Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

STUDY AL-QUR’AN
MUHKAM DAN MUTASYABIHAT
Dosen Pengampu:
AkmamMutrofin, S.Sy.,M.H.

Disusun Oleh:
1. Eri Prabowo NIM.1894104013
2. M. Sobir Farid NIM.1894104003

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang menganugrahkan kesehatan dan rahmat kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala kekurangannya. Makalah
ini merupakan makalah yang disusun dengan banyak sekali kekuran, baik dalam segi penulisan
maupun dalam hal referensi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi al-qur’an dan semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan teman-teman tentang al-quran.
Akhir kata, penulis hanya bisa mengatakan bahwa “tiada gading yang tak retak”, sebaik-
baiknya karya ini pastilah ada kurangnya juga, karena hanya Allah yang maha sempurna.

Jombang, 14 February 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai sumber
ajaran agama islam yang utama. Semua isi kandungannya merupakan pedoman kuat serta hujjah
yang ampuh. Kitab suci yang menakjubkan ini merupakan pegangan umat manusia, sekaligus
pelita dalam hidup dan kehidupan agar meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Di dalamnya
terkandung ayat atau makna yang antar satu dengan lainnya saling menyempurnakan dan
membenarkan, tidak ada pertentangan. Seluruh ayatnya bersifat Qot’i al-Wurud, yang jelas
diyakini eksistensinya sebagai wahyu Allah.1
Ilmu al-Muhkam wa al-mutashabihat termasuk di dalam ilmu-ilmu pokok al-Qur’an
karena di dalam al-Qur’an memuat ayat-ayat mutashabihat (yang mengandung ambiguitas) di
samping ayat-ayat yang tergolong muhkamat (yang pengertiannya telah tegas dan jelas).
Ambiguitas ini disebabkan banyak terjadinya kemiripan dalam balagahah-nya, I’jaz-nya atau
sulit memilah bagian-bagian manakah yang lebih utama. Sehingga menimbulkan pengertian
yang tidak tegas atau samar-samar (timbul beberapa pengertian) dikarenakan ketidakjelasan
dalam segi lafadnya, rancu maknanya atau rancu dalam hal kedua-duanya (rancu lafad dan
maknanya).
B. Rumusan Masalah
a) Pengertian Muhkam dan Mutashabihat
b) Sebab-sebab adanya Muhkam dan Mutashabihat
c) Macam-macam dan ugensi Muhkam dan mutashabihat
d) Perbedaan pendapat para ulama
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah studi al-
Qur’an dan yang lebih penting dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca sadar akan
pentingnya mempelajari al-Quran.

1
Nur Evendi dan Muhammad Fathurrohman, Studi al-Quran (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), hlm. 153.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam dan Mutashabihat

Muhkam dan Mutashabih berasal dari ‫ محكم‬dan ‫به متش‬. Secara etimologis kata ihkam
yang menurut al-Zarqani memiliki beberapa konotasi namun mengacu pada satu pengertian,
yaitu ‫ لمنع ا‬yang berarti mencegah, ‫ مر الا حكم ا‬berarti membuat sesuatu itu jadi kokoh dan tercegah
dari kerusakan. Dalam hubungan penetapan hukum, maka menetapkan ketentuan-ketentuan yang
dengannya seseorang tercegah dari berbuat sesuatu diluar ketentuan tersebut.2 Apabila dikaitkan
dengan ayat Al-Qur’an maka dapat dikatakan bahwa semua ayat Al-Qur’an itu di susun secara
rapi, fasih, indah dan kokoh serta membedakan antara hak dan bathil, sedikitpun tidak ada celah
untuk mengkritiknya, inilah makna muhkam dalam arti umum. Pengertian lughawi inilah yang
dimaksud firman Allah dalam surat Q.S Hud: 1

ْ ‫ت ثُ َّم َءا ٰيتُهۥُ أُحْ ِك َم‬


‫ت ِك ٰتبٌ ا ٓلر‬ ْ َ‫ َح ِك ٍيم لَّد ُْن ِمن فُصِّ ل‬ ‫ير‬
ٍ ِ‫خَ ب‬

Artinya: ”Alif lam ra, (inilah) kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan sempurna dan
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi Allah yang maha bijaksana lagi maha
mengetahui”.3

Kemudian secara bahasa (etimologi), kata mutashabihat berasal dari kata tashabuh yang
berarti “keserupaan” dan “kemiripan”. Tashabaha dan ishtabaha berarti saling menyerupai satu
dengan lainnya hingga tampak mirip sehingga perbedaan yang ada diantara keduanya menjadi
samar atau ragu (iltibas). Sehingga ungkapan orang-orang Bani Israil kepada nabi Musa yang
berbunyi “inna al-baqara tashabaha’alayna” yang berarti “sesungguhnya sapi itu sangat mirip
dimata kami”. Jadi makna mutashabihat adalah ungkapan yang memperlihatkan bahwa sesuatu
itu sama dengan sesuatu yang lain dalam satu atau beberapa sisi atau sifat, atau yang membuat
sesuatu yang tidak dapat dijangkau akal, kondisi inilah yang dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an

2
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar;2005), hlm.153.
3
Q.S. Hud/11:1.
dan terkadang menimbulkan ambiguitas.4 Pengertian lughawi inilah yang dimaksud dalam ayat
23 Az-Zumar yang berbunyi:

ُ ‫ث أَحْ َس َن َن َّز َل ٱهَّلل‬ ِ ‫ِين ُجلُو ُد ِم ْن ُه َت ْق َشعِرُّ َّم َثان َِى ُّم َت ٰ َش ِبهًا ِك ٰ َتبًا ْٱل َحدِي‬
'َ ‫َر َّب ُه ْم َي ْخ َش ْو َن ٱلَّذ‬
ٰ
ُ ‫َو َمن َي َشٓا ُء َمن ِبهِۦ َي ْهدِى ٱهَّلل ِ ُهدَى َذل َِك ٱهَّلل ِ ذ ِْك ِر إِ َل ٰى َوقُلُو ُب ُه ْم جُ لُو ُد ُه ْم َتلِينُ ُث َّم ٱهَّلل‬

‫ٍدها َ ِمنْ َلهُۥ َف َما يُضْ ل ِِل‬

Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang (kualitas
ayat-ayatnya) serupa dan berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut
kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.
Itulah petunjuk Allah dengan kitab itu. Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang
siapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun”.5

Berdasarkan pemaparan diatas maka tampak pada kita bahwa kedua istilah tersebut
secara lughawi tidak bertentangan, malah sebaliknya saling mendukung. Karena ayat-ayat Al-
Qur’an tersebut tersusun sangat rapi dan kokoh di keseluruhan ayat, maka kesemua ayat
memiliki daya tarik dan I’jaz yang sama (mutasyabih).

Meskipun secara lughawi tidak terjadi pertentangan,namun dalam terminologis terdapat


kontradiktif yang agak tajam. 6

4
M. Quraish Shihab dan Tim, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 120.

5
Q.S. al-Zumar/39: 23.

6
Nur Evendi dan Muhammad Fathurrohman, Studi al-Quran (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), hlm. 156.
Timbulnya pemahaman yang berbeda ini juga berawal dari pemakaian Al-Qur’an sendiri
memakai kedua lafal itu dalam konotasi yang bertentangan seperti tercantum dalam Q.S Ali
Imran :7:

Artinya : Dialah (Allah) yang menurunkan al-kitab kepadamu.Diantara isinya terdapat ayat-ayat
muhkamat yaitu pokok-pokok al-kitab(Umm al-kitab),dan yang lain ayat-ayat)mutashabihat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,maka mereka mengikuti
sebagian ayat-ayat ysng mutshabihat untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cai
takwilnya,padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata:”Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutashabihat semuanya itu
berasal dari sisi tuhan kami”.Dan

Anda mungkin juga menyukai