MANAJEMEN PENYIARAN
OLEH :
SAMARINDA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ILC telah sukses menjadi salah satu icon talk-show nasional dengan rating
tinggi. Awalnya hanya mengklaim sebagai Jakarta Lawyers Club (JLC) lalu berubah
menjadi Indonesia Laywers Club (ILC).
Kita tahu, Lativi berganti pemilik dan bersalin nama secara resmi menjadi
TVOne Pada 14 Februari 2008. Tak lama kemudian, melalui TVOne, ILC menjadi
salah satu acara pavorit yang dinanti-nanti banyak pemirsa, menjadi acara talk show
dengan durasi tayang mungkin yang terpanjang dalam sejarah pertelevisian nasional.
ILC kaya dengan informasi detail, tapi tidak menawarkan kerangka
pemahaman. Sebab normalnya, sebuah acara talk-show, ILC tentu akan fokus pada
satu angle (sudut bahasan) dan lebih bersifat reportase.Ketika mengangkat soal
pembebasan 10 sandera WNI di Filipina pada 3 Mei 2016 misalnya, ILC fokus
membahas pihak siapa yang paling berjasa dalam pembebasan itu.
Pemirsa tidak ditawari kerangka berpikir tentang latar belakang kasus
penyanderaan tersebut. Dan karakter ILC seperti ini sangat klop dengan karakter
pemandu acaranya Karni Ilyas, yang berlatarbelakang wartawan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana deskripsi acara ILC
2. Bagaimana proses produksi acara ILC
3. Apa yang membuat acara ILC menarik
4. Apa hambatan yang terjadi selama proses produksi dan bagaimana cara
mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016.
2
http://www.pengacaraindonesia.info/2013/01/indonesia-lawyer-club.html diakses pada 24 Mei
2016 pukul 17.15 WIB
3
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55e96c8a591ed/sejarah-ilc-tak-lepas-dari-konflik-
organisasi-advokat diakses 23 Mei 2016 17.00 WIB
menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah Forum Keadilan dan pengurus
Jakarta Lawyers Club. Topik yang diangkat pada saat itu adalah perseteruan
antara Jaksa Agung Andi M. Ghalib dan tokoh reformasi yang saat itu
menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais.
Dengan tegas Amien menggertak Ghalib untuk segera mengadili mantan
Presiden RI Soeharto.
Acara ini menampilkan perbincangan untuk menambah wawasan
hukum bagi pemirsanya. Program acara ini ditayangkan di televisi pada 14
Mei 1998. Awalnya, menurut Karni, hanya omong-omong santai dirinya
dengan Denny Kailimang dan salah seorang pemilik SCTV: Henry Pribadi.
Saat itu tak ada hitung-hitungan bagi hasil. Padahal, setelah
menayangkan perseteruan itu ke televisi pada 14 Mei 1998, Karni baru tahu,
duit yang masuk ke SCTV banyak, karena spot iklan yang masuk banyak.
“Saya pun menagih Dirut-nya, „bayar dong, masa gratis?‟,” ujar Karni, yang
penulis kutip dari buku Karni Ilyas: Lahir untuk Berita karya Fenty Effendy
(Gramedia,2013, hal 289). “Dia (Dirut SCTV) kirim cek Rp 50 juta, ya dibagi-
bagi”.4
Karni meninggalkan Forum Keadilan karena Henry meminta Karni
untuk menjadi pemimpin redaksi di Liputan 6 pada tahun 1999. Selain
menjabat sebagai Pemred, Karni juga menjabat sebagai Direktur Pemberitaan
dan Hubungan Korporat SCTV, setelah itu kegiatan diskusi hukum bulanan
Jakarta Lawyers Club pun diboyong ke SCTV.
Meskipun sempat sukses dan mendapatnya rating yang tinggi, Jakarta
Lawyers Club sempat tidak tayang dalam beberapa tahun. Kemudian program
acara ini dihidupkan lagi dengan pembawa acara yang lebih muda. Hal ini
menyebabkan kritik internal pihak SCTV karena dinilai tidak layak untuk
memandu program acara tersebut. Ada beberapa pembawa acara yang pernah
menggantikan Karni di program Jakarta Lawyers Club.
Selain Ira Koesno, Nunung Setiyani, juga Presenter Terfavorit
Panasonic Award 2004, 2005, dan 2007: Rosianna Silalahi. Suara serak, logat
minang yang sesungguhnya tidak menarik sebagai seorang host ternyata
menjadikan ciri khas yang didapat dari Karni Ilyas sebagai host program acara
4
http://www.kompasiana.com/ombrill/cikal-bakal-indonesia-lawyers-club-dari-perseteruan-amin-
rais-andi-ghalib_552a70976ea834b76a552d14 diakses 30 September 2015 pukul 15.50 WIB
tersebut. Di sisi lain, identifikasi atas program ILC sudah melekat dengan
sosok Karni Ilyas, jadi sulit mencari sosok yang tepat menggantikan posisi
Bapak Karni Ilyas.5 Ketika Karni pindah ke TV One sebagai direktur
pemberitaan sekaligus Pemred atas permintaan Bakrie Group, Jakarta Lawyers
Club pun ikut pindah tayang ke TV One dan tak lama namanya diganti
menjadi Indonesia Lawyers Club (ILC).
Program yang dikemas secara interaktif dan ditayangkan setiap Selasa,
19:30 WIB.Rata-rata Indonesia Lawyers Club meraih rating 1.0 dan share 4
persen.
Namun, Denny Kailimang mengatakan tak ada royalty bagi pendiri Jakarta
Lawyers Club.
Setelah kini menjadi Indonesia Lawyers Club dan selalu duduk di
rating puncak pun, tak pernah ada bagian apa-apa dari pihak televisi. Denny
mengaku, kalau televisi kebanjiran iklan itu menjadi urusan mereka. Ia
menyadari, biaya produksi ILC juga cukup besar.
Menurutnya, sikap itu menjadi pengorbanan darinya dan kawan-kawan
untuk penyuluhan hukum.6 Meski menjadi program unggulan, tak berarti
Indonesia Lawyers Club lepas dari kritik. Bahkan program ini beberapa kali
mendapat teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), karena
dianggap melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program
Siaran (SPS).
5
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016.
6
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55e96c8a591ed/sejarah-ilc-tak-lepas-dari-konflik-
organisasi-advokat diakses 23 Mei 2016 17.00 WIB
Dalam teguran-teguran tersebut, KPI sempat meminta pihak TV One
untuk segera melakukan perbaikan internal, agar tidak lagi melanggar P3 Pasal
9 tentang Penghormatan Terhadap Nilai dan Norma Kesopanan dan
Kesusilaan, serta Pasal 15 ayat (1) huruf a,c, f dan ayat (2) tentang
Perlindungan Kepada Orang dan Kelompok Masyarakat Tertentu.
Dan SPS Pasal 9 tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan
dan Kesusilaan serta Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf a,d, dan g tentang
Perlindungan Kepada Orang dan Masyarakat Tertentu.Bahkan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) menerima setidaknya 2.500 pengaduan atas acara
Indonesia Lawyers Club yang ditayangkan TV One, Selasa 6 Maret 2012.
Pengaduan ini berbentuk SMS dan email kepada KPI.7 Tema yang
diangkat Indonesia Lawyers Club yaitu “Mau Dibawa ke Mana PSSI”, Karni
berkata “Bonek pulang kampung menghancurkan rumah warga dan merampok
makanan”. Pernyataan tersebut menyinggung perasaan para Bonek dan
akhirnya mereka melapor ke KPI dan supporter melakukan demo.
Sekitar seratus Bonek berunjuk rasa ke kantor TV One biro Jawa
Timur, Kompleks Perumahan Jemursari Regency B-1 Surabaya. Pada 16
Oktober 2015 ILC juga dilaporkan ke KPI oleh kelompok yang mengatas
namakan Proklamasi Anak Indonesia, atas konten eksploitasi anak korban
kekerasan seksual pada siarannya Selasa 13 Oktober 2015. Pada acara itu
korban menggunakan topeng namun tidak menyamarkan suaranya dan
pembawa acara meminta anak tersebut menceritakan kembali pengalaman
kekerasan seksual yang dialaminya.
Hal ini bertentangan dengan beberapa pasal yaitu pasal 29 poin (a)
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) tahun 2012 yang menyebutkan "Tidak boleh
mewawancarai anak-anak dan atau remaja berusia di bawah umur 18tahun
mengenai hal-hal di luar kapasitas mereka untuk menjawabnya, seperti:
kematian, perceraian, perselingkuhan orang tua dan keluarga, sertakekerasan,
konflik, dan bencana yang menimbulkan dampak traumatik.”Pasal 12
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yang menyatakan "Lembaga penyiaran
wajib menghormati hak privasi seseorang dalam memproduksi dan / atau
7
http://m.tempo.co/read/news/2012/03/07/173388716/KPI-Terima-2500-Pengaduan-Soal-Karni-
Ilyas diakses 23 Mei 2016 pukul 14.30 WIB
menyiarkan suatu program siaran, baik siaran langsung maupun siaran tidak
langsung.”
Dan melanggar Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran (SPS)
pasal 15 ayat 4 yang menyatakan "Program siaran langsung yang melibatkan
anak-anak dilarang disiarkan melewati pukul 21.30 waktu setempat.” karena
acara ini tayang secara langsung selama tiga jam dan selesai pada pukul 23.00
WIB.8
Acara Indonesia Lawyers Club diadukan oleh Indonesia Media Watch
ke Komisi Penyiaran Indonesia, Kamis, 30 Agustus 2012. Program yang
disiarkan secara langsung ini dianggap melakukan pembiaran atas perilaku
melecehkan martabat dari dua pengacara terhadap Wakil Menteri Hukum dan
HAM Denny Indrayana. Menanggapi hal tersebut Karni Ilyas selaku
pemimpin redaksi TV One menyebut meskipun telah dilarang, ocehan
keduanya tak juga berhenti sehingga menjadi santapan publik.
Hal tersebut bukan keteledoran pihak televisi karena acara disiarkan
secara langsung. "Bagaimana kami menduga orang akan ngomong
begitu".Karni menambahkan, media yang diasuhnya itu baru bisa dikatakan
bersalah jika ocehan itu dimuat dalam program yang bersifat rekaman. Karena
artinya ada kesengajaan dari pihak redaksi untuk menampilkannyake publik.9
Keributan juga pernah terjadi usai acara Indonesia Lawyers Club yang
mengangkat tajuk 'PSSI, antara Hidup dan Mati' disiarkan Selasa 1 Maret
2016.
Salah Satu Pendiri Forum Diskusi Suporter Indonesia (FDSI), Partoba
Pangaribuan, dilaporkan menerima upaya pengeroyokan dari sejumlah oknum
kelompok suporter tertentu. Menurut kejadian, Raldi menjelaskan, insiden
berawal saat sejumlah narasumber diskusi telah pulang namun masih ada
sejumlah suporter yang menunggu di luar hotel. Saat kejadian, sejumlah
kelompok suporter tertentu itu masuk ke dalam hotel mendatangi Partoba yang
saat itu masih berada di dalam. Raldi memastikan dalam insiden tersebut
8
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/10/16/nwau0b365-program-indonesia-
lawyers-club-diadukan-ke-kpi diakses 23 Mei 2016 18.00 WIB
9
https://m.tempo.co/read/news/2012/08/31/173426599/diadukan-ke-kpi-karni-ilyas-merasa-tak-
bersalah diakses 23 Mei 2016 pukul 16.40 WIB
belum ada aksi pemukulan maupun pengeroyokan. Kedua pihak yang bertikai,
diamankan untuk keluar hotel melalui jalur berbeda.10
Secara umum, pihak TV One menyayangkan keributan yang terjadi.
Semua pihak, dalam kapasitasnya, diakui telah mendapat porsi yang sama
dalam diskusi tersebut. Head Public Relations TV One, Raldi Doi mengaku
turut prihatin dengan insiden yang terjadi. Namun demikian, pihaknya
memastikan pengamanan yang dilakukan terhadap sejumlah narasumber telah
dilakukan optimal dan sesuai prosedur. Indonesia Lawyers Club sekarang
tayang live di stasiun televisi TV One, setiap hari Selasa pukul 19.20 WIB.
Program ini merupakan program talkshow berita dengan karakter Hard
News Talkshow, yang dibuat fokus membahas masalah hukum, politik dan
belakangan berkembang ke tema sosial kemasyarakatan. Tujuan dari acara ini
adalah mengungkap sebuah tema yang mendapat sorotan publik secara lebih
mendalam dan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan cara
memberi informasi dan pemahaman kepada masyarakat secara utuh dan
mendalam. Target yang telah ditetapkan oleh redaksi TVOne secara umum,
yaitu Masyarakat kelas ABC + 15 (atau kadang disebut ABC1) berdasarkan
kriteria yang ditetapkan oleh AC Nielssen. Lembaga survei independen yang
selama ini menyediakan jasa layanan informasi rating, share, oplah dll, bagi
seluruh media massa yang ada (cetak, elektronik maupun online).11
Dipandu pembawa acara yang disebut “Presiden Indonesia Lawyers
Club” Karni Ilyas. Pembawa acara akan memandu jalannya diskusi, dengan
bertanya mengenai tema ke narasumber satu persatu. Dan hingga saat ini
berdasarkan hasil yang dikeluarkan oleh Lembaga Survey AC Nielssen, maka
sejauh ini ILC masih menjadi salah satu program News & Talkshow yang
mendapatkan Rating dan Share di atas rata-rata.12
10
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/02/o3e5mi365-tv-one-pastikan-
pengamanan-narasumber-ilc-sesuai-prosedur diakses 23 Mei 2016 pukul 16.45 WIB
11
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016.
12
Hasil wawancara dengan eksekutif produser program acara ILC, melalui email pada kamis, 25
Agustus 2016
2. Kekuatan Acara
- Anchor
Sukarni "Karni" Ilyas (lahir di Balingka, Agam, Sumatera Barat, 25
September 1952; umur 66 tahun) adalah salah seorang tokoh jurnalis dan
pejuang hukum Indonesia. Karni merupakan wartawan yang cukup sukses, dan
banyak melahirkan liputan serta program-program unggulan.
Karni memulai kariernya sebagai wartawan harian Suara Karya pada
tahun 1972. Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo tahun 1978 sampai
menduduki jabatan sebagai Redaktur Pelaksana. Kepiawaiannya dalam bidang
hukum membuat karni ditugaskan untuk memimpin Majalah Forum tahun
1991-1999. Tahun berikutnya karni memegang posisi sebagai komisaris
Majalah tersebut.
Ia memimpin Liputan 6 SCTV sejak tahun 1999-2005. Di televisi ia
menemukan dunia baru yang ternyata luar biasa baginya. Ia terpacu ketika
berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa muncul setiap saat. Dunia
baru inilah yang membuatnya memiliki jargon bahwa kekuatan televisi adalah
kecepatan, kecepatan,, dan kecepatan. Dalam tempo hanya enam tahun, ia
berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV menjadi program berita terkemuka di
Tanah Air.
Karni hijrah ke ANTV tahun 2005. Berkat tangan dinginnya, banyak
tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri kewartawanannya.
Tak jarang dalam liputan-liputan tersebut ia sekaligus menjadi reporternya.
Tahun 2007, ia dipercaya membenahi TV One yang baru saja diambil alih
keluarga Bakrie. Pada stasiun televisi ini namanya cukup berkibar, terutama
setelah memandu acara “Indonesia Lawyers Club”. Di TV One, Karni
menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi News dan
Sport.
Karni Ilyas adalah moderator debat pada acara Indonesia Lawyers
Club. ILC memanjat rating dengan provokasi Karni Ilyas pada kedua kubu
untuk mengeluarkan statemen yang memancing lawan utk bereaksi. Karena
mengutamakan drama, maka ILC tak peduli pd kualitas omongan dr narsum
krn kadang2 kesimpulan Karni Ilyas pun tdk jelas, meskipun ada beberapa
tanggapan, komentar, dan gagasan narsum sangat bagus.
Sosok Karni Ilyas sebagai wartawan senior sekaligus host entertainer
menggagas program talkshow “Indonesia Lawyers Club” dengan konten
permasalahan yang menjadi isu hangat dibedah dengan perspektif hukum yang
berlaku di indonesia. Pada awalnya, tahun 1999 SCTV yang menayangkan
“Jakarta Lawyers Club” (JLC), ketika Karni Ilyas menjabat Pemred. Setelah
Karni Ilyas diminta Bakrie Group menjadi Pemred TV One tahun 2007,
program “JLC” diboyong ke TV One. “JLC” semakin populer dan banyak
penonton yang menginginkan live dari berbagai daerah di Indonesia. Maka
Karni Ilyas mengubahnya dengan “Indonesia Lawyers Club” agar aspek
kepentingannya menjadi nasional.13
3. Elemen Acara
Program Indonesia Lawyers Club Indonesia Lawyers Club (ILC)
merupakan talk show yang dikemas secara interaktif dan komunikatif.
Program ini selalu menghadirkan narasumber-narasumber yang sesuai
dengan bidangnya.Masing-masing narasumber yang hadir dalam ILC biasanya
berasal dari kalangan yang terlibat dalam kontroversi yang sedang dibahas.
Sehingga, selanjutnya mereka akan terlibat dalam sebuah debat. Format acara
ILC adalah diskusi dengan dipandu oleh seorang moderator. Adalah Karni
Ilyas, pemimpin redaksi TVOne yang menjadi moderator acara tersebut.
Sesuai namanya, ILC sebenarnya bertujuan untuk memberi pemahaman
mengenai hukum. Pada awal-awal acara ini disiarkan, banyak narasumber
yang berasal dari profesi di bidang hukum.
Karni Ilyas sendiri adalah wartawan senior yang memiliki latar
belakang pendidikan hukum, ketua umum ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia), dan anggota Komisi Polisi Nasional (Dewi dan Ekalaya, 2015).
Namun pada perkembangannya, program ILC membahas isu-isu yang lebih
luas. Pada awalnya, ILC dikenal dengan nama Jakarta Lawyers Club (JLC).
Tetapi karena isu yang dibahas semakin luas, dan tidak hanya melibatkan
narasumber dari Jakarta saja, maka nama programnya diubah menjadi
Indonesia Lawyers Club. Program ini tayang secara live atau langsung pada
setiap hari Selasa pukul 19.30-22.30 WIB, dan disiarkan ulang tiap hari
13
Andi Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi Yogyakarta : Andi Offset, 2015, hlm.136.
Minggu pukul 19.00-22.00 WIB. Program tayangan ILC termasuk salah satu
andalan talk show di TVOne.
Beberapa kali acara talk show ini berhasil meraih rating yang tinggi.
Misalnya saja saat penayangan episode kasus kopi maut yang menewaskan
Wayan Mirna Salihin pada tanggal 2 Januari 2016. Program ILC menjadi satu-
satunya talk show yang masuk 15 besar ditonton dengan TVR 1,8 dan TVS
8,9 (Rayendra, 2016). Setiap penayangan ILC memang hampir selalu dihadiri
dengan banyak narasumber dan mendapatkan apresiasi yang baik dari
pemirsanya.
Produksi
Pada tahap produksi dan pembelian program, setiap acara yang akan
disiarkan selalu bermula dari ide atau gagasan yang kemudian diwujudkan
melalui proses produksi. Seperti yang sudah dijelaskan dalam tahap
perencanaan bahwa program “Indonesia Lawyers Club” bermula dari program
“Jakarta Lawyers Club” di SCTVyang kemudian tim buat kemasannya
berbeda dengan mengubah posisi Tayang di Chanel TV One.
Dalam tahapan produksi dan pembelian program ini selalu
memerlukan talent atau narasumber yang menjalankan perannya dalam tema
yang dibuat. Maka dari itu dalam penelitian ini dalam pemilihan talent atau
narasumber disetiap episodenya selalu ada kriteria khusus. “Nah saat produksi
biasanya kita harus memastikan narasumber yang sudah kita undang hadir atau
tidak dan setelah itu barulah melakukan siaran.
Karena siarannya satu jam setengah ya satu jam setengahlah dilakukan
siaran. Biasanya kita memastikan 10 menit sebelum acara bahwa oh ternyata
kita sudah lengkap atau bahkan masih ada yang kurang. Karena kan di
“ILC”ini ada beberapa narasumber, bisa jadi yang sebelumnya bersedia ada
halangan. Nah hal – hal seperti itu biasanya kita akan tahu itu menjelang
acara. Nah pada saat produksi berjalan sesuai dengan mestinya, kan di
Polemik ini terdapat 5-7 segmen kan, nah segmen – segmen itulah nanti
biasanya kadang kita ada evaluasi juga pada saat produksi.
Di segmen 1 misalnya oh kurang cair diskusinya, nah apa nanti di
segmen 2 strateginya harus seperti apa dan seterusnya. Jadi tiap segmen itu
kita ada evaluasi sehingga untuk segmen berikutnya lebih bagus lagi, kayak
gitu.”
Eksekusi Program
Manajemen penyiaran dalam penayangan sangat penting dilakukan
program agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Eksekusi program siaran
terkait jadwal penayangan. “Kalau untuk pembagian siaran kan kita tayang di
jam – jam primetime yaitu pukul 19.00 – 20.30 dan kenapa kita mengambil di
jam – jam tersebut karena kan kita mengambil target audience nya itu dewasa
berarti itukan artinya bekerja, jadi kan orang – orang dewasa itu baru ada
waktu luang di jam– jam primetime nah jadi strateginya yaitu bagaimana si
target audience nya itu bisa menonton kan, jadi kalau usianya 20 tahun ke atas
kan dia bekerja nah jadi sepulang kerja itulah mereka menonton.
Jadi, tidak mungkin kami tayangkan misalnya jam 16.00 karena
asumsinya orang masih bekerja jadi ngga mungkin orang menonton acara
talkshow di jam 16.00 makanya lebih sering di jam – jam setelah orang pulang
kerja.” Agar audien tidak pindah saluran adalah biasanya dengan
menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling
dramatis mengundang ketegangan.
“Biasanya kan orang – orang memberikan sedikit potongan video di
segmen yang akan hadir setelah iklan kan. Nah karena program kita ini Live,
kita buat ketika akan closing program untuk iklan si co-host mengatakan
program sementara discourse dan mengetuk palu sekali menandakan untuk
audien tidak kemana – mana karena perbincangan hangatnya akan lanjut
setelah iklan yang lewat tersebut.”
6. Kelemahan Acara
Kehadiran mereka seakan ikut melengkapi persaingan antara Metro TV
dan TV One, Surya Paloh dan Aburizal Bakrie, Partai Nasdem dan Golkar,
pendukung pemerintah dan oposisi. Kedua televisi tersebut telah menjadi
corong informasi bagi masing-masing kubu.
Apa yang menjadi catatan sastrawan kondang yang namanya susah di
eja, Sirikit Syah, tidaklah sepenuhnya benar. Setidaknya ada beberapa hal
yang membuat program Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab lebih nge-
hits dari ILC. Selain tak pernah terkena teguran KPI seperti yang sering
dialami ILC, Mata Najwa selalu mengahdirkan nara sumber orang-orang
pilihan dan kompeten.
Berbeda dengan ILC yang kerap mengundang nara sumber seadanya
hingga acara tersebut menjadi ajang adu “kepandaian” berbicara, hingga
seringkali para tamu juga beradu sindiran dan ejekan halus. Bahkan tak jarang
mereka melontarkan ancaman yang kasar dan melecehkan.
http://www.kompasiana.com/ombrill/cikal-bakal-indonesia-lawyers-club-dari-
perseteruan-amin-rais-andi-ghalib_552a70976ea834b76a552d14 diakses 6 November 2018
pukul 15.50 WIB
http://www.pengacaraindonesia.info/2013/01/indonesia-lawyer-club.html diakses
pada 6 November 2018 pukul 16.35 WIB
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55e96c8a591ed/sejarah-ilc-tak-lepas-dari-
konflik-organisasi-advokat diakses 6 November 2018 16.42 WIB
http://m.tempo.co/read/news/2012/03/07/173388716/KPI-Terima-2500-Pengaduan-
Soal-Karni-Ilyas diakses 6 November 2018 14.30 WIB
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/10/16/nwau0b365-program-
indonesia-lawyers-club-diadukan-ke-kpi diakses 6 November 2018 18.00 WIB
https://m.tempo.co/read/news/2012/08/31/173426599/diadukan-ke-kpi-karni-ilyas-
merasa-tak-bersalah diakses 6 November 2018 pukul 16.40 WIB
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/02/o3e5mi365-tv-one-
pastikan-
pengamanan-narasumber-ilc-sesuai-prosedur diakses 6 November 2018 pukul 16.45 WIB