Anda di halaman 1dari 21

MUNASABAH AL-QURAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Studi Al-Quran”

Disusun oleh:
Adinda Mutiara Amalia Putri (05020422022)
Amanta Tiara Farahita (05020422024)
Fadlurrakhman Fazle P (05020422034)
Shandy Aura (05010422017)

Dosen Pengampu:
Dr. Nur Lailatul Musyafa’ah, Lc., M.Ag.
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
DESEMBER 2022
MUNASABAH AL-QURAN
Adinda Mutiara Amalia Putri1 Amanta Tiara Farahita2 Fadlurrakhman Fazle Purwardana3
Shandy Aura4
1,2,3,4
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jl. Ahmad Yani No.117, Jemur Wonosari, Kec.
Wonocolo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60237.
e-mail: 05020422022@student.uinsby.ac.id1 05020422024@student.uinsby.ac.id2
05020422034@student.uinsby.ac.id3 05010422017@student.uinsby.ac.id4

Abstract:
Starting from the involvement of Muslims with the Al-Qur'an, and from reading the Qur'an to studying it, various
kinds of knowledge related to the Al-Qur'an, or commonly referred to as 'Ulumul Qur'an, began to emerge and
their existence was very large. 'Ulumul Qur'an' is a science which studies everything about the contents of the
Qur'an. The various branches in 'Ulumul Qur'an' are numerous and will continue to grow in tandem with the
ongoing study of the Qur'an. One of the branches of 'Ulumul Qur'an' is Munasabah Al-Qur'an. Munasabah is
included in one type of 'ulumul Qur'an in which it discusses the relationship between the content of verses in the
Al-Qur'an, or integration between the contents of one letter and another so that the Qur'an can be understood as
a whole. and comprehensive (holistic).
Keywords: Munasabah, Al-Quran, Ulumul Qur’an

Abstrak: Berawal dari keterlibatan umat Islam dengan Al-Qur'an, dan dari membaca Al-Qur'an hingga
mempelajarinya, berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur'an, atau biasa disebut dengan 'Ulumul
Qur'an ini mulai bermunculan dan eksistensinya sangat luas. ‘Ulumul Qur'an’ merupakan ilmu yang mana
mempelajari tentang segala sesuatu seputar isi Al-Qur'an. Berbagai cabang dalam 'Ulumul Qur’an' sangat banyak
dan akan terus bertambah beriringan dengan kajian Al-Qur’an yang terus berlanjut. Salah satu cabang dari
‘Ulumul Qur'an’ adalah Munasabah Al-Qur’an. Munasabah termasuk dalam salah satu jenis ‘ulumul Qur’an
yang mana didalamnya membahas tentang keterkaitan kandungan ayat yang ada dalam Al-Qur’an, atau
terintegrasi antara kandungan surat yang satu dengan yang lain sehingga Al-Qur’an dapat dipahami sebagai
sesuatu yang utuh dan menyeluruh (holistik).
Kata kunci: Munasabah, Al-Quran, Ulumul Qur’an.

Pendahuluan

Al-Qur'anul karim adalah mukjizat Islam yang abadi dan mukjizatnya selalu
ditingkatkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur'an diturunkan Allah SWT kepada
Rasulullah SAW untuk membawa manusia keluar dari suasana gelap menuju cahaya, serta
membimbing manusia ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan Al-Qur'an kepada
para sahabatnya, bangsa Arab agar mereka dapat memahaminya sesuai dengan insting
mereka. Ketika mereka merasa bingung dalam memahami suatu kalimat, mereka bertanya
kepada Rasulullah. Perkembangan dan kemajuan pemikiran manusia selalu disertai dengan
wahyu-wahyu yang tepat dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap
umat rasul pada saat itu, hingga perkembangan itu tercapai. Allah menghendaki agar risalah
Nabi Muhammad S.A.W muncul di dunia ini. Karena itu ia diutus pada saat umat manusia
sedang mengalami kekosongan kerasulan, untuk menyempurnakan pendidikan para leluhur
(rasul) dengan syariatnya yang universal dan abadi dan dengan kitab yang diturunkan
kepadanya, yaitu al-Qur`anul karim.

Beberapa pengamat Barat menganggap Qur’an sebagai kitab yang sulit untuk dipahami
dan diapresiasi. Bahasa, gaya, dan tata letak buku ini pada umumnya menimbulkan masalah
bagi mereka. Meskipun bahasa Arab yang digunakan sudah bisa dipahami, namun masih ada
bagian yang sulit dipahami. Umat Islam sendiri, untuk memahami hal ini, membutuhkan
banyak kitab Tafsir dan Ulumul Qur’an. Meski begitu, diakui bahwa kitab-kitab yang berbeda
ini masih memiliki masalah terkait dengan fakta bahwa tidak semuanya dapat
mengungkapkan rahasia Al-Quran sepenuhnya.

Munasabah atau ilmu Tanasub Al-Ayat Wa Al-Suwar merupakan ilmu untuk


mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al-Quran. Ilmu tersebut menjabarkan
tentang aspek-aspek keterkaitan antara beberapa surah dan surah, surah dan ayat, ayat dan
ayat, bahkan kalimat dan kalimat yang terdapat didalam Al-Quran. Seperti yang terlihat pada
interpretasi Ibnu Kathir yakni Al-Quran yufassiru ba'dhuhu ba'dhan, menempatkan satu ayat
untuk memaknai ayat lainnya, sehingga interpretasi terhadap Al-Quran wajib lengkap.
Apabila belum lengkap, akan dimasukkan pada penjelasan dengan model atomistik atau
sedikit demi sedikit.1

Pengertian Munasabah Al-Quran


Secara bahasa, Munasabah artinya penyesuaian atau keterkaitan atau signifikansi yaitu
kaitan atau kesesuaian antara ayat atau surah yang sebelumnya atau sesudahnya. Kemudian,
Al-Sayuti memiliki pandangan bahwa al-munasabah berarti Al-Musyakalah atau kesamaan
serta Al-Muqarabah atau koneksi.2

Sedangkan menurut istilah, munasabah merupakan ilmu untuk mengetahui alasan-alasan


penertiban dari bagian-bagian Al-Quran. Ilmu ini menjelaskan tentang segi-segi hubungan

1
Ahmadiy, “Ilmu Munasabah Al-Qur’an,” Artikel, 1386, 77–90.
2
Achmad Zuhdi DH et al., Studi Al-Qur’an, ed. oleh wahida zein Br. Siregar et al., Cetakan 1 (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Press, n.d.).

2 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
antara beberapa ayat atau beberapa surat Al-Quran.3 Dalam konteks ‘Ulum Al-Qur'an,
munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antar ayat atau antar surat, baik korelasi itu
bersifat umum maupun khusus; rasional (`aqli), perseptual (hassiy) atau imajinatif (khayali);
atau korelasi dalam hal sebab dan akibat, `illat dan ma`lul, perbandingan dan perlawanan.4

Untuk memahami Al-Munaasabah, setidaknya dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
secara etimologis dan secara terminologis. Secara etimologis, kata Al-Munaasabah berarti:
cocok, berkaitan, sesuai. Bisa juga berarti Al-Muqarabah (saling menyerupai), dikatakan fulan
yanasibu fulanan, maksudnya adalah fulan serupa dengan menyerupainya.5

Pengertian munasabah secara terminologi adalah sebagai berikut :

a. Az-Zarkasyi

Munasabah dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dapat dipahami. Ketika


dihadapkan dengan akal, pasti akan berhasil diterima.

b. Manna’ Al-Qaththan

Munasabah yakni keterkaitan dengan banyak ungkapan pada satu ayat, ayat
dengan beberapa ayat, dan antara surah pada Al-Quran.

c. Ibnu Al-'Arabi

Munasabah berkaitan dengan ayat-ayat dalam Al-Quran sehingga menjadi


ungkapan yang memiliki kesatuan makna.

d. M. Quraisy Shihab

Munasabah adalah kesamaan atau kemiripan ayat dan surah didalam Al-Quran
serta memiliki kaitan antara satu sama lainnya.

e. Menurut Al-Biqa'i

Ilmu rasional Al-Qur'an adalah ilmu yang mengetahui sebab-sebab yang


mempengaruhi susunan atau susunan bagian-bagian Al-Qur'an, baik ayat demi ayat
maupun bab demi bab.

3
Ibid.
4
Hana Fitriani et al., “Munasabah Al-Qur’an,” 2013, 17–40.
5
Muis Sad Iman, “Al-Munasabah (Cabang Ulumul Qur’an)” 7, no. 1 (2016): 1–13.

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 3


Dengan demikian istilah ‘Munasabah’ yakni suatu hal yang berkisar pada segala
macam hubungan yang ada: seperti adanya hubungan umum atau khusus yang bersifat
rasional, beserta ‘illat, ma’lul, kontradiksi dan sebagainya.

Cara Mengetahui Munasabah

Para ulama menjelaskan bahwa ilmu munasabah adalah ijtihadi. Artinya, pengetahuan
itu ditentukan berdasarkan ijtihad karena tidak ada riwayat Nabi atau para sahabatnya. Jadi
tidak ada keharusan untuk mencari munasabah di setiap ayat. Pasalnya, Al-Qur'an diturunkan
secara bertahap mengikuti kejadian atau berbagai peristiwa yang terjadi. Jadi terkadang
seorang musafir menemukan keterkaitan satu kalimat dengan kalimat lainnya dan terkadang
tidak. Ketika korelasi tersebut tidak ditemukan, ia tidak diperbolehkan untuk memaksa
dirinya sendiri.

Seperti pada pernyataan Syekh ‘Izzuddin bin ‘Abd As-Salam, yaitu : “Munasabah
adalah sebuah ilmu yang baik, tetapi kaitan antarkalam mensyaratkan adanya kesatuan dan
keterkaitan bagian awal dengan bagian akhirnya. Dengan demikian, apabila terjadi pada
berbagai sebab yang berbeda, keterkaitan salah satunya dengan lainnya tidak menjadi syarat.
Orang yang mengaitkan tersebut berarti mengada-adakan apa yang tidak dikuasainya.
Kalaupun itu terjadi, ia mengaitkannya hanya dengan ikatan-ikatan lemah yang pembicaraan
yang baik saja pasti terhindar darinya, apalagi kalam yang terbaik”.6

Mempelajari keselarasan susunan (Munasabah) kalimat dan huruf Al-Qur'an


membutuhkan ketelitian dan perenungan yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan bahwa ada
beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam meminta persetujuan ini, yaitu:

1. Perlu diperhatikan tujuan pembahasan surat yang menjadi objek kajian.

2. Perhatikan uraian ayat-ayat tersebut sesuai dengan maksud yang dimaksud atau yang
dibicarakan dalam surat tersebut.

3. Tentukan tingkatan deskripsi, apakah berhubungan atau tidak.

Ulama Jumhur sepakat bahwa urutan ayat-ayat surat tersebut adalah Tawkifi. H.
Tarekat yang ditegakkan oleh para nabi sebagai penerima wahyu. tetapi mereka tidak setuju
dengan ini urutan surat mushaf, baik itu taufiqi maupun tauqifi (perintah berdasarkan ijtihad
pencipta musyaf). Nasr Hamid Abu Zayed, seorang perwakilan Ulama modern,
6
Najibah Nida Nurjanah, “Urgensi Munasabah Ayat dalam Penafsiran al-Qur’an Najibah,” Applied
Microbiology and Biotechnology 2507, no. 1 (2020): 1–9.

4 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
mengemukaan bahwa urutan-urutan surat dalam mushaf sebagai tauqifi, Menurutnya,
pemahaman seperti itu sesuai dengan pengertian bentuk tekstual intrinsik yang sudah ada
dalam hukum Mahfudz. Perbedaan antara "turun" dan "urutan pembacaan" adalah perbedaan
cara susunan dan penyusunan.

Sepintas, melihat urutan teks Al-Quran, informasi yang diberikannya tampak tidak
sistematis dan tidak teratur. Salah satu aspek dari realitas teks membuatnya sulit untuk dibaca
secara utuh dan memuaskan, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh Abu Zayed, realitas teks
adalah bagian dari I'jaz al-Qur'an, ‘stalistika’ (retorika bahasa). Hubungan antara sastra dan
stilistika dalam konteks pembacaan pesan spiritual al-Qur'an secara holistik, salah satu
perangkat teoritisnya adalah 'ilm munâsabah'. Sebagaimana telah disebutkan, seluruh teks
Alquran merupakan satu kesatuan struktural yang bagian-bagiannya saling berhubungan satu
sama lain. Teks lengkap Alquran memberikan pandangan dunia.

Tentu saja dari sini, umat Islam dapat menggunakan Alquran sebagai petunjuk
(hudan) yang benar-benar mencerahkan (enlighten) dan mendidik (educate). Namun, Fazlur
Rahman mencatat bahwa di kalangan umat Islam ada kesalahan umum dalam memahami
prinsip integrasi Al-Qur'an, dan kesalahan ini terus berlanjut, sehingga dalam praktiknya umat
Islam berpegang teguh pada ayat-ayat yang terpisah-pisah. Dengan pendekatan “atomik” ini,
orang sering kali terobsesi untuk membuat hukum, atau berdasarkan klausul yang bukan
hukum.7

Sejarah Perkembangan Munasabah

Pada masa Muhammad, kebutuhan akan penafsiran Al-Qur'an tidak begitu kuat. Saat
itu, Nabi sendiri yang berperan langsung sebagai penafsir universalitas dan keutamaan al-
Qur'an al-Mubayin. Kontak budaya telah menimbulkan berbagai persoalan yang sampai
sekarang belum diketahui. Beberapa masalah baru tersebut dapat dipecahkan dengan
pendekatan Asbaab al-Nuzr yang lebih menitikberatkan pada aspek kesejarahan (simâ`i) yang
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa pada masa Muhammad, sehingga setiap nas memiliki
penyebab Nuzr. Dan sebuah masalah yang tidak sepenuhnya bisa dipecahkan oleh ilmu Asbab
al-Nuzr.

Untuk mengatasi masalah ini, Al-Qur'an ditafsirkan secara fleksibel dan elastis
(kontekstual) dan dikomentari secara dangkal dalam ruang lingkup masalah. Karena itu,

7
Ahmadiy, “Ilmu Munasabah Al-Qur’an.”

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 5


sebagian Sahabat dan Tabiin berani menafsirkan Al-Qur'an secara umum dan global dalam
Izhad. Untuk mengetahui lapangan ijtihad (majâl al-ijtihâd) dari ayat-ayat Alquran, perlu
difahami bahwa Alquran mengandung ilmu-ilmu yang dapat dikategorikan ke dalam tiga
macam, yaitu:8

1. Ilmu yang hanya diketahui Allah semata-mata, seperti mengenai Zat Allah. Dalam hal
ini, tidak seorang pun boleh membahasnya.

2. Ilmu yang diberikan Allah semata-mata kepada Muhammad seperti ilmu mengenai
fawâtih al-suwar seperti alif Lâm mîm, Yâsîn, dan sebagainya. Dalam hal ini tidak
seorangpun boleh membahasnya, kecuali orang-orang yang mendapat izin dari
Muhammad

3. Ilmu yang diajarkan Allah kepada Muhammad berupa ajaran ajaran yang harus
disampaikan kepada seluruh umat:

a. Ilmu yang tidak boleh dibicarakan, kecuali dengan jalan simâ’i, atau riwayat,
seperti: ilmu qira’at, sejarah umat dahulu, riwayat sebab turun ayat, dan berita
kehidupan setelah mati.

b. Ilmu yang diketahui dengan mengerahkan pikiran dan istidlâl:

 Yang diperselisihkan ulama boleh tidaknya dibicarakan, seperti ayat-ayat


mutasyabihat.

 Yang disepakati tentang kebolehan membahasnya, seperti ayat-ayat ahkâm


(hukum), mawâ’izh (nasihat), amtsâl (perumpamaan), dan hikâm (ilmu
pengetahuan dan rahasia alam semesta).

Pada bagian yang disebut terakhir inilah terletaknya domain bagi tafsîr bi alra’y untuk
berusaha mengungkapkan makna Alquran dengan ijtihad. Salah satu cara untuk menafsirkan
ayat-ayat Alquran dalam Ijtihad adalah melalui bahasa. Upaya memahami Al-Qur'an dengan
cara ini dikenal dengan mengungkapkan ayat Munasabah. Atau ilmu Munasabah Qur'an
dalam kerangka "Ulumul Qur'an". Itu sebabnya, Adanya Ilmu Munâsabah merupakan salah
satu alternatif untuk memahami makna Al-Qur'an melalui Ilmu Asbâb al-Nuzûl.

8
M.S. Yusuf, “Penggunaan Ilmu Munâsabah dalam Istinbâth Hukum,” Tajdid 26, no. 2 (2019): 117,
https://doi.org/10.36667/tajdid.v26i2.332.

6 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
Orang pertama yang menulis pengetahuan rasional adalah Abu Bakar an-Nausaburi
(32411). Kemudian setelah an-Nausaburi dilanjutkan oleh Abu Bakar bin Ziyad, penulis kitab
Al-Burhan fi munasabati suwaril Quran. Kemudian disusul oleh al-Biqio yang menulis kitab
Nidzmudurar fi tanasubi ayat wassuwar, dan al-Suyuti yang menulis kitab asror al Tanzil
Watanasubit durar fi tana subi ayat wassuwar, serta M. Shodiq al Ghiman yang menulis
Jauharul Bayan fie Tanasubisuwaril Qur’an.9

Ada dua pendapat tentang perkembangan ilmu rasional setelah dikemukakan pertama
kali oleh Abu Bakar al-Naisaburi pada awal abad ke-4 Hijriah. Pendapat pertama
dikembangkan oleh al-Romani pada akhir abad ke-4 Hijriyah, lebih menitik beratkan pada
kajian ilmu munasabah al-Qur’an, sedangkan pendapat kedua berkembang pada akhir abad
ke-8 Hijrah. Kajian yang lebih mendalam, bertujuan untuk membahas dan mengorganisasikan
ilmu secara logis sebagai ilmu yang termasuk dalam kategori bagian ulum Al-Qur'an.10

Penyusunan ilmu munasabah al-Qur‟an dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian


sebagai berikut :11

Bagian pertama : ulama-ulama yang mengkhususkan menyusun ilmu munasabah dan


diantara ulama yang paling terkenal adalah :

1. Abu Ja‟far Ibn al-Zubair al-Andalusi (wafat 807 H), dalam kitab “Al-Burhan fi
Munasabati Tartibi Suwar al-Qur’an”

2. Jalaluddin al-Sayuthi (wafat 911 H). Beliau menyusun tiga kitab dengan tema
munasabah, yaitu :

a. Kitab “Asrar al-Tanzil”, kitab ini mengupas tentang korelasi surat dan ayat.

b. Kitab “Tanasuq al-Durori fi Tanasub al-Suwar”, kitab ini mengupas lebih


khusus lagi dari kitab “Asrar al-Tanzil”

c. Kitab “Marashid al-Mathali’ fi Tanasub al-Maqathi’ wa al-Mathali’”, kitab ini


mengupas tentang korelasi antara pembuka dan penutup surat.

3. Abdullah al-Shiddiq al-Ghimari dari kalangan ulama hadis, dalam kitab “Jawahir al-
Bayan fi Tanasubi Suwar al-Qur’an”. DR. Muhammad Ahmad Yusuf al-Qasim
9
Endad Musaddad, “Munasabah Dalam Al-Qur’an,” Alqalam 22, no. 3 (2005): 409,
https://doi.org/10.32678/alqalam.v22i3.1368.
10
Edi Yanto, “Pentingnya Ilmu Munasabah Al-Qur’an,” Al-Fathonah: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 2853
(2016): 39–54.
11
Ibid

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 7


menulis dalam tesisnya “Al-Munasabatu fi Tartibi Ayat al-Qur’an al-Karim wa
Suwarih”, dan telah diujikan di Fakultas Ushul al-Din Azhar Mesir

Bagian Kedua: Ulama yang menyusunnya memasukkan lebih banyak bab dan lebih
banyak tema. Di antara ulama yang terkenal dalam menyusunnya adalah :

1. Al-Zarkasyi dalam kitab “Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an”

2. Al-Sayuthi dalam kitab “Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an”

Bagian ketiga : ulama-ulama yang menafsirkan ayat-ayat dan surat-surat yang


berkaitan dengan munasabah. Di antara ulama yang terkenal adalah :

1. Al-Fakhr al-Razi dalam kitab tafsir “Mafatih al-Ghaib”

2. Abu al-Su‟ud dalam kitab tafsir “Irsyad al-‘Aql al-Salim Ila Mazaya al-Kitab al-
Karim”

3. Sayyid Quthub dalam kitab “Fi Zhilal al-Qur’an”

4. Burhanuddin al-Biqa‟i (wafat 885 H) dalam kitab “Nazhm al-Durar fi Tanasub alAyat
wa al-Suwar”. Kitab ini merupakan maha karya yang fenomenal terdiri dari 22 jilid.

Pandangan Ulama Tentang Ilmu Munasabah

Menurut Sa’id bin Jum’ah, sikap dan pandangan ulama terhadap Munasabah Al-
Qur'an secara umum dapat dibagi secara tipologis menjadi tiga bagian :12

1. Tipe Mutashaddid

Yaitu ulama yang menetapkan batasan dan syarat yang sangat ketat pada
munasabah Al-Qur'an. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa Al-Qur'an diturunkan
secara bertahap dalam jangka waktu yang sangat lama, sekitar dua puluh tiga tahun,
dalam berbagai peristiwa dan kejadian yang berbeda-beda. Pertanyaan dan topik yang
dibahas juga sangat beragam dan ditujukan kepada masyarakat dan lawan bicara yang
heterogen. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa Munasabah hanya dapat
diterima jika bagian pertama tentang masalah yang sama terkait dengan bagian akhir.
Sementara itu, jika terjadi karena peristiwa yang berlainan, maka termasuk dalam
perkara yang dipaksa-paksakan.

12
M. Fatih, “Tipologi Pandangan Ulama Tentang Munasabah Al-Qur’an,” Deskripsia 4, no. 1 (2557): 88–100.

8 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
Menurut penulis, kategori ini milik Syekh 'Izz al-Din bin' Abd Salam (w. 660
H.). Hal ini tampak dalam pernyataannya bahwa munasabah adalah ilmu yang baik,
tetapi asalkan munasabah (keterkaitan) terjadi pada pokok bahasan yang sama dan
dihubungkan antara awal dan akhir. Masalah muncul sebagai akibat dari berbagai
penyebab dan peristiwa yang tidak memenuhi persyaratan untuk dicari munasabahnya,
dan bahkan jika ditemukan, maka keterkaitan yang dihasilkannya sangat rapuh yang
justru dihindari oleh kalam yang bagus, apalagi oleh kalam yang paling bagus, yakni
al-Qur’an. Orang yang mengaitkan hal tersebut berarti memaksakan sesuatu di luar
kemampuannya.

2. Tipe Mustahhil

Khususnya para ulama menerapkan batasan dan syarat yang mudah untuk
mendefinisikan munasabah Alquran. Tipe ini menganut prinsip dasar bahwa ayat dan
surat Al-Qur'an disusun secara tawqify sehingga setiap rangkaian bagian dikatakan
mengandung rahasia dan hikmah. Oleh karena itu, mereka mencoba dengan berbagai
cara untuk mendefinisikan munasabah meskipun dalam beberapa kasus terkesan
dipaksakan. Para ulama jenis ini mencoba menemukan munasabah di setiap bagian Al-
Qur'an. Memang tidak jarang mereka merenung berbulan-bulan untuk menemukan
keterkaitan (munasabah) ayat-ayat Alquran. al-Biqa'i mengatakan tidak jarang beliau
merenungkan urutan ayat tersebut selama berbulan-bulan, seperti saat mengamati
surah Ali 'Imran ayat 121 dan surah al-Nisa' ayat 127.

3. Tipe Mutawassit

Secara khusus, para ulama memiliki pandangan moderat tentang munasabah


Alquran, yaitu tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Kategori ini didasarkan
pada prinsip bahwa sebagian munasabah ayat dan surat Al-Qur'an ada yang jelas dan
ada yang rancu. Mereka hanya menggali dan menyimpulkan hipotesis pada bagian-
bagian yang sudah jelas, tidak memaksakan hipotesis pada bagian-bagian yang
dianggap ambigu.

Tipe ini merupakan penengah antara tipe pertama dan kedua. Ia tidak memaksa
munasabah ke bagian yang samar-samar seperti jenis kedua, juga tidak menolak
bagian yang jelas terkait seperti jenis pertama. Dari sini, ulama jenis ini memilih untuk

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 9


mengklarifikasi ayat-ayat yang samar-samar tersebut, seperti yang dikatakan Ahmad
Hassan Farahat:

“Bagian-bagian al-Qur‟an yang kadang dianggap samar munasabahnya itu


tidak berarti bahwa ia tidak mengandung munasabah, tetapi kita saja yang belum
mampu menemukannya, seperti halnya banyak dari hikmah-hikmah dalam ayat-ayat
Allah yang terbentang di jagad raya yang belum mampu kita ketahui. Apa yang
dianggap jelas oleh sebagian orang terkadang justru dinilai samar oleh sebagian lain,
dan apa yang dipandang samar pada waktu tertentu bisa jadi menjadi terang pada masa
yang lain. Tidak diragukan lagi bahwa seseorang mengambil dari alQur‟an sesuai
kadar yang diberikan kepadanya. Munasabah terdiri dari beragam bentuk, dan
diketahui sesuai kadar pemahaman masing-masing orang sesuai dengan kapasitas
keilmuan dan ketajaman dan kemampuannya dalam menarik kesimpulan (istinbat).”

Urgensi Munasabah

Sebagaimana yang kita ketahui, Munasabah memiliki peran yang sangat penting
dalam memahami Al Quran. Sesuai dengan apa yang telah disepakati oleh para ulama,
bahwasanya Al Quran ini yang diturunkan lebih dari 20 tahun yang mana mengandung
hukum - hukum yang berbeda, sebenarnya memiliki keterkaitan antar ayatnya, maka tidak
perlu lagi mencari asbabun nuzulnya.13

Sesuai dengan perkataan Az - Zarkasyi, ketika ada asbabun nuzul, maka langkah yang
perlu diutamakan adalah mengemukakan munasabah. Jika menelisik lebih dalam kegunaan
munasabah, berikut merupakan penjelasan munasabah.

Memberikan perkembangan dalam topik Al-Qur'an yang mungkin kehilangan


maknanya dari bagian ke bagian, seperti ayat 189 dalam Surat Al Baqoroh Allah Subhanahu
Wa Ta'ala berfirman:14

ْ ُ‫  البِرُّ   بِا َ ْن  تَْأت‬


  ‫وا  البُيُوْ تَ    ِم ْن  ظُهُوْ ِرهَا   َو ٰلـ ِك َّن‬ ْ ‫ْس‬َ ‫  وا ْل َح ِّج   ۗ  َولَي‬ َ ‫س‬ِ ‫ْت  لِلنَّا‬ ُ ‫ك  ع َِن  ااْل َ ِهلَّ ِة   ۗ قُلْ    ِه َي   َم َوا قِي‬
َ َ‫يَسْــَئلُوْ ن‬
َ‫وا  البُيُوْ تَ    ِم ْن  اَب َْوا بِهَا   ۖ  َوا تَّقُوا  هّٰللا َ  لَ َعلَّ ُک ْم  تُ ْفلِحُوْ ن‬
ْ ُ‫ْالبِرَّ   َم ِن  اتَّ ٰقى   ۚ  َوْأت‬

"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, Itu


adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji. Dan bukanlah suatu kebajikan
memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa.

13
Ibid.
14
Ibid.

10 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 189).

Inilah yang menjadi pertanyaan dalam kalangan masyarakat, adakah korelasi antara
pembahasan bulan sabit dan pembahasan mendatangi rumah? Kemudian dijelaskan oleh Az -
Zarkasyi “Sudah diketahui bahwa ciptaan Allah mempunyai hikmah yang jelas dan
mempunyai kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya, maka tinggalkan pertanyaan tentang hal
itu, dan perhatikanlah sesuatu yang engkau anggap sebagai kebaikan, padahal sama sekali
bukan merupakan sebuah kebaikan.”15

Munasabah yang terdapat pada Al-Qur’an merupakan sesuatu yang utama dan harus
dipelajari. Sebab apabila kita mempelajari bahkan menguasai ilmu ini, maka akan sangat
terasa bahwa Al-Qur’an yakni kesatuan yang menyeluruh dalam rangkaian kata yang serasi
dengan makna yang kuat, sesuai, dan dan terperinci sehingga tidak terjadi kesalahan
sedikipun di dalamnya. Selain itu, banyak ulama yang memberikan pandangan lebih
gamblang atau lebih jelas bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar firman Allah. Tidak hanya
teks yang ada di dalamnya, tetapi juga urutan serta rangkaian ayat dan surat sesuai dengan
petunjuk-Nya.16

Seperti azbabun nuzul, munasabah bisa berperan untuk memahami Al-Qur’an. Sesuai
dengan perkataan dari Muhammad Darraz yakni “Walaupun banyak hal yang dicetuskan
surah-surah tersebut, namun semua terkumpul menjadi kesatuan wacana yang dari awal
hingga akhirnya selalu berhubungan. Oleh karena itu, apabila ingin lebih memahami tentang
sistematika surah, maka sebaiknya harus memperhatikan keseluruhan permasalahannya
terlebih dahulu.17

Terdapat dua macam urgensi dalam munasabah, antara lain sebagai berikut:

1. Dilihat dari sisi balaghah, kaitan yang terdapat antara satu ayat dengan ayat
yang lainnya menjadi satu keutuhan yang padan dalam penataan bahasa pada
Al-Qur’an.

2. Memberi kemudahan pada orang-orang yang ingin menambah pemahamannya


terhadap arti atau makna dalam surah dan ayat.

15
Ibid.
16
Baidan, Nashirrudin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. 2005. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
17
Anwar, Rosihan. Ulum Al-Qur’an. 2008. (Bandung: Pustaka Setia)

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 11


Munasabah dalam Al-Qur’an juga memiliki kegunaan yakni agar kita dapat
menyanggah pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa inti-inti atau tema-tema pada
Al-Qur’an hilang hubungannya antar ayat satu dengan yang lainnya, padahal pada
kenyataannya ayat-ayat tersebut memiliki suatu hubungan yang luar biasa. Dapat menampik
mengenai sudut pandang akan ketidaksesuaian dalam penyusunan Al-Qur’an. Selain itu
manfaat dalam mempelajari munasabah juga termasuk hal yang utama karena kita dapat
mengurangi atau menghindari suatu kekeliruan yang akan terjadi apabila kita menafsirkan Al-
Qur’an. Kesalahan atau kekeliruan yang terjadi dalam menafsirkan Al-Qur’an yakni karena
tidak memahami munasabah dengan baik dan benar.

Macam-macam Munasabah

Secara umum, ada beberapa jenis atau macam-macam munasabah, antara lain sebagai
berikut :

1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya

Seperti pada munasabah antara surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah. Maksudnya adalah
satu surat memiliki fungsi menjelaskan surat sebelumnya. Misalnya seperti pada surat Al-
Fatihah ayat 6 yang memiliki arti “Tunjukanlah pada kami jalan yang lurus!”

Lalu dijelaskan lagi pada surat Al-Baqarah ayat 2 bahwa jalan yang lurus yakni
mengikuti pedoman pada Al-Qur’an, seperti artinya yang telah disebutkan “Kitab (Al-
Qur’an) tidak ada keraguan sedikitpun, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Contoh lain munasabah antar surat dengan surat sebelumnya yaitu surat An-Nas dan
Al-Falaq yang berkaitan dengan surat Al-Ikhlas. Menurut Al-Baihaqi, Surat An-Nas dan
Al-Falaq diturunkan secara bersamaan. Maka dari itu, dua surat ini disebut dengan “Al-
Mu’wwidatain” yakni dimulai dengan kata ‘audzu’. Meminta perlindungan hanya kepada
Allah SWT yang klimaksnya dalam surat Al-Ikhlas, yakni Allah Maha Esa.18

2. Munasabah antara nama surat dengan surat tujuannya

Al-Biqai menjelaskan bahwa nama-nama surat Al-Qur'an merupakan pembahasan


surat-surat dan penjelasan maknanya. Sebuah surat memiliki topik pembahasan yang
paling terlihat dan tercermin dalam judul setiap surat. Misalnya surat Al-Baqarah, surat
Yusuf, surat An-Naml dan surat Al-Jinn.

18
Muhammad Iqbal, Al-Qur’an Imanku : Telaah Mendalam Mengenai Ulumul Qur’an, 2018.

12 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
Sebagai contoh kisah sapi betina dalam surat Al-Baqarah yang menceritakan tentang
kekuasaan Allah untuk membangkitkan orang mati. Surat Yusuf menceritakan tentang
nabi Yusuf yang dibuang ke dalam sumur oleh saudaranya, setelah itu ia menjadi orang
istana ia difitnah telah melecehkan permaisuri penguasa Mesir, Zulaekha. Namun
sebaliknya, Zulaekha memaksa Yusuf melakukan perbuatan memalukan tersebut. Surah
Al-Jin berbicara tentang jin yang sering mendengarkan bacaan Al-Qur'an, dan lain
sebagainya. Singkatnya, semua nama surat mencerminkan isi surat tersebut.19

3. Munasabah ayat dengan ayat dalam satu surat

Munasabah seperti ini terlihat dengan jelas dalam surat-surat pendek yang memuat
tema pokok. Munasabah ayat yang terlihat dengan jelas sering menggunakan pola ta’kid
(penguatan), tafsir (penjelasan), i’tiradh (sangkalan), serta tasydid (penegasan).

Surat Al-Ikhlas dapat dijadikan contoh adanya munasabah antara ayat-ayat yang
terdapat pada surat tersebut. Setiap ayat menekankan atau menguatkan pokok tema
utamanya yaitu tentang keesaan Tuhan. Kemudian pada surat Al-Baqarah ayat 1 hingga
20 juga memiliki korelasi antara ayat-ayat tersebut. Tema pokok yang diangkat adalah tiga
kelompok sosial yakni orang mukmin, kafir, munafik, beserta sifat-sifat mereka.

Contoh lain yaitu pada Q.S Al-Baqarah ayat 28 yang artinya “Bagaimana kamu
mengabaikan Allah, padahal sebelumnya kamu mati, lalu Allah menghidupkan dan
mematikanmu kembali. Hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” Ayat sebelumnya
menggambarkan sikap orang kafir terhadap perumpamaan yang dirujuk Allah, pada
perjanjian mereka untuk membinasakan agama. Ayat sebelumnya yang dimaksud adalah
ayat 26 dalam surat Al-Baqarah.

Didalam ayat 26, Allah menjelaskan perumpamaan ciptaan-Nya berupa makhluk-


makhluk kecil seperti nyamuk yang dianiaya oleh orang-orang kafir, lalu ayat 27 juga
diterangkan ciri-ciri mereka. Pada ayat 28 Allah memberikan teguran terkait sifat mereka
sekaligus perintah untuk lebih memperhatikan diri mereka terkait dengan kemana mereka
akan kembali.20

4. Munasabah antara pembuka dan penutup sebuah surat

19
Ahmad Sarwat, ‘Munasabah’, Buku Munasabah, 2016
20
Endad Musaddad, ‘Munasabah Dalam Al-Qur’an’, Alqalam, 22.3 (2005), 409.

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 13


Sebagaimana terlihat pada surat Al-Mukminun dengan awalan surat yang berbunyi
‘qod aflahal-mu-minuun’ yang artinya “sungguh orang-orang beriman yang beruntung,”.
Pada bagian awal surat ini memiliki hubungan dengan akhir surat yang berbunyi :

َ‫ع َم َع ٱهَّلل ِ ِإ ٰلَهًا َءا َخ َر اَل بُرْ ٰهَنَ لَهُۥ بِ ِهۦ فَِإنَّ َما ِح َسابُهُۥ ِعن َد َربِّ ِهۦٓ ۚ ِإنَّهُۥ اَل يُ ْفلِ ُح ٱ ْل ٰ َكفِرُون‬
ُ ‫َو َمن يَ ْد‬

Artinya : “Barangsiapa menyembah Tuhan selain Allah, padahal tidak ada suatu dalil
tentang itu, maka memang perhitungannya di sisi Tuhan-Nya. Sesungguhnya orang kafir
tidak beruntung. (Q.S Al-Mu’minun/23 : 117)

a. Korelasi tersebut berdasarkan sunatullah, bisa dikatakan orang yang beriman


sungguh beruntung, maka kaum kafir akan merugi. Kerugian itu dinyatakan
dengan jelas pada akhir surat Al-Mu’minun.

5. Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat

Munasabah ini mengandung tujuan tertentu yakni tamkin (menguatkan) arti atau
makna yang terkandung dalam suatu ayat. Contohnya dalam surat Al-Ahzab ayat 25 :

ِ ‫َو َر َّد هَّللا ُ الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِ َغ ْي ِظ ِه ْم لَ ْم يَنَالُوا َخ ْيرًا ۚ َو َكفَى هَّللا ُ ْال ُمْؤ ِمنِينَ ْالقِتَا َل ۚ َو َكانَ هَّللا ُ قَ ِويًّا ع‬
‫َزي ًزا‬

Artinya : “Dan Allah menyuruh pergi orang-orang kafir itu dalam keadaan mereka
penuh kekesalan, (lagi) mereka tidak mendapatkan keuntungan apapun. Dan Allah
menyelamatkan orang-orang beriman dari peperangan. Allah maha kuat lagi maha
perkasa.”

a. Pada ayat ini, Allah melindungi orang-orang beriman dari peperangan bukan
karena mereka lemah, tetapi karena Allah maha kuat dan maha perkasa. Tujuan
dari fashilah yakni memberi tambahan penjelasan meskipun tanpa fashilah ayat
yang sebenarnya juga sudah jelas.21

6. Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama

Munasabah berarti bahwa awal suatu surat menjelaskan ide pokok tertentu, lalu pokok
pikiran tersebut dikuatkan kembali pada akhir surat. 22 Seperti pada surat Al-Hasyr.
Munasabah tersebut teletak dari sisi persamaan kondisi yakni semua yang ada baik di

21
Fauzul Iman, “Munasabah Al-Qur’an,” Alqalam 11, no. 63 (1997): 45,
https://doi.org/10.32678/alqalam.v11i63.478.
22
Ervi Wilandari Indah Putri Hermansyah, “Studi Al-Qur’an dan Hadist ‘Munasabah,’” 2017.

14 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
bumi maupun di langit menyucikan Allah sang pencipta. Contoh pada surat Al-Hasyr ayat
1 yang berbunyi :

‫ض ۖ َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬


ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬ َ ‫َسبَّ َح هَّلِل ِ َما فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬

Artinya : “Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Manfaat dan Kegunaan Munasabah Al-Quran

Ada banyak keuntungan dan manfaat mempelajari Ilmu Munasabah, beberapa di


antaranya adalah sebagai berikut:23

1. Menjodohkan bagian kalam dengan bagian lainnya menjadi satu kesatuan agar
hubungan antara ayat dan surat menjadi lebih kuat.

2. Menghilangkan keragu-raguan dalam hati karena dapat menemukan kehalusan dalam


susunan kata yang memiliki hikmah daengan berurutan serta tertib pada ayat dan surat.

3. Mengetahui rahasia dan hikmah dibalik persyariatan hukum

4. Mengenali dan memahami arti ayat serta mengetahui maksud dan makna ayat yang
sedang dibahas.

5. Mengetahui dengan baik rahasia pengulangan ayat dalam kisah-kisah di Alquran

Keunggulan Kajian ilmu munasabah Secara Umum Ada empat hal yang menunjukkan
pentingnya kajian munasabah dalam al-Qur’an, yaitu:24

1. Mengetahui korelasi ayat dan ayat atau surah dan surah. Hal ini menunjukkan bahwa
Al-Qur'an merupakan satu kesatuan yang utuh, tersusun secara sistematis dan
berkesinambungan, meskipun diturunkan secara terpisah-pisah dalam kurun waktu
kurang lebih 23 tahun. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa Al Quran adalah
mukjizat Allah SWT.

2. Munasabah menunjukkan keserasian susunan redaksi ayat dan kalimat Al-Qur'an,


sehingga keindahannya dapat dirasakan secara sangat istimewa oleh orang-orang yang
mengenal Dhauq' Araby.

23
Yanto, “Pentingnya Ilmu Munasabah Al-Qur’an.”
24 Ibid

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 15


3. Mengetahui keterkaitan/hubungan antar bagian Al-Qur'an, baik kalimat maupun ayat
dan surah, untuk lebih memperdalam ilmu dan keakraban dengan Kitab Al-Qur'an
serta memperkuat keimanan terhadap wahyu dan mukjizat.

4. Dengan ilmu munasabah, sangat berguna untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an,


setelah mengetahui hubungan kalimat/sesuatu ayat atau kalimat/ayat yang lain, yang
memudahkan untuk memahami hukum dan isinya.

Setelah dijelaskan manfaat dan kegunaan ilmu munasabah, dapat disimpulkan bahwa
keberadaan ilmu munasabah sangat penting dan urgen dalam penafsiran Al-Qur'an. Maka
dapat dikatakan bahwa ilmu munasabah al-Qur’an adalah ilmu yang paling mulia dengan
pertimbangan bahwa setiap ilmu adalah mulia untuk kemuliaan topik dan temanya, serta
kemuliaan temanya dalam mempelajari korelasi serta hubungan antara ayat dan surat, menuju
kemuliaan munasabah al-Qur'an.

Kesimpulan
Munasabah adalah ilmu untuk mengetahui sebab-sebab pendisiplinan sebagian dari
Al-Quran. Kata 'Mun asab' berarti 'cocok, terkait, sesuai' Ada empat hal yang menunjukkan
pentingnya mun asabah dalam Al-Qur'an. Munasabah menunjukkan keselarasan susunan
redaksi ayat dan kalimat Al-Qur' sebuah. Sangat berguna untuk menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur'an setelah mengetahui hubungan kalimat/ayat atau kalimat/ayat yang lain, yang
memudahkan untuk memahami hukum dan isinya.

Al-Qur'anul karim adalah abadi Keajaiban Islam dan kemukjizatannya selalu ditambah
dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT kepada
Rasulullah SAW untuk membawa manusia keluar dari suasana gelap menuju cahaya.
Sebagian pengamat Barat menganggap Alquran sebagai kitab yang sulit dipahami dan
diapresiasi. Tema utama yang diangkat adalah tiga kelompok sosial yakni mukmin, kafir,
munafik, dan ciri-cirinya. Meminta perlindungan hanya kepada Allah SWT yang klimaksnya
ada pada surat Al-Ikhlas yaitu Allah SWT. Misalnya kisah sapi dalam surat Al-Baqarah yang
menceritakan tentang kekuasaan Allah untuk membangkitkan orang mati.

Fashilah adalah ilmu yang menjelaskan aspek hubungan antara beberapa ayat atau
beberapa surat Al-Quran. Bisa juga berarti Al-Muqarabah (saling mirip), artinya fulan mirip
dengan kemiripannya. Menurut Al-Baihaqi, Surah An-Nas dan Al-Falaq diturunkan secara
bersamaan. Ilmu ini menjelaskan aspek hubungan antara beberapa surah dan surah. Perhatikan

16 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
uraian ayat-ayat tersebut sesuai dengan maksud yang dimaksud atau yang dibahas dalam surat
tersebut. Mengetahui keterkaitan/hubungan antar bagian Al-Qur'an untuk lebih memperdalam
pengetahuan dan keakraban dengan Kitab tersebut.

As-Suyuthi menjelaskan bahwa ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam
mencari mufakat tersebut. Perlu diketahui bahwa tujuan pembahasan surat merupakan obyek
penelitian. Dalam menarik kesimpulan diharapkan memperhatikan ungkapan bahasa secara
benar dan tidak berlebihan. Misalnya surat Al-Baqarah, surat Yusuf, surat An-Naml dan surat
Al-Jinn. Awal surat ini memiliki hubungan dengan akhir surat. Misalnya seperti pada surat
Al-Fatihah ayat 6 yang artinya 'Tunjukkan kami jalan yang lurus!'.

Keserasian susunan kalimat dan huruf dalam Al-Qur'an membutuhkan ketelitian dan
pemikiran yang mendalam. Meskipun bahasa arab yang digunakan sudah dapat dimengerti,
namun masih ada bagian yang sulit untuk dipahami. Munasabah antara surat dengan surat
sebelumnya disebut 'Al-Mu'wwidatain' yang dimulai dengan kata 'audzu'. Apabila tidak
ditemukan korelasi, maka tidak boleh memaksakan diri. Orang yang mengasosiasikannya
berarti mengarang apa yang tidak dikuasainya. Bahkan jika itu terjadi, dia mengaitkannya
hanya dengan ikatan lemah yang bahkan ucapan yang baik tidak akan bisa dia hindari.

Secara umum, pandangan keilmuan Al-Qur'an tentang Munasabah dapat dipetakan ke


dalam beberapa tipologi. Yang pertama adalah tipe Mutasahhil, yaitu ulama yang menerapkan
batasan dan syarat sederhana dalam menentukan munasabah Al-Quran. Kedua, tipe
Mutashadid, atau ulama yang memberlakukan larangan dan persyaratan yang sangat ketat
pada Munasabah Al-Qur'an. Menurut mereka, Al-Qur'an diturunkan secara bertahap dalam
kurun waktu sekitar 23 tahun dalam berbagai peristiwa dan peristiwa atau kejadian. Karena
isu dan topik yang dibahas berbeda dan ditujukan untuk masyarakat dan lawan bicara yang
heterogen, maka Munāsabah hanya dapat diterima ketika terjadi keterkaitan pada masalah
yang sama dimana bagian pertama berkaitan dengan bagian akhir. Sebaliknya, jika
disebabkan oleh peristiwa yang berlainan, maka termasuk dalam perkara yang dipaksakan.
Ketiga, tipe Mutawassit, yaitu ulama yang pandangannya terhadap Alquran Munasabah
bersifat moderat, tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Tipe ini merupakan penengah
antara tipe pertama dan kedua. Itu tidak memaksakan bagian yang tidak jelas seperti tipe
kedua, juga tidak menolak koneksi yang jelas seperti tipe pertama.

MA’MAL | Volume 02 Nomor 01 Januari 2023 17


Menurut riwayat, Kitab Al-Quran diturunkan selama kurang lebih 22 tahun lebih dari
beberapa bulan. Kitab ini berisi berbagai macam petunjuk dan aturan yang tersirat dari
berbagai nalar dan hikmah yang berbeda. Kitab Suci diturunkan sesuai dengan keadaan dan
kondisi yang membutuhkannya. Susunan hurufnya diatur seperti yang terdapat pada prasasti
Mahfud, sehingga tampak adanya kesesuaian antara satu ayat dengan ayat lainnya. Untuk itu,
dari cabang-cabang Ulum Al-Qur'an muncul yang disebut Ilmu Munasabah Al-Qur'an atau
Ilmu Ranasubil ayat wassuar, yang khusus membahas tentang akad-akad tersebut. Orang
pertama yang menulis munasabah adalah Abu Bakar an-Nausaburi (32411). Kemudian
datanglah Abu Bakar ibn Ziyad setelah an-Nausaburi dan menulis kitab Al-Burhan fi
munasabati suwaril Qur’an. Al-Biqio kemudian menulis buku berjudul Nidzmudurar fi
tanasubi ayat wasuwar dan Al-Suyuti menulis buku berjudul asror al Tanzil Watanasubit
durar fi tana subi ayat wassuwar. Serta M. Shodiq al Ghiman yang mengarang Jauharul
Bayan fie Tanasubisuwaril Qur’an.

18 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN
Daftar Pustaka

Ahmadiy. “Ilmu Munasabah Al-Qur’an.” Artikel, 1386, 77–90.

DH, Achmad Zuhdi, Suqiyah Musafa’ah, Abd. Kholid,


Muflikhatul Khoiroh, dan Abid Rohman. Studi Al-Qur’an.
Diedit oleh wahida zein Br. Siregar, Lilik Huriyah,
Andriani Samsuri, dan Fitriah. Cetakan 1. Surabaya: UIN
Sunan Ampel Press, n.d.

Fitriani, Hana, Ilmu Munasabah, Rahmadi Penchari, Makalah


St, Udi Al-Qur’an, dan Zackya Ulul. “Munasabah Al-
Qur’an,” 2013, 17–40.

Hermansyah, Ervi Wilandari Indah Putri. “Studi Al-Qur’an dan


Hadist ‘Munasabah,’” 2017.

Iman, Fauzul. “Munasabah Al-Qur’an.” Alqalam 11, no. 63


(1997): 45. https://doi.org/10.32678/alqalam.v11i63.478.

Iman, Muis Sad. “Al-Munasabah (Cabang Ulumul Qur’an)” 7,


no. 1 (2016): 1–13.

Iqbal, Muhammad. Al-Qur’an Imanku : Telaah Mendalam


Mengenai Ulumul Qur’an, 2018.

M. Fatih. “Tipologi Pandangan Ulama Tentang Munasabah Al-


Qur’an.” Deskripsia 4, no. 1 (2557): 88–100.

Musaddad, Endad. “Munasabah Dalam Al-Qur’an.” Alqalam 22,


no. 3 (2005): 409.
https://doi.org/10.32678/alqalam.v22i3.1368.
Nurjanah, Najibah Nida. “Urgensi Munasabah Ayat dalam
Penafsiran al-Qur’an Najibah.” Applied Microbiology and
Biotechnology 2507, no. 1 (2020): 1–9.
https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027%0Ahttps://w
ww.golder.com/insights/block-caving-a-viable-
alternative/%0A???

Sarwat, Ahmad. “Munasabah.” Buku Munasabah, 2016.

Yanto, Edi. “Pentingnya Ilmu Munasabah Al-Qur’an.” Al-


Fathonah: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 2853 (2016):
39–54.

Yusuf, M.S. “Penggunaan Ilmu Munâsabah dalam Istinbâth


Hukum.” Tajdid 26, no. 2 (2019): 117.
https://doi.org/10.36667/tajdid.v26i2.332.

2 Adinda Mutiara Amalia Putri, Amanta Tiara Farahita, Fadlurrakhman Fazle


Purwardana, Shandy Aura | MUNASABAH AL-QURAN

Anda mungkin juga menyukai