DISUSUN OLEH:
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM KELUARGA
2019
KATA PENGANTAR
الحمدهللا رب العالمىن الصالة والسالم على اشرف االنبىاء والمرسلىن وعلى اله واصحابه اجمعىن اما بعد
Alhamdulillah.
Segala puja dan puji atas kehadirat Allah Swt yang maha kuasa, atas segala
nikmat dan karunianya, kami dapat menulis dan membuat sebuah karya tulis ilmiah
ini.
Sholawat serta salam taklupa kami haturkan kepada nabi junjungan kita, Nabi
Muhammad saw. Yang akan memberi syafaat kepada kita dihari kiamat kita dan akan
memasukkan kita kedalam syurga bersama beliau, amin allahumma amin...
Kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam karya tulis kami,
karena kami bukan manusia yang sempurna, dan mencoba untuk memperbaikinya
semampu kekuasaan kami sebagai manusia yang hina, yang benar hanya dari Allah
swt, dan yang salah hanya dari kami manusia yang mempunya kesalahan.
Wassalam
Daftar Isi
BAB I
LATAR BELAKANG
Proses internalisasi dan bertindak dari prespektif sosial yang kita pelajari dari
proses komunikasi. Jadi komunikasi dan identitas diri adalah konsep diri.
TUJUAN
PEMBAHASAN
Konsep diri adalah pandangan atas diri sendiri, pengenalan diri sendiri dan
pemahaman diri sendiri melalui cara pandang individu dalam melihat diri sendiri
sebagai pribadi, merasakan yang ada didalam dirinya, dan gambaran serta pandangan
orang lain tentang diri individu itu sendiri.
citra diri/ gambaran diri (body image) Adalah sikap atau cara pandang
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencangkup
persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk ,fungsi, penampilan dan potensi tubuh
saat ini dan masa lalu yang berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru
setiap individu. ( Stuart dan Sundeen,1998)
Focus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja.
Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain
terhadap dirinya dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.
b. Ideal diri
b) Masa remaja terbentuk mulai proses identifikasi terhadap orang tua, guru dan
teman.
Ideal diri dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan
tuntunan dan harapan.
c) Ideal diri mewujudkan cita—cita dan harapan pribadi berdasarkan norma
keluarga dan sosial.
2. Memberinya gagasan.
Perkembangan Individu.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya
hak untuk gagal dan berbuat kesalahan.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu
membangun harga diri anak dengan baik.
Pengalaman traumatic yang berulang missal ( Karna aniaya fisik, emosi dan
seksual)
Ketika lahir manusia tidak memiliki konsep diri, pengetahuan tentang dirinya
sendiri, harapan terhadap dirinya sendiri, dan penilaian terhadap dirinya sendiri.
Namun, secara perlahan-Iahan seseorang mulai dapat membedakan “aku” dan
“bukan aku".
1. Penilaian Langsung
Penilaian langsung adalah pola komunikasi dari orang lain yang
menjelaskan siapa kita dengan cara memberikan label langsung terhadap
perilaku kita. Anggota keluarga, teman sebaya, guru, dan orang lain
memberikan penilaian dari apa yang mereka katakan terhadap diri kita dan
apa Yang harus dan tidak boleh kita lakukan. Misalnya, orangtua
menyampaikan apa yang seharusnya boleh dan tidak boleh clilakukan oleh
anak laki-laki dan anak perempuan. Biasanya, orangtua akan berkata
seperti ini untuk anak perempuan, “Anak baik jangan main kasar ya” atau
“Kamu harus membantu Ibu di dapur“ atau “Jangan bermain sampai
membuat bajumu kotor ya". Sementara. orangtua umumnya akan berkata
seperti ini untuk anak laki-laki, “Pergilah bermain di luar rumah“ atau
“'jangan cengeng” atau “Anak laki-laki tidak boleh menangis”. Akhirnya,
anak menerima rujukan dari orangtua dan lingkungan tersebut.
2. Penilaian Reflektif
Penilaian reflektif adalah persepsi kita terhadap pandangan orang lain.
Persepsi ini berpengaruh terhadap bagaimana cara kita memandang diri
sendiri. Konsep ini mirip seperti looking-glass self dari komentar puitis
Cooley, “Each to each a looking glass” (1961). Orang lain adalah cermin
bagi kita. Mereka memantulkan bayangan diri kita dan membentuk
perasaan kita terhadap diri sendiri. Jika orang lain menyampaikan,
sekalipun dengan cara tidak langsung, bahwa kita adalah orang yang
cerdas, sangat mungkin kita akan mencerminkan penghargaan tersebut
dalam setiap tindakan dan pemikiran. Jika anggota keluarga melihat kita
sebagai orang yang tidak disukai, kita mungkin akan melihat diri kita sama
seperti penilaian dari mereka.
3. Skrip Identitas
Skrip identitas adalah aturan dalam kehidupan dan pembentukan
identitas manusia. Seperti naskah dalam drama atau film, skrip identitas
mendefinisikan peran kita dalam kehidupan, bagaimana kita bermain di
dalamnya, dan elemen dasar lainnya dalam alur kehidupan kita. Coba ingat
kembali masa ketika kanak-kanak Anda. Carilah beberapa skrip identitas
yang dijalankan dalam keluarga Anda. Beberapa contoh dari skrip identitas
adalah: “Kita adalah keluarga baik-baik” atau “Keluarga kita selalu
membantu orang yang kesusahan”.
4. Gaya Kelekatan
Kecenderungan bertingkah laku sesuai konsep diri tadi yang di sebut nubuat
yang di penuhi sendiri. Anda berusaha hidup sesuai dengan label yang anda lekatkan
pada diri anda. Suksesnya interpersonal komunikasi dilihat dari konsep diri apakah
positif atau negatif. Sebagai peminat komunikasi , sebaiknya kita mampu
mengidentifikasi tanda-tanda konsep diri yang positif dan negatif. Menurut William
D. Brooks dan Philip Emmert ada empat orang yang memiliki konsep diri negatif
diantaranya:
1. ia peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang di terimanya,
dan mudah marah atau naik pitam. Koreksi seringkali di presepsikan sebagai
usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.
2. responsif sekali terhadap pujian, karena dengan pujian ia akan beranggapan
bahwa dapat menunjang harga dirinya. Bersama dengan kesenangannya
terhadap pujian ia akan bersikap hiperkritis tehadap orang lain. Ia selalu
mengeluh, mencela, meremehkan apapun dan siapapun.
3. cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak di perhatikan.
Karena itulah ia akan bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak
dapat melahirkan hangatnya persahabatan.
4. selalu bersikap pesimis, artinya penolakannya terhadap kompetensi karena ia
akan enggan bersaing dengan orang lain. Ia menganggap dirinya akan tidak
berdaya di hadapan orang lain.
Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif di tandai dengan lima hal:
b. Membuka diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang
sama berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dengan membuka diri, konsep diri akan lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri
sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-
pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
dan lebih cermat memandang kita dan orang lain.
Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat di jelaskan dengan johari
window, yaitu:
1. Area Terbuka, atau publik. Informasi dalam area ini diketahui oleh kita dan
orang lain. Misalnya informasi mengenai nama anda, tinggi tubuh, alamat
rumah adalah informasi yang dapat di bagikan kepada orang lain
2. Area Buta, Informasi di dalam area ini di ketahui oleh orang lain, namun tidak
di sadari oleh diri kita sendiri. Misalnya, orang melihat kita berbakat di bidang
melukis tetapi kita tidak mengetahuinya.
3. Area tersembunyi, kita mengetahui informasi di dalam area ini, namun kita
memilih tidak mengungkapkannya kepada orang lain. Contoh, anda memilih
untuk tidak menyampaikan aib/kelemahan kepada orang lain.
4. Area Gelap, area ini berisi informasi yang tidak di ketahui, baik oleh anda
maupun orang lain. Area ini berisi informasi atau potensi yang belum
terungkap, bakat belum di manfaatkan, dan reaksi terhadap peristiwa yang
belum pernah kita alami.
c. Percaya diri
Keinginan untuk menutup diri timbul karena konsep diri yang negatif yang
menagakibatkan kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang
tidak menyenangi dirinya akan merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi
persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan sedapat mungkin menghindari situasi
komunikasi. Ia akan takut orang lain akan mengejek dan menyalahkannya.
d. Selektivitas
Bila anda merasa sebagai muslim yang baik, anda akan banyak menghadiri
pengajian, atau membeli buku-buku agama. Sebaliknya bila anda merasa pemeluk
katholik yang taat, tentu anda akan rajin ke gereja, mendengarkan khotbah
keagamaan, dan membeli buku-buku katholik. Hal tersebut yang di maksud terpaan
selektif. Sedangkan presepsi selektif. Sebagai contoh jika konsep diri anda negatif,
anda cenderung memersepsikan hanya reaksi-reaksi yang negatif pada diri anda atau
anda merasa diri bodoh, anda tidak akan memperlihatkan perhargaan orang terhadap
karya-karya anda. Sebaliknya, justru anda akan memperbesar kritik orang lain
terhadap anda.
Selain itu, konsep diri bukan hanya mempengaruhi presepsi, ia juga akan
mempengaruhi terhadap apa yang kita ingat. Misalnya ada orang yang mengingat
semua dengan cermat pemain sepak bola PSSI bahkan menyebutkan semua peristiwa
penting yang terjadi di dunia sepakbola. ada pula orang yang dapat mengingat puisi-
puisi Shakespeare, Goethe, Pope, Tetapi ia tidak ingat dengan pencipta lagu “Padamu
Negeri”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka