Anda di halaman 1dari 10

QAWA’ID TAFSIR

KAIDAH MUHKAM DAN MUTASYABIH DALAM AL-QUR’AN

OLEH:
AHMAD SYAHRUL YUDA KURNIAWAN
SITI FAIRUZ TIURMA YUNITA
NUR AINI ASRI RAHMA
JUBAIDAH MAWAR PUSPITA

DOSEN PENGAMPU:
DESRI ARI ENGHARIANO, LC.MA.

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN

2021
I. PENDAHULUAN

Allah menurunkan al-Qur’an kepada hamba-Nya (Muhammad SAW),


agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).
Karena itu, Allah SWT menggariskan akidah yang benar dan prinsip-prinsip
yang lurus untuk para makhluk di dalam ayat-ayat-Nya yang jelas tanda-
tandanya. Ayat-ayat itu adalah ummul kitab (pokok-pokok al-Qur’an) yang
tidak menimbulkan perbedaan dalam memahaminya demi persatuan umat dan
untuk melestarikan eksistensi mereka.

Dalam kajian studi al-Qur’an, tema tentang muhkam dan mutasyabih


merupakan tema sentral. Salah satu sebab tema muhkam dan mutasyabih
penting karena dengan memahami keduanya maksud tashri’ al-Qur’an akan
mudah dirinci dan dibedakan, mana yang otoritas Alah (muhkam) dan mana
yang menjadi panggung bagi para mufassir untuk tampil terlibat (muhkam)

Sebagaimana halnya terjadi perbedaan pendapat terkait makna


muhkam dan mutasyabih yang umum, perbedaan pendapat juga terkait cara
mengetahui (ayat) mutasyabih.

Dengan begitu pada kesempatan kali ini, Penulis akan berusaha sebisa
mungkin untuk memberikan defenisi serta contoh terkait kaidah muhkam dan
mutasyabih

1
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Muhkam ( ) dan Mutasyabih ( )
1. Muhkam ( )

Secara etimologis kata muhkam berasal dari ihkam (‫) إحكم‬


yang berarti merapikan atau mengokohkan1 yang -menurut al Zarqani
mempunyai berbagai konotasi, namun mengacu pada satu pengertian,
yaitu al man’u ( ) yang berarti mencegah, artinya
membuat sesuatu itu menjadi kokoh dan tercegah dari kerusakan.
Apabila dikaitkan dengan ayat-ayat al-Qur’an, maka dapat dikatakan
bahwa semua ayat-ayat al-Qur’an itu disusun secara rapi dan kokoh,
sedikit pun tidak ada celah untuk mengkritiknya dari sudut manapun
karena baik dari kata-kata, penempatan, dalam kalimat, maupun
susunan kalimat-kalimatnya sangat rapi dan kokoh, serta tepat dan
akurat.2

Muhkamat terdapat pada Q.S. Ali Imran(3):7

. Muhkamat adalah jamak dari muhkam.


Muhkam adalah sebutan bagi lafal yang dengan jelas menunjukkan
kepada suatu pengertian tertentu dan tidak mengundang keragu-
raguan. Terhadap lafal yang muhkam, tidak diperkenankan
memberikan takwil atau penfasiran-penafsiran lain, karena sudah
jelas makna dan tujuannya.3

2. Mutasyabih ( )

Mutasyabihat berasal dari kata tasyabuh, yang menurut bahasa


berarti keserupaan, yaitu bila salah satu dari dua hal serupa dengan
yang lain.Tasyabaha atau Isytabaha berarti dua hal yang masing-

1
Mahmud Yunus, Dkk, Kamus Arab Indonesia, (Ciputat:PT Mahmud Yunus wa Dzurriyyah,
2007), hlm. 107.
2
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hlm.
152-153.
3
Ahsin W, Kamus Ilmu al-Qur’an, (Jakarta:Amzah,2012), hlm. 189.

2
masing menyerupai lainnya.4 Syubahat adalah keadaan di mana satu
dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya
kemiripan di antara keduanya secara konkrit dan abstrak. Imam Asy-
Syuthi dalam karya nya, al-itqan menjelaskan bahwa Mutasyabih
adalah ayat yang makna nya tidak jelas dan untuk memastikan
pengertiannya tidak ditemukan dalil yang kuat. Dengan kata lain
mutasyabih adalah kata yang dipakai oleh al-Qur’an untuk
menunjukkan ayat-ayat yang bersifat global (mujmal) yang
membutuhkan takwil dan sukar dipahami, sebab ayat-ayat yang
mujmal membutuhkan rincian.5

Ruang Lingkup Mutasyabih

Apabila diamati keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an, maka akan


dijumpai paling tidak tiga bentuk tasyabuh dalam ayat-ayat tersebut
yaitu menyangkut redaksi (lafal), menyangkut makna, serta
menyangkut makna dan lafal sekaligus.6

1) Lafal

Dari sudut lafal yang membuat suatu makna menjadi


kabur, secara garis besarnya terlihat dalam dua kategori yaitu
kosakata tunggal (‫ )مفردات‬dan susunan kalimat (‫)تركيب‬.

Kekaburan makna pada suatu kosakata biasanya


disebabkan kata tersebut tidak biasa terpakai (‫ )غريب‬atau lafal
itu mempunyai banyak konotasi(‫)مشترك‬. Contoh:7

a) Sahabat utama Rasulullah seperti Abu Bakr tidak dapat


menjelaskan makna lafal ‫ أَبَّا‬di dalam ayat 31 dari surah
Abasa: ‫ َوفَا ِك َهةً َّواَبًّا‬, sehingga Abu Bakr berkata ketika

4
Muhammad ‘Abd al-‘Azim al-Zarqani, Manahil al-irfan fi ulumul al-Qur’an, Jilid II,(
Beirut: Dar-al-fikr), hlm. 270.
5
Ibid, hlm. 210.
6
Nashruddin Baidan, Op.Cit. hlm 155.
7
Ibid, hlm. 156.

3
didesak oleh penanyanya : “Mana langit yang akan
menaungiku, dan mana bumi tempat aku berpijak, jika
kukatakan sesuatu yang tidak ada dalam kitab Allah?”.

b) Dalam redaksi yang berbeda ‘Umar juga mengatakan


tidak tahu maksud kata itu seperti dikatakannya: “lafal
jelas bagi kita, tapi yang dimaksud ‫‘ ? أَبَّا‬Umat
‫فَا ِك َهة‬
tertegun. Lalu berkata pada dirinya: “Ini terlalu
berberat-berat hai ‘Umar”.

Kejadian ini merupakan data yang representative bagi kita bahwa


keasingan suatu kata membuat pengertiannya menjadi kabur,
bahkan di kalangan bangsa Arab asli dan sahabat utama Nabi,
tetap saja mereka tidak memahami maksud yang terkandung
dalam kosakata tersebut.

2) Makna

Terjadi tasyabuh terhadap pengertian yang dikandung


oleh suatu ayat biasanya terdapat pada ayat-ayat yang
menginformasikan berita-berita ghaib seperti sifat-sifat
Tuhan, Malaikat, kondisi akhirat seumpama surge, neraka,
hari kiamat, dan sebagainya. Semua itu tidak jelas bagi siapa
pun karena belum ada yang mengalaminya, sehingga apa
yang diinformasikan oleh al-Qur’an tidak bisa dibanyangkan
secara tepat dan akurat dalam benak kita.

Terutama yang akan mengganggu pikiran ialah nash-


nash yang menginformasikan tentang tuhan seperti terdapat
pada Q.S. al-Fath(48):10 ً‫ًُّٰللا ًفَ ْوقَ ًا َ ْي ِد ْي ِه ْم‬
ِ ‫( يَد ه‬tangan Allah di
atas tangan-tangan mereka), Q.S. al-Fajr(89):22ً ‫ُّك‬ َ ‫َّو َج ۤا َء‬
َ ‫ًرب‬
‫صفًًّا‬ َ ً ُ‫َو ْال َملَك‬
َ ً ‫صفًّا‬ (Tuhanmu datang dan malaikat sedang
berbaris-baris), Q.S. Taha(20):5 ‫ست َ ٰوى‬ ْ َ‫عل‬
ْ ‫ىًال َع ْر ِش ًا‬ َّ َ ‫ا‬
َ ً ‫لر ْحمٰ ُن‬
(ar-Rahman bersila di atas ‘arasy), dan sebagainya. Pengertian

4
semua itu semu dan samar-samar bagi kita tak ada yang tahu
hakikat sebenarnya dibalik ungkapan serupa itu. 8

1. Lafal dan Makna

Ruang lingkup ketiga kekaburan maksud ayat al-Qur’an


dilihat dari sudut lafal dan maknanya sekaligus. Menurut ar-
Raghib al-Ishfahani, kekaburan tersebut dapat dilihat dari lima
aspek, yaitu kuantitas, kualitas, waktu, tempat dan persyaratan
sah atau batalnya suatu perbuatan. Kekaburan maksud dari segi
lafal dan makna sekaligus dapat dilihat pada ayat 189 dari
potongan surah al-Baqarah yang berbunyi:
َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ َ
……‫وليس ال ِبر ِبان تأتوا البيوت ِمن ظهورها‬
ِ
Dan bukanlah kebaikan itu bahwa kamu memasuki rumah-
rumah dari belakangnya. Kata al-Zarqani, ungkapan itu sulit
9
sekali dipahami karena terlalu “padat” ( ).

B. Contoh Ayat-ayat Muhkam

Para ulama menyebut contoh muhkam di dalam al-Qur’an di


antaranya adalah ayat-ayat nasikh, serta ayat-ayat yang menyebutkan
tentang halal, haram, hudud, kewajiban-kewajiban, janji, dan
ancaman10.

1. Q.S. al-Baqarah(2): 183


َ ْ َّ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ُ
ُ ََْ
َ
ُ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
ْ َ ُّ ٰٓ
ِ ‫يايها ال ِذين امنوا ك ِتب عليكم‬
‫الصيام كما ك ِتب على ال ِذين‬
َ ْ ُ ََّ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ
َۙ‫ِمن قب ِلكم لعلكم تتقون‬

8
Ibid, hlm. 159.
9
Ibid, hlm. 160.
10
Umar Mujtahid. Firman Arifianto, Hapsoro Adiyanto, Dasar-dasar Ilmu al-Qur’an,
(Jakarta:Qura, 2016), hlm. 338.

5
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.

2. Q.S. Yunus10 :1
ْ َْ ٰ ْ ُ ٰٰ َ ْ ٰ
ِ ‫الۤر‬
‫ۗتلك ايت ال ِكت ِب الح ِكي ِم‬
Alif Lām Rā. Itulah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang penuh
hikmah

3. Q.S. Hud 11 :1
ْ َ ْ َ ْ ُ َّ ْ ْ َ ُ َُّ ٗ ُ ٰ ٰ ْ َ ْ ُ ٌ ٰ ٰ
َۙ‫الۤرۗ ِكتب اح ِكمت ايته ثم ف ِصلت ِمن لدن ح ِكي ٍم خ ِبي ٍر‬
Alif Lām Rā. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya telah disusun
dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci (dan
diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahateliti.

4. Q.S. Taha (20): 82


َ ٌ َ َ َ َ ََْٰ
‫ىها فاذا ِه َي حَّية ت ْس ٰعى‬‫ فالق‬.1
Maka, dia (Musa) melemparkannya. Tiba-tiba ia menjadi seekor
ular yang merayap dengan cepat
.
C. Contoh ayat-ayat Mutasyabih

Contoh ayat yang munasyabih di dalam al-Qur’an adalah ayat-ayat


mansukh, serta ayat-ayat yang berbicara tentang hakikat nama-nama dan
sifat-sifat Allah, seperti disebutkan dalam firman Allah:

1. Q.S. Taha(20): 5
ٰ َ ْ ْ َ ْ َ َ ُ ٰ ْ َّ َ
‫الرحمن على العر ِش استوى‬
(Dialah Allah) Yang Maha Pengasih (dan) bersemayam di atas
ʻArasy.466)

6
2. Q.S. Al-Fath ():10
‫َّ َّ ْ َ ُ َ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ ُ ْ َ ه َ َ ُ ه‬
ْ‫اّٰلل َف ْو َق َا ْيد ْيه ْمۚ َف َمن‬
ِ ِ ِ ‫ِان ال ِذين يب ِايعونك ِانما يب ِايعون اّٰللۗيد‬
َ ُ ُ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ
َ ‫ث َع ٰلى َن ْفسهۚ َو َم ْن ا ْوفٰى ب َما ٰع َه َد َع َل ْي ُه ه‬
‫اّٰلل‬ ‫نكث ف ِانما ينك‬
ِ ِ
ً ْ َ ً ْ َ ْ ُْ َ َ
ࣖ ‫فسيؤ ِتي ِه اجرا ع ِظيما‬
Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Nabi
Muhammad), (pada hakikatnya) mereka berjanji setia kepada Allah.
Tangan692) Allah di atas tangan mereka. Oleh sebab itu, siapa yang
melanggar janji (setia itu), maka sesungguhnya (akibat buruk dari)
pelanggaran itu hanya akan menimpa dirinya sendiri. Siapa yang
menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan menganugerahinya
pahala yang besar.

3. Q.S al-An’am (6) :18


َْ ُ ْ َ ْ َ ُ َ
ُ‫الخب ْير‬ َ َ ْ َ ُ َْ َ ُ َ
ِ ‫اهر فوق ِعب ِادهۗ وهو الح ِكيم‬ ِ ‫وهو الق‬
Dialah Penguasa atas hamba-hamba-Nya, dan Dialah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.11

11
Ibid

7
III. PENUTUP

Berdasarkan hasil dari diskusi mengenai kaidah muhkam dan


mutasyabih, dapat kita pahami bersama bahwa muhkam adalah sebutan bagi
lafal yang dengan jelas menunjukkan kepada suatu pengertian tertentu dan
tidak mengundang keragu-raguan dan juga berarti lafal yang berdiri sendiri
tanpa memerlukan penjelasan apapun. Terhadap lafal yang muhkam, tidak
diperkenankan memberikan takwil atau penfasiran-penafsiran lain, karena
sudah jelas makna dan tujuannya. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang
makna nya tidak jelas dan untuk memastikan pengertiannya tidak ditemukan
dalil yang kuat. Dengan kata lain mutasyabih adalah kata yang dipakai oleh
al-Qur’an untuk menunjukkan ayat-ayat yang bersifat global (mujmal) yang
membutuhkan takwil dan sukar dipahami, sebab ayat-ayat yang mujmal
membutuhkan rincian.

Para ulama berpendapat contoh muhkam di dalam al-Qur’an adalah


ayat-ayat nasikh, serta ayat-ayat yang menyebutkan tentang halal, haram,
hudud , kewajiba-kewajiban, janji, dan juga ancaman. Contoh mutasyabih di
dalam al-Qur’an adalah ayat-ayat masukh, serta ayat-ayat yang berbicara
tentang hakikat nama-nama dan sifat-sifat Allah.

8
Daftar Pustaka

Ahsin W, Kamus Ilmu al-Qur’an, Jakarta:Amzah,2012,

Mahmud Yunus, Dkk, Kamus Arab Indonesia, Ciputat:PT Mahmud Yunus wa


Dzurriyyah, 2007,

Muhammad ‘Abd al-‘Azim al-Zarqani, Manahil al-irfan fi ulumul al-Qur’an, Jilid II


Beirut: Dar-al-fikr

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir,Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011,

Umar Mujtahid. Firman Arifianto, Hapsoro Adiyanto, Dasar-dasar Ilmu al-Qur’an,


Jakarta:Qura, 2016,

Anda mungkin juga menyukai