AL-QUR’AN
Fahira (12209041)
E-mail: Fahirahbekar@gmail.com
Abstrak
Gunung adalah salah satu ciptaan Allah yang memiliki peran penting di muka bumi.
Dalam Al-Qur'an, gunung disebut dengan tiga kata, yaitu al-jibal, ar-rawasi, dan al-
a'alam. Ayat-ayat dalam Al-Qur'an telah menyinggung tentang keberadaan gunung dan
perannya dalam kehidupan. Dari perspektif sains, gunung memiliki fungsi sebagai
penjaga stabilitas bumi. Gunung memiliki "akar" yang tertanam dalam tanah dan dapat
menimbulkan aktivitas tertentu yang terjadi atas kehendak Allah. Dalam literatur-
literatur Islam, disebutkan berbagai tipologi dan ragam manfaat atas keberadaan
gunung. Gunung tidak hanya berperan dalam menjaga stabilitas bumi, tetapi juga
memiliki manfaat lain yang beragam. Artikel ini akan membahas fenomena gunung
dalam beberapa bab. Penciptaan dan desain alam ini tidaklah tanpa perhitungan atau
terbentuk hanya kebetulan saja. Semuanya diciptakan dengan perhitungan yang matang
dan memiliki fungsi serta manfaat yang spesifik.
Kata Kunci: Gunung dalam Al-Qur'an, Penciptaan Gunung, Sains dan Al-Qur'an
A. PENDAHULUAN
Allah menyampaikan pesan dalam Al-Qur`an dengan berbagai cara dan bentuk
dalalah baik yang jelas ataupun dengan cara yang samar (mubham). Di antara bentuk
keduanya terdapat bentuk muhkam dan mutasyabih. Itu semua merupakan kerunia Allah
subhanahu wa ta`ala kepada ummat manusia agar dapat memahami dengan elastis,
syamil, dan komprehensif. Di antara gaya penyampaian al-qur`an terkadang
menggunakan lafadz dan uslub yang berbeda-beda tetapi maknanya tetap satu, yaitu
sebagian lafadz serupa dengan sebagian yang lain tetapi maknanya serasi dan cocok,
tidak ada yang bersifat umum dan samar (mutasyabih) dan dapat memberikan peluang
B. PEMBAHASAN
Muhkam dan mutasyabih merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab.
Menurut ahli tafsir, muhkam secara etimologi berasal dari kata al-itqan dan juga dari
kata al-ihkam. Berasal dari kata al-itqan seperti lafal yang berarti
3
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir
4
Yunahar Ilyas, hal. 190
5
Muhammad Bakar Isma’il, Dirasat
6
Muhammad ‘Abdul ‘Azim az-Zarqani, Manahil ‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an.
7
Manna’ al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an,
8
Muhammad Anwar Firdaus, Membincang Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih, Jurnal Ulul Albab
Volume 16, hal. 82
9
Nova Yanti, Memahami Makna Muhkamat dan Mutasyabihat Dalam Al-Qur‟an, AL-ISHLAH Jurnal
Pendidikan Vol8, No 2, 2016, hal.250
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat
mengingatkan kepada Allah SWT.
10
Syamsu Nahar, Keberadaan Ayat Mukam dan Mutasyabih dalam Al-Qur'an, Nizhamiyah, Vol. VI,
No.2, Juli –Desember 2016
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َح َّق ُتَقاِتِهۦ َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأنُتم ُّم ْس ِلُم وَن
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam”.
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-benar itu.
c) Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah, dalam
ayat 189 surah Al-Baqarah:
َيْس َٔـُلوَنَك َع ِن ٱَأْلِهَّلِة ۖ ُقْل ِهَى َم َٰو ِقيُت ِللَّناِس َو ٱْلَح ِّج ۗ َو َلْيَس ٱْلِبُّر ِبَأن َتْأُتو۟ا ٱْلُبُيوَت ِم ن ُظُهوِر َها
َو َٰل ِكَّن ٱْلِبَّر َمِن ٱَّتَقٰى ۗ َو ْأُتو۟ا ٱْلُبُيوَت ِم ْن َأْبَٰو ِبَها ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن
11
Abdul Djalal, 1998. “Ulumul Qur’an
12
M.Yusuf, Kadar." Studi Al-Qur'an".
14
Hazri, Irfan. Interpretasi Ayat- Ayat Mutasyabihat tentang Posisi Allah.
10 | M u h k a m d a n M u t a s y a b i h
keagungan ilmu Allah. Kita belajar untuk berserah diri dan menerima bahwa ada
hal-hal yang hanya Allah ketahui.
c) Pentingnya Ilmu dan Konsultasi: Mutasyabih mendorong pencarian ilmu yang
benar melalui tafsir ulama, diskusi, dan referensi terpercaya. Ini memperdalam
pemahaman dan menghindari penafsiran yang keliru.
Hikmah Gabungan:
a) Keseimbangan Iman dan Akal: Muhkam dan mutasyabih hadir bersamaan
menciptakan keseimbangan iman dan akal. Kejelasan muhkam menumbuhkan
keyakinan, sementara kedalaman mutasyabih memacu daya pikir dan refleksi.
b) Motivasi untuk Mengkaji dan Mengamalkan: Keduanya mendorong umat untuk
terus mengkaji, memahami, dan mengamalkan Al-Quran secara menyeluruh,
tidak hanya pada aspek yang mudah digarap.
c) Menghindar dari Fanatisme dan Ketakutan: Hilangkan fanatisme tafsir tunggal
dan takutan terhadap misteri. Pahami bahwa Al-Quran memiliki hikmah
tersendiri dalam setiap penampakannya, baik yang jelas maupun tersirat.
Jadi, dari hikmah muhkam dan mutasyabih, kita bisa memperdalam pemahaman
Islam, memperkuat keyakinan dan amalan, serta mengembangkan intelektualitas dan
keikhlasan. Keduanya merupakan bagian integral dari Al-Quran yang saling melengkapi
dan menawarkan hikmah bagi orang yang mau merenungkan dan mengamalkannya.
11 | M u h k a m d a n M u t a s y a b i h
DAFTAR PUSTAKA
Hazri, Irfan. 2020. Interpretasi Ayat- Ayat Mutasyabihat tentang Posisi Allah. UIN
Jakarta
Muhammad Bakar Isma’il (1991), Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an, cet. ke-1, (Kairo: Dar al-
Manar,)
Baidan, Nashruddin, (2005). Wawasan Baru Ilmu Tafsir, cet. ke-1, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Amin, M. Maghfur. 2010. Ushul al- Tafsir: Metodologi Penafsiran Al- Qur'an. Jakarta:
UIN Jakarta.
Muhammad Chirzin (1998), Al-Qurʼan dan Ulumul Qurʼan (Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa,)
Nova Yanti, Memahami Makna Muhkamat dan Mutasyabihat Dalam Al-Qur‟an, AL-
ISHLAH Jurnal Pendidikan. 2016.
Muhammad ‘Abdul ‘Azim az-Zarqani (2003), Manahil ‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, cet.
ke-1, (Beirut: Dar al-‘Ilmiyyah,)
Syamsu Nahar, Keberadaan Ayat Muhkam dan Mutasyabih Dalam Al-Qur‟an, Jurnal