Anda di halaman 1dari 23

AL-MUHKAMAT DAN AL-MUTASYABIHAT

MAKALAH
(Revisi)
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Ulumul Quran

Disusun Oleh :
1. M. Sirojut Tholibin

(932201913)

2. Ratna Mustika Belapati


3. Siti Uswatun Khasanah

(932201713)
(932201813)

Kelas A
Dosen pengampu:
Mumin Firmansyah,M.HI.
NIP. 197208292001121002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI

2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucap puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmad,
hidayah dan perlindungan-Nya, serta shalawat serta salam kepada
Rasulullah SAW yang membawa cahaya terang bagi umat Islam,
sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas mekalah ini
yang bertema Al-Muhkamat dan Al-Mutasyabihat. Untuk memenuhi
tugas matakuliah Ulumul Quran. Dan tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Mumin Firmansyah,M.HI. selaku dosen
pengampu matakuliah kami.
Dalam hal ini kami berusaha semaksimal mungkin dalam
membuatmakalahini, semoga dengan apa yang kami tulis ini dapat
bermanfaat kepadapembaca sekalian. Namun, tidak lepas dari semua
itu, kami mengakumakalahini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dosenserta teman-teman sangat kami harapkan.
Semoga usaha kami diridhoi AllahSWT, Aamiin.
Kediri, 31 Oktober 2014
Pemakalah
Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, karena itu untuk
memahami hukum-hukum yang di kandung nash-nash al-Quran
diperlukan

pemahaman dalam kebahasaan dalam hal ini adalah

bahasa Arab. Para ulama yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah
mengadakan penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Quran,
lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi
pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Quran dengan
benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang al-muhkam dan almutasyabih adalah Ilmu muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini di latar
belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama tentang adanya
hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain mengatakan
bahwa didalam Al-Quran ada ayat atau surat yang tidak berhubungan.
Disebabkan pendapat ini, maka suatu ilmu yang mempelajari ayat atau
surat Al-Qursn cukup penting kedududkannya. Sementara itualmuhkam

danal-mutasyabih

adalah

sebuah

kajian

yang

sering

menimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Quran, karena


perbedaan interpretasi antara ulama mengenai hakikat muhkam dan
mutasyabih.
Pembahasan

al-muhkam

dan

al-mutasyabih

merupakan

pembahasan yang sangat banyak mengundang pro dan kontra dalam


tradisi keilmuan islam. Bahkan dikarenakan permasalahan ini banyak
kelompok yang mengkafirkan kelompok lainnya.Banyaknya klaim
kelompok yang mengaku bahwa madhhab mereka adalahmadhhab

salaf dan klaim bahwa kelompok yang tidak berpaham seperti paham
madhhabmereka adalah sesat dan salah menggelitik penulis untuk
menulis sedikit catatan tentang permasalahan ini sehingga pembaca
dapat membedakan macam-macam madhhab dankelompok dalam
permasalahan

ini

dan

dapat

memposisikan

diri,

pada

kelompok manakah kecondongan pembaca berlabuh.


Tentunya penulisan makalah ini tidak mengurangi nilai tulisan
sebagai tulisan dalam ilmu al-Quran. Karena tabiat dari keilmuan
dalam islam adalahsaling keterkaitan dan saling melengkapi, maka
dalam hal ini pembahasan dari al-muhkam dan al-mutasyabih dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
B. Rumusan Masalah
Agar permasalahan tidak melebar maka dalam makalah ini akan
penulis bahas permasalahan-permasalahan sebagai berikut
1. Apa pengertian dari al-muhkam dan al-mutasyabih?
2. Apasebab-sebabadanyaayat al-muhkamatdan al-mutasyabihat?
3. Bagaimana klasifikasi ayat al-mutasyabihat?
4. Bagaimana

Perbedaan

Pendapat

Ulama

Dalam

Memahami

Ayat

Mutasyabihat?
5. Bagaimana

cara

menentukan

al-muhkam

dan

al-

mutasyabihbesertacontoh-contohayat al-mutasyabihat?
6. Apa saja faedah mempelajari ayat al-muhkamat dan al-mutasyabihat?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Muhkam Dan Al-Mutasyabih
Sebelumdibahasartinya,perluterlebihdahuludijelaskanlafalnya.
Lafal

muhkam

dan

mutasyabihadalahbentukmudzakaruntukmensifati

kata-kata

yang

mudzakar pula, seperti Al Quran yang muhkanatau yang mutasyabih.


Sedangkanlafal muhkamah dan mutasyabihat adalahbentuk kata
maunnatsuntukmensifati

kata

yang

maunants

pula,

sepertiayatmuhkamahataumutasyabihah.1
Para ulam banyak berbeda pendapat tentang pengertian muhkan
dan mutasyabih itu. Barangkali pendapat dalam hal ini mencapai dua
puluh pendapat. Pegangan yang lazim dan menjadi pegangan sejak
permuaan islam sempai ke masa sekarang ialah:
1. Ayat-ayat

muhkam

ialah

ayat-ayat

yang

arti

dari

yang

dimaksudkannya jelas, tidak rancu. Maka ayat-ayat seperti itu wajib


diimani dan diamalkan isinya.
2. Ayat-ayat

mutasyabih

ialah

ayat-ayat

yang

makna

lahirnya

bukanlah yang dimaksudkannya, sedangkan makna hakikatnya


1Abdul Djalal. H. A, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000) hlm. 39

yang dicoba dejelaskan dengan penakwilan, tidak ada yang


mengetahuinya kecuali Allah. Oleh karena itu, ayat-ayat seperti ini
wajib diimani tetapi tidak wajib diamalkan.2
Sedangkan menurut buku atau refrensi lain, al muhkam dan al
mutasyabihat menurut istilah, para

ulama

berbeda-beda

dalam

memberikan pengertian al muhkam dan al mutasyabih, yakni sebagai


berikut:
1. Ulama golongan Ahlus Sunnah WalJamaah mengatakan, lafal
muhkam adalah lafal yang diketahui makna maksudnya, baik
karena memang sudah jelas artinya maupun karena dengand
itawilkan.

Sedangkan

lafalmutasyabihadalahlafal

yang

pengetahuanartinyahanyadimonopoli Allah SWT. Manusiatidakada


yang

bisamengetahuinya.

Contohnya,

terjadinyaharikiamat,

keluarnyaDajjal, artihuruf-hurufmuqaththaah.
2. UlamagolonganHanafiyahmengatakan, lafalmuhkamialahlafal yang
jelaspetunjuknya,

dantidakmungkintelahdinasakh

(dihapuskanhukumnya). Sedang lafal mutasyabih adalah lafal yang


sama maksud petunjuknya, sehingga tidak terjangkau oleh akal
pikiran manusia ataupun tidak tercantum dalam dalil-dalil nash
(teks dalil-dalil). Sebab, lafalmutasyabihitutermasukhal-hal yang
diketahui Allah SWT sajaartidanmaknanya. Contohnyasepertihal-hal
yang ghaib.
3. Mayoritas ulama golongan ahlul fiqih yang berasal dari pendapat
sahabat Ibnu Abbas mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang
tidak

bisa

ditawil

kecuali

satu

arah

atau

segi

saja.

Sedangkanlafalmutasyabihadalahartinyadapatditawilkandalambebe
rapaarahatausegi,

Karenamasihsama.

Misalnya,

sepertimasalahsurga, neraka, dansebagainya.

2 Thabathabai, Sayyid Muhammad Husain, Memahami Esensi Al-Quran, (jakarta:


PT. Lentera Basritama), hlm.42-43

4. Sebagianulamaberpendapat,
maqulmaknanyaatau

bahwalafalmuhkamialahlafal

yang

rasionalartinya,

artinyamudahditerimaakalpikiran,

seperti

(Dirikanlahshalat).

yaitulafal

di
yang

atautidakmudahditerimaakalpikiran.

Contohnyasepertiwaktu-waktunyashalat,
tiapshalat,

lafal

karenadiperintahkan

Tetapilafalmutasyabihialahsebaliknya,

tidakmasukakal,

yang

Kalimatitumudah

mengertibahwamendirikanshalatituwajib,
Allah.

yaknilafal

yang

jumlahrakaattiap-

diwajibkannyapuasahanyakhusus

di

bulanRhamadandansebagainya.3
Jadi, jika semua definisi muhkam tersebut dirangkum, maka
pengertian muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas
dan kuat secara berdiri sendiri tanpa ditawilkan karena susunan lafal atau
kalimatnya tertib dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal
sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan pengertian
mutasyabih ialah lafal Alquran yang artinya samar, sehingga tidak dapat
dijangkau akal manusia karena bisa

ditawilkan bermacam-macam

sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang


tepat sehingga menimbulkan kesulitan disebabkan penunjukan artinya
tidak kuat sehingga cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu
diamalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT. 4
B. Sebab-Sebab Adanya Ayat Al-Muhkamat Dan Al-Mutasyabihat
Allah SWT sengaja menurunkan Al Quran kepada hamba-hambaNya

agar

ia

menjadi

pemberi

perigatan

bagi

alam

semesta.

Iatelahmengagariskanbagimahluk-Nya akidah yang benardanprinsipprinsip

yang

lurusdalamayat-ayat

tegasketerangannyadanjelasciri-cirinya.5

Kita

dapat

yang
mengatakan

semua ayat Al Quran adalah muhkam, kalau yang kita maksud dengan
3Djalal. H. A, Ulumul Quran,hlm. 240-241
4Ibid. 243

muhkam itu adalah kuat, kokoh, rapih susunanya dan sama sekali tidak
mengandung

kelemahan

baik

dalam

lafaz-lafaznya,

rangkaian

kalimatnya maupun maknanya. Berdasarkan makna itulah Allah


berfirman dalam surah Hud ayat 1. Kitapun dapat pula mengatakan
bahwa semua ayat Al Quran mutasyabih, kalau mutasyabih itu
dimaksudkan sebagai kesamaan ayat-ayatnya dalam hal balaghah
(eloquence)

dan

ijaz

(to

disable)

serta

dalam

hal

sukaran

membedakan mana bagian-bagian Al Quran yang lebih afdhal.


Berdasarkan pengertian itulah Allah berfirman dalam surah Az-Zumar
ayat 23.6
Secara tegas dikatakan bahwa sebab adanya ayat muhkamah
dan mutasyabihat ialah karena Allah SWT menjadikannya demikian itu.
Allah SWT memisahkan atau membedakan antara ayat-ayat yang
muhkamat dari ayat yang mutasyabihat, dan menjadikan ayat
muhkamat sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat.
Allah SWT berfirmandalam Q.S. Ali Imron: 7










Artinya: Dialah yang menurunkan al-kitab (Al Quran) kepadakamu.
Diantara (isi)nyaadaayat-ayat yang muhkamatitulahpokok-pokokisi Al
Quran dan yang lain (ayat-ayat)mutasyabihat. Adapun orang-orang
yang

dalamhatinyacondongkepadakesesatan,

makamerekamengikutisebagianayat-ayat

yang

mutasyabihatuntukmenimbulkanfitnahdanuntukmencari-caritakwilnya,
5SauqiyahMusyafaah, DKK, Studi Al Quran,(Surabaya: IAIN SunanAmpel Press:
2012), hlm. 235
6 Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran, (jakarta: Pustaka Firdaus,2001),
hlm.371

padahaltidakada
orang-orang

yang

mengetahuitakwilnyamelainkan

yang

Allah.

mendalamilmunyaberkata,

Dan
kami

berimankapadaayat-ayatyang mutasyabihat, semuanyaitudarisisiTuhan


kami. Dan tidakada yang mengambilpelajaran (darinya) melainkan
orang-orang yang berakal.7
Dari

ayattersebutjelas

menurunkan

Al

Allah

Quran

SWT

yang

berfirmanbahwa

Allah

didalamnyaterdiridariayat-

ayatmuhkamatdanada yang mutasyabihat. Telah dijelaskan seperti


diatas, dalam buku lain juga membahas yang sama bagwa Isu tentang
adanya ayat muhkam dan mutasyabih dilatar belakangi oleh ulama
tafsir terhadap makna Q.S. Hud ayat 1, Q. S. Az- Zumar ayat 23, Q. S.
Ali

Imran

ayat

7.

Al

Quran

merupakankitab

yang

muhkamatsebagaimana Q. S. Hudayat 1:

Artinya:

Alif

Lam

Ra,

(Inilah)

suatukitab

yang

ayat-

ayatnyadisusundenganrapisertadijelaskansecaraterperinci.
Karenaayatnyatersusunrapidanurut,
sehinggadapatdipahamiumatdenganmudah,

tidakmenyulitkan,

dantidaksamarartinyakarenamaknanyamudahdicernaolehakalpikiran.
Al Quran merupakankitab yang mutasyabihatsebagaimana Q. S. AzZumarayat 23, karenasebagiankandungannyaserupadengansebagian
yang

lain

dalamkesempurnaandankeindahanya,

dansebagiannyamembenarkansebagian yang lain sertasesuai pula


maknanya.

Karenaitu

Al

Quran

secarautuhmemuatsisimuhkamdanmutasyabihat.8

7Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya Al-Jumanatul


Ali, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2004), hlm.50
8SauqiyahMusyafaah, DKK, Studi Al Quran hlm. 245


















Artinya: Allah telahmenurunkanperkataan yang baik (yaitu) Al Quran
yang

serupa

(mutuayat-ayatnya)

gemetarkarenanyakulit

orang-orang

yang

lagiberulang-ulang,
takutkepadaTuhan-Nya,

kemudianmenjaditenangkulitdanhatimerekawaktumengingat
Itulahpetunjuk
dikehendaki-Nya.

Allah,
Dan

Allah.

dengankitabituDiamenunjukisiapa
barangsiapa

yang

disesatkan

yang
Allah,

makatidakadaseorang pun pemberipetunjukbaginya. (Q.S. Az-Zumar:


23).9
Penyebabadanyaayat-ayat yang mutasyabihatdalam Al Quran
antara lain disebabkanolehtigafaktor, yaitu:
1. KesamaranPadaLafal
Sebagian

adanya

ayat-ayat

mutasyabihat

Al

Quran

itu

disebabkan karena kesamaran pada lafal, baik lafal yang mufrad (lafal
yang belum tersusun dalam kalimat) ataupun yang sudah murakab
(lafal yang tersusun dalam kalimat).
Sebab kesamaran lafal tersebut sebagai berikut:
a. Kesamaran Dalam Lafal Mufrad
Lafal mufrad artinya tidak jelas, baik disebabkan oleh lafalnya yang
gharib (asing), maupun mushtarak (bermakna ganda). Termasuk hurf
al-muqattaah di awal surah.
1). Contoh kesamaran lafal mufrad yang gharib (asing)
Al Quran surah Abasa ayat 31


Artinya: Dan buah-buahan serta rumput-rumputan
Lafaz jarang di jumpai dalam Al Quran (gharib), maka ayat tersebut
dijelaskan pada ayat berikutnya pada surah Abasa ayat 32,
9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya Al-Jumanatul
Ali,hlm.461

Artinya: Untukkesenanganmudanuntukbinatang-binatangternakmu
2). Contoh kesamaran lafal mufrad yang mushtarak (bermakna
ganda)
Al Quran surah As- Saffat ayat 93




Laludihadapinyaberhala-

Artinya:

berhalaitusambilmemukulnyadengantangankanannya (dengankuat)

b. Kesamaran Dalam Lafal Murakkab


Kesamaran dalam lafal murakkab itu desebabkan karena lafallafal yang murakkab (lafal yang tersusun dalam kalimat) itu terlalu
ringkas, terlalu luas, dan karena susunan kalimatnya kurang tertib.
1). Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu
ringkas.
Misalnya firman Allah Quran surah An-Nisa ayat 3

Artinya: Dan jikakamutakuttidakakandapatberlakuadilterhadap (hakhak)

perempuan

yang

makakawinilahwanita-wanita
tigaatauempat.

yatim
(lain)

(bilamanakamumengawininya),
yang

kamusenangi:

dua,

Kemudianjikakamutakuttidakakandapatberlakuadil,

maka (kawinilah) seorangsaja, ataubudak-budak yang kamumiliki. Yang


demikianituadalahlebihdekatkepadatidakberbuataniaya.
Tentunya sukar untuk memahami terjemahan ayat tadi, karena
takut tidak dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim, lalu
mengapa disuruh mengawini wanita yang baik-baik, dua, tiga, atau

empat. Kesukaran itu terjadi karenan susunan ayat tersebut terlalu


singkat.
2). Contoh tasyabuh (kemasaran) lafal murakkab karena kurang tertib
Al Quran Surah Al-Kahfi ayat 1









Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di
dalamnya.
2. Kesamaran Pada Makna Ayat
Kesamaran pada makna ayat seperti dalam ayat-ayat yang
menerangkan sifat-sifat Allah, seperti sifat Rahman Rahim-Nya, atau
sifat Qudrat Iradat-Nya, maupun sifat-sifat lainya. Dan seperti makna
dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa kubur, dan siksa
neraka. Akal pikiran manusia tidak akan bisa menjagkau semua hal
tersebut,

sehingga

makna-maknanya

sulit

mereka

tangkap.

Bagaimana mengerti arti maksud ayatnya, sedangkan mereka tidak


pernah melihatnya.
Hal ini seperti hadits Nabi SAW:
Artinya: sesungguhnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak
pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah tergores dalam hati
manusia.
Kesamaran dalam hal-hal tersebut bukan karena lafalnya, tetapi
karena makna lafaznya yang tidak terjangkau oleh akal pikiran
manusia.10
3. Kesamaran Pada Lafaz Dan Makna Ayat
Terkadang

adanya

ayat

mutasyabihat

kesamaran dalam lafaz danmakna ayat-ayat itu.


Contohnya, surah Al-Baqarah ayat 189:
10SauqiyahMusyafaah, DKK, Studi Al Quran,hlm. 248

terjadi

disebabkan



Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah,
bulan sabit itu adalah tanda-tanda bagi manusia dan (bagi ibadah
haji);

dan

bukanlah

kebajikan

memasuki

rumah-rumah

dari

belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang


bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.11
Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya,
karena terlalu ringkas, juga terjadi pula pada maknanya, karena
termasuk adat kebiasaan khusus orang Arab. Orang yang tidak
mengerti adat-istiadat bangsa Arab pada masa jahililiah tidak akan
paham terhadap maksud ayat tersebut,sehingga dalam memahami
ayat ini akan sulit bagi orang-orang yang bukan termasuk orang Arab.
Dan sejatinya ayat ini adalah diperuntukkan untuk orang yang sedang
melakukan ibadah baik haji maupun umroh.12
C. Klasifikasi Ayat Mutasyabihat
Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat mutasyabihat dalam Al
Quran, maka macam-macam ayat mutasyabihat itu ada 3 macam,
sebagai berikut:
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh
umat manusia, kecuali Allah SWT. Contohnya seperti Dzat Allah SWT,
hakikat

sifat-sifat-Nya,

waktu

datangnya

hari

kiamat,

dan

sebagainya. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan ghaib yang hanya


diketahui Allah SWT. Seperti keterangan sursh Al-Anam ayat 59:
11Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya Al-Jumanatul
Ali, hlm. 29
12Djalal. H. A, Ulumul Quran, hlm. 249

Dan seperti isi surah Lukman ayat 34:


2. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang
dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang dalam. Contohnya
seperti

merinci

yang

mujmal,

menentukan

yang

musytarak,

mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dan


sebagainya.
3. Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar
ilmu dan sains, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Halhalinitermasukurusan-ursan yang hanyadiketahuioleh Allah SWT dan
orang-orang

yang

rosikh

(mendalam)

ilmupengetahuannya,

sepertiketeranganayat 7 surah Ali Imran:










Artinya: Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadakamu.
Di antara (isi)nyaadaayat-ayat yang muhkamaat, itulahpokokpokokisi Al qurandan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalamhatinyacondongkepadakesesatan,
makamerekamengikutisebahagianayat-ayat

yang

mutasyaabihaatdaripadanyauntukmenimbulkanfitnahuntukmencaricaritawilnya,

padahaltidakada

wilnyamelainkan

Allah.

yang

Dan

mengetahuita

orang-orang

yang

mendalamilmunyaberkata: "Kami berimankepadaayat-ayat yang


mutasyaabihaat,

semuanyaitudarisisiTuhan

tidakdapatmengambilpelajaran

(daripadanya)

kami".

Dan

melainkan

orang-

Memahami

Ayat

orang yang berakal.


D. Perbedaan
Mutasyabihat

Pendapat

Ulama

Dalam

Persoalan dari Ulumu al Quran yang masih sering terdengar ialah


mengenai perselisihan menyangkut masalah ayat-ayat yang muhkam
dan ayat-ayat yang mutasyabih. Telaah dan perdebatan di seputar
masalah ini telah banyak mengisi lembaran khazanah keilmuan islam,
terutama menyangkut penafsiran Al Quran. Ulama-ulama salaf enggan
menafsirkan ayat-ayat mutashabihat. Mereka hanya mengimani dan
mengamalkan apa yang Allah maksud di dalam Al Quran. Sedangkan
dikalangan

ulama

mutaakhirin

berani

menafsirkan

maupun

menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat.


Sebagaimana terjadi perbedaan pendapat tentang pengartian
muhkan dan mutasyabih dalam arti khusus, perbedaan pendapat
mengenai kemungkinan maksud ayat yang mutasyabih pun tidan
dapat dihindarkan. Sumber perbedaab pendapat ini berpangkal pada
masalah waqaf dalam ayat

. Apakah kedudukan

lafaz ini sebagai mubtada yang khabar-nya adalah
, dengan

wawu diperakukan sebagai huruf istinaf (permulaan) dan waqaf
dilakukan pada lafaz




ataukah ia matuf,
sedangkan lafaz
menjadi hal dan waqaf-nya pada lafaz




.
Pendapat

ulama

pertama

diikuti

oleh

sejumlah

ulama,

diantaranya adalah Ubay bin Kaab, Ibnu Masud, Ibnu Abbas,


sejumlah sahabat, tabiin dan lainya. Mereka beralasan antara lain,
dengan keterangan yang diriwayatkan oleh Hakim dalam mustadraknya, yang bersumber dari ibnu Abbas, bahwa ia membaca













Dan dengan qiraat Ibnu Masud:


Juga



dengan ayat itu sendiri yang menyatakan celaan terhadap orang-orang
yang mengikuti ayat mutasyabih, dan mensifatinya sebagai orang-

orang yang hatinya condong kepada kesesatan dan berusaha


menimbulkan fitnah.
Anggapan bahwa dalam Quran terdapata ayat yang hanya
diketahui maknanya oleh Allah telah muncul sejak masa-masa awal
islam (masa shabat). Paling tidak anggapan ini tampak ketka Muqatil
(w. 150H / 767M) membedakan tafsir sebagai suatu bentuk
pemahaman atau penjelasan terhadap ayat-ayat yang dapat dipahami
maknanya oleh ulama, dan tawil sebagai suatu bentuk penafsiran
terhadap ayat-ayat yang maknanya hanya dapat dipahami oleh Allah.
Pendapat yang kedua (yang menyatakan wawu sebagai huruf
ataf) dipilih oleh golongan yang lain, yang dipelopori oleh Mujahid.
Golongan ini mengartikan tawil menurut pengertian yang kedua, yakni
tafsir, sebagaimana yang dikemukakan Mujahid. Pendapat ini dipilih
oleh An-Nawawi. Dalam sharh muslim-nya ia menigaskan, inilah
pendapat yang paling shahih, karena tidak mungkin Allah menyeru
hamba-Nya dengan sesuatu yang tidak dapat deketahui maksudnya
oleh mereka.13
E. Cara

menentukan

Al-Muhkamat

dan

Al-Mutasyabih

Dan

Contoh-Contohnya
1. Para ulama berselisih pendapat dalam penentuan ayat-ayat yang
masuk muhkamat dan mutasyabihat, di antaranya:
a.

Ayat-ayat muhkamatadalah ayat yang maksudnya dapat di

ketahui,baik melalui takwil maupun tidak. Sedangkan ayat-ayat


mutasyabihat adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui
oleh Allah, seperti tentang terjadinya hari kiamat, keluarga Dajjal, dan
potongan-potongan huruf pada awal surat (fawatih as-suwar).
b.

Ayat-ayat

muhkamatadalah

ayat

yang

sedangkan ayat-ayat mutasyabihat sebaliknya.

13SauqiyahMusyafaah, DKK, Studi Al Quran,hlm. 249-251

maknanya

jelas,

c.

Ayat-ayat

muhkamatadalah

ayat

yang

tidak

memunculkan

kemungkinan-kemungkinan sisi arti yang lain, sedangkan ayat-ayat


mutasyabihatmempunyai kemungkinan sisi arti yang banyak.
d.

Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang maknanya dapat di

pahami oleh akal, seperti bilangan rakaat shalat, kekhususan bulan


Ramadhan untuk pelaksanaan puasa wajib, sedangkan ayat-ayat
mutasyabihat sebaliknya. Pendapat ini di kemukakan oleh Al- Mawardi.
e.

Ayat-ayat muhkamatadalah ayat yang dapat berdiri sendiri

(dalam pemaknaanya), sedangkan ayat-ayat mutasyabihatbergantung


pada ayat lain.
f.

Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang maksudnya segera dapat

di ketahui tanpa penakwilan, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat


memerlukan penakwilan agar diketahui maksudnya.
g.

Ayat-ayat muhkamatadalah ayat yang lafazh-lafazhnya tidak

berulang-ulang, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat sebaliknya.


h.

Ayat-ayat

kefarduan,

muhkamat

ancaman,

mutasyabihatberbicara

adalah
dan

tentang

ayat
janji,

yang

berbicara

sedangkan

kisah-kisah

dan

tentang
ayat-ayat

perumpamaan-

perumpamaan.
i.

Ibnu Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Ali bin Abi

Thalhah,

dari

Ibnu

Abbas

yang

mengatakan

bahwa

ayat-ayat

muhkamatadalah ayat yang menghapus(nasikh), berbicara tentang


halal-haram, ketentuan-ketentuan (hudud), kefarduan, serta yang
harus

diimani

dan

diamalkan,

sedangkan

ayat-ayat

mutasyabihatadalah ayat yang dihapus (mansukh), yang berbicara


tentang

perumpamaan-perumpamaan,

sumpah,

dan

yang

harus

diimani tetapi tidak harus di amalkan.


j.

Abd bin Hamid mengeluarkan sebuah riwayat dari Adh-Dhahak

yang mengatakan bahwa ayat-ayat muhkamatayat yang tidak di


hapus, sedangkan ayat-ayat mutasyabihatadalah ayat yang dihapus.

k.

Ibnu Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Muqatil bin

Hayyan bahwa ayat-ayat mutasyabihat adalah seperti alif lam mim,


alif lam mim ra, dan alif lam ra.
l.

Ibnu Abi Hatim mengatakam bahwa Ikrimah, Qatadah, dan yang

lainnya mengatakan bahwa ayat-ayat muhkamatadalah ayat yang


harus

diimani

dan

diamalkan,

sedangkan

ayat-ayat

mutasyabihatadalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak harus


diamalkan.14

2. Contoh-Contoh Ayat Mutasyabihat






Artinya: (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas
Arsy. (Q.S. Thaha:5)




Artinya: Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah,
tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(Q.S. Al Qasas: 88)







Artinya: Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran
dan kemuliaan. (Q.S. Ar Rahman: 27)

14Rosihon Anwar, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 145-146















Artinya: Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian
lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya
ke tepi, supaya diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan
Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku;
dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (Q.S. Taha: 39)


Artinya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan
yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya
pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha
Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Q.S. Az Zummar: 67)

Mayoritas Ahlusunnah, diantaranya ulama salaf dan ahli hadits


mengimani ayat-ayat mutasyabihat dan menyerahkan maksudnya kepada
Allah. Mereka tidak akan mencoba menafsirkan ayat-ayat untuk sambil
menyucikan Allah dari hakikat yang nampak dari dzahir latazh.Ibnu AshShalah mengatakan bahwa mahzhab salaf ini di anut oleh generasi dan para
pemuka umat islam yang pertama. Madzhab ini pulalah yang di pilih oleh
imam-imam dan para pembuka fiqih. Contoh lain dari ayat mutasyabihat
adalah

lafaz-lafaz

pembuka

surah.

Pendapat

yang

paling

mashyur

mengatakan bahwa ayat-ayat seperti ini termasuk rahasia-rahasia yang


hanya diketahui Allah SWT.15
F. Faedah Mempelajari Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
15 Ibid, hlm. 150-153

Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah dalam


mempelajari ayat-ayat muhkam lebih dahulu sebelum menerangkan
faedah mepelajari ayat-ayat mutasyabihat.
1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
a. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan
bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang
sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya
bagi mereka.
b. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya.
Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna
maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaranajarannya.
c. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan
mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya
telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk
diamalkan.
d. Menghilangkan
mempelajari

isi

kesulitan

dan

ajarannya,

kebingungan

karena

lafal

umat

ayat-ayat

dalam
dengan

sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus


menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah
yang lain.

2. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat


a. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba
untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana
Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya
akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji,
tentunya

seseorang

yang

berpengetahuan

tinggi

akan

menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada


naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana

bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya


akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat
mutasyabih itu.
b. Teguran

bagi

mutasybih.

orang-orang

Sebagaimana

yang
Allah

mengutak-atik

ayat-ayat

menyebutkan

wa

ma

yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orangorang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya
Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami
ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya
untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka
berkata

rabbana

la

tuzighqulubana.

Mereka

menyadari

keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.


c. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar
apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan
dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar
kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha
Mengetahui segala sesuatu.
d. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra
dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa
kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu
ciptaan Allah SWT.
e. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang
bermacam-macam.16

BAB III
PENUTUP
16http://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-muhkam-mutasyabih/ di akses 22
September 2014

A. Kesimpulan
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar
lagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang
mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
Ulama berbeda pendapat dalam hal memahami ayat-ayat
mutasyabih,

yaitu

antara

memahami/memaknai

ayat-ayat

bisa

tidaknya

manusia

mutasyabihat.Sebab

munculnya

ayat muhkam mutasyabih terbagi menjadi tiga tinjauan yaitu,


Adanya kesamaran dalam lafadz, kesamaran makna ayat dan
kesamaran makna dan ayat.
Terdapat tiga macam ayat mutasyabih yaitu ayat yang tidak bisa
difahami oleh manusia, yang bisa difahami semua orang dengan
pemahaman yang dalam dan ayat yang bisa difahami oleh pakarnya
saja.
Terdapat hikmah adanya ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat
yang secara garis besar masuk pada tataran pemahaman dan
penggunaan logika akal.
B. Saran
Dalam

memahami

ayat-ayat

muhkamat

dan

mutasyabihat

tentunya akan menemui perbedaan antara ulama satu dengan yang


lainnya. Maka dari itu, kita sebagi mahasiswa tidak sepantasnya
saling salah menyalahkan pendapat satu dengan yang lainnya.
Karena setiap pendapat yang dikeluarkan oleh para ulamak tentunya
semuanya memiliki dasar. Kita harus lebih bijak dalam mengatasi
perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Risohon. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
1999
As-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka
Firdaus. 2001
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan Terjemahnya AlJumanatul Ali. Bandung: CV Penerbit J-ART. 2004
Djalal, Abdul. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu. 2000
Musyafaah, Sauqiyah, DKK. Studi Al-Quran. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press. 2012
Thabathabai, Sayyid Muhammad Husain. Memahami Esensi Al-Quran.
Jakarta: PT. Lentera Basritama. 2003
http://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quranmuhkam-mutasyabih/ di akses 22 September 2014

Anda mungkin juga menyukai