Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Manthuq dan Mafhum

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Dosen Pengampu:

Bapak Suhaili M.H

Disusun oleh

Hairul Anam (20180340410)

Moh Waris (20180340424)

Muhammad Muzayyin (20180340436)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN WALI SONGO

SITUBONDO

2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT Tuhan
semesta Alam,yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada utusan yang mulia
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai petunjuk bagi umat
manusia. Karena hanya dengan limpahan rahmat dan karunianyalah kami
dapat menyelesaikan karya ilmiah makalah yang berjudul “manthuq dan
mafhum” untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh Prodi IAT 1.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu ushul fiqh
di masa mendatang.

Karya ilmiah makalah tentang manthuq dan mafhum ini disusun dengan
sebaik mungkin. Akan tetapi, kami sadar bahwa dalam penulisan makalah
ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan masukan
sehingga penulis dapat menyempurnakan karya ilmiah selanjutnya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Pengertian Manthuq dan Macam-macamnya....................................................3

1. Pengertian Manthuq.....................................................................................3

2. macam-macam Manthuq..............................................................................3

B. Pengertian Mafhum dan Macamnya.................................................................7

1. Pengertian Mafhum.......................................................................................7

2. Macam-Macam Mafhum..............................................................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................13

A. Kesimpulam.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berbicara mengenai ayat-ayat yang terkandung dalam Alquran, sebenarnya


tidak semuanya memberikan pemahaman secara jelas. Jika ditelusuri makna yang
terkandung dalam setiap ayat, ternyata banyak sekali ayat yang masih
membutuhkan penjelasan lebih mendalam mengenai hukum yang terkandung
dalam ayat tersebut. Ini maknanya bahwa ayat-ayat Alquran itu tidak hanya
memberikan pemahaman secara langsung dan jelas, tetapi ada ayat-ayat Alquran
yang maknanya tersirat didalamnya.

Petunjuk lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada bunyi (manthuq)


perkataan yang diucapkan itu, baik secara tegas maupun kemungkinan
mengandung makna lain didalamnya. Dan adakalnya berdasarkan pada
pemahaman (mafhum) baik hukum yang sesuai dengan hukum manthuq ataupun
bertentangan. Inilah yang dinamakan dengan Manthuq dan Mafhum.

Dengan demikian, pada kesempatan ini kami mencoba untuk membahas


“Manthuq dan Mafhum” seperti yang ditugaskan kepada kami. Didalamnya kami
akan membahas mengenai Manthuq dan Mafhum, yang semoga dapat
memudahkan untuk memahami hukum atau makna yang terkandung dalam ayat-
ayat Alquran. Juga akan kami bahas sedikit penjelasan guna menambah
pemahaman khususnya untuk kami, dan umumnya untuk semua, mengenai
sebagian dari qawaid at tafsir. Sebagian aspek tersebut tentang mantuq dan
mafhum, meliputi pengertian dan pembagiannya serta contoh ayatnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Mantuq dan Mafhum ?


2. Bagaimana contoh-contoh dari mantuq dan mafhum?
3. Apa saja pembagian dari mantuq dan mafhum?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi Mantuq dan Mafhum


2. Mengetahui contoh-contoh Mantuq dan Mafhum
3. Mengetahui pembagiannya Mantuq dan Mafhum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manthuq dan Macam-macamnya

1. Pengertian Manthuq
Manthuq berasal dari bahasa Arab ( ‫نطق‬-‫ ) ينطق‬yang berarti berbicara,
berkata dan mengucapkan.1 ‫وق‬E‫ منط‬merupakan isim maf’ul berarti
‘yang dibicarakan’. Sedangkan menurut istilah Manthuq adalah makna
yang ditunjukkan oleh lafazh, yang ada (disebutkan) pada lafazh tersebut. 2
Dan menurut Ma’bad Manthuq merupakan suatu (makna) yang ditunjukan
oleh lafazh menurut ucapannya, yakni penunjukkan makna berdasarkan
materi huruf-huruf yang diucapkan.3

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa apabila suatu makna yang
ditunjukkan oleh suatu lafazh menurut ucapan (makna tersurat) yakni
berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan disebut pemahaman secara
manthuq. Seperti contoh:
‫ُور ُك ْم ِم ْن نِ َساِئ ُك ُم الالتِي َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن‬
ِ ‫َو َربَاِئبُ ُك ُم الالتِي فِي ُحج‬

“… diharamkan bagi kamu (menikahi) anak-anak tiri yang berada dalam


asuhan kamu dari istri-istri yang telah kamu gauli…” Q.S An-Nisa (4) : 23
Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa manthuq nya ialah
menunjukan secara jelas bahwa haram menikahi anak-anak tiri yang berada
dalam asuhan suami dari istri-istri yang sudah digauli.

2. Macam-Macam Manthuq

Ma’bad dalam kitabnya Nafahaat min ‘Ulum al-Qur’an membagi


Manthuq kepada lima macam, yakni manthuq Nash, Zhahir, Muawwal,
1
Abdul Mujib AS, Kamus al-Azhar (Tangerang: Bintang Terang) tt, hal.280
2
Abdul Hamid Hakim, Mab’adi Awaliyyah (Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra,2007) ,
hal.14
3
Muhammad Ahmad Ma’bad, Nafahaat min ‘Ulum al-Qur’an (Kairo: Dar as-Salam) 2008,
hal.88

3
Iqtidha’ dan Isyarah. Sebagaimana uraian berikut;

a. Manthuq Nash.

Manthuq Nash adalah lafadz yang bentuknya sendiri telah dapat


menunjukkan makna yang dimaksud secara tegas (Sharih) dan tidak
mengandung kemungkinan makna lain. Dengan pengertian lain manthuq
nash yaitu Manthuq yang tidak memungkinkan ta’wil padanya4, Hal ini
seperti firman Allah Ta’ala,

َ ‫صيَا ُم ثَالثَ ِة َأي ٍَّام فِي ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة ِإ َذا َر َج ْعتُ ْم تِ ْل‬
ٌ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِملَة‬ ِ َ‫ف‬

“Maka wajib berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari)
setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna...” Q.S al-
Baqarah (2): 196.
َ ‫ )ع‬dengan “sempurna (ٌ‫ة‬EEEEَ‫ ”) َكا ِمل‬telah
Penyipatan “sepuluh” (ٌ‫ َرة‬EEEE‫َش‬
menghilangkan kemungkinan “sepuluh” ini diartikan lain secara
majaz( perumpamaan). Inilah yang dimaksud dengan Nash.

b. Manthuq Zhahir.

Manthuq Zhahir ini memungkinkan dua makna dari satu lafazh,


tetapi salah satu dari makna tersebut segera dipahami ketika diucapkan,
dan yang lainnya lemah. Manthuq zhahir ini sama dengan mafhum
nash dari segi mengambil petunjuk dari apa yang diucapkan. Seperti
firman Allah Ta’ala:
‫اغ َوال عَا ٍد فَال ِإ ْث َم َعلَ ْي ِه ِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
ٍ َ‫فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغ ْي َر ب‬
“Maka barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkan
nya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sungguh Allah maha pengampun maha penyayang” Qs. al-Baqarah
(2):173.

4
Abdul Hamid Hakim, as-Sulam, (Jakarta: Maktabah as-Sa’adiyyah Putra, 2007) .hlm. 29

4
Lafaz “Bag” digunakan untuk makna “al-Jahil” (bodoh, tidak tahu)
dan “az-Zalim” (melampaui batas, zalim), tetapi kemungkinan arti yang
kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan5.

c. Manthuq Muawwal

Manthuq Muawwal ialah lafaz yang diartikan dengan makna marjuh


(tidak diunggulkan) karena ada satu dalil yang menghalangi di
maksudkannya makna yang rajih (diunggulkan). Seperti firman Allah
Ta’ala:

‫َاح ال ُّذلِّ ِمنَ الرَّحْ َم ِة‬ ْ ‫َو‬


َ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجن‬

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih


sayang”

Ma’na “Dzul” pada ayat tersebut dipalingkan kepada makna


tunduk, patuh, tawadlu, dan bermu’amalah yang baik terhadap kedua
orang tua karena mustahil manusia mempunyai sayap untuk diperintahkan
tunduk kepada keduanya.

d. Manthuq Iqtidha’

Manthuq Iqtidha’ Adalah pengertian kata yang disisipkan secara


tersirat (dalam pemahaman) pada redaksi tertentu yang tidak bisa dipaami
secara lurus kecuali dengan adanya penyisipan itu.
Contohnya sebuah hadits Rasulullah menjelaskan:

‫َأ‬E َ‫ ا َوزَ ع َْن ُأ َّمتِي ْال َخط‬E‫لَّ َم ِإ َّن هَّللا َ تَ َج‬E ‫ ِه َو َس‬E ‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬E ‫ص‬
َ ِ ‫و ُل هَّللا‬E ‫ا َل َر ُس‬EEَ‫ا َل ق‬EEَ‫ي ق‬ ِ Eَ‫ع َْن َأبِي َذ ٍّر ْال ِغف‬
ِّ ‫ار‬E
‫َوالنِّ ْسيَانَ َو َما ا ْستُ ْك ِرهُوا َعلَ ْي ِه‬

“Dari Abu Dzar al-Ghiffari berkata, Rasulullah SAW bersabda:


Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku sesuatu yang dilakukan
5
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabaahits Fi Ulum al-Qur’an (Kairo: Maktabah Wahbah,
2000). hlm. 242

5
sebab salah, lupa dan sesuatu yang dipaksaan kepadanya.” (HR. Ibnu
Majah)
Hadits tersebut secara jelas menunjukkan bahwa tersalah, lupa dan
keterpaksaan diangkatkan dari umat Muhammad saw. pengertian tersebut
sudah jelas ridak lurus, karena bertentangan dengan kenyataan. Untuk
meluruskan maknanya perlu disisipkan secara tersirat kata al-ism (dosa)
atau al-hukm (hukum), sehingga demikian arti hadits menjadi :
diangkatkan dari umatku (dosa atau hukum) perbuatan tersalah, karena
lupa atau karena keterpaksaan.

e. Manthuq Isyarah

Manthuq Isyarah Ialah suatu pengertian yang ditunjukkan oleh suatu


redaksi, namun bukan pengertian aslinya, tetapi merupakan suatu
kemestian atau konsekuensi dari hukum yang ditunjukkan oleh redaksi itu.
Seperti dalam surat Al-Luqman ayat 14:

َ ِ‫ص ْينَا اإل ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن‬ َّ ‫َو َو‬

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”
Contoh lainnya dalam surat al-Baqarah ayat 187:

َ‫انُون‬EEَ‫اسٌ لَه َُّن َعلِ َم هَّللا ُ َأنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم ت َْخت‬EEَ‫اسٌ لَ ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم لِب‬EEَ‫اِئ ُك ْم ه َُّن لِب‬E‫ث ِإلَى نِ َس‬ ِّ َ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬
ُ َ‫ َّرف‬E‫يَ ِام ال‬E‫الص‬
َ‫ َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّن‬E ‫اش‬ ْ ‫وا َو‬EEُ‫َب هَّللا ُ لَ ُك ْم َو ُكل‬ َ ‫ا َكت‬EE‫اشرُوه َُّن َوا ْبتَ ُغوا َم‬ َ ‫َأ ْنفُ َس ُك ْم فَت‬
ِ َ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَا َع ْن ُك ْم فَاآلنَ ب‬
‫لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ األ ْبيَضُ ِمنَ ْالخَ ْي ِط األس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر‬

“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan


istrimu.mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui, bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu
sendiri, tetapi dia menerima thaubatmu dan memaafkanmu. Maka
sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara

6
benang putih dan benang hitam, yaitu fajar”.
Ayat ini menunjukan sah nya puasa bagi orang yang junub pada
waktu subuh, karena dibolehkan bercampur sampai terbitnya fajar pada
bulan ramadhan tanpa meluaskan waktu mandi janabah, dan ini
mengharuskan mandi pada waktu subuh dan sah lah puasanya.6
B. Pengertian Mafhum dan Macamnya

1. Pengertian Mafhum
Lafad mafhum berasal dari bahasa arab) ‫ ( فهم – يفهم‬yang berarti
memahami (‫ )مفهوم‬merupakan isim maf’ul yang berarti ‘yang dipahami’.
Sedangkan menurut istilah mafhum adalah ma’na yang ditunjukkan oleh
lafaz, yang tidak disebutkan pada lafazh tersebut7. Contohnya Q.S al-Isra’
ayat 23:
‫فَال تَقُلْ لَهُ َما ُأفٍّ َوال تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ ال َك ِري ًم‬

“Jangan kamu mengucapkan kepada kedua ibu bapakmu ucapan “uf” dan
janganlah kamu membentak keduanya”.

Hukum yang tersurat dalam ayat tersebut adalah larangan mengucapkan


kata kasar “uf” dan menghardik orang tua. Dari ayat itu juga dapat dipahami
adanya ketentuan hukum yang tidak disebutkan (tersirat) dalam ayat tersebut,
yaitu haramnya memukul orang tua dan perbuatan lain yang menyakiti orang
tua.
2. Macam-Macam Mafhum

Mafhum terbagi kepada dua macam, yaitu :

a. Mafhum Muwafaqah

Mafhum Muwafaqah ialah bila keadaan makna yang tidak disebutkan


itu sesuai dengan makna yang disebutkan.

Bilamana yang tidak disebut itu lebih utama hukumnya daripada


makna yang disebutkan, maka dinamakan “fahwal khithab”. Hal ini seperti
6
Muhammad Ahmad Ma’bad, Nafahaat min ‘Ulum. hlm.8
7
Muhammad Ahmad Ma’bad, Nafahaat min ‘Ulum. hlm. 89

7
dilarangnya memukul ibu bapak, sebagai mafhum dari firman Allah
ta’ala,
ٍّ ‫فَال َت ُق ْل هَلَُما‬
‫ُأف‬

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan terhadap keduanya (orang


tua) perkataan ‘ah’”. Qs. Al-Isra (17): 23.

Dan bilamana yang tidak disebut itu sebanding hukumnya dengan


makna yang disebutkan, maka dinamakan “lahnul Khitab”.8 Hal ini seperti
dilarang membakar harta anak yatim, sebagai mafhum dari firman Allah
Ta’ala,
‫ِإ َّن الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ َأ ْم َوا َل ْاليَتَا َمى ظُ ْل ًما ِإنَّ َما يَْأ ُكلُونَ فِي بُطُونِ ِه ْم نَارًا‬

“sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,


sebenarnya mereka itu memakan api ke dalam perutnya..” Qs. an-Nisaa
(4): 10.
Mafhum muwafaqah dapat dijadikan sebagai hujjah9.

b. Mafhum mukhalafah,

Mafhum mukhalafah ialah apabila keadaan makna yang tidak


disebutkan itu merupakan kebalikan dari makna yang disebutkan dalam
hukumnya, pada itsbat dan nafinya. Mafhum ini disebut juga “dalil
khitab”. Seperti tidak ada kewajibana zakat dari kambing yang tidak
digembalakan, sebagai mafhum dari sabda Rasulullah Saw:
‫في سائمة الغنم زكاة‬

Artinya: “pada kambing yang digembalakan itu ada kewajiban zakat”. HR


. asy- Syafi’iy.

Dan seperti tidak wajibnya haji bukan pada bulan-bulan yang


ditentukan (syawal, dzulqa’dah dan dzulhijjah), sebagai mafhum dari
8
Abdul Hamid Hakim, As-Sulam. hlm. 29
9
Abu Nabhan, Dasar-Dasar Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Maktabah Tsaqib, 2013). hlm. 54

8
firman Allah Ta’ala,

‫ات‬ َ ُ‫اْل َح ُّج َأ ْشهٌُر َم ْعل‬


ٌ ‫وم‬

“(musim) haji adalah beberapa bulan yang ditentukan,” Qs. al-Baqarah


(2): 197.
Dan seperti bolehnya jual beli pada hari jum’at ketika mu’adzin
belum adzan, sebagai mafhum dari firman Allah Ta’ala,

‫اس َع ْوا ِإلَى ِذ ْك ِر اللَّ ِه َو َذ ُروا اْلَب ْي َع‬ ِ ِ ِ ِ ‫يا َأيُّها الَِّذين آمُنوا ِإ َذا ُنو ِد‬
ْ َ‫ي للصَّالة م ْن َي ْوِم اْل ُج ُم َعة ف‬
َ َ َ َ َ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jum’at,


maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli,” Qs. al-Jumu’ah (62): 9.

Pada mafhum mukhalafah ada 6 syarat:

a. Tidak bertentangan dengan yang lebih rajih darinya, baik berupa


manthuq maupun mafhum muwafaqah.
b. Yang disebutkan bukan dalam rangka menyebut nikmat (imtinan).
c. Manthuq bukan suatu kejadian yang khusus.
d. Yang disebutkan bukan dalam rangka mengagung-agungkan
ataupun menguatkan keaadaan.
e. Manthuq disebutkan secara terpisah, bukan mengikuti urusan lain.
f. Manthuq bukan dalam rangka menyebut keghaliban.10

Mafhum mukhalafah ini ada sembilan macam:

a. Mafhum al-Washfi

Mafhum al-Washfi (pemahaman dengan sifat) adalah petunjuk


yang dibatasi oleh sifat, menghubungkan hukum sesuatu kepada salah
satu sifatnya. Seperti pada sabda Rasulullah saw.:

‫في سائمة الغنم زكاة‬


“pada kambing yang digembalakan itu ada kewajiban zakat”

10
Abu Nabhan, Dasar-Dasar Ilmu. hlm. 55

9
Mafhum mukhalafahnya adalah binatang yang diberi makan, bukan
yang digembalakan.
Mafhum al-Washfi terbagi kepada tiga;
1) Mustaq dalam ayat
2) Hal (keadaan)
3) Adad (bilangan)

b. Mafhum ilat

Mafhum illat adalah menghubungkan hukum sesuatu karena


illatnya. Seperti mengharamkan minuman keras dan narkoba karena
memabukkan.

c. Mafhum syarat

Mafhum syarat adalah petunjuk lafadz yang memberi faedah


adanya hukum yang dihubungkan dengan syarat supaya dapat berlaku
hukum yang sebaliknya. Seperti dalam surat al - Thalaq ayat 6:
ِ ‫َوِإ ْن ُك َّن ُأوال‬
‫ت َح ْم ٍل فََأ ْنفِقُوا َعلَ ْي ِه َّن‬

“...Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil,
maka berikanlah kepada mererka nafkahnya.”
Mafhum mukhalafahnya adalah istri-istri tertalak itu tidak sedang
hamil, tidak wajib diberi nafkah.

d. Mafhum ghayah

Mafhum ghayah (pemahaman dengan batas akhir) adalah


lafal yang menunjukkan hukum sampai pada ghayah (batasan,
hinggaan), hingga lafal ghayah ini ada kalanya dengan “illa” dan
dengan “hatta’. Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat al-
Maidah ayat 6:

ِ ِ‫ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى الصَّال ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬
‫ق‬
“bila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai kepada siku”.

10
Mafhum mukhalafahnya adalah membasuh tangan sampai kepada
siku.
e. Mafhum hashr

Mafhum hashr adalah pembatasan. Seperti dalam firman Allah


swt.:

ُ‫ك نَ ْستَ ِعين‬


َ ‫د َوِإيَّا‬Eُ ُ‫ِإيَّاكَ نَ ْعب‬

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada


Engkaulah kami meminta pertolongan.”
Mafhum mukhalafahnya adalah bahwa selain Allah tidak disembah
dan tidak dimintai pertolongan. Oleh karena itu, ayat tersebut
menunjukkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan
dimintai pertolongan.

f. Mafhum laqab

Mahfum laqab (pemahaman dengan julukan) adalah


menggantungkan hukum kepada isim alam atau isim fiil.
Sepertifirman Allah SWT:
‫ت َعلَْي ُك ْم َُّأم َهاتُ ُك ْم‬
ْ ‫ُحِّر َم‬

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu.”

Mafhum mukhalafahnya adalah selain para ibu.

Seluruh mafhum mukhalafah bisa dijadikan hujjah, kecuali mafhum


laqab.11

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulam

Ayat-ayat Al-Qur’an tidak semuanya memberikan pemahaman secara

11
Abu Nabhan, Dasar-Dasar Ilmu. hlm. 56

11
langsung dan jelas, oleh karena itu diantara dilalah memahami Al-Qur’an ada
kalanya menggunakan manthuq dan adakalanya menggunakan mafhum.

Manthuq berasal dari bahasa Arab (‫نطق‬-‫ق‬EE‫ )ينط‬Yang berarti berbicara,


berkata, mengucapkan . Manthuq adalah ma’na yang ditunjukkan oleh lafaz, yang
ada (disebutkan) pada lafazh tersebut . Ma’bad dalam kitabnya Nafahaat min
‘Ulum al-Qur’an membagi Manthuq kepada lima macam, yakni manthuq Nash,
Zhahir, Muawwal, Iqtidha’ dan Isyarah.

Sedangkan Lafaz mafhum berasal dari bahasa Arab ) (‫ يفهم‬- ‫ فهم‬yang berarti
memahami. Sedangkan menurut istilah mafhum adalah ma’na yang ditunjukkan
oleh lafaz, yang tidak disebutkan pada lafazh tersebut.

Manthuq dan mafhum muwafaqah bisa dijadikan hujjah, tetapi untuk


mafhum mukhalafah terdapat pengecualian. Yaitu mafhum laqab yang tidak bisa
dijadikan hujjah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil, Mabaahits Fi Ulum al-Qur’an, Kairo: Maktabah


Wahbah, 2000

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, PT.Syamil Cipta Media,


12
2005

Hakim, Abdul Hamid, As-Sulam, Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, 2007

Hakim, Abdul Hamid, Mabadi Awaliyyah, Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra,


2007

Ma’bad, Muhammad Ahmad, Nafahaat min ‘Ulum al-Qur’an, Kairo: Dar as-
Salam, 2008
Mujib AS, Abdul, Kamus al-Azhar, Tangerang: Bintang Terang.

Nabhan, Abu , Dasar-Dasar Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Maktabah Tsaqib, 2013

13

Anda mungkin juga menyukai