Di susun oleh:
Siti kholifah
Siti rahma
SAMARINDA
2016-2017
KATA PENGANTAR
Assalamuaalaikum.wr.wb.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
B. Kesimpulan ..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka perlu kiranya penulis untuk merumuskan
masalah serta menjelaskan secara rinci mengenai :
1. Apakah pengertian Muhkam dan Mutasyabih ?
2. Apakah sebab sebab terjadinya tasyabuh ?
3. Bagaimana pandangan ulama dalam menghadapi ayat ayat
tasyabuh ?
4. Apa Hikmah keberadaan ayat Mutasyabihat dalam alquran ?
BAB II
PEMBAHASAN
1). Muhkam ialah ayat-ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak
mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabih ialah ayat yang
tersembunyi (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secara aqli
maupun naqli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah mengetahuinya,
seperti datangnya hari kiamat, huruf-huruf yang terputus-putus di awal
surat (fawatih al-suwar). Pendapat ini dibangsakan al-Lusi kepada
pemimpin-pemimpin mazhab Hanafi.
5). Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya yang
membawa kepada kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan.
Mutasyabih ialah ayat yang makna seharusnya tidak terjangkau dari segi
bahasa kecuali bila ada bersamanya indikasi atau melalui konteksnya.
Lafal musytarak masuk ke dalam mutasyabih menurut pengertian ini.
Pendapat ini dibangsakan kepada Imam Al-Haramain.
6). Muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk
kepadanya isykal (kepelikan). Mutasyabih ialah lawannya muhkam atas
ism-ism (kata-kata benda) musytarak dan lafal-lafalnya mubhamah
(samar-samar). Ini adalah pendapat al-Thibi.
7). Muhkam ialah ayat yang ditunjukkan makna kuat, yaitu lafal nash
dan lafal zahir. Mutasyabih ialah ayat yang ditunjukkan maknanya tidak
kuat, yaitu lafal mujmal, muawwal, dan musykil. Pendapat ini dibangsakan
kepada Imam al-Razi dan banyak peneliti yang memilihnya.
Artinya: Dan buah-buahan serta rumput-rumputan.
Artinya: Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Ar-Raghib al-Asfhani membagi mutasyabihat dari segi lafal menjadi
dua, yaitu mufrad dan murakkab. Mutasyabih lafal mufrad adalah
tinjauan dari segi kegaribannya, seperti kata yaziffun, al-abu; Isytirak,
seperti kata al-yadu, al-yamin.
...
..
Artinya: ...tangan Allah di atas tangan mereka....
Artinya : Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa.
Orang yang tidak mengetahui adat-istiadat bangsa arab pada masa jahiliyah, tidak
akan paham terhadap maksud ayat tersebut. Sebab, kesamaran dalam ayat tersebut
terjadi pada lafalnya, karena terlalu ringkas, juga terjadi pula pada maknanya,
karena termasuk adat kebiasaan khusus orang arab, yang tidak mudah diketahui
oleh bangsa bangsa lain.
Jika ayat tersebut diperluas sedikit dengan ditambah ungkapan in kuntum
muhrabaini bihajji au umratin (Jika kalian sedang melakukan ihram untuk haji atau
untuk umrah) tentulah maksud ayat tersebut akan mudah dimengerti. Apalagi bila
orang yang sudah mengetahyui berbagai syarat dan rukun ihram, sehingga tidak aka
ada masalah lagi baginya.
Artinya: Dan kekallah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan.
Atau dalam Q.S. Taha [20]: 5 Allah berfirman :
Artinya: (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas
'Arsy.
Dalam hal ini, Subhi al-Shalih membedakan pendapat ulama ke dalam dua
mazhab.:
"Dia yang telah menurunkan kepada engkau sebuah Kitab, sebahagian
daripadanya adalah ayat-ayat yang muhkam, yaitulah Ibu dari Kitab, dan
yang lain adalah (ayat-ayat) yang mutasyabih. " (QS : Ali Imron 7).
Maksudnya, makna lahir dari kata istiwa jelas diketahui oleh setiap orang.
akan tetapi, pengertian yang demikian secara pasti bukan dimaksudkan
oleh ayat. sebab, pengertian yang demikian membawa kepada asyabih
(penyerupaan Tuhan dengan sesuatu) yang mustahil bagi Allah. karena
itu, bagaimana cara istiwa di sini Allah tidak di ketahui. selanjutnya,
mempertanyakannya untuk mengetahui maksud yang sebenarnya
menurut syariat dipandang bidah (mengada-ada).
Kesahihan mazhab ini juga didukung oleh riwayat tentang qiraat Ibnu
Abbas.
Artinya: Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan berkata orang-
orang yang mendalam ilmunya, kami mempercayai. (dikeluarkan oleh
Abd. al-Razzaq dalam tafsirnya dari al-Hakim dalam mustadraknya).
Kelompok ini, selain didukung oleh argumen aqli (akal), mereka juga
mengemukakan dalil naqli berupa atsar sahabat, salah satunya adalah
hadis riwayat Ibnu al-Mundzir yang berbunyi:
) :
:
(
() .
Artinya: dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: : Dan tidak mengetahui
takwilnya kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya.
Berkata Ibnu Abbas:saya adalah di antara orang yang mengetahui
takwilnya.(H.R. Ibnu al-Mundzir)
Adapun penulis makalah ini sendiri lebih sepakat dengan mazhab kedua,
mazhab khalaf. Karena pendapat mazhab khalaf lebih dapat memenuhi
tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang,
dengan syarat penakwilan harus di lakukan oleh orang-orang yang benar-
benar tahu isi Al-Quran, atau dalam bahasa Al-Quran adalah ar-
rasikhuna fil ilmi dan dikuatkan oleh doa nabi kepada Ibnu Abbas.
Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab salaf
dikatakan lebih aman karena tidak dikhawatirkan jatuh ke dalam
penafsiran dan penakwilan yang menurut Tuhan salah. Mazhab khalaf
dikatakan lebih selamat karena dapat mempertahankan pendapatnya
dengan argumen aqli.
A. Kesimpulan
Adapun yang dapat Di simpulkan dari penulisan makalah ini adalah:
B. Saran
Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih adalah dua hal yang saling melengkapi dalam Al-Quran.
Muhkam sebagai ayat yang tersurat merupakan bukti bahwa Al-Quran berfungsi sebagai
bayan (penjelas) dan hudan (petunjuk). Mutasyabih sebagai ayat yang tersirat merupakan
bukti bahwa Al-Quran berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesar sepanjang sejarah
manusia yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji dan di teliti. Sebagai ummat Islam
hendaknya kita lebih merenungi lagi maksud-maksud Allah menurunkan ayat-ayat tersebut
dalam bentuk yang berlainan. Dan menjadikannya pedoman dalam seiap langkah kita.
DAFTAR PUSTAKA
Chirzin , Muhammad. 2003. Al-Quran dan Ulumul Quran. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Prima Yasa
Syadali , Ahmad dkk . 2000. Ulumul Quran I. Bandung: CV. Pustaka setia
Djalal , Abdul. 2000. Ulumul Quran .Surabaya : Dunia Ilmu
http://agus-makalah.blogspot.com/2009/11/muhkam-muatasyabih.html
http://siratullah186.wordpress.com/2009/12/30/muhkam-dan-mutasyabih/
http://soni69.tripod.com/istiwa.htm