Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN PENYIARAN

“Membangun Timework yang Solid untuk Sukses Siaran Langsung

Media Radio dan Televisi”

Ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Penyiaran

Dosen Pengampu : Drs ANDIK RIYANTO, M.Si

OLEH :

SITI KHOLIFAH : 1641912014

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SAMARINDA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
ILC telah sukses menjadi salah satu icon talk-show nasional dengan rating
tinggi. Awalnya hanya mengklaim sebagai Jakarta Lawyers Club (JLC) lalu berubah
menjadi Indonesia Laywers Club (ILC).
Kita tahu, Lativi berganti pemilik dan bersalin nama secara resmi menjadi
TVOne Pada 14 Februari 2008. Tak lama kemudian, melalui TVOne, ILC menjadi
salah satu acara pavorit yang dinanti-nanti banyak pemirsa, menjadi acara talk show
dengan durasi tayang mungkin yang terpanjang dalam sejarah pertelevisian nasional.
ILC kaya dengan informasi detail, tapi tidak menawarkan kerangka
pemahaman. Sebab normalnya, sebuah acara talk-show, ILC tentu akan fokus pada
satu angle (sudut bahasan) dan lebih bersifat reportase.Ketika mengangkat soal
pembebasan 10 sandera WNI di Filipina pada 3 Mei 2016 misalnya, ILC fokus
membahas pihak siapa yang paling berjasa dalam pembebasan itu.
Pemirsa tidak ditawari kerangka berpikir tentang latar belakang kasus
penyanderaan tersebut. Dan karakter ILC seperti ini sangat klop dengan karakter
pemandu acaranya Karni Ilyas, yang berlatarbelakang wartawan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana deskripsi acara ILC
2. Bagaimana proses produksi acara ILC
3. Apa yang membuat acara ILC menarik
4. Apa hambatan yang terjadi selama proses produksi dan bagaimana cara
mengatasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Acara Indonesia Lawyers Club (ILC)


1. Profil Program Acara Indonesia Lawyers Club
Sebagai originalitas sebuah karya jurnalistik yang awalnya berangkat
dengan nama JLC atau Jakarta Lawyers Club. JLC diadaptasikan dari sebuah
Komunitas para Praktisi Hukum yang telah ada sejak tahun 80-an. Dan salah
satu pendirinya adalah Bapak Karni Ilyas, bersama Pengacara2 senior seperti
Amir Sjamsuddin, Denny Kailiman, dkk.1
Jakarta Lawyers Club adalah sebuah perkumpulan banyak lawyers dari
Jakarta. Kelompok ini didirikan tepatnya 6 Mei 1992 oleh para advokat-
advokat ternama seperti Todung Mulya Lubis, Amir Syamsuddin, Denny
Kailimang, Erman Raja, Karni Ilyas, Luhut MP Pangaribuan, OC Kaligis,
Rudhy A. Lontoh, dan Wina Armada.
Dahulu merupakan sosialisasi hanya teruntuk para advokat, sebagai
sharing diskusi perkembangan para advokat itu sendiri yang mengandung
kontroversi, dikupas secara mendalam, didukung dokumentasi bersejarah yang
dilengkapi dengan kekuatan para sumber yang diantaranya yang mengalami
pada saat kejadian sejarah, saksi sejarah yang melihat pada saat kejadian
sejarah, sampai pengamat sejarah yang mempelajari setiap kejadian sejarah.2
Barulah pada 30 Juli 1992, Jakarta Lawyers Club diluncurkan di
Executive Club Hotel Hilton Jakarta. Dalam peluncuran itu disepakati Todung
Mulya Lubis sebagai Presiden Jakarta Lawyers Club untuk periode pertama,
didampingi Karni Ilyas sebagai Vice President. Sementara itu, Denny
Kailimang dan Erman Raja menjadi Sekretaris Komite. Sisanya, lima orang
yang lain duduk menjadi anggota komite.3
Kelompok ini terkenal di kalangan umum setelah ditampilkan salah
satu stasiun televisi swasta yaitu SCTV atas inisiatif Karni Ilyas yang saat itu

1
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016.
2
http://www.pengacaraindonesia.info/2013/01/indonesia-lawyer-club.html diakses pada 24 Mei
2016 pukul 17.15 WIB
3
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55e96c8a591ed/sejarah-ilc-tak-lepas-dari-konflik-
organisasi-advokat diakses 23 Mei 2016 17.00 WIB
menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah Forum Keadilan dan pengurus
Jakarta Lawyers Club. Topik yang diangkat pada saat itu adalah perseteruan
antara Jaksa Agung Andi M. Ghalib dan tokoh reformasi yang saat itu
menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais.
Dengan tegas Amien menggertak Ghalib untuk segera mengadili mantan
Presiden RI Soeharto.
Acara ini menampilkan perbincangan untuk menambah wawasan
hukum bagi pemirsanya. Program acara ini ditayangkan di televisi pada 14
Mei 1998. Awalnya, menurut Karni, hanya omong-omong santai dirinya
dengan Denny Kailimang dan salah seorang pemilik SCTV: Henry Pribadi.
Saat itu tak ada hitung-hitungan bagi hasil. Padahal, setelah
menayangkan perseteruan itu ke televisi pada 14 Mei 1998, Karni baru tahu,
duit yang masuk ke SCTV banyak, karena spot iklan yang masuk banyak.
“Saya pun menagih Dirut-nya, „bayar dong, masa gratis?‟,” ujar Karni, yang
penulis kutip dari buku Karni Ilyas: Lahir untuk Berita karya Fenty Effendy
(Gramedia,2013, hal 289). “Dia (Dirut SCTV) kirim cek Rp 50 juta, ya dibagi-
bagi”.4
Karni meninggalkan Forum Keadilan karena Henry meminta Karni
untuk menjadi pemimpin redaksi di Liputan 6 pada tahun 1999. Selain
menjabat sebagai Pemred, Karni juga menjabat sebagai Direktur Pemberitaan
dan Hubungan Korporat SCTV, setelah itu kegiatan diskusi hukum bulanan
Jakarta Lawyers Club pun diboyong ke SCTV.
Meskipun sempat sukses dan mendapatnya rating yang tinggi, Jakarta
Lawyers Club sempat tidak tayang dalam beberapa tahun. Kemudian program
acara ini dihidupkan lagi dengan pembawa acara yang lebih muda. Hal ini
menyebabkan kritik internal pihak SCTV karena dinilai tidak layak untuk
memandu program acara tersebut. Ada beberapa pembawa acara yang pernah
menggantikan Karni di program Jakarta Lawyers Club.
Selain Ira Koesno, Nunung Setiyani, juga Presenter Terfavorit
Panasonic Award 2004, 2005, dan 2007: Rosianna Silalahi. Suara serak, logat
minang yang sesungguhnya tidak menarik sebagai seorang host ternyata
menjadikan ciri khas yang didapat dari Karni Ilyas sebagai host program acara

4
http://www.kompasiana.com/ombrill/cikal-bakal-indonesia-lawyers-club-dari-perseteruan-amin-
rais-andi-ghalib_552a70976ea834b76a552d14 diakses 30 September 2015 pukul 15.50 WIB
tersebut. Di sisi lain, identifikasi atas program ILC sudah melekat dengan
sosok Karni Ilyas, jadi sulit mencari sosok yang tepat menggantikan posisi
Bapak Karni Ilyas.5 Ketika Karni pindah ke TV One sebagai direktur
pemberitaan sekaligus Pemred atas permintaan Bakrie Group, Jakarta Lawyers
Club pun ikut pindah tayang ke TV One dan tak lama namanya diganti
menjadi Indonesia Lawyers Club (ILC).
Program yang dikemas secara interaktif dan ditayangkan setiap Selasa,
19:30 WIB.Rata-rata Indonesia Lawyers Club meraih rating 1.0 dan share 4
persen.

Perolehan Rating & Share

Tanggal Rating & Share


10 September 2013 rating 1.3 dan share 5.5
17 September 2013 rating 1.1 dan share 5.5
25 September 2013 rating 1.1 dan share 4.2

Namun, Denny Kailimang mengatakan tak ada royalty bagi pendiri Jakarta
Lawyers Club.
Setelah kini menjadi Indonesia Lawyers Club dan selalu duduk di
rating puncak pun, tak pernah ada bagian apa-apa dari pihak televisi. Denny
mengaku, kalau televisi kebanjiran iklan itu menjadi urusan mereka. Ia
menyadari, biaya produksi ILC juga cukup besar.
Menurutnya, sikap itu menjadi pengorbanan darinya dan kawan-kawan
untuk penyuluhan hukum.6 Meski menjadi program unggulan, tak berarti
Indonesia Lawyers Club lepas dari kritik. Bahkan program ini beberapa kali
mendapat teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), karena
dianggap melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program
Siaran (SPS).

5
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016.
6
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55e96c8a591ed/sejarah-ilc-tak-lepas-dari-konflik-
organisasi-advokat diakses 23 Mei 2016 17.00 WIB
Dalam teguran-teguran tersebut, KPI sempat meminta pihak TV One
untuk segera melakukan perbaikan internal, agar tidak lagi melanggar P3 Pasal
9 tentang Penghormatan Terhadap Nilai dan Norma Kesopanan dan
Kesusilaan, serta Pasal 15 ayat (1) huruf a,c, f dan ayat (2) tentang
Perlindungan Kepada Orang dan Kelompok Masyarakat Tertentu.
Dan SPS Pasal 9 tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan
dan Kesusilaan serta Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf a,d, dan g tentang
Perlindungan Kepada Orang dan Masyarakat Tertentu.Bahkan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) menerima setidaknya 2.500 pengaduan atas acara
Indonesia Lawyers Club yang ditayangkan TV One, Selasa 6 Maret 2012.
Pengaduan ini berbentuk SMS dan email kepada KPI.7 Tema yang
diangkat Indonesia Lawyers Club yaitu “Mau Dibawa ke Mana PSSI”, Karni
berkata “Bonek pulang kampung menghancurkan rumah warga dan merampok
makanan”. Pernyataan tersebut menyinggung perasaan para Bonek dan
akhirnya mereka melapor ke KPI dan supporter melakukan demo.
Sekitar seratus Bonek berunjuk rasa ke kantor TV One biro Jawa
Timur, Kompleks Perumahan Jemursari Regency B-1 Surabaya. Pada 16
Oktober 2015 ILC juga dilaporkan ke KPI oleh kelompok yang mengatas
namakan Proklamasi Anak Indonesia, atas konten eksploitasi anak korban
kekerasan seksual pada siarannya Selasa 13 Oktober 2015. Pada acara itu
korban menggunakan topeng namun tidak menyamarkan suaranya dan
pembawa acara meminta anak tersebut menceritakan kembali pengalaman
kekerasan seksual yang dialaminya.
Hal ini bertentangan dengan beberapa pasal yaitu pasal 29 poin (a)
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) tahun 2012 yang menyebutkan "Tidak boleh
mewawancarai anak-anak dan atau remaja berusia di bawah umur 18tahun
mengenai hal-hal di luar kapasitas mereka untuk menjawabnya, seperti:
kematian, perceraian, perselingkuhan orang tua dan keluarga, sertakekerasan,
konflik, dan bencana yang menimbulkan dampak traumatik.”Pasal 12
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yang menyatakan "Lembaga penyiaran
wajib menghormati hak privasi seseorang dalam memproduksi dan / atau

7
http://m.tempo.co/read/news/2012/03/07/173388716/KPI-Terima-2500-Pengaduan-Soal-Karni-
Ilyas diakses 23 Mei 2016 pukul 14.30 WIB
menyiarkan suatu program siaran, baik siaran langsung maupun siaran tidak
langsung.”
Dan melanggar Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran (SPS)
pasal 15 ayat 4 yang menyatakan "Program siaran langsung yang melibatkan
anak-anak dilarang disiarkan melewati pukul 21.30 waktu setempat.” karena
acara ini tayang secara langsung selama tiga jam dan selesai pada pukul 23.00
WIB.8
Acara Indonesia Lawyers Club diadukan oleh Indonesia Media Watch
ke Komisi Penyiaran Indonesia, Kamis, 30 Agustus 2012. Program yang
disiarkan secara langsung ini dianggap melakukan pembiaran atas perilaku
melecehkan martabat dari dua pengacara terhadap Wakil Menteri Hukum dan
HAM Denny Indrayana. Menanggapi hal tersebut Karni Ilyas selaku
pemimpin redaksi TV One menyebut meskipun telah dilarang, ocehan
keduanya tak juga berhenti sehingga menjadi santapan publik.
Hal tersebut bukan keteledoran pihak televisi karena acara disiarkan
secara langsung. "Bagaimana kami menduga orang akan ngomong
begitu".Karni menambahkan, media yang diasuhnya itu baru bisa dikatakan
bersalah jika ocehan itu dimuat dalam program yang bersifat rekaman. Karena
artinya ada kesengajaan dari pihak redaksi untuk menampilkannyake publik.9
Keributan juga pernah terjadi usai acara Indonesia Lawyers Club yang
mengangkat tajuk 'PSSI, antara Hidup dan Mati' disiarkan Selasa 1 Maret
2016.
Salah Satu Pendiri Forum Diskusi Suporter Indonesia (FDSI), Partoba
Pangaribuan, dilaporkan menerima upaya pengeroyokan dari sejumlah oknum
kelompok suporter tertentu. Menurut kejadian, Raldi menjelaskan, insiden
berawal saat sejumlah narasumber diskusi telah pulang namun masih ada
sejumlah suporter yang menunggu di luar hotel. Saat kejadian, sejumlah
kelompok suporter tertentu itu masuk ke dalam hotel mendatangi Partoba yang
saat itu masih berada di dalam. Raldi memastikan dalam insiden tersebut

8
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/10/16/nwau0b365-program-indonesia-
lawyers-club-diadukan-ke-kpi diakses 23 Mei 2016 18.00 WIB
9
https://m.tempo.co/read/news/2012/08/31/173426599/diadukan-ke-kpi-karni-ilyas-merasa-tak-
bersalah diakses 23 Mei 2016 pukul 16.40 WIB
belum ada aksi pemukulan maupun pengeroyokan. Kedua pihak yang bertikai,
diamankan untuk keluar hotel melalui jalur berbeda.10
Secara umum, pihak TV One menyayangkan keributan yang terjadi.
Semua pihak, dalam kapasitasnya, diakui telah mendapat porsi yang sama
dalam diskusi tersebut. Head Public Relations TV One, Raldi Doi mengaku
turut prihatin dengan insiden yang terjadi. Namun demikian, pihaknya
memastikan pengamanan yang dilakukan terhadap sejumlah narasumber telah
dilakukan optimal dan sesuai prosedur. Indonesia Lawyers Club sekarang
tayang live di stasiun televisi TV One, setiap hari Selasa pukul 19.20 WIB.
Program ini merupakan program talkshow berita dengan karakter Hard
News Talkshow, yang dibuat fokus membahas masalah hukum, politik dan
belakangan berkembang ke tema sosial kemasyarakatan. Tujuan dari acara ini
adalah mengungkap sebuah tema yang mendapat sorotan publik secara lebih
mendalam dan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan cara
memberi informasi dan pemahaman kepada masyarakat secara utuh dan
mendalam. Target yang telah ditetapkan oleh redaksi TVOne secara umum,
yaitu Masyarakat kelas ABC + 15 (atau kadang disebut ABC1) berdasarkan
kriteria yang ditetapkan oleh AC Nielssen. Lembaga survei independen yang
selama ini menyediakan jasa layanan informasi rating, share, oplah dll, bagi
seluruh media massa yang ada (cetak, elektronik maupun online).11
Dipandu pembawa acara yang disebut “Presiden Indonesia Lawyers
Club” Karni Ilyas. Pembawa acara akan memandu jalannya diskusi, dengan
bertanya mengenai tema ke narasumber satu persatu. Dan hingga saat ini
berdasarkan hasil yang dikeluarkan oleh Lembaga Survey AC Nielssen, maka
sejauh ini ILC masih menjadi salah satu program News & Talkshow yang
mendapatkan Rating dan Share di atas rata-rata.12

10
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/02/o3e5mi365-tv-one-pastikan-
pengamanan-narasumber-ilc-sesuai-prosedur diakses 23 Mei 2016 pukul 16.45 WIB
11
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016.
12
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016
2. Kekuatan Acara
- Anchor
Sukarni "Karni" Ilyas (lahir di Balingka, Agam, Sumatera Barat, 25
September 1952; umur 66 tahun) adalah salah seorang tokoh jurnalis dan
pejuang hukum Indonesia. Karni merupakan wartawan yang cukup sukses, dan
banyak melahirkan liputan serta program-program unggulan.
Karni memulai kariernya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo tahun 1978 sampai
menduduki jabatan sebagai Redaktur Pelaksana. Kepiawaiannya dalam bidang
hukum membuat karni ditugaskan untuk memimpin Majalah Forum tahun
1991-1999. Tahun berikutnya karni memegang posisi sebagai komisaris
Majalah tersebut.
Ia memimpin Liputan 6 SCTV sejak tahun 1999-2005. Di televisi ia
menemukan dunia baru yang ternyata luar biasa baginya. Ia terpacu ketika
berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa muncul setiap saat. Dunia
baru inilah yang membuatnya memiliki jargon bahwa kekuatan televisi adalah
kecepatan, kecepatan,, dan kecepatan. Dalam tempo hanya enam tahun, ia
berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV menjadi program berita terkemuka di
Tanah Air.
Karni hijrah ke ANTV tahun 2005. Berkat tangan dinginnya, banyak
tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri kewartawanannya.
Tak jarang dalam liputan-liputan tersebut ia sekaligus menjadi reporternya.
Tahun 2007, ia dipercaya membenahi TV One yang baru saja diambil alih
keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi ini namanya cukup berkibar, terutama
setelah memandu acara “Indonesia Lawyers Club”. Di TV One, Karni
menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi News dan
Sport.
Karni Ilyas adalah moderator debat pada acara Indonesia Lawyers
Club. ILC memanjat rating dengan provokasi Karni Ilyas pada kedua kubu
untuk mengeluarkan statemen yang memancing lawan utk bereaksi. Karena
mengutamakan drama, maka ILC tak peduli pd kualitas omongan dr narsum
krn kadang2 kesimpulan Karni Ilyas pun tdk jelas, meskipun ada beberapa
tanggapan, komentar, dan gagasan narsum sangat bagus.
Sosok Karni Ilyas sebagai wartawan senior sekaligus host entertainer
menggagas program talkshow “Indonesia Lawyers Club” dengan konten
permasalahan yang menjadi isu hangat dibedah dengan perspektif hukum yang
berlaku di indonesia. Pada awalnya, tahun 1999 SCTV yang menayangkan
“Jakarta Lawyers Club” (JLC), ketika Karni Ilyas menjabat Pemred. Setelah
Karni Ilyas diminta Bakrie Group menjadi Pemred TV One tahun 2007,
program “JLC” diboyong ke TV One. “JLC” semakin populer dan banyak
penonton yang menginginkan live dari berbagai daerah di Indonesia. Maka
Karni Ilyas mengubahnya dengan “Indonesia Lawyers Club” agar aspek
kepentingannya menjadi nasional.13
3. Elemen Acara
Program Indonesia Lawyers Club Indonesia Lawyers Club (ILC)
merupakan talk show yang dikemas secara interaktif dan komunikatif.
Program ini selalu menghadirkan narasumber-narasumber yang sesuai
dengan bidangnya.Masing-masing narasumber yang hadir dalam ILC biasanya
berasal dari kalangan yang terlibat dalam kontroversi yang sedang dibahas.
Sehingga, selanjutnya mereka akan terlibat dalam sebuah debat. Format acara
ILC adalah diskusi dengan dipandu oleh seorang moderator. Adalah Karni
Ilyas, pemimpin redaksi TVOne yang menjadi moderator acara tersebut.
Sesuai namanya, ILC sebenarnya bertujuan untuk memberi pemahaman
mengenai hukum. Pada awal-awal acara ini disiarkan, banyak narasumber
yang berasal dari profesi di bidang hukum.
Karni Ilyas sendiri adalah wartawan senior yang memiliki latar
belakang pendidikan hukum, ketua umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), dan anggota Komisi Polisi Nasional (Dewi dan Ekalaya, 2015).
Namun pada perkembangannya, program ILC membahas isu-isu yang lebih
luas. Pada awalnya, ILC dikenal dengan nama Jakarta Lawyers Club (JLC).
Tetapi karena isu yang dibahas semakin luas, dan tidak hanya melibatkan
narasumber dari Jakarta saja, maka nama programnya diubah menjadi
Indonesia Lawyers Club. Program ini tayang secara live atau langsung pada
setiap hari Selasa pukul 19.30-22.30 WIB, dan disiarkan ulang tiap hari

13
Andi Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi Yogyakarta : Andi Offset, 2015, hlm.136.
Minggu pukul 19.00-22.00 WIB. Program tayangan ILC termasuk salah satu
andalan talk show di TVOne.
Beberapa kali acara talk show ini berhasil meraih rating yang tinggi.
Misalnya saja saat penayangan episode kasus kopi maut yang menewaskan
Wayan Mirna Salihin pada tanggal 2 Januari 2016. Program ILC menjadi satu-
satunya talk show yang masuk 15 besar ditonton dengan TVR 1,8 dan TVS
8,9 (Rayendra, 2016). Setiap penayangan ILC memang hampir selalu dihadiri
dengan banyak narasumber dan mendapatkan apresiasi yang baik dari
pemirsanya.

Talk Show sebagai Percakapan

Percakapan merupakan suatu bentuk aktivitas kerjasama yang berupa


interaksi komunikatif (Ruisah, 2015). Diskusi atau percakapan menurut
peristilahan Hymes (Wiratno, 2010), sesungguhnya merupakan peristiwa tutur
(speech event) yang terjadi pada situasi tutur (speech situation) tertentu dengan
aturan-aturan tertentu. Di pihak lain, pada sebuah peristiwa tutur, mungkin
ditemukan beberapa tindak tutur (speech act). Merujuk pendapat Hymes
tersebut Program Indonesia Lawyers Club dapat dikatakan sebagai sebuah
bentuk percakapan, mengingat terdapat peristiwa tutur dalam diskusi tersebut,
serta terjadi pada situasi tutur dalam sebuah ruangan dengan beberapa aturan
diskusi melalui moderator, serta banyak tindak tutur dari para
narasumber.Grice dalam Suaedi (2013) mengatakan bahwa “pertukaran-
percakapan” ditentukan oleh suatu prinsip yang membawahi berbagai
macam presumsi atau maksim percakapan yang bisa dikendalikan oleh
kaidah-kaidah sosial. Percakapan akan mengarah pada penyamaan unsur-unsur
pada transaksi kerjasama yang semula berbeda. Menurut Grice dalam Jazeri
(2008) penyamaan tersebut dilakukan dengan jalan:

 Menyamakan tujuan jangka pendek, meskipun tujuan akhirnya


berbeda atau bahkan bertentangan;
 Menyatukan sumbangan partisipasi sehingga penutur dan mitra tutur
saling membutuhkan; dan
 Mengusahakan agar penutur dan mitra tutur mempunyai pengertian
bahwa transaksi berlangsung dengan suatu pola tertentu yang cocok,
kecuali bila bermaksud hendak mengakhiri kerjasama. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan tersebut, Grice mengemukakan prinsip
kerjasama yang terdiri dari 4 (empat) maksim.
Pertama, maksim kuantitas (the maxim of quantitiy), yaitu
seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup,
relatif memadai, dan seinformatif mungkin.
Kedua, maksim kualitas (the maxim of quality), yaitu
seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang
nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Ketiga, maksim
hubungan atau maksim relevansi (the maxim of relevance), yang di
dalamnya dinyatakan bahwa agar terjalin kerjasama yang baik antara
para penutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan
kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dituturkan
tersebut. Keempat, maksim pelaksanaan (the maxim of manner)
yang mengharuskan para penutur bertutur secara langsung, jelas, dan
tidak kabur.

Grice dalam Jazeri (2008) membuat analogi kategori-kategori keempat


maksim percakapannya secara menarik.

 Maksim Kuantitas: Jika anda membantu saya memperbaiki mobil,


saya mengharapkan kontribusi anda tidak lebih atau tidak kurang dari
apa yang saya butuhkan. Misalnya, jika suatu ketika saya
membutuhkan empat obeng, saya mengharapkan anda mengambilkan
empat, bukannya dua atau enam;
 Maksim kualitas: Saya mengharapkan kontribusi anda sungguh-
sungguh, tidak asal-asalan. Jika anda meminta saya membuat roti, saya
memerlukan gula dan tidak berharap diberi garam. Jika saya
membutuhkan sendok, saya tidak berharap diberi sendok mainan;
 Maksim relevansi: Saya mengharapkan kontribusi rekan yang sesuai
tahapan kebutuhan. Jika saya sedang membuat adonan roti, saya tidak
berharap diberi buku resep bagus, atau diberi oven, meskipun nantinya
akan saya butuhkan;
 Maksim Pelaksanaan: Saya mengharapkan rekan yang memahami
kontribusi yang harus dilakukan, dan melaksanakan kontribusinya
secara pantas. Sebagai bentuk komunikasi, percakapan atau dialog
dapat dimaknai sebagai “pertukaran dan negosiasi informasi antara
setidaknya dua individu melalui penggunaan simbol-simbol verbal dan
nonverbal, lisan, dan tertulis/visual, serta proses produksi dan proses
pemahaman” (Wiratno, 2010).
Dengan demikian, percakapan bukan saja sekadar bentuk
pertukaran informasi, melainkan juga proses aktif berbagi pengalaman,
norma, nilai, dan harapan.Berbeda dengan percakapan secara umum,
peristiwa tutur yang terjadi dalam program Indonesia Lawyers Club
dimulai dengan latar belakang para narasumber yang sedang
‘berkonflik’ atau setidaknya berbeda pendapat mengenai sebuah pokok
permasalahan. Meski terdapat banyak cara mendefinisikan konflik,
definisi yang ditawarkan bidang komunikasi cenderung menyebut hal
yang sama bahwa konflik adalah perjuangan di antara dua pihak atau
lebih yang saling bergantung, yang memiliki tujuan atau merasakan
adanya ketidak cocokan dalam tujuan mereka (Sillars, 2014).
Perspektif komunikasi melihat konflik merupakan tantangan
teoretis tersendiri bagi para peneliti dan akademisi. Tantangan
mendekati konflik dari segi teoretis adalah memadukan ucapan dan
tindakan orang yang sedang berkonflik dengan aktivitas-aktivitas
membangun pengertian yang akan menempatkan ucapan dan tindakan
tersebut sesuai konteksnya (Sillars, 2014). Aktivitas membangun
pengertian antara orang yang sedang berkonflik merupakan hal yang
sulit dilakukan, mengingat kedua belah pihak sudah memiliki
kecenderungan persepsi negatif terhadap mitra tuturnya.
4. Struktur Organisasi
- Host/Pemimpin Redaksi : Karni Ilyas
- Produser Eksekutif : Andriy Bima
- Produser : Titie Poerdewi & Tejo Asmoro
- Asisten Produser : M. Reza & Rohaimie
- Reporter : Vicktor Savoy Silalahi & Hangga Siagian
Bagan Kerangka Pemikiran Pengaruh Terpaan Tayangan TalkShow
“Indonesia Lawyers Club” di tvOne Terhadap Sikap Kritis Mahasiswa.

5. Pengemasan Program Berdasarkan Perspektif Manajemen Penyiaran


Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan sebelum produksi adalah membuat
tema– tema yang menarik yang sedang hangatnya isu tersebut melalui riset
dan rapat bersama, tujuan dari pembuatan program ini dikalangan masyarakat
seperti apa, menentukan segmentasi program ini, membuat isi program yang
menarik, membuat treatment –treatment yang diperlukan, membuat Trailler
promo dan melakukan broadcast message upaya memperkenalkan serta
memberitahu program “Indonesia Lawyers Club” di pekan tersebut akan
membawakan tema apa dan waktu tayangnya. Setelah semua perencanaan
selesai masuklah pada tahapan selanjutnya yaitu tahap produksi dan
pembelian program “Indonesia Lawyers Club”.
di dalam melakukan rapat itu host semua ikut serta dalam
mengemukakan pendapat soal tema dan narasumber yang akan dibahas nanti.
Namun sebelum pembahasan tema kan otomatis kita memikirkan mau dibuat
seperti apa set panggungnya nanti. Nah akhirnya kita kepikiran untuk
membuat set panggung yang dimana berbeda dengan yang lainnya, yaitu
membentuk beberapa bagian atau kubu yang nanti disitu terdapat meja
bundar dan beberapa kursi yang dimana nanti ada narasumber yang terdiri
dari narasumber pro, konntra, dan netral nah kemudian di depan dari beberapa
kubu tersebut nanti ada meja yang dimana dibuat khusus untuk meja pimpinan
sidang yang seakan – akan kita ini berada dalam ruang persidangan yang
tertutup.

Produksi
Pada tahap produksi dan pembelian program, setiap acara yang akan
disiarkan selalu bermula dari ide atau gagasan yang kemudian diwujudkan
melalui proses produksi. Seperti yang sudah dijelaskan dalam tahap
perencanaan bahwa program “Indonesia Lawyers Club” bermula dari program
“Jakarta Lawyers Club” di SCTVyang kemudian tim buat kemasannya
berbeda dengan mengubah posisi Tayang di Chanel TV One.
Dalam tahapan produksi dan pembelian program ini selalu
memerlukan talent atau narasumber yang menjalankan perannya dalam tema
yang dibuat. Maka dari itu dalam penelitian ini dalam pemilihan talent atau
narasumber disetiap episodenya selalu ada kriteria khusus. “Nah saat produksi
biasanya kita harus memastikan narasumber yang sudah kita undang hadir atau
tidak dan setelah itu barulah melakukan siaran.
Karena siarannya satu jam setengah ya satu jam setengahlah dilakukan
siaran. Biasanya kita memastikan 10 menit sebelum acara bahwa oh ternyata
kita sudah lengkap atau bahkan masih ada yang kurang. Karena kan di
“ILC”ini ada beberapa narasumber, bisa jadi yang sebelumnya bersedia ada
halangan. Nah hal – hal seperti itu biasanya kita akan tahu itu menjelang
acara. Nah pada saat produksi berjalan sesuai dengan mestinya, kan di
Polemik ini terdapat 5-7 segmen kan, nah segmen – segmen itulah nanti
biasanya kadang kita ada evaluasi juga pada saat produksi.
Di segmen 1 misalnya oh kurang cair diskusinya, nah apa nanti di
segmen 2 strateginya harus seperti apa dan seterusnya. Jadi tiap segmen itu
kita ada evaluasi sehingga untuk segmen berikutnya lebih bagus lagi, kayak
gitu.”
Eksekusi Program
Manajemen penyiaran dalam penayangan sangat penting dilakukan
program agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Eksekusi program siaran
terkait jadwal penayangan. “Kalau untuk pembagian siaran kan kita tayang di
jam – jam primetime yaitu pukul 19.00 – 20.30 dan kenapa kita mengambil di
jam – jam tersebut karena kan kita mengambil target audience nya itu dewasa
berarti itukan artinya bekerja, jadi kan orang – orang dewasa itu baru ada
waktu luang di jam– jam primetime nah jadi strateginya yaitu bagaimana si
target audience nya itu bisa menonton kan, jadi kalau usianya 20 tahun ke atas
kan dia bekerja nah jadi sepulang kerja itulah mereka menonton.
Jadi, tidak mungkin kami tayangkan misalnya jam 16.00 karena
asumsinya orang masih bekerja jadi ngga mungkin orang menonton acara
talkshow di jam 16.00 makanya lebih sering di jam – jam setelah orang pulang
kerja.” Agar audien tidak pindah saluran adalah biasanya dengan
menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling
dramatis mengundang ketegangan.
“Biasanya kan orang – orang memberikan sedikit potongan video di
segmen yang akan hadir setelah iklan kan. Nah karena program kita ini Live,
kita buat ketika akan closing program untuk iklan si co-host mengatakan
program sementara discourse dan mengetuk palu sekali menandakan untuk
audien tidak kemana – mana karena perbincangan hangatnya akan lanjut
setelah iklan yang lewat tersebut.”

Pengawasan dan Evaluasi Program


Tahap evaluasi program merupakan tahap akhir dari manajemen
penyiaran yang dilakukan oleh Produser dan tim redaksi tentang tema – tema
yang ditayangkan menarik atau tidak supaya menjadi gambaran agar dapat
membuat tema lebih baik menarik lagi. Tahap ini Executive Produser dan
Produser dapat mengetahui seberapa jauh perencanaan dan tujuan program
telah dicapai oleh program acara “ILC”.
Pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh Produser dan Executive
Produser berdasarkan menganalisa hasil rating dan share pada program yang
sudah tayang. “Itu udah tentu ya. Setiap evaluasi pasti kita lakukan setelah
proses pelaksanaan syuting dilakukan. Segala sesuatu yang menjadi ganjalan
maupun kekurangan itu menjadi evaluasi kami agar di episode berikutnya
kita mencoba untuk benahi, dan ini juga kita awasi berdasarkan rating dan
share nya.”
“.... untuk evaluasi kerja terhadap tim masing – masing dari kita, kerabat
kerja yang terlibat dalam produksi “ILC” ini memiliki tanggung jawab masing
– masing. Seperti memastikan narasumber untuk hadir ke studio, memastikan
data info grafis, kemudian VT dan segala macamnya itu menjadi tanggung
jawab masing – masing rekan yang terlibat di Program Indonesia Lawyers
Club.

6. Kelemahan Acara
Kehadiran mereka seakan ikut melengkapi persaingan antara Metro TV
dan TV One, Surya Paloh dan Aburizal Bakrie, Partai Nasdem dan Golkar,
pendukung pemerintah dan oposisi. Kedua televisi tersebut telah menjadi
corong informasi bagi masing-masing kubu.
Apa yang menjadi catatan sastrawan kondang yang namanya susah di
eja, Sirikit Syah, tidaklah sepenuhnya benar. Setidaknya ada beberapa hal
yang membuat program Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab lebih nge-
hits dari ILC. Selain tak pernah terkena teguran KPI seperti yang sering
dialami ILC, Mata Najwa selalu mengahdirkan nara sumber orang-orang
pilihan dan kompeten.
Berbeda dengan ILC yang kerap mengundang nara sumber seadanya
hingga acara tersebut menjadi ajang adu “kepandaian” berbicara, hingga
seringkali para tamu juga beradu sindiran dan ejekan halus. Bahkan tak jarang
mereka melontarkan ancaman yang kasar dan melecehkan.

B. Proses Produksi Acara Indonesia Lawyers Club (ILC)


1. Proses Pra Produksi ILC
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan tema, setiap anggota
tim yang terlibat dalam rapat redaksi memiliki hak dan kewajiban untuk
mengusulkan tema di setiap minggunya. Yang mana dalam rapat tersebut
masing-masing personil juga mengajukan data, wacana perdebatan hingga
kemungkinan desain dialog yang bakal berlangsung.
Dari hasil rapat akan dipilih tema-tema yang bakal menjadi topik
dialog dalam tayangan ILC. Kemudian akan dilakukan riset oleh seluruh
anggota tim, baik untuk mendapatkan data-data sekunder maupun data-data
primer yang menjadi “amunisi” dalam dialog. Data-data sekunder didapat dari
perkembangan informasi di media massa tentang tema dimaksud sampai
dengan litbang TV One.
Sedangkan untuk data primer didapat melalui proses verifikasi
langsung ke lapangan, menghubungi dan atau menemui langsung subjek-
subjek utama dalam masing-masing tema. Setelah itu produser eksekutif
bersama dengan produser membuat breakdown dialog hingga ikut menentukan
siapa saja narasumber yang akan berbicara dalam setiap segmenya.
Narasumber ditentukan berdasarkan kedekatan masing-masing subjek dengan
tema dimaksud. Artinya, narasumber yang diutamakan adalah mereka yang
terlibat langsung dengan tema-tema terpilih, setelah itu baru narasumber
penyerta yang dipandang memahami atau menguasai tema terpilih.
Kemudian narasumber level ke tiga, sebagai ice breaking maupun
mereka yang dapat membawa pemahaman lebih bijaksana dari setiap tema
terpilih. Secara umum tim tidak pernah membuat pertanyaan khusus bagi host,
mengingat gaya dan kemampuan Karni Ilyas dalam mengolah data dan
mengubah menjadi pertanyaan tidak perlu disangsikan.
Namun demikian tim wajib memberikan informasi yang akurat, faktual
dan mendalam tentang pandangan serta posisi (pemetaan) masing-masing
narasumber terhadap tema terpilih dan sesuai dengan kode etik jurnalistik.
Informasi inilah yang kemudian diolah untuk membangun pertanyaan pada
setiap narasumber oleh host. Sebelum live semua narasumber diberikan
pengarahan, pertama mengingatkan narasumber dan audiens tentang aturan
teknis kapan boleh mengajukan pertanyaan, kapan bisa meninggalkan lokasi,
hingga penggunaan telepon genggam.
Kedua mengingatkan semua pihak untuk bisa mengendalikan diri
ketika suasana memanas, khususnya tidak berbicara bernuansa SARA,
pornografi maupun Hate Speech (menghina atau mencaci maki).
2. Proses Produksi ILC
Saat acara berlangsung tim ILC bersepakat, bahwa program ini tidak
boleh dibatasi oleh kehendak para pemasang iklan, sehingga dapat memotong
sebuah dialog yang sedang berjalan. Oleh karena itu, tim menyepakati untuk
membebaskan diri dari tekanan yang selama ini dialami oleh semua program
acara televisi, yaitu pembatasan durasi per segmen.
Melalui kru lapangan saat live, tim selalu menginformasikan jika
perkiraan durasi yang direncanakan sudah melewati batas. Tidak ada patokan
baku tentang durasi tiap segmen. Semua sangat bergantung pemaparan
narasumber. Namun berdasarkan pengalaman dalam proses live, durasi per
segmen antara 15 hingga 20 menit.
3. Proses Pasca Produksi ILC
Dalam pasca produksi evaluasi dilakukan sehari setelah acara live
sekaligus merefleksikan hasil perolehan share dan ratting dari episode
tersebut. Kendala yang paling sering dihadapi adalah menjamin kebersediaan
narasumber utama terkait tema yang dipilih untuk hadir di arena diskusi.
Sebab beberapa kali terjadi narasumber utama membatalkan kehadiran di
menit-menit terakhir jelang acara dimulai

C. Apa yang Membuat Acara ILC Menarik


Sejak awal penayangannya, JLC mengundang perdebatan pemirsa televisi
Indonesia.Sebagian besar persepsinya positif, namun kebanyakan negatif. Perdebatan
yang tidakterkontrol antara narasumber adalah ciri khas program ini. Namun hal
inilah yangmenjadi daya tarik program ini. Pemirsa ÒdipaksaÓ belajar dari
perdebatan sengit alapraktisi hukum tersebut. Pengacara-pengacara kondang seperti
Ruhut Sitompul, OCKaligis yang bersuara lantang dan berkarakter provokatif adalah
narasumber yanghampir rutin berbicara di JLC.
Sejak tahun 2010, topik JLC semakin meluas, tidakmelulu mengenai hukum,
namun juga mengenai politik dan ekonomi makro. JLCkemudian merubah judul
programnya menjadi Indonesia Lawyers Club (ILC). Sejak2010 hingga 2015, ILC
menjadi langganan nominasi Program Talkshow FavoritIndonesia di Panasonic Gobel
Award. Dua tahun terakhir, 2014 dan 2015, ILCmenjadi juara di kategori ini.
ILC tayang selama 210 menit, tiga jam setengah, setiapSelasa dan Minggu
Malam di TVOne. Kepemirsaan Nielsen di tahun 2014 untukprogram ini ada diangka
4-5% dengan rating 1.5 - 1.8 di kelas ABC. Tinggi untukukuran kepemirsaan program
berita.

D. Apa Hambatan yang Terjadi Selama Proses Produksi


- kebersediaan narasumber utama terkait tema yang dipilih untuk hadir di arena
diskusi. Sebab beberapa kali terjadi narasumber utama membatalkan kehadiran
di menit-menit terakhir jelang acara dimulai.
- Masalah pada teknisi seperti ketersediaan alat-alat pada saat acara berlangsung
harus di periksa apakah dalam keadaan kondisi bagus jika terjadi kerusakan
pada saat acara berlangsung harus ada cadangan untuk menutupi kerusakan
yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
indonesia Lawyers Club (disingkat ILC; sebelumnya bernama Jakarta Lawyers
Club) adalah acara talkshow yang disiarkan di tvOne. Acara ini menampilkan dialog
mengenai masalah hukum dan kriminalitas selama 210 menit dan dipandu oleh Karni
Ilyas. Acara ini disiarkan setiap hari Selasa pukul 19:30 WIB dan hari Sabtu pukul
19:00 WIB.
1. Perencanaan Program
Perencanaan program merupakan tahap awal dalam merumuskan sebuah
keputusan, yang dimana mulanya program ini terbentuk karena adanya konsep sebuah
program yang akan dibuat, kemudian setelah mengetahui akan seperti apa program ini
terbentuk barulah menentukan tema – tema yang akan dibahas atau ditayangkan pada
pekan tersebut dengan tema yang membicarakan isu –isu terhangat di Negeri
Indonesia ini, selain itu perencanaan juga melibatkan beberapa keputusan tidak saja
mengenai tema – tema tetapi juga menentukan narasumber yang akan diundang pada
pekan tersebut yang dimana harus sesuai dengan tema tersebut, tujuan dari program
tersebut, persaingan program, dan hal–hal yang terkait dengan program talkshow ini.
Pada penelitian ini, perencanaan program yang dilakukan oleh Produser telah
berjalan dengan baik, dari mulai melakukan rapat redaksi, kemudian menentukan
tema serta narasumber yang hadir pada saat penayangan program live ini di pekan
tersebut, termasuk juga menentukan strategi isi program yang menarik untuk
khalayak agar para khalayak mendapatkan informasi yang diinginkan serta tidak
berpindah ke lain stasiun televisi.
2. Produksi Program
Karena program ini merupakan program In-House Production, secara tidak
langsung program ini selalu bermula berdasarkan ide atau gagasan yang kemudian
diwujudkan melalui proses produksi. Mulanya, dalam tahapan produksi sebuah
program pasti memerlukan seorang talent atau narasumber yang menjalankan
perannya dalam tema di pekan tersebut.
Agar sebuah program tersebut menarik dimata khalayak, di dalam sebuah
program juga sangat membutuhkan seorang pembawa acara atau host dan co-host
agar ketika sebuah diskusi sedang berlangsung sang host dan co-host mampu
mencairkan suasana agar diskusi yang dilakukan di pekan tersebut terlihat tidak
monoton dan dapat menarik minat khalayak untuk menonton program ini.
Dalam sebuah In-House Production ini juga melakukan tahapan –tahapan
yang dilakukan dalam memproduksi sebuah program yaitu pra produksi, produksi dan
juga pasca produksi. Dalam tahapan pra produksi terdapat dua hal yang dilakukan,
yaitu pra produksi bagian teknis dan pra produksi bagian non-teknis. Produksi bagian
teknis yaitu seperti membangun sebuah set yang sesuai dengan rapat redaksi dalam
perencanaan program tadi. Kemudian untuk pra produksi bagian non teknis
adalah mencari tahu tema apa yang akan diangkat serta siapa saja narasumber yang
akan hadir di pekan tersebut.
Untuk tahap produksi biasanya tim memastikan apakah narasumber sudah
datang atau belum karena sebuah program yang tayang secara live tidak mungkin
menunggu narasumber yang belum hadir. Langsunglah melakukan eksekusi di
lapangan sesuai dengan jam tayang program tersebut. Untuk tahapan pasca
produksi, ini selalu dilakukan sebelum sebuah produksi dimulai. Karena VT
dibutuhkan ketika program tersebut tengah berlangsung. Oleh karena itu, pasca
selalu dilakukan sebelum produksi dimulai.
3. Eksekusi Program
Eksekusi program adalah tahap dimana Produser sangat menentukan jalannya
program dan juga mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan tim dari awal
sampai penayangan program acara tersebut. Dalam penentuan penayangan program
tentunya Produser mempunyai tanggung jawab dalam mengatur waktu penayangan
program tersebut yang ditempatkan pada pukul 20:00 WIB pada hari selasa dan
Minggu pukul 19:30 WIB. Agar sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan di awal
perencanaan sebuah program tersebut.
Salah satu strategi agar khayalak atau audience tidak pindah saluran televisi
adalah co-host menyampaikan kata – kata “Program Sementara Discourse” sambil
mengetuk palu sekali guna menandakan bahwa perbincangan atau diskusi hangat
tersebut akan berlanjut dan membuat penonton untuk tidak mengganti channel televisi
dan tetap menantikan program ini.
4. Pengawasan dan Evaluasi
Proses pengawasan dan evaluasi program sangat menentukan seberapa jauh
pelaksanaan program yang telah dicapai apakah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau tidak. Dengan pengawasan terhadap tim produksi agar program dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan mampu mengurangi kesalahan–
kesalahan yang dibuat oleh tim produksi agar program yang dibuatnya selalu
menjadi program yang diminati oleh khalayak luas dan mampu menjadi program
pertama yang menjadi tolak ukur untuk program lainnya. Seluruh tahapan
manajemen penyiaran tersebut membutuhkan kendali organisasi agar penyampaian
pesan nya jelas dan terbuka.
Dari hasil penelitian menggunakan sudut pandang teori kendali organisasi diketahui
ada penerapan kendali sederhana di mana penyampaian pesan berjalan dengan terbuka
dalam setiap tahapan manajemen penyiaran, sehingga rating dan share dapat sesuai
yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/ombrill/cikal-bakal-indonesia-lawyers-club-dari-
perseteruan-amin-rais-andi-ghalib_552a70976ea834b76a552d14 diakses 6 November 2018
pukul 15.50 WIB

http://www.pengacaraindonesia.info/2013/01/indonesia-lawyer-club.html diakses
pada 6 November 2018 pukul 16.35 WIB

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55e96c8a591ed/sejarah-ilc-tak-lepas-dari-
konflik-organisasi-advokat diakses 6 November 2018 16.42 WIB

http://m.tempo.co/read/news/2012/03/07/173388716/KPI-Terima-2500-Pengaduan-
Soal-Karni-Ilyas diakses 6 November 2018 14.30 WIB

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/10/16/nwau0b365-program-
indonesia-lawyers-club-diadukan-ke-kpi diakses 6 November 2018 18.00 WIB

https://m.tempo.co/read/news/2012/08/31/173426599/diadukan-ke-kpi-karni-ilyas-
merasa-tak-bersalah diakses 6 November 2018 pukul 16.40 WIB

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/02/o3e5mi365-tv-one-
pastikan-
pengamanan-narasumber-ilc-sesuai-prosedur diakses 6 November 2018 pukul 16.45 WIB

Andi Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi Yogyakarta : Andi


Offset, 2015, hlm.136.

Anda mungkin juga menyukai