Anda di halaman 1dari 12

“MUNASABAH AL-QUR’AN”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Qur’an dengan dosen
pengampu: Deden Suparman, M.A.

Disusun oleh:

Kelompok 4

Adi auf S M 1157060001


Erna Nurfadilah 1157060020
Fegyanti Syafitry 1157060024
Hana Fitriani 1157060032

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016 M / 1438 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan salam
semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW. Berkat karunianya serta kesehatan
dan kelancaran yang senantiasa diberikan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada rekan-rekan
yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini, semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang berlipat ganda, ”Amiin”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Al-
qur’an, yang membahas tentang “MUNASABAH”. Kami menyadari bahwa masih
terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi
bagi siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.

Bandung,
07 September 2016
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6

2.1 Pengertian ....................................................................................................... 6

2.2 Fungsi ............................................................................................................. 8

2.3 Urgensi ............................................................................................................ 9

BAB III PENUTUPAN ....................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’ân merupakan sumber acuan nilai, sikap serta perilaku umat Islam.
Sebagai acuan tentunya al-Qur’ân harus dipahami terlebih dahulu, baru kemudian
diamalkan. Upaya pemahaman al-Qur’ân tersebut dapat dilakukan berbagai cara,
salah satunya dengan munasabah.
Fokus perhatian ilmu munasabah mengaitkan aspek pertautan antar ayat dan
surat menurut urutan teks. Bagi para mufassir, ilmu munasabah lebih penting dari
pada ilmu asbab nuzul. Subhi as-Salih mengatakan, wajar jika penjelasan tentang
munasabah didahulukan dari asbab nuzul, mengingat begitu banyak manfaat yang
timbul dari ilmu munasabah. Apalagi kaidah tafsir mengatakan, ukuran dalam
memahami ayat adalah redaksinya yang bersifat umum, bukan penyebab turunnya
ayat yang bersifat khusus.
Munasabah adalah ilmu yang baru dibandingkan dengan ilmu-ilmu al-Qur’ân
lainnya. Tidak banya mufassir yang menggunakan ilmu ini di dalam kitab tafsir
mereka, karena ilmu ini dipandang sulit dan rumit. Selain itu ilmu ini juga kurang
diminati untuk dikembangkan.
Seorang muslim tidak dapat menghindarkan diri dari keterikatannya dengan
al-Qur’an. Seorang muslim mempelajari al-Qur’an tidak hanya mencari kebenaran
ilmiah, tetapi juga mencari isi dan kandungan al-Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu munasabah dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana pengertian munasabah al-Qur’an tersebut?
3. Bagaimana cara mengetahui fungsi munasabah Al-qur’an?
4. Bagaimana urgensi mengetahui munasabah dalam menafsirkan al-Qur’an?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa itu munasabah Al-qur’an.
2. Menjelaskan pengertian munasabah Al-qur’an?
3. Menjelaskan fungsi munasabah Al-qur’an?
4. Menjelaskan urgensi munasabah dalam menafsirkan Al-qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Munasabah berasal dari kata ً‫س َبة‬
َ ‫ُمنَا‬ ،‫ب‬
ُ ‫ يُنَا ِس‬،‫ب‬ َ َ ‫نا‬
َ ‫س‬ yang berarti dekat,
serupa, mirip, dan rapat. Kesamaan kata munasabah dapat mengacu pada tiga kata
kunci yaitu: al-muqarabat (berdekatan), al-musyakalat (berkemiripan), al-irtibat
(bertalian). Secara istilah, munasabah berarti pengetahuan tentang berbagai hubungan
di dalam al-Qur’an. Lebih rincinya dapat dijelaskan bahwa munasabah adalah usaha
pemikiran dalam menggali rahasia hubungan antara ayat atau surat dalam al-Qur’an
ang dapat diterima oleh akal.
Secara terminologi, pengertian munasabah dapat diartikan sebagai berikut
menurut berbagai tokoh, yaitu:

1. Menurut Az-Zarkasyi, adalah :

.‫المـناسبة أمر معـقـولٌ إذاعُــ ِ ِرض عـلى الـمـقـول تـلـقّــتـه بــاالـقـبـُول‬


Artinya :
“Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan
kepada akal, akal itu pasti menerimanya”.

2. Menurut Ibn Al-Arabi :

ٌ‫ي الـقـرأن بعـضـها بـبـعـض حـتى تـكون كا الكـلمـة الـواحـدةٌِ مـت ّـسقــ ِة‬
ٌّ ِِ ‫إرتـبــاط أ‬
ٌ‫ عـلمٌ عـظـيـــم‬,‫المعـاني مـنتـظـمـ ٌِة المـبــــاني‬
Artinya :
“Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga seolah-olah
merupakan suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan
redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung”.
3. Menurut Manna’ Khalil Qattan :
ٌِ ‫وجـ ٌه ُ اإلرتـبــا‬
‫ط بـين الجـمـلـ ٌِة والجـمـلـ ٌِة فى األيـ ِةٌ الـواحــدة أوبـين األيـة واأليــة‬
.‫فـي األيــة الـمـتـعــدد ٌِة أو بــينٌ الســورة والســـورة‬
Artinya :
“Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan dalam satu
ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat atau antar surat didalam Al-Qur’an”.

4. Menurut Al-Biqa’i, yaitu :

“Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan di


balik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Qur’an, baik ayat dengan ayat, atau
surat dengan surat”.

Jadi, dalam konteks ‘Ulum Al-Qur’an, munasabah berarti menjelaskan


korelasi makna antar ayat atau antar surat, baik korelasi itu bersifat umum atau
khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassiy), atau imajinatif (khayali) ; atau korelasi
berupa sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, perbandingan, dan perlawanan.
Pada dasarnya pengetahuan tentang munasabah atau hubungan antara ayat-
ayat itu bukan tauqifi (tak dapat diganggu gugat karena telah ditetapkan Rasul), tetapi
didasarkan pada ijtihadi seorang mufassir dan tingkat penghayatannya terhadap
kemukjizatan al-Qur’an, rahasia retorika, dan segi keterangannya yang mandiri.
Seperti halnya pengetahuan tentang Asbabun Nuzul yang mempunyai
pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat, maka pengetahuan tentang
munasabah atau korelasi antar ayat dengan ayat dan surat dengan surat juga
membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat dengan baik dan cermat. Oleh
sebab itu sebagian ulama menghususkan diri untuk menulis buku mengenai
pembahasan ini. Tetapi dalam pendapat lain dikemukakan atas dasar perbedaan
pendapat tentang sistematika (perbedaan urutan surat dalam al-Qur’an) adalah wajar
jika teori munasabah al-Qur’an kurang mendapat perhatian dari para ulama yang
menekuni ‘Ulum Al-Qur’an walaupun keadaan sebenarnya munasabah ini masih
terus dibahas oleh para mufassir yang menganggap al-Qur’an adalah Mukjizat secara
keseluruhan baik Redaksi maupun pesan ilahi-Nya.
Ilmu munasabah ini dapat berperan mengganti ilmu Asbabun Nuzul, apabila
seseorang tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tapi seseorang dapat
mengetahui relevansi / hubungan ayat itu dengan ayat lainnya. Ada beberapa
pendapat di kalangan ulama tenteng ilmu Tanasubul Ayat Was-Suwar ini.
Diantanranya ada yang berpendapat, bahwa setiap ayat atau surat selalu ada
relevansinya atau hubungannya dengan ayat atau surat lain. Sementara ulama yang
lain berpendapat, bahwa hubungan itu tidak selalu ada, hanya memang sebagian besar
ayat-ayat dan surat-surat ada hubungannya satu sama lain.
Selain itu adapula yang berpendapat, bahwa mudah mencari hubungan antara
suatu ayat dengan ayat lain, tapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat
dengan surat lain. Hal yang demikian ini tidak berarti bahwa seorang mufassir harus
mencari kesesuaian bagi setiap ayat, karena Al-Qur’anul Karim turun secara bertahap
sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, terkadang seorang
mufassir menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak.
Ketika tidak menemukan keterkaitan itu, ia tidak diperkenankan memaksakan
diri, sebab jika memaksakannya juga akan menghasilkan kesesuaian yang dibuat-buat
dan hal ini tidak disukai, pernyataan ini senada dengan pendapat Syaikh ‘Izz Ibn
Abdus-Salam.

2.2 Fungsi
Manna Al-Qathan mendeskripsikan fungsi munasabah sebagai alat untuk
menguak kekuasaan makna dan kemu’jizatan al-Quran dalam segi balagahnya. Di
samping itu, munasabah dijadikan kaca mata untuk melihat untaian yang teratur dari
firman Allah dan keindahan uslub-uslub al-Quran.
Az-Zarkasi lebih jauh menerangkan bahwa fungsi munasabah adalah
menggabungkan bagian-bagian kalimat yang lain sehingga tampak adanya
keterkaitan antara keduanya. Adapun Al-Qadhi Abu Bakar bin Al-Arabi menjelaskan
bahwa mengaitkan sebagian dengan sebagian yang lain dari al-Quran, sehingga
tampak seperti satu kalimat dan satu susunan.
Untuk meneliti keserasian susunan ayat dalam surah (munasabah) dalam al-
Qur’an diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan
ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini,
yaitu :
a). Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi obyek
pencarian.
b). Memperhatikan uraian ayat-ayat sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam
surat.
c). Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya / tidak.
d). Dalam mengambil kesimpulannya hendaknya memperhatikan ungkapan-
ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

2.3 Urgensi
Munasabah di dalam memahami al-Qur’an sangatlah penting, karena dengan
dikuasainya ilmu ini maka akan dapat merasakan secara mendalam bahwa al-Qur’an
merupakan satu kesatuan yang utuh dalam untaian kata-kata yang harmonis dengan
makna yang kokoh, tepat dan akurat sehingga sedikitpun tak ada cacat. Selain itu,
dengan munasabah dapat memberikan gambaran yang semakin terang bahwa l-
Qur’an itu betul-betul kalam Allah, tidak hanya teksnya, melainkan susunan dan
urutan ayat-ayat dan surat-suratnya pun atas petujuk-Nya.
Tanpa adanya munasabah, seseorang akan kesulitan dalam memahami al-
Qur’an dan ada kemungkinan keliru dalam memahami dan menafsirkannya seperti
kekeliruan Guillaume yang menganggap sistematika susunan al-Qur’an kacau karena
ayat-ayat madaniyat masuk ke kelompok ayat makiyyat dan sebaliknya.
Dengan dikuasainya ilmu tanasub, seseorang akna merasakan suatu mukjizat
yang luar biasa dalam susunan ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an. Mengetahui
penempatan suatu kata atau kalimat dalam untaian ayat-ayat al-Qur’an betul-betul
sangat tepat dan akurat, baik dari segi susunan dan uslub, maupun makna dan pesan-
pesan yang terkandung di dalamnya.

Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’I, MA, urgensi dalam mempelajari munasabah,
antara lain:

a). Menghindari kekeliruan dalam menafsirkan al-Qur’an, sebab


munculnya kekeliruan dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah karena tidak
mengetahui munasabah.
b). Intensifikasi pengertian Al-Qur’an.

Mengingat peran penting munasabah sebagaimana digambarkan di atas, maka


masuk akal bila pakar ulama tafsir seperti Ibn al-‘Arabi menyatakan bahwa kajian
munasabat adalah suatu ilmu yang besar dan mulia, hanya orang-orang tertentu yang
dapat menggalinya. Al-Zarkasyi juga mengakui pentingnya ilmu ini dengan
menyatakan secara tegas bahwa munasabat adalah ilmu yang amat mulia yang dapat
memelihara dan meluruskan pola pikir serta mengenal kadar kemampuan seseorang
dalam berbicara.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
 Ilmu Munasabah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat keserasian
(korelasi) antara satu bagian dengan bagian yang lain. Ilmu ini sepenuhnya
bersifat ijtihady, bukan taufiqy
 Menurut ulama Az-Zarkasi menerangkan bahwa fungsi munasabah adalah
menggabungkan bagian-bagian kalimat yang lain sehingga tampak adanya
keterkaitan antara keduanya.
 Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’I, MA, urgensi dalam mempelajari
munasabah ialah menghindari kekeliruan dalam menafsirkan al-Qur’an, sebab
munculnya kekeliruan dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah karena tidak
mengetahui munasabah dan Int ensifikasi pengertian Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (terj. Mabahis fi ‘Ulumil
Qur’an oleh Drs. Mudzakir AS, Bogor : Litera Antar Nusa

Anwar, Dr. Rosihan. 2008. Ulum Al-Qur’an. Bandung : Pustaka Setia

Gunawan Heri, Suparman Deden. 2015. Ulumul Qur’an. Bandung: Arfino Raya

Manna’ Al-Qaththan. 1973. Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-


Hadits,ttp.,

Nashrudin, baidan. 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Shihab, Quraish, dkk. 1999. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus

Wahid, Ramli Abdul. 1996. Ulumul Qur’an. Jakarta: Grafindo Persada

http://www.kangmujib.tk/pengertian-fungsi-dan-manfaat-mempelajar.xhtml
[diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 13:43 WIB]

http://al-badar.net/pengertian-macam-dan-cara-mengetahui-munasabah-al-quran/
[diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 13:56 WIB]

Anda mungkin juga menyukai