulia dan ilmu yang agung. 1 Hal ini ini mengisyaratkan betapa ilmu munasabah mendapatkan
tempat yang cukup tinggi.Tetapi ada juga yang tidak mengakui urgensi ilmu Munasabah,karena
perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang sistematika urutan ayat dan surat di dalam
Alquran.2 Atas dasar perbedaan pendapat tentang ini, wajarlah jika konsep munasabah Alquran
kurang mendapat perhatian dari sebagaian para ulama yang menekuni ‘Ulûm al-Qur’ân.

Pro-kontra kajian munasabah antara pentingnya mengedepankan munasabah dan tidak


perlu adanya munasabah telah menjadi konsumsi publik yang tidak terpisahkan dari kajian ‘ulum

1
Jalal Al-Din Al-Wahdah Al - Itqan Fi Ulum Al-Quran Tahqiq Abdul Karim Ibrahim Sholeh (Dar As-Shahabah Wa
Lil Turast, 2016).
2
Pendapat Pertama, Mengatakan Tuqifi Mengatakan Tauqifi Sedangkan Yang Ke Dua Berpendapat Bahwa, Hal
Itu Didasarkan Atas Ijtihadi, Pendapat Ketiga Tauqifi Kecuali Surat Alanfal Dan Bara”Ah Yang Dipandang
Bersifat Ijtihadi.

1
al-Qur’an,akan tetapi keberadaannya sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu al-Qur’an tidak
dapat dibantah oleh siapa pun. Disini penulis akan membahas Munâsabah Al-quran lahir dari
persepsi bahwa Alquran itu memiliki sistematika tidak disusun menurut tertib nuzûlî (proses
turunnya), tetapi menurut tertib mushhafî, selintas kelihatannya tidak terdapat hubungan antar
bagian-bagiannya, namun berdasarkan pendekatan al-Munâsabahitu terlihat jelas.Juga dibalik
sistematika penempatan ayat dan surat yang disusun secara tauqifi bukan ijtihadi. Sebaliknya
pendapat yang mengatakan bahwa susunan ayat, urutan kalimat dan surat-surat dalam Al
Qur’an di susun secara ijtihadi jelas akan meruntuhkan teori munasabah dalam Al Qur’an.

Sekalipun demikian, pengetahuan mengenai ilmu Munasabah bukanlah berdasarkan


tauqifi, melainkan berdasarkan ijtihad seorang mufasir dan tingkat pengetahuannya terhadap
kemukjizatan Al-Qur’an. Apabila asas-asas kebahasaan dalam bahasa Arab sejalan,
maka korelasi tersebut dapat diterima, sebaliknya bila korelasi itu bertentangan dengan
kaidah-kaidah kebahasaan maka ia tertolak. Karena Munasabah merupakan persoalan yang
menyangkut tafsir, maka bila sesuatu muncul dan disampaikan berdasarkan rasionalisasi akal,
tentu ia akan di terima, tetapi jika sebaliknya tentu ia akan di tolak. Hal ini sejalan dengan
kaidah yang dikemukakan para mufasir:

‫ إذا عرض على العقول تلقته بالقبول‬، ‫المناسبةأمرمعقول‬


Artinya:” Munasabah ialah soal akal, jika ia masuk akal ia akan diterima.

Kita tidak dapat memahami makna al-quran secara utuh tanpa mempelajarinya dari
berbagai sudut, salah satunya dengan memahami maksud yang terkandung di dalamnya.
Al-qur‟an adalah salah satu keajaiban menakjubkan yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui
perantara malaikat jibril. Karena mempermudah dalam membaca al-quran dan
mempermudah dalam menafsirkan dan memahami isi al-quran dengan benar, mempelajari dan
mengetahui munasabah al-quran sangat penting dan berperan menafsirkan al-quran.Selain
itu, ulama tertentu secara khusus membahasnya, seperti Abu Jafar Ahmad bin Ibrahim,
yang meninggal pada tahun 807 H, dalam bukunya "(Al-Burhan fi Munasabah tartib Suwar
Al-Qur'an)," dan Syekh Burhanuddin al-Biqai, dalam bukunya “(Nazhm ad-Durar fi Tanasub
al-Ayat wa as-Suwar)”.3

Dalam sejarahnya ilmu ini diperkenalkan oleh Imam Abu Bakr anNisabiry (w. 324 H), 4
tetapi sampai pada abad 6 H., tak seorangpun ulama tafsir yang membahas ilmu ini secara khusus.
Ulama yang pertama kali membahasnya secara tersendiri adalah Ahmad bin Ibrahim bin Zubair
asSaqafy (628 -708 H.) dalam bukunya Al-Burhdn fi Tandsubi Suwaril-Quran. Kemudian
seorang ulama tafsir abad ke 8 H., Burhanuddin Muhammad bin Abdillah az-Zarkasyiy (745-794
H.), juga mencoba menerapkan pola ini dalam bukunya al Burhdn fi 'Ulimil-Qur’dn. Karena buku
ini bukanlah kitab tafsir, az-Zarkasyiy hanya membahasnya dalam satu bab. Perbedaan antara as-
Saqafiy dengan az-Zarkasyiy adalah, bahwa as-Saqafiy memaparkan keserasian hubungan antar
surat, sedangkan az-Zarkasyiy lebih menekankan kepada antar ayat. Selanjutnya pada abad ke 9
H. al-Biqa'i (w. 885 H.). memadukan dua unsur yang pernah dibahas ulama sebelumnya secara
lebih fokus dan detail (hubungan antara ayat dan surah) dalam kitab Nazmud Durar fi Tandsubil-
Ayét was-Suwar, meskipun ia tidak terlepas dari mainstreem dua ulama sebelumnya.

3
Anwar Rosihan, Pengantar Ulumul Quran ( Pustaka Setia, 2009).
4
Jalaludin Abdur Rahman as-Suyutiy, al-Itqan fi Ulumil-Quran, vol. II (Beirut: Darul-Kutubil-Ilmiyah, 1995), hal.
243.

2
Dari uraian singkat mengenai asal-usul timbulnya ilmu munasabah di atas, maka hipotesa
yang paling dini muncul di benak adalah bahwa semakin luas pengetahuan seorang mufassir
tentang ilmu munasabah, semakin bagus produk tafsir yang dihasilkannya. Karena dengan ilmu
tersebut, seyogyanya pemiliknya mampu memandang teks-teks Alquran sebagai suatu unitas
yang utuh dan padu. Penting bagi kita untuk menguasai ilmu munasabah al-qur‟an, yang
mengacu pada pemahaman dan studi tentang hubungan antar ayat dalam al-qur‟an, serta antar
surat dalam satu kesatuan.5 Mengetahui hubungan antara ayat dengan ayat atau surat lainnya
dapat dibedakan dengan memahami ayat-ayat al-qur‟an dalam konteks menafsirkan ayat
dan surat. Memahami kesatuan subjek dan isi (wihdat al-quran) akan memungkinkan anda
untuk memahami al-quran secara keseluruhan, bukan hanya sebagian saja. Istilah “ilm
munasabah al-quran”mengacu pada ilmu al-quran.6

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan (library reseach),
pengumpulan data yang diperoleh dari Alquran, artikel, jurnal dan buku. Dengan mengumpulkan
literatur atau bahan-bahan yang berkaitan dengan metode munasabah. Memahami kewajaran
memudahkan kita untuk membaca Al Quran baik berkaitan dengan korelasi antar ayat satu
dengan yang lain atau korelasi antar surah. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa; Metode
Munasabah adalah hubungan antara bagian Al-Qur'an dengan bagian lainnya, baik dalam satu
ayat maupun beberapa ayat, dalam satu surah atau beberapa surah, sehingga menjadi satu kalimat
atau satu kesatuan yang utuh maknanya, susunannya teratur dan pelajarannya jelas. Munasabah
Al Quran juga berperan penting dalam kewajiban melaksanakan proses belajar mengajar serta
bagaimana meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Salah satu bagian dari ‘UlumulAl-Qur’an ialah al-Munasabah, ilmu yang
mempelajariketerkaitan antara satu suratatau ayat dengan suratatau ayat lain(Said, 2015).
Disebut juga dengan ilmu yang mulia, disebabkan terlalu rumitnyakeilmuan ini
sehinggasedikit sekali ‘ulama yang menguasainya(al-Husni, 1999).Namun pada prakteknya,
munasabahAl-Qur’an hakikatnya bukanlah bersifat tauqifidan mutlak kebenarannya, sama
halnya seperti hasil penafsiran, ia tetap bersifat ijtihadidan zhanni.Pada umumnya, ilmu ini hanya
mengkaji dua korelasi (munasabah) saja, yaitu korelasi antar ayat dan korelasi antar
surat(Supriyanto, 2013).

A. Pengertian Munasabah
Munasabah berasal dari nasaba-yunasibu-munasabatan (bahasa Arab) yang artinya dekat
atau qarib (Ma’luf, 1976). Adapun selain itu, mengandung pengertian kesesuaian, hubungan,
atau korelasi(Supriyanto, 2013). Al-Munasabatusama artinya denganal-musyakalahatau

5
Abdul Hafiz Alfatoni, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Munasabah Al-quran, “ PALAPA : Jurnal Studi Keislaman
dan Ilmu Pendidikan , 9 (2021), 294-303.
6
Rudi Ahmad Suryadi, “Signifikasi Munasabah Ayat Al quran Dalam Tafsir Pendidikan,” Ulul Albab, 17(2016),
71-72.

3
keserupaan dan al-muqarabahatau kedekatan(al-Husni, 1999).Namun, menurut al-
Zarkasyi(2006)kata al-nasibu ada kesamaan arti dengan al-qarribu al-muttasil (dekat dan
bersambungan) serta dapat berarti al-rabith, yakni ikatan pertalian dan hubungan(al-
Zarkasyi, 2006).Berdasarkan kutipan daribeberapa ‘ulamasecara istilah (terminologi),
munasabah pun dapat didefinisikan sebagai berikut:
a.Menurut al-Biqa’i (1969):Munasabah adalah ilmu untuk mengetahui argumentasi-
argumentasi di balik tartib bagian-bagian Al-Quran, baik dengan ayat, atau surat dengan surat(al-
Biqa’i, 1969).
b.Menurut al-Qattan (2001):Munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa
ungkapan di dalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surat (di dalam Al-
Qur’an)(Al-Qattan, 2001).
c.Menurut Zaed(2001):Munasabah adalah ilmu stilistika, yakni ilmu
yangmemberikan perhatiannya pada bentuk keterkaitan antar ayat dan surat(Zaed, 2001).
d.Menurut Al-Husni(2012):Munasabah adalah menjelaskan korelasi makna antar ayat
atau antar surat, baik korelasi itu bersifat umum(‘am) atau khusus(khas),rasional (‘aqli), persepsi
(hassiy), atau imajinatif (khayali),atau korelasi berupa sebab-akibat, ‘illatdan ma’lul,
perbandingan, dan perlawanan(al-Husni, 1999).
e.Menurut Shihab, M. Q.(2013):Para ‘ulama Al-Qur’an memakai kata munasabah untuk
dua makna: pertama, hubungan kedekatan antar ayat atau kumpulan ayat-ayat Al-Qur’an satu
dengan yang lainnya. Kedua, hubungan makna satu ayat dengan ayat lain, misalnya
pengkhususannya, atau penetapan syarat terhadap ayat lain yang tidak bersyarat(Shihab,
2013).
f.Menurut Devani, S., Hernawan, W., & Khairani (2017):Ilmu munasabah adalah suatu
ilmu yang membahas tentang kedekatan antara ayat-ayat dan surat-surat memiliki hubungan
untuk saling melengkapi sehingga terungkapnya rahasia Al-Qur’an dan hal-hal yang
dimaksudkan oleh Allah, serta dapat diterima oleh akal(Devani, S., Hernawan, W., &
Khairani, 2017).7

Secara terminologis, munasabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal


tertentu dalam Al-Quran baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu
dengan yang lainya. Menurut bahasa, munasabah berarti hubungan atau relevansi, yaitu
hubungan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum atau
sesudahnya. Ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan hubungan antara ayat atau surat
yang satu dengan ayat atau surat yang lainnya. 8
Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was suwari ini ialah ilmu untuk
mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al-Qur’an yang mulia. Ilmu ini
menjelaskan segi-segi hubungan antara beberapa ayat / beberapa surat Al-Qur’an. Apakah
hubungan itu berupa ikatan antara ‘am (umum) dan khusus / antara abstrak dan konkret / antara
sebab-akibat atau antara illat dan ma’lulnya, ataukah antara rasional dan irasional, atau bahkan
antara dua hal yang kontradiksi. Jadi pengertian munasabah itu tidak hanya sesuai dalam arti
yang sejajar dan paralel saja. Melainkan yang kontradiksipun termasuk munasabah, seperti
sehabis menerangkan orang mukmin lalu orang kafir dan sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-Qur’an

7
FIRMANSYAH, Reza; RUSLIANA, lu. Munasabah in Tafsir IrsyadulAmal (Study of Systematic Interpretation of
Al-Quran Nuzul Surat Makkiyah Ibtidaiyah Period).In: Gunung Djati Conference Series. 2021. P. 148-158.
8
Hermansyah, M, Hidayat, M, Salman, M, & Ghani, M. (2022). Pengetahuan Dasar Ulum Al Quran. Asy-Syifa
Amuntai Selatan, 150.

4
itu kadang-kadang merupakan takhsish (pengkhususan) dari ayat-ayat yang umum. Dan kadang-
kadang sebagai penjelasan yang konkret terhadap hal-hal yang abstrak.9
Ilmu munasabah yang juga disebut dengan “Tanasubil Aayati Wassuwari” pertama kali
di cetus oleh Imam Abu Bakar AnNaisaburi (wafat tahun 324 H], Kemudian disusul oleh Abu
Ja’far ibn Zubair yang mengarang kitab “Al-Burhanu fi Munasabati Suwaril Qur’ani” dan
diteruskan oleh Burhanuddin Al-Buqai yang menulis kitab “Nudzumud Durari fi Tanasubil
Aayati Wassuwari” dan As-Suyuthi yang menulis kitab “Asraarut Tanzilli wa Tanaasuqud Durari
fi Tanaasubil Aayati Wassuwari” serta M. Shodiq Al-Ghimari yang mengarang kitab “Jawahirul
Bayani fi Tanasubi Wassuwari Qur’ani”10

Kalau Al-Munasabah ditinjau secara terminologis, dalam hal ini munasabah bisa berarti
suatu pengetahuan yang di peroleh secara Aqli dan bukan di peroleh secara tauqifi. Dengan
demikian, akal lah yang berusaha mencari dan menemukan hubungan-hubungan, pertalian, atau
keserupaan antara sesuatu itu. Demikian Az-Zarkasyi mengemukakan pendapatnya tentang
persoalan munasabah.11 Menurut istilah Muhammad dalam bukunya menjelesakan bahwa
munasabah Alqur‟an merupakan suatu ilmu yang membicrakan tentang hikmah dari korelasi
serta kecocokan dalam urutan ayat-ayat dalam alqur‟an, yang dihasilkan dari buah pemikran
Manusia ketika mengkaji rahasia korelasi antara suatu ayat maupun antara surat bisa diterima
oleh akal manusia.12

M. Quraisy Shihab mengatakan bahwa munasabah Alqur‟an adalah sesuatu kemiripan


yang ditemukan didalam Alqur‟an, seperti ayat-ayatnya ataupun surah yang mempunyai korelasi
atara satu sama lain. Dalam hal ini Al- Biqa‟i mengatakan munasabah dalam Alqur‟an
merupakan keterkaitan antara suatu ayat dengan ayat yang lain, atupun suatu surah dengan surah
yang lain yang terdapat dalam Alqur‟an.13 Selanjutnya, dari beberapa pendapat para ahli diatas
kita mendapatkan kesimpulan bahwa munasabah dalam Alqur‟an ialah suatu cabang ilmu yang
membicarakan tentang korelasi atara suatu ayat dengan ayat yang lain, kalimat dengan kalimat
maupun surah dengan surah di dalam Al Quran. Munasabah Al Qur'an merupakan salah satu
bidang ilmu pengetahuan yang berbicara tentang korelasi sebuah ayat maupun sebuah surah baik
antar sesama maupun yang lain yang terdapat didalam Al Qur'an. Berbicara tentang prokontrak
munasabah Al Qur'an dalam hal ini dibagi menjadi dua aliran yaitu kelompok yang menolak
dengan kelompok yang mendukung. Macam-macam munasabah diantaranya. Pertama
Munasabah antara sebuah kalimat dengan kalimat yang berbeda.

B. Macam-Macam Munasabah
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya: berfungsi sebagai menyempurnakan surat
sebelumnya

2. Munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya

9
Alfatoni, A. H. (2021). Nilai-nilai Pendidikan dalam Munasabah Al-Quran. PALAPA, 9(2), 294-303.
10
Abdulwaly, U. C. (2021). Munasabah dalam Alquran. Farha Pustaka.
11
Yanto , E (2021). PENTINGNYA ILMU MUNASABAH AL-QURAN (Studi Tentang Keterkaitan Antara Ayat/Surat
Lain Dalam Al-quran ). AL-Fathonah , 2(2), 491-503.
12
Jannah, N. (2019). Makna “ Sultan Mubina “ persepektif Hamka (Qs. An-Nisa) (Doctoral dissertation, UIN
Sunan Ampel Surabaya).
13
Rismayanti, R. (2020). Munasabah dalam surah al-Kahfi: Kajian munasabah pada kitab Shafwah al-Tafsir
karya Muhammad Ali al-Shabuni (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

5
3. Munasabah antar bagian suatu ayat

4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan

5. Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya

6. Munasabah antara fashilah (pemisah) dan isi ayat

7. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama

8. Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya. 14

Para ulama yang menekuni ilmu munasabah Al-Qur’an mengemukakan bahkan membuktikan
keserasian yang dimaksud, setidak-tidaknya hubungan itu meliputi:

1.Hubungan antara satu surah dengan surah sebelumnya. Satu surah berfungsi menjelaskan surah
sebelumnya, misalnya didalam surah AlFatihah ayat 6 disebutkan: “Tunjukilah Kami jalan yang
lurus,” (Q.S. Al-Fatihah: 6). Lalu dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 2, bahwa jalan yang
lurus itu adalah mengikuti petunjuk Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan: “Kitab (Al Quran) ini
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah: 2)

2. Hubungan antara nama surah dengan isi atau tujuan surah. Nama-nama surah biasanya diambil
dari suatu masalah pokok didalam satu surah, misalnya surah An-Nisa’ (perempuan) karena
didalamnya banyak menceritakan tentang persoalan perempuan.

3. Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah. Misalnya surah al-
Mu’minuun dimulai dengan: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,” (Q.S.
Al-Mu’minuun:1)
Kemudian diakhiri dengan: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (Q.S.
Al-Mu’minuun: 117)

4. Hubungan antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam satu surah. Misalnya kata “Muttaqin”
di dalam surah Al-Baqarah ayat 2 dijelaskan pada ayat berikutnya mengenai ciri-ciri orang-orang
yang bertaqwa.

5. Hubungan antara kalimat lain dalam satu ayat. Misalnya dalam surah al-Fatihah ayat 1: “
Segala Puji Bagi Allah”, lalu dijelaskan pada kalimat berikutnya: “Tuhan semesta alam”.

6. Hubungan antara fashilah dengan isi ayat. Misalnya didalam surat alAhzab ayat 25 disebutkan:
“dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan“ (Q.S. Al-Ahzab: 25) “dan
adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al Ahzab: 25).

7. Hubungan antara penutup surah dengan awal surah berikutnya. Misalnya penutup surat al-
Waqi’ah: ”Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.” (Q.S. Al-
Waqi’ah: 96). Lalu surah berikutnya, yaitu surah al-Hadiid ayat 1: “Semua yang berada di langit
dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Hadiid: 1). 15

14
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti, al-Itqan fi Ulumil Quran, Jilid II, Juz III, (Kairo: Dar al-Turats), hal. 330-338
15
Khairul Anwar dan Maulana Yusuf, Ilmu Munasabah.

6
Di antara hal pokok mengenai munasabah, pertama, bahwa hubungan antara kata atau
ayat kadang nyata, karena keduanya saling berkaitan. Ketiadaan salah satunya menghilangkan
kesempurnaan. Kedua, antara kata dengan kata atau ayat dengan ayat kadang tidak terlihat adanya
hubungan, seakan-akan setiap ayat itu bebas dari ayat lain.

 Al-Munasabah Antar Surat

Munasabah antar surat tidak terlepas dari pandangan holistik Al-Qur'an yang
menyatakan Al-Qur'an sebagai "satu kesatuan" yang "bagian-bagian strukturnya terkait secara
integral". Hubungan dalam bentuk ini yaitu antara pembuka surat dengan pembuka surat
berikutnya. Pembahasan tentang munasabah antar surat dimulai dengan memposisikan surat
alfatihah sebagai ummual-kitab (induk Al-Qur'an) ,sehingga penempatan surat tersebut sebagai
surat pembuka (al-fatihah) adalah sesuai dengan posisinya yang merangkum keseluruhan isi Al-
Qur'an. Penerapan munasabah-munasabah antar surat bagi surat al-fatihah dengan surat
sesudahnya atau bahkan keseluruhan surat dalam Al-Qur'an menjadi kajian paling awal dalam
pembahasan dalam masalah ini.

Adapun dalam Al-Munasabah antar surat terbagi lagi menjadi 3 hubungan, yaitu:

1) Hubungan antara satu surat dengan surat sebelumnya

As-Suyuthi menyimpulkan bahwa munasabah antarsatu surat dengan surat sebelumnya berfungsi
menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh, dalam
surat Al-Fatihah [1] ayat 1 ada ungkapan alhamdulillah. Ungkapan ini berkorelasi dengan surat
Al-Baqarah [2] ayat 152 dan 186:Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (lupa) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku” (Q.S Al-Baqarah [2]; 152).

2) Hubungan antara penutup surat dengan awal surat berikutnya.

Hasil penelitian yang didapatkan pada surat al-insyirah dengan surat al-ashr. Menurut penafsiran
tim tafsir, pada akhir surat al-insyirah ditutup dengan pedoman dan rambu-rambu untuk
memenangkan dakwah dan perjuangan islam. Selanjutnya pada surat al-ashr diterangkan bahwa
komitmen untuk mencapai kemenangan dan kesuksesan hidup mesti disiplin waktu, mengisinya
dengan iman amal shaleh,dan saling menasehati.

3) Hubungan antara nama surat dengan isi atau tujuan surat.

Hasil penelitian pada model ini pada surat at-takwir.Tim tafsir menjelaskan bahwa nama at-
takwir diambil dari kata al-kuwirat yang terdapat pada ayat pertama surat ini, memiliki arti
matahari yang digulung sehingga hilang cahayanya, menerangkan uraian kejadian dan
kegentingan hari kiamat.

 Al-Munasabah antar ayat

Pada Al-Munasabah antar ayat terbagi menjadi 3, yaitu :

a. At-Tanzil (membandingkan dua hal yang sebanding menurut kebiasaan yang berakal).
Munasabah yang berpola kanat-tanzir terlihat pada adanya perbandingan antara ayat-ayat
yang berdampingan. Contoh pada surat Al-Anfal ayat 4-5. Pada ayat kelima, Allah
memerintahkan kepada Rasul-Nya agar terus melaksakan perintah-Nya meskipun para

7
sabahatnya tidak menyukainya. Sementara, Pada ayat keempat, Allah memerintahkannya agar
tetap keluar dari rumah untuk berperang. Munasabah antar kedua ayat tersebut diatas terletak
pada perbandingan antara ketidaksukaan para sahabat terhadap pembagian ghanimah yang
dibagikan rasul dan ketidaksukaan mereka untuk berperang.

b. Al-Mudhaddah (berlawanan).

Munasabah yang berpolakan Al-mudhalat terlihat pada adanya perlawanan makna antara
satu ayat makna yang lain yang berdampingan. Misalnya dalam QS. Al Baqarah (2):6 yang
artinya "sesungguhnya orang-orang kafir sama saja engkau beri ingat mereka atau tidak beri
ingat,mereka tidak akan beriman". Ayat ini berbicara tentang watak orang-orang kafir dan sikap
mereka terhadap peringatan, sedangkan ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang watak-watak
orang mukmin.

c.Takhallush

Dalam hal ini adalah perpindahan dari suatu permulaan pembicaraan kepada yang
dimaksud, menurut cara yang mudah, tersirat dan dengan kehalusan makna, sehingga tidak
mudah disadari oleh pendengar mengenai perpindahan dari makna pertama itu, kecuali jika
pengertian yang kedua sudah benar-benar terjadi, karena hubungan keduanya sangat erat.
Contohnya firman Allah surat Nur ayat 35 yang artinya: “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit
dan bumi....Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya Nya
bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan perumpamaan bagi manusia.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Jika ditinjau dari sifat munasabah atau keadaan persesuaian dan persambungannya, maka
munasabah itu ada dua macam :
a.Persesuaian yang nyata atau persesuaian yang tampak jelas, yaitu persesuaian antara bagian al-
Qur’an yang satu dengan bagian AlQur’an yang lain tampak jelas dan kuat, karena kaitan antara
surat yang satu dengan surat yang lain erat sekali.
Contohnya persambungan ayat 1 surat Al-Isra’ : “Maha suci Allah yang memperjalankan
hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.”16
Ayat tersebut menerangkan isra’ Nabi Muhammad. Selanjutnya ayat 2 surat Al-Isra’ berbunyi
:“Dan kami berikan kepada Musa Kitab (taurat) dan Kami jadikan Kitab itu petunjuk bagi Bani
Israil.”
Ayat tersebut menjelaskan diturukannya Kitab Taurat Kepada Musa. Persesuaian ayat tersebut
tampak jelas mengenai diutusnya kedua orang Nabi.

b.Persesuaian yang Tidak Jelas (Khofiyyullrtibath) atau samarnya persesuaian antara bagian Al-
Qur’an dengan yang lain, sehingga tidak tampak adanya pertalian untuk keduanya, bahkan
seolah-olah masing-masing ayat berdiri sendiri, baik karena ayat yang satu diathafkan kepada
orang lain, atau karena yang satu bertentangan dengan yang lain.
Contohnya, seperti hubungan antara ayat 189 surat Al-Baqarah dengan ayat 190. Surat Al-
Baqarah ayat 189 yang berbunyi :
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan Sabit, katakalah, bulan sabit itu adalah tanda-tanda
waktu bagi manusia dan bagi ibadah haji.”
Ayat tersebut menerangkan bulan sabit / tanggal-tanggal, untuk tanda-tanda waktu dan untuk

16
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang:YPPA, 1992,424.

8
jadwal haji, sedangkan ayat 190 Al-Baqarah berbunyi :
“Dan pergilah dijalan Allah, orang-orang yang memerangi kalian, tetapi janganlah melampaui
batas..........”. Ayat tersebut menerangkan perintah menyerang kepada orang-orang yang
menyerang umat Islam. Sepintas, antara kedua ayat tersebut tidak ada hubungan antara kedua
ayat tersebut, yaitu ayat 189 surat Al-Baqarah mengenai soal waktu untuk haji, sedangkan ayat
190 menerangkan tentang sebenarnya waktu haji itu umat Islam dilarang berperang, tetapi ketika
musuh-musuh itu menyerang lebih dahulu maka harus dibalas walaupun dalam bulan haji. 17

C. Kegunaan Munasabah
Ilmu-ilmu Al-Quran merupakan rangkaian ilmu yang saling berkaitan. Di zaman Rasul
saw tidak ada spesiaalisasi disiplin ilmu tertentu seperti halnya munasabah karena hajat keperluan
saat itu cukup sederhana sesuai dengan tuntutan zaman saat itu. Kemajuan zaman menghendaki
ada berbagai bahasan tertentu dalam bidang ilmu, termasuk ilmu munasabah. Ilmu Munasabah
merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari. Dengan mempelajarinya maka seseorang
akan dapat memahami Al-Quran dengan lebih baik, karena ilmu ini akan menjelaskan secara
sederhana interkoneksi antar ayat dan surah dalam Al-Quran. Para pembaca akan dapat mengerti
bahwa AlQuran merupakan satu kesatuan yang saling bekaitan dari awal hingga akhir. Di
samping itu, para ulama bersepakat bahwa Al-Qur'an ini, yang diturunkan dalam tempo 20 tahun
lebih telah mengandung bermacam-macam hukum (Tasyri) dan dengan beragam sebab yang
melatarbelakanginya (asbab nuzul). Meski demikian, sesungguhnya Al-Quran memiliki ayat-
ayat yang mempunyai hubungan erat yang saling berhubungan (interkoneksi), sehingga untuk
memahami ayat-ayat yang tidak punya asbab nuzul yang spesifik, maka tawaran ilmu munasabah
dapat dipakai sebagai sarana untuk menempati ruang kosong tersebut.

Dalam kaitannya dengan penafsiran al-Qur'an, munasabah juga membantu dalam


interpretasi dan takwil ayat dengan baik dan cermat. Di antara para mufassir menafsirkan ayat
atau surat dengan menampilkan asbab al-nuzul ayat atau surat. Tetapi sebagian dari mereka
bertanya-tanya, manakah yang harus didahulukan? Aspek asbab al-nuzulnya atau kah
munasabahnya? Hal ini menunjukkan adanya kaitan yang erat antara ayat yang satu dengan
lainnya dalam rangkaian yang serasi.18 Dan peran serta fungsi munasabah sangat urgen dan
penting dalam proses penafsiran ayat-ayat al-Qur'an. Di antara mufassir yang paling banyak
menyinggung tentang munasabah dalam kitab tafsirnya adalah Imam Fakhr al-Din al-Razi,
pengarang kitab “Mafatih al-Ghaib fi Tafsir al Qur’an”. Beliau mengatakan bahwa kebanyakan
perbendaharaan al-Qur‟an justru terletak pada tata letak dan tertib urutan dan pertalian antara
ayat-ayatnya.

Pernyataan di atas tersebut mengisyaratkan pentingnya peran ilmu munasabah dalam


menafsirkan al-Qur'an. Pernyataan senada tentang besarnya peran ilmu munasabah dalam tafsir,
dikemukakan oleh ulama tafsir lain seperti, Izzuddin bin abd al-Salam, beliau mengatakan bahwa
ilmu munasabah sebagai “ilmu hasan” (ilmu yang baik), sedangkan Abu Bakar bin al-Arabi dan
al-Zarkasyi menjuluki ilmu munasabah sebagai “ilmu azhim” (ilmu yang agung) dan “ilmu
syarif” (ilmu yang mulia). Al-Zarkasyi pernah mengatakan bahwa dengan ilmu munasabah
kecerdasan akal seseorang dapat diukur, begitu juga dengan bobot pemikirannya.

17
Abd Jalal, ulum al-quran , Surabaya: Dunia Ilmu, 1998.
18
YANTO, Edi. PENTINGNYA ILMU MUNASABAH AL-QURAN (Studi Tentang Keterkaitan Antara Ayat/Surat
dengan Ayat/Surat Lain Dalam Al-Quran). AL-Fathonah, 2021, 2.2: 491-503.

9
Banyak manfaat dan guna mengetahui ilmu munasabah, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Menjadikan bagian-bagian kalam sebagiannya dengan sebagian yang lain menjadi satu
kesatuan yang utuh sehingga semakin kuat pertalian antara ayat dan surat

2. Menghilangkan keraguan dalam hati karena mampu menemukan kehalusan susunan kata dan
hikmah-hikmah urutan dan tertib ayat dan surat

3. Mengetahui rahasia dan hikmah di sebalik pensyariatan hukum

4. Dapat menentukan dan mengetahui pemahaman tentang makna-makna ayat serta mengetahui
pengertian dan definisi ayat yang dimaksud

5. Mengetahui dengan jelas rahasia pengulangan ayat-ayat tentang kisah-kisah dalam al-Qur'an

6. Dapat mempersiapkan dan menemukan adanya munasabah antara ayat dan surat dari segi
memunculkan kemukjizatan al-Qur'an

7. Membantu mempermudah menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an sehingga dapat mengeluarkan


istinbath hukum dan terhindar dari kesalahan dalam menangkap pesan-pesan agama

8. Mengetahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa al-Qur'an sehingga menjadi yakin akan
kemukjizatan al-Qur'an.

Dapat disimpulkan bahwa begitu penting dan urgennya keberadaan ilmu munasabah
dalam menafsirkan alQur'an. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu munasabah al-Qur'an
merupakan ilmu yang paling mulia dengan pertimbangan bahwa setiap ilmu adalah mulia karena
kemuliaan tema dan topiknya, begitu juga dengan mulianya tema mencari korelasi dan pertalian
antara ayat dan surat, mengantarkan kepada mulianya ilmu munasabah al-Qur'an.19

SIMPULAN
Munasabah dalam Al Qur'an ialah suatu cabang ilmu yang membicarakan tentang
korelasi antar surat dengan surat sebelumnya yang berfungsi sebagai menyempurnakan surat
sebelumnya, munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya, munasabah antar bagian suatu
ayat, munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan, munasabah antara suatu kelompok ayat
dengan kelompok ayat disampingnya, munasabah antara fashilah (pemisah) dan isi ayat,
munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama, dan munasabah antara penutup suatu
surat dengan awal surat berikutnya. Jika ditinjau dari sifat munasabah atau keadaan persesuaian
dan persambungannya, maka munasabah itu ada dua macam, yaitu: Persesuaian yang nyata atau
persesuaian yang tampak jelas (persesuaian antara bagian al-Qur’an yang satu dengan bagian
AlQur’an yang lain tampak jelas dan kuat, karena kaitan antara surat yang satu dengan surat yang
lain erat sekali). Dan Persesuaian yang Tidak Jelas (samarnya persesuaian antara bagian Al-
Qur’an dengan yang lain, sehingga tidak tampak adanya pertalian untuk keduanya, bahkan
seolah-olah masing-masing ayat berdiri sendiri). Ilmu munasabah sangat penting untuk dipelajari
karena akan membantu kita memahami Al Qur'an dengan lebih baik karena ilmu ini akan

19
Muhammad Hasyim Muhammad ALI, DR, Dirasatu fi ulum al-Quran, Mesir : Jamiah al-Azhar, cet ke 3, 2013,
hal. 52.

10
menjelaskan secara sederhana interkoneksi antar ayat dan surah dalam Al-Quran, sehingga untuk
memahami ayat-ayat yang tidak punya asbab nuzul yang spesifik, maka tawaran ilmu munasabah
dapat dipakai sebagai sarana untuk menempati ruang kosong tersebut. Dalam penafsiran al-
Qur'an, munasabah juga membantu dalam interpretasi dan takwil ayat dengan baik dan cermat.
Sehingga memudahkan kita untuk memahami isi-isi tafsir Al Qur'an pada zaman
digital sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA
AHMADIY, Ahmadiy. ILMU MUNASABAH AL-QUR’AN. Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah
Studi Islam, 2018, 18.1: 77-90.

ALFATONI, Abdul Hafiz. Nilai-nilai Pendidikan dalam Munasabah Al-Qur'an. PALAPA ,


2021, 9.2: 294-303.

ALIF, Muhammad. Analisis al-Munāsabah Fi Al-Qur’ān:(Antara Orientasi I ‘jāz dan Orientasi


Wihdah). Al-Fath, 2009, 3.2: 128-135.

ANDARESTA, Oqy; KHOLIS, Nur. Munasabah Al-Qur’an Dan Relevansinya Dalam


Pendidikan. JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, 2022, 21.2:
267-278.

ELKARIMAH, Mia Fitriah. MUNASABAH DALAM PERSPEKTIF ILMU AL-QUR'AN:


KAJIAN TERHADAP AL-BURHAN FI ULUMUL QURAN KARYA AL-ZARKASYI (W.
749 H). Al-Risalah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam , 2023, 14.1: 47-61.

EL-YUNUSI, Melikai Jihan; EL-YUNUSI, Tutik Hamidah Melikai Jihan; HAMIDAH, Tutik.
MEMAHAMI KANDUNGAN AL-QUR'AN MENGGUNAKAN METODE ASBAB
NUZUL, MUNASABAH, DAN SIYAQ. Ibtida'iy: Jurnal Prodi PGMI , 2022, 7.2: 40-48.

FIRMANSYAH, Reza; RUSLIANA, Iu. Munasabah in Tafsir Irsyadul'Amal (Study of


Systematic Interpretation of Al-Qur'an Nuzul Surat Makkiyah Ibtidaiyah Period). In: Gunung
Djati Conference Series. 2021. p. 148-158.

Hermansyah, Muhammad, Hidayat, Muhammad, Salman, Muhammad, & Ghani, Muhammad.


Pengetahuan Dasar Ulum AlQuran. Asy Syifa Amuntai Selatan, 2022: 144-169

KARIM, Bisyri Abdul, dkk. Tafsir dalam Pendidikan Karakter Siswa (Pendekatan Munasabah
Al Quran). Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan , 2023, 15.1: 475-486.

MUSLIMIN, Moh. Munasabah dalam al-Qur’an. Jurnal Tribakti, 2005, 14.2.

PAMUJI, Zuri. Signifikansi Pemahaman Asbabun Nuzul dan Munasabah Al-Qur'an di Era Post
Truth. Jurnal Studi Al-Qur'an , 2023, 19.1: 59-77.

YANI, Fitri; FAIZAH, Faizah; SHOLEHAH, Dona. MENGENAL AL-MUNASABAH.


MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al- Quran dan Hadis, 2022, 2.1: 79-92.

11
YANTO, Edi. PENTINGNYA ILMU MUNASABAH AL-QUR’AN (Studi Tentang Keterkaitan
Antara Ayat/Surat dengan Ayat/Surat Lain Dalam Al-Qur’an). AL-Fathonah, 2021, 2.2: 491-
503.

YUSUF, M. S. Penggunaan Ilmu Munâsabah dalam Istinbâth Hukum.

12

Anda mungkin juga menyukai