Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERBEDAAN MUHKAM DAN MUTASYABIH

DOSEN PENGAMPUH : AKWAM M.Pd,.

MATA KULIAH : ULUMUL QUR’AN

DISUSUN OLEH : M. REZA PANGESTU .U.(2022. 31.2017)

AHMAD RIFKI HAKIM (2022.31. 2197)

PRADILA TRIANA SARI (2022.31.2224)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
(STIT -YPI) LAHAT
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
perbedaan muhkam dan mutasyabih

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang perbedaan muhkam dan
mutasybih ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Lahat, 30 November 2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan berbagai macam bentuk,
kekuatan, kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga ada beberapa amalan yang tidak mampu
dilakukan oleh seluruh orang, dan ada pula amalan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-
orang kuat tertentu saja. Begitu juga halnya dalam kemampuan berfikirpun ada hal-hal yang
dipahami oleh semua orang dan ada hal-hal yang hanya bisa dipahami oleh ulama tertentu.
Serta ada juga yang sama sekali tidak bisa dipahami oleh seluruh insan. Terkait itu pula Allah
jadikan didalam al-Qur’an hal-hal yang bisa dipahami secara menyeluruh, juga hal-hal yang
hanya dipahami oleh orang tertentu dan hal-hal yang hanya Allah sajalah yang memahami
maknanya. Hal yang semacam ini disebut oleh para ulama sebagai pembahasan al-Muhkam
dan al-Mutasyaabih yang in syaa Allah akan menjadi pembahasan makalah kita dalam
kesempatan ini.

Menimbang pentingnya pembahasan ini perlu rasanya penulis sedikit bersumbangsih


meski banyak kendala dalam penulisan makalah ini yang mendasar terutama banyaknya
istilah-istilah syar’i yang sulit untuk dituangkan maknanya kedalam bahasa Indonesia secara
sempurna. Namun tiada pilihan lain kecuali tetap kita upayakan untuk menyajikannya sebatas
kemampuan dalam sebuah pengabdian, mohon maaf atas segala kekeliruan dan semoga bisa
bermanfaat serta dicatat oleh Allah sebagai sebuah amal shalih amin Ya Rabbal ‘Alamin.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian Muhkam dan al-Mutasyabih

2. Macam-macam Mutasyabih

3. Al-Mutasyabihat dalam ayat-ayat tentang sifat muhkam

C.Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian muhkam dan mutasyabih

2. Untuk mengetahui perbedaan antara muhkam dan mutasyabih

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih


Muhkam secara bahasa berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang
mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Muhkam
adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan
batil.
Sedangkan, mutasyabih secara bahasa berasal dari kata syabaha, yakni bila salah
satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Syubhah ialah keadaan di mana satu dari dua
hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara
keduanya atau abstrak.
Selain pengertian berdasarkan bahasa (etimologi), adapun secara terminologi
(istilah), muhkam dan mutasyabih seperti yang diungkapkan oleh para ulama adalah
sebagai berikut:

1. Kelompok ahlussunnah berpendapat bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang baik
melalui takwil (metafora) ataupun tidak, maksudnya dapat diketahui dengan gambling
Sementara itu, ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui
oleh Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya Dajjal, dan huruf-huruf
muqaththa’a

2. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maknanya jelas, sedangkan ayat-ayat


mutasyabih sebaliknya.
3. Ibn „Abbas mendefinisikan ayat-ayat muhkam sebagai ayat yang tidak
memunculkan kemungkinan sisi arti lain, sedangkan ayat-ayat mutasyabih yaitu ayat
yang mempunyai kemungkinan sisi arti banyak

4.Al-Mawardi mengemukakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maknanya dapat
dipahami akal, seperti bilangan rakaat shalat, kekhususan bulan Ramadhan untuk pelaksanaan
puasa wajib, sedangkan ayat-ayat mutasyabih sebaliknya.
5. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang dapat berdiri sendiri (dalam pemaknaannya),
sedangkan ayat-ayat mutasyabih bergantung pada ayat lain.

6. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang tanpa pentakwilan, maksudnya segera dapat
diketahui, sedangkan ayat-ayat mutasyabih memerlukan pentakwilan untuk
mengetahui maksudnya.
7. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan
janji, sedangkan ayat-ayat mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan
perumpamaan-perumpamaan.
Muhkam adalah kata yang dipakai oleh Al-Qur‟an untuk menunjuk ayat yang
terang makna dan lafalnya yang diletakkan untuk suatu makna yang kuat dan mudah
dipahami. Sedangkan mutasyabih adalah kata yang dipakai oleh Al-Qur‟an untuk
menunjuk ayat yang bersifat global (mujmal) yang membutuhkan ta‟wil
(mu‟awal) dan sukar dipahami (musykil), sebab ayat-ayat yang mujmal
membutuhkan rincian; ayat-ayat yang mu‟awal, baru dapat diketahui maknanya
setelah dita‟wilkan, dan ayat-ayat yang musykil samar maknanya dan sukar
dimengerti. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa muhkam adalah ayatayat
yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Adapun mutasyabih adalah ayat-ayat
yang maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui
maksudnya.
B. Ayat-Ayat Muhkam
Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat muhkamat itu sudah jelas,

yakni seperti keterangan pada ayat 1 surah Hud yang artinya: “suatu kitab yang ayat-

ayatnya disusun dengan rapi.” Juga karena kebanyakan tertib dan susunan ayat-ayat

Al-Qur‟an itu rapi dan urut, maknanya juga mudah dicerna akal pikiran karena tidak

samar artinya sehingga dapat dipahami umat dengan mudah. Berikut adalah contoh

dari ayat yang muhkam:

َ ‫ق ُك ان ْى َّ َّ ُ ْكى ُك ِي ْى ٍْ َٔان‬
ُ ‫ق ْث ِه َّ َعه ن ٌٕ َ َذ َّر‬
َٓ‫ق‬ َ َ ٍَ ٚ ‫َزت ِر َخه‬ ُ ‫ أ ا ُس َ ِ٘ر ُ ُكى انُ ا‬ٚ ‫ا‬َٚ ُّ ‫ا‬
َّ َّ ‫ْعث ُ ٔدا‬

Artinya: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-

orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21)


َ ‫ ٍَ َٔ َي َع ان ا ْز َ ُك ٕعا َّز‬ٛ‫صل َج ٕا َٔآ ُذ ان َّسا ِ ِكع‬
‫َكاج‬ َ َّ ‫ق ًُٕا َ َٔأ ان‬
ِٛ

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah berserta orangorang

yang ruku‟”. (QS. al-Baqarah: 43) َ

‫ ْ َع ََّلال َٔ ُ أ ْ ان َ َٔ َح َّسو ان ِّستَا‬ٛ ‫ث‬


َ َ ‫ح َّم‬

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (AlBaqarah:

275)

C. Ayat-Ayat Mutasyabihat

Adapun, adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam al-Qur‟an secara rinci adalah

disebabkan oleh tiga hal yaitu: karena kesamaran pada lafal, pada makna, dan pada

lafal dan maknanya.

a. Kesamaran pada lafal Sebab kesamaran pada lafal ini ada dua macam, sebagai

berikut:

1.Kesamaran dalam lafal mufrad Kesamaran dalam lafal mufrad (lafal yang

belum tersusun dalam kalimat) maksudnya yaitu terdapat lafal-lafal mufrad yang

artinya tidak jelas, baik disebabkan lafalnya yang gharib (asing), atau musytarak

(bermakna ganda). 1) Contoh kesamaran lafal mufrad yang gharib (asing)

ًّ ‫ فَا ِ َٓك ًح ا‬Terjemahan: Dan buah-buahan serta


Contoh: Q.S. Abasa [80]: 31 َٔ َٔ‫ت َ أ‬

rumput-rumputan. ‫ ب‬Lafal َ ‫ أ‬pada ayat tersebut mutasyabih karena jarangnya

digunakan, sehingga asing. Kata ‫ َ ب‬diartikan ‫ أ‬rumput-rumputan berdasarkan

pemahaman dari ayat berikutnya :

Q.S. Abasa (80): 32 yang berbunyi: َ‫ا نَ ُ ْكى َٔأ َل‬ƒƒƒ‫ َرا ًع‬ƒƒƒ‫ا ِيُ ْكى َْ َي‬ƒƒƒ‫ ع‬Terjemahan: Untuk

kesenanganmu dan untuk binatangbinatang ternakmu.11

2.Contoh kesamaran lafal mufrad yang musytarak (bermakna ganda)


ً ‫ َ ْ ٱن ِ ا ت ۢ ً ِْٓى َض‬ٛ ًِٛ َ‫ سا َغ ٍِ ف‬ْٛ
Contoh: Q.S. As-Saffat [37]: 93 َ‫ْست‬

D. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Mutasyabihat


Dalam pengertian secara umum sebagaimana disebutkan diatas, muhkam dan
mutasyabih tidak menyisakan persoalan di kalangan ulama. Tapi ketika term muhkam
dan mutasyabih ini dilihat dari pengertiannya secara khusus (terminologi) maka para
ulama mulai membahas dan memperdebatkannya. Pengertian muhkam dan
mutasyabih secara khusus ini mulai diperdebatkan ketika mereka menafsirkan firman
Allah SWT yang artinya:26 “Dialah yang menurunkan Al-Kitab Al-Qur‟an kepada
kamu. Diantara (isi)-nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Al-
Qur‟an dan yang lain ayatayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan,maka mereka mengikuti sebagian ayat–ayat yang
mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untukmencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah, dan orang –orang
yang mendalam ilmunya berkata “kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat.
Selanjutnya, terkait masalah ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih ini terdapat
3 pendapat yaitu:
1. menyatakan bahwa Al-Qur‟an seluruhnya adalah muhkam, mengingat Firman
ُ
َ ُ ‫آ ا ُّذ‬َٚ ‫ك ْد‬
Allah SWT : ْ ‫ِكرا ب أ‬ ًَ ِ ‫ ح‬Artinya: “Suatu Kitab yang dijelaskan (uhkimat) ayat-
ayatnya” (QS. Hud: 1).
2.menyatakan bahwa Al-Qur‟an seluruhnya adalah mutasyabih, mengingat firman
Allah SWT: َٙ َ ‫ات ْ ْح َض ٍَ ان َ ََّلالُ َ َّز َل أ‬ƒƒƒ‫ َر َش‬ƒƒƒ‫د ِس ِك َراتًا ُي‬ƒƒƒ
ٚ ‫ا َِ ًِٓا َ ِح‬ƒƒƒ‫يص‬
َ Artinya : “Allah telah
menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-
ayatnya) lagi berulang-ulang,ulang” (QS. Az-Zumar: 23).
3. dan yang paling kuat menyatakan bahwa Al-Qur‟an ada yang muhkam dan ada
pula yang mutasyabih dengan beralasan kedua ayat tersebut di atas.
E. Hikmah dan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Muhkam-Mutasyabih Al-Qur‟an
Al-Qur‟an berfungsi sebagai bayan (penjelas) dan hudan (petunjuk) dimana
didalamnya memuat ayat yang tersurat atau muhkam. Selain itu, al-Qur‟an juga
berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesar sepanjang sejarah manusia
dimana didalamnya memuat ayat yang tersirat atau mutasyabih yang tidak akan habis-
habisnya untuk dikaji dan diteliti. Ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat adalah dua
hal yang saling melengkapi dalam al-Qur‟an.
Dari sini, dapat disimpulkan setidaknya ada tiga hikmah yang dapat diambil
dari persoalan muhkam dan mutasyabih tersebut, hikmah-hikmah itu adalah: Pertama,
Andaikata seluruh ayat al-Qur‟an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, niscaya akan
sirnalah ujian keimanan dan amal lantaran pengertian ayat yang jelas. Kedua,
Seandainya seluruh ayat al-Qur‟an mutasyabihat, niscaya akan lenyaplah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia. Orang yang benar
keimanannya yakin bahwa al-Qur‟an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang
dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa muhkam adalah ayat-ayat yang
maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Adapun mutasyabih adalah ayat-ayat yang
maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui
maksudnya. Al-Qur‟an berfungsi sebagai bayan (penjelas) dan hudan (petunjuk)
dimana didalamnya memuat ayat yang tersurat atau muhkam. Selain itu, al-Qur‟an
juga berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesar sepanjang sejarah manusia
dimana didalamnya memuat ayat yang tersirat atau mutasyabih yang tidak akan
habishabisnya untuk dikaji dan diteliti.

B. SARAN
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini . tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi , oleh karna itu
kami mohon maaf . penulis berharap kepada para pembaca memberikan saran dan
kritik yang membangun kepada kami ,demi sempurnanya makalah ini semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semuanya .

DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013. Al-Qattan,

Manna‟ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an; diterjemahkan dari bahasa Arab oleh

Mudzakir, Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2009. Anwar, Rosihon, Ulum

Al-Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.

Anda mungkin juga menyukai