MAKALAH
Disusun oleh:
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ushul fiqh adalah salah satu ilmu alat yang sangat penting dan amat dibutuhkan
dalam konteks memahami al-quran. Khususnya dalam bidang penetapan hukum-hukum
syariah. Ini karena sekian banyak peristiwa bermunculan setiap saat yang berbeda dengan
peristiwa atau rincian peristiwa yang lalu. Padahal teks ayat al-Quran dan hadits tidak
sebanyak peristiwa tersebut. Dari sini lahir kebutuhan kepada rumus-rumus yang bersifat
umum yang dapat digunakan untuk memahami teks sekaligus tampil untuk tujuan
tersebut adalah ilmu Ushul Fiqh. Karena itu salah satu persolan pokok yang dibahas ilmu
ini adalah persoalan lafaz, khusunya dalam kaitannya dengan makna lafaz itu, baik
berdiri sendiri sebagai satu kosakata, maupun setelah terangkai dalam satu susunan
kalimat. Dibawah ini akan diperkenalkan sebagian dari istilah-istilah yang dirumuskan
oleh pakar-pakar ushul fiqh.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mantuq dan mafhum ?
2. Apa pengertian Mujmal dan Mubayyan?
3. Apa pengertian Muradif dan Mustasyrak?
1
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati), 2015, Hal. 155
BAB II
PEMBAHASAN
2
Abdul Hamid Hakim, Kitab Kaidah Fiqh Dan Ushul Fikih Mabadi Awaliyah, Terj. Sukanan & Khairudin,
hal.20
3
A. Sanusi & Sohari, Ushul Fiqh, (Jakarta : PT Rajagrafindo, 2015), hal. 205
4
A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih(satu dan dua), (Jakarta: Kencana, 2010), hal.99
5
A. Syafi’I Karim, Fiqih/Ushul Fiqih, (Bandung : pustia Studio, 1997), hal.177
Ayat tersebut tidak memungkinkan pemalingan artinya kepada arti
yang lain, karena jelas menunjukkan wajib puasa tiga hari.
b. Az Zahir ( )الظاهرartinya yang tampak atau yang nyata.
Maksudnya adalah, lafaz yang memungkinkan untuk di takwil. Yang
demikian ini sering juga disebut dengan nama ghairu sarih ( )غيرصريحartinya,
tidak jelas maksudnya. Sebagai contoh firman Allah :
والسماء بنىناها بايد وانالموسعون
Dan langit itu kamu bangun dengan tangan (kami) sesungguhnya Kami benar-
benar berkuasa. (QS. Azd-Dzariyat: 47).
Arti “tangan” ( )ايدdi ayat tersebut itu ditakwilkan artinya dengan
“kekuasaan” atau “kekuatan”, karena tidak mungkin Allah bertangan seperti
manusia.6
6
A. Basiq Djalil, S.H., M.A., Ilmu Ushul Fiqih(satu dan dua), (Jakarta: Kencana ,2010), hal.99-101
7
Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh (Jakarta : Kencana, 2008), hal. 214
8
A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih(satu dan dua), (Jakarta: Kencana, 2010), hal.99
yang keji kepada dua orang ibu bapakmu. Sedangkan mafhum yang tidak disebutkan
yaitu memukul dan menyiksanya (juga dilarang), karena lafal-lafal yang
mengandung kepada arti, diambil dari segi pembicaraan yang nyata dinamakan
mantuq dan tidak nyata disebut mafhum.9
Jadi yang dinamakan lafaz adalah cetusan dari makna-makna. Terkadang maksud
dari suatu lafaz sesuai dengan yang terucap atau yang tersurat secara jelas, yang
demikian dinamakan “Mantuq”. Dan terkadang yang dimaksudkan oleh suatu lafaz,
bukanlah yang terucap atau yang tersurat, tetapi yang dimaksudkannya adalah yang
tersirat, yang demikian dinamakan “Mafhum”.10
Mafhum terdiri menjadi dua bagian :
1. Mafhum Muwafaqoh :
وهو ماكان المسكوت عنه موافقا للمنطوق به
Yaitu pemahaman yang diambil sesuai dengan yang di ucapkan (ditulis).
Misalnya : tentang larangan memukul kedua orang tua, yang dapat dipahami
dari surat al-Isra : 23
0000 فال تقل لهما اف وال تنهرهما وقل لهما قوال كريما
9
Syafi’I Karim, Fiqih/Ushul Fiqih, (Bandung : pustia Studio, 1997), hal.177
10
A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih(satu dan dua), (Jakarta: Kencana, 2010), hal.99
B. Mujmal dan Mubayyan
1. Pengertian Mujmal dan Pembagiannya
Mujmal menurut bahasa adalah kabur atau tidak jelas, samar-
samar. Maksudnya suatu perkara atau lafazd yang tidak jelas atau
hal-hal yang memerlukan penjelasan. Mujmal menurut istilah fiqh
adalah ; “lafadz atau manthuq yang memerlukan bayan”.11
Mujmal ialah sesuatu yang membutuhkan penjelasan seperti
lafadz قروءpada surat al-Baqarah : 228
والمطلقات يتربصن بانفسهن ثالثة قروء
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)
Macam-macam Mujmal :
a. Lafaz mufrad yakni lafaz-lafaz yang terdiri dari satu kalimat.
Lafaz-lafaz mufrad juga dilihat dari segi jenis ada tiga macam
yakni : isim, fi’il, dan huruf.
b. Lafaz-lafaz murakab artinya lafaz-lafaz yang terdiri dari
beberapa kalimat. Sebagai contoh firman Allah yang
berbunyi :
اال ان يعفون او يعفوا
“atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah….(QS. Al-
baqarah : 237).13
11
Ibid, hal. 109
12
Abdul Hamid Hakim, Kitab Kaidah Fiqh Dan Ushul Fikih Mabadi Awaliyah, Terj. Sukanan &
Khairudin, hal. 18
13
Ibid, hal. 110-111
Arti mubayyan menurut bahasa adalah yang menjelaskan.
Maksudnya adalah suatu lafaz yang mengandung penjelasan.
Mubayyan menurut istilah ushul fiqh adalah : “mengeluarkan
sesuatu dari bentuk yang musykil (kabur) kepada bentuk yang
terang”.14
Jadi ringkasnya, bayan adalah penjelasan atau yang
menjelaskan, sedang mujmal adalah yang dijelaskan.
Adapun bayan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :15
a. Bayan dengan ucapan
Seperti pada masalah puasa untuk orang yang berhaji
Tamattu’ yang tertera dalam surat al-Baqarah : 196
فصيام ثالثة ايام في الحج و سبعة اد رجعتم تلك عشرة كاملة
“ maka wajib berpuaa tiga hari dalam masa haji dan
tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali.
Itulah sepuluh (hari) yang sempurna…”
b. Bayan dengan pekerjaan
Seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
memberikan contoh praktik sholat dan lainnya.
c. Bayan dengan tulisan
Seperti penjelasan tentang kadar zakat dan diyat anggota
tubuh, itu telah ditulis Nabi dalam sebuah kitab masyhur, hal
ini dapat dilihat dari sebuah hadits ;
فانه صل الله عليه وسلم بينهما بكتبه المشهورة
“Maka sesungguhnya Nabi SAW telah menjelaskan tentang
kadar zakat dan diyat anggota tubuh dengan kitabnya yang
masyhur.”
d. bayan dengan isyarat, seperti ucapan Rasullah :
الشهرهكدا وهكدا و هكدا
Abdul Hamid Hakim, Kitab Kaidah Fiqh Dan Ushul Fikih Mabadi Awaliyah, Terj. Sukanan &
15
Khairudin, hal. 18
“Bulan itu segini, segini, dan segini” (yaitu 30 hari, kemudian
Nabi SAW isyarah dengan jarinya 3 kali dan menahan
jempolnya pada isyarah ketiga, itu berarti terkadang hitungan
bulan itu ada yang 29).
16
Ibid, hal.116-117
17
A. Syafi’I Karim, Fiqih/Ushul Fiqih, (Bandung : pustia Studio), 1997, hal.195
Para ulama umunya berpendirian bahwa bacaan Al-Qur’an yang bersifat
ta’abudi, tidak boleh diganti dengan lafaz murafif-nya karena Al-Qur’an dan
seluruh lafaznya adalah mengandung mukjizat, sedang muradif satu lafaz dalam
Al-Qur’an bukanlah teks Al-Qur’an yang dengan sendirinya tidak mengandung
mu’jizat.
Sehubungan dengan masalah muradif ada juga para ulama yang berselisih
pendapat dalam hal-hal tertentu, seperti dalam masalah zikir. Dalam masalah zikir
itu pun bagi golongan yang membenarkan muradif, memberikan dua syarat yang
harus dipenuhi, yakni :
1) Boleh dipakai lafaz muradif, bila penggantian lafaz muradif tersebut tidak
mendapat halangan dari Agama, baik secara jelas atau samar-samar.
2) Boleh dipakai lafaz muradif, bila penggantian lafaz boleh dipakai lafaz
muradif-nya itu berasal dari satu bahasa, yakni sama-sama bahasa Arab
misalnya. 18
b. Hukum Musytarak
Yang dimaksudkan dengan hukum musytarak. Disini adalah tentang boleh
tidaknya menggunakan lafaz musytarak. Tentang hal ini para ulama berselisih,
pendapat satu pihak membolehkan, sedang di pihak lain sebaliknya.
18
A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih(satu dan dua), (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 116
Lafaz sujud adalah musytarak, karena bisa berarti meletakkan dahi di tanah
dan bisa berarti tunduk. Dan dalam ayat tersebut ditujukan pada manusia dan
makhluk yang tidak berakal seperti bumi, langit, bulan dan lain-lain.
Disamping itu, memang ada juga Ulama yang beranggapan bahwa
menggunakan lafaz musytarak dalam dua makna atau lebih adalah tidak boleh (ال
)يَجُوْ ز. 19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manthuq ialah mengambil pengertian dari lafaz yang diucapkan (yang dituliskan).
Mantuq terbagi atas dua bagian yaitu
An-Nas
Az-zhahir.
2. Mafhum ialah mengambil pengertian dari lafaz yang tidak diucapkan (yang tidak
dituliskan). Mafhum juga dibagi dua :
Mafhum muwafaqah
Mafhum mukhalfah
3. Mujmal menurut bahasa adalah kabur atau tidak jelas, samar-samar. Maksudnya
suatu perkara atau lafazd yang tidak jelas atau hal-hal yang memerlukan
penjelasan. Mujmal menurut istilah fiqh adalah ; “lafadz atau manthuq yang
memerlukan bayan”. Pembagian mujmal ada 2 :
Lafaz mufrad
Lafaz murakab
4. Arti mubayyan menurut bahasa adalah yang menjelaskan.
Maksudnya adalah suatu lafaz yang mengandung penjelasan.
Mubayyan menurut istilah ushul fiqh adalah : “mengeluarkan
sesuatu dari bentuk yang musykil (kabur) kepada bentuk yang
terang”. Bayan terbagi menjadi beberapa bagian :
Bayan dengan ucapan
Bayan dengan pekerjaan
Bayan dengan tulisan
Bayan dengan isyarat
19
Ibid, hal. 118-119
5. Muradif menurut bahasa artinya adalah : membonceng / ikut serta. Muradif yang
dimaksudlan oleh ahli ushul fiqih adalah : “beberapa lafaz terpakai untuk satu
makna.”
6. Musytarak artinya menurut bahasa adalah, berserikat, berkumpul. Musytarak
dalam ushul fiqih adalah : “lafaz yang dibentuk untuk dua arti atau lebih yang
berbeda-beda
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Teungku. 2001. Pengantar Hukum Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra
Djalil, Basiq. 2010. Ilmu Ushul Fiqih (satu dan dua). Jakarta: Kencana
Hakim, Abdul Hamid, Kitab Kaidah Fiqh dan Ushul Fikih Mabadi Awaliyah, Terj. Sukanan &
Khairudin