Anda di halaman 1dari 23

Kepemimpinan dalam Komunikasi

( Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi
dan Tabligh)

Disusun Oleh:

Kelompok 10

Dinda Rachmawati Nudin

NIM: 11190511000071

Dosen Pembimbing :

Dr. Suhaimi, Msi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Jurnalistik 2021
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, seorang
wanita yang jadi pemimpin harus bisa menyembunyikan egonya. Terutama kepada orang-orang
yang dipimpinnya.
Hal ini disampaikan dalam Dialog Intergenerasional "Women and Girls: Game Changers
in Development" yang diadakan secara virtual, Sabtu (6/3/2021).
"Seorang leader egonya harus dimasukkan ke lemari es, dikunci, ditutup. Jangan
dikeluarkan dulu. Nggak ada tempat untuk your own ego bagi seorang pemimpin," kata dia.
Menurutnya, jika memakai ego dalam menjalankan kepemimpinan maka tidak akan bisa
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karenanya, ego tersebut harus disimpan dalam-dalam.
Bendahara negara ini pun menekankan beberapa hal yang harus dimiliki seorang
pemimpin terutama menghadapi banyak orang dengan latar belakang yang berbeda.
Pertama, lebih dahulu merangkul dan menjalin komunikasi. Sebab, tidak ada
kepemimpinan yang bisa berhasil tanpa adanya hubungan yang baik dalam kelompok tersebut.
Kedua, dalam melakukan komunikasi harus menyampaikan hal yang ingin dicapai
dengan baik tanpa kesan memerintah. Artinya, seorang pemimpin tidak boleh memperlihat kan
bahwa ia pemimpin yang harus dipatuhi dan dilayani.
"Dalam hal ini, bukan yang terpenting saya adalah pemimpin kamu, tapi relationship. To
lead itu tujuannya bukan kamu melayani saya, tapi untuk mencapai tujuan bersama," jelasnya.
Lanjutnya, yang paling penting adalah seorang pemimpin tidak boleh terlihat otoriter atau
memerintah. Sikap itu akan sangat tidak disukai oleh anggota kelompoknya sehingga tidak
tercipta situasi yang baik.
"Jangan memerintah karena bossing around itu ya nyebelin aja," tegasnya. 1

Dalam berita diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang mempunyai hubungan baik dengan anggotanya. Hubungan ini hanya bisa dicapai
dengan merangkul dan menjalin komunikasi yang baik dengan anggotanya, sebab komunikasi
menjadi fondasi yang utama dalam kepemimpinan, berkomunikasi adalah sarana yang efektif
yang mempunyai dampak besar dalam usaha mencapai tujuan bersama. 2
Komunikasi yang baik mengoptimalkan kinerja kepemimpinan dengan baik dan
mendorong perbaikan dalam strategi kepemimpinan agar lebih optimal karena anggota dalam
organisasi akan lebih berpartisipasi menyumbangakan pemikiran mereka. Hal tersebut menjadi
informasi yang menjadi dasar keputusan pemimpin dalam mengambil suatu tindakan.
Komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi itu sendiri mempunyai fungsi
“menerjemahkan” rencana-rencana kemajuan suatu organisasi menjadi sebuah tindakan yang
nyata yang pastinya melibatkan anggota didalamnya. 3

1
Lidya Julita S, “Sri Mulyani: Simpan Ego di Lemari Es Jika Jadi Pemimpin”
(https://www.cnbcindonesia.com/news/20210306184516-4-228337/sri-mulyani-simpan-ego-di-lemari-es-jika-jadi-
pemimpin, Diakses pada 24 Maret 2021)
2
Sondang P. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi (Jakarta: Repro Jaya,1985) ,hal.148
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kepemimpinan dan komunikasi kepemimpinan?


2. Apa saja gaya kepemimpinan dan keunggulannya serta kelemahannya dari masing-masing
gaya kepemimpinan tersebut?
3. Mengapa komunikasi dalam kepemimpinan penting?
4. Mengapa pemimpin membutuhkan strategi komunikasi dan apa saja jenis strategi
komunikasi?
5. Bagaimana Proses Komunikasi dalam kepemimpinan ?

3
Bob Matha dan Macy Boehm, Leadership communication that drives result : Beyond the babble (USA: Jossey-
Bass A Wiley Imprint,2008), hal. 15
Pembahasan

A. Kepemimpinan dan Komunikasi dalam Kepemimpinan

Secara etimologis istilah kepemimpinan dalam kamus bahasa Inggris- Indonesia Jhon
Echols merupakan terjemahan dari kata leadership (bahasa Inggris), yang berarti kepemimpinan. 4
Sementara itu, kata kepemimpinan berasal dari akar kata pemimpin, yang berarti seseorang yang
dikenal oleh dan berusaha untuk mempengaruhi para pengikutnya, untuk merealisasikan apa yang
menjadi visinya.5
Dalam pengertian terminology terdapat beberapa pengertian kepemimpinan yang
dikemukakan oleh beberapa ahli.Dalam Ensiklopedi Umum diterangkan bahwa kepemimpinan
adalah, hubungan yang erat antara seseorang dengan sekelompok manusia kerena adanya
kepentingan bersama, hubungan itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari
pada manusia yang seorang itu.Manusia atau orang ini biasanya disebut dengan memimpin atau
pemimpin, sedang kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin. 6
Dalam Islam Istilah Kepemimpinan dikenal dengankata Imamah, sedangkat kata yang
terkait denga konotasi kepemimpinan an berkonotasi pemimpin dalam Islam ada tujuh macam,
yaitu: khalifah, malik,wali, amir dan ra’in,sulta, rais, dan ulil amri (Abdurrahman,2002).
Menurut Shihab (2000) imam dan khalifah ada;ah dua istilah yang digunakan untuk menunjuk
pemimpin . kata imam diambil dari kata amma-ya ummu yang berarti menuju, menumpu, dan
meneladani. Kata khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarto “ dibelakang”.
Kata khalifa sering digantikan pengganti karena yang menggantikan selalu berada dibelakang,
atau datang sesudah digantikannya. Selanjutnya Ia menyatakan bahwa Al-Quran menggunakan
kedua istilah ini untuk menggambarkan ciri seorang pemimpin, ketika di depan menjadi panutan,
dan ketika dibelakang mendorong sekaliguus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh yang
dipimpinnya.7
Mengenai Perlunya ada pemimpin ditegaskan Rasulullah SAW: “ Apabila berangkat tiga
orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang diantaranya menjadi
pemimpin.” (HR. Abu Dawud)

Menurut Haiman (dalam Stogdil, 1974:7) Kepemimpinan diartikan sebagai suatu


kemampuan mempengaruhi dalam proses interaksi melalui pembicaraan atau melalui perilaku
orang lain. Dalam pandangan Keith Davis (1977:79) Kepemimpinan adalah suatu kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi dan aktivitas lainnya secara bersemangat
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Cragan dan Wright
(1980:73) Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk
bergerak kearah tujuan kelompok .

4
Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1997), hal 351
5
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan, Memberdayakan Guru, Tenaga
Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Madrasah (Bandung: Alfabeta,2009) hal 219
6
Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum ( Yogyakara: Kanisius,1993) hal. 549
7
Fuad Nashori,dkk, Psikologi Komunikasi (Yogyakarta: Pustaka Fahima,2009) hal 17
Kepemimpinan dalam pengertian yang lebih spesifik dalam kempuan berkomunikasi
tidak terlepas dari konsep pemuka pendapat (opinion leader).8 Menurut Rogers (1973:103)
sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang secara informal
sesuai dengan kehendak pemimpin melalui hubungan sosial yang dibina. Kepemimpinan juga
sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain demi meningkatkan prestasi
kerja individu yang dipengaruhi olehnya sebagai keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.9

Menurut Sondang P. Siagian (1985:12) Kepemimpinan adalah keterampilan atau


kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi
setingkat maupun yang lebih rendah daripadanya, dalam berpikir dan bertindak agar perilaku
yang semua mungkin individualistic dan ego-sentrik berubah menjadi perilaku organisasional. Ia
juga berpendapat bahawa kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
terutama bawahannya, untuk berpikir, bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang
positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

Ide pokok yang terdapat dalam beberapa definisi tersebut adalah 10 :

1. Kepemimpinan merupakan suatu factor pada diri seseorang yang dapat ditumbuhkan,dipupuk,
dan dikembangkan
2. Efektifitas kepemimpinan seseorang tidak semata-mata tertuju “ke bawah”, yaitu kepada
sekelompok orang yang menjadi bawahannya, akan tetapi juga secara horizontal terhadap rekan-
rekannya setingkat dan juga vertikal keatas, yaitu terhadap pimpinan yang secara hirarkis lebih
tinggi daripadanya.
3. Lumrah dan manusiawi bagi seseorang untuk berusaha keras dalam memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan pribadinya tanpa melupakan bahwa dalam dunia modern sekarang ini tidak ada
lagi kebutuhan pribadi yang mungkin terpenuhi bagi seseorang tanpa bergabung dalam berbagai
jenis organisasi atau menjadi manusia organisasional
4. Dalam usaha memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pribadi, seringkali orang menunjukan
perilaku yang bagi orang lain tampak seperti perilaku yang mementingkan diri sendiri atau
individualistic bahkan mungkin tampak ego-sentrik, sifat tersebut dapat berakibat negatif
terhadap pembinaan usaha kerjasama yang serasi. Perilaku tersebut harus dipengaruhi seemikian
rupa menjadi dibawah perilaku organisasional. 11
5. Dasar utama dalam efektifitas kepemimpinan seseorang bukan penngangkatan atau
penunjukannya selaku “kepala” tetapi penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan berkat adanya kelebihan-kelebihan tertentu yang dimilikinya, baik oleh karena
pengalaman pendidikan, prestasi kerja, atau karena faktor-faktor genetic. 12

8
Eko Harry Susanto, Komunikasi Politik : Pesan, Kepemimpinan dan Khalayak (Jakarta:Mitra Wacana Media,
2013) hal. 33
9
Sondang P. Siagian,op.cit., hal 1
10
Ibid , hal 12
11
Ibid, hal 12
12
Ibid, hal24
6. Efektifitas kepemimpinan seseorang tercermin dari kemampuannya untuk bertumbuh dlam
jabatannya seperti terlihat dari peningkatan kemampuan atau keterampilan yang memang dapat
dikembangkan, meskipun mungkin tidak sampai mencapai titik kulminasi kemampuan yang
terpendam dalam dirinya.13
7. Efektifitas kepemimpinan itu menuntut adanya kemahiran untuk “membaca” situasi seperti yang
berkaitan dengan iklim kerja di dalam organisasi yang sering menampakkan gejala dalam
berbagai bentuk.14
8. Perilaku seseorang tidak serta merta terbentuk begitu saja melainkan melalui proses pertumbuhan
dan perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetic, pendidikan,pengalaman serta
pengaruh lingkungan.15

Ditinjau dari segi kepemimpinan dalam organisasi dibutuhkan seorang pemimpin yang
memiliki jiwa kepemimpinan sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar bekerja bersama
sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, selain itu ia harus bisa membedakan
antara otoritas (suatu wewenang yang didelegasikan dari atas melalui rantai perintah) dan
kepemimpinan (suatu wewenang yang didapat seseorang dari rekan maupun bawahannya). 16

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan, seorang pemimpin harus memahami benar


bahwa individu merupakan komponen penting dalam organisasi sehingga harus dilibatkan dalam
pendelegasian tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi dengan tanpa mengabaikan
aspek budaya dan lingkungan organisasi, serta adanya persetujuan antara pihak manajemen
dengan bawahan (Conger,1998). Untuk menunjang fungsi inilah dibutuhkan adanya komunikasi
yang berkualitas yaitu dengan sikap antusias terhadap semua kegiatan operasi, komunikasi dua
arah antara pemimpin dengan pekerja, dan perhatian yang cukup dalam hubungan dengan
bawahan17

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam komunikasi untuk melaksanakan


kepemimpinan diantaranya adalah18:

a. Trait approach dimana jiwa kepemimpinan seseorang lahir dalam diri individu dengan
sendirinya yang tampak pada karisma dan perilaku kepemimpinan yang dimiliki dan
bukan sengaja dibentuk. Kedua hal itu merupakan ciri khusus yang membedakan seorang
pemimpin dengan orang lain yang mempengaruhi kualitas kepemimpinan.
b. Style approach yang mengklasifikasikan gaya kepemimpinan menjadi gaya otoriter yaitu
berhubungan dengan pembuatan keputusan dan menyatakannya kepada anggota, dan
gaya demokratis yang melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.

13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid
16
Hassa Nurrohim dan Lina Anatan, “Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi”, Jurnal Manajemen, Vol.7, No.4,
Mei 2009, hal 5
17
Ibid
18
Ibid
c. Effectiveness vs efficiency approach yang memfokuskan pada efektivitas yaitu usaha
untuk mencapai hasil yang diinginkan dan efisiensi yaitu menghasilkan output dari input
tertentu.
d. Contigency approach yaitu bahwa kesuksesan gaya kepemimpinan efektif tergantung
pada situasi yang terjadi.
e. Power approach, yang meliputi reward power (kekuasaan untuk memberikan imbalan),
coercive approach (kekuasaan untuk memberikan hukuman/sanksi), legitimate power
(kekuasaan yang diperoleh dari posisi yang dimiliki), dan expert power (kekuasaan yang
didasarkan atas pengetahuan dan kemampuan seseorang).
f. Function approach yaitu beberapa fungsi yang melekat dalam diri pemimpin yang
meliputi management of attention, management of meaning, management of trust, and
management of self recognizes.

B. Macam- Macam Gaya kepemimpinan dan Keunggulannya serta Kelemahannya.

Kepemimpinan dalam islam adalah kepemimpinan yang mengedepankan prinsip-prinsip


kebenaran( Shidiq), kejujuran ( amanah), transparansi (tabligh), dan dilandasi oleh ilmu pengetahuan
dan kompetensi (fathanah). Prinsip-prinsip dalam islam ini sangat kompatibel dengan menejemen
kepemimpinan modern.

Dalam ajaran Islam, seorang pemimpin dituntut menampilkan kepribadian yang ber-Akhlaqul
Karimah (memiliki moralitas yang baik), Qona'ah (sederhana), dan Istiqomah (konsisten/ tidak
ambivalen). Sedangkan berdasarkan suri tauladan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah:
siddiq artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan. Fathonah artinya cerdas,
memiliki intelektualitas tinggi dan profesional. Amanah artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi
dan akuntabel. Tabligh artinya senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah
menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif. 19

Pemimpin yang lemah-lembut akan dipandang sebagai orang yang santun dan tidak pernah
meremehkan orang lain. Ketika menemukan kesalahan dari pengikutnya, ia akan menegur dengan
hati-hati dan tetap menghargai kehormatannya. Pemimpin yang mudah memaafkan bukanlah
pemimpin yang lemah. Justru sifat ini merupakan gambaran dari kekuatan untuk memahami
kesalahan yang dilakukan dalam batasan- batasan tertentu. Ia juga menggambarkan cara berpikir yang
positif. Pemimpin yang selalu berlapang dada akan menerima semua kritikan dari bawahan sehingga
lebih mudah memperbaiki kualitaskepemimpinannya di masa yang akan datang. 20

Kesabaran adalah salah satu sifat yang wajib dimiliki seorang pemimpin. Tidak semua
pengikut yang bergabung dalam organisasi memiliki kecerdasan dan keterampilan yang sama. Boleh
jadi seorang pemimpin membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengarahkan atau memberikan
suatu pentintah kepada bawahan. Dalam situasi persaingan organisasi, seorang pemimpin yang sabar
tidak akan cepat terpengaruh dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu,

19
Fuad Nashori, dkk.op.cit., hal 18
20
Ibid
moralitas atau akhlak menjadi kunci dalam menjalankan kepemimpinan-terlebih dalam kehidupan
organisasi baik formal maupun informal.21

Menurut Wirawan (2017:352) Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin dalam
mempengaruhi sikap, perilaku dan sebagainya para pengikutnya. Gaya kepemimpinan seorang
pemimpin dapat berubah-ubah tergantung pada kuantitas dan kualitas para pengikut, situasi, dan
budaya sistem sosialnya. Seorang pemimpin dapat mempergunakan sejumlah gaya yang berbeda
dalam mempengaruhi pengikutnya.22

Menurut Wirawan Ada 5 gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin para
pengikutnya, yaitu23

1. Gaya Otokratik24

Dalam Gaya ini Pemimpin mempunyai kekuasaan mutlak sedangkan para pengikut tidak
mempunyai kebebasan untuk menggunakan kekuasaannya. Indikator dari gaya kepemimpinan ini
adalah :

a. Pemimpin mempunyai kekuasaan mutlak dan kebebasan untuk menggunakan


kekuasaannya.
b. Pengikut tidak mempunyai kebebasan untuk menggunakan kekuasaannya
c. Semua pembuatan keputusan kebijakan dan pelaksanaan aktivitas operasional
sepenuhnya dilakukan oleh pemimpin.
d. Visi dan misi organisasi ditentukan oleh pemimpin.
e. Para pengikut hanya pelaksana keputusan.
f. Pemimpin mempunyai hak prerogratif dan hak untuk memberi perintah dan para
pengikut wajib melaksanakan perintah.
g. Pemimpin mempunyai wewenang untuk menghukum bawahan yang tidak mematuhi
perintah.
h. Pemimpin tidak mendelegasikan wewenangnya, penyusunan rencana,
pengorganisasian aktivitas, pengalokasian sumber-sumber dan pengontrolan
disentralisasi.
i. Komunikasi dilakukan secara formal melalui jalur birokrasi dan hierarki dari atas ke
bawah.
j. Komunikasi dari bawah ke atas hanya dalam bentuk laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan aktivitas.
k. kreativitas dan inovasi para pengikut rendah
l. Tidak ada upaya pemberdayaan para pengikut
m. Pemimpin can do no wrong atau selalu benar.

21
Ibid
22
Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologo, Perilaku Organisasi, Aplikasi, dan Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2014), hal 352
23
Ibid, Hal 380
24
Ibid , Hal 380- 381
2. Gaya Kepemimpinan Paterialistik. 25
Dalam Gaya kepemimpinan ini, pemimpin dianggap sebagai orang tua dan pengikut
sebagai anak-anak yang perlu dibimbig kea rah kedewasaan. Indikator gaya kepemimpinan ini
adalah :
a. Kebebasan pemimpin untuk menggunakan kekuasaannya tinggi.
b. Kebebasan pengikut untuk menggunakan kekuasaannya rendah.
c. Pengikut memanggil pemimpinnya dengan predikat: bapak, ibu, romo, ki, nyi, bang,
mbak father, frater, mother, paduka yang mulia, datuk, yang dipertuan agung, dan
sebagainya
d. Visi, misi, dan Tujuan organisasi ditentukan sepenuhnya oleh pemimpin.
e. Pembuatan keputusan mengenai kebijakan dan operasional dilakukan oleh pemimpin
dengan informasi hasil evaluasi pelaksanaan tugas bawahan yang dilakukan oleh
pemimpin
f. Pengikut melaksanakan keputusan berdasarkan petunjuk atasan
g. Pemimpin menganggap para pengikutnya sebagai anak-anak yang belum dewasa dan
perlu dibimbing
h. Pemimpin melaksanakan prinsip-prinsip ing ngarso sung tuludo ( di muka memberi
contoh,panutan, teladan kepada para pengikut), ing madyo mangun karso (di tengah
pengikut memotivasi pengikut), dan tut wuri hadayani ( dibelakang mempengaruhi
dang mengevaluasi pengikut.
i. Hubungan pemimpin dapat dalam bentuk mentor dan protégé
j. Komunikasi dua arah, dari atas memberikan petunjuk dan dari bawah menanyakan
apa yang harus dilakukan,bagaimana melakukasnnya dan kapan melakukannya.
k. Pemimpin can do no wrong
l. Kreativitas dan inovasi para pengikut rendah
m. Pemberdayaan para pengikut rendah

3. Gaya kepemimpinan partisipatif. 26


Gaya Kepemimpinan Partisipatif merupakan gaya yang terletak di tengah-tengah di mana
jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk menggunakan kekuasaan pemimpin dan para pengikut
sama besar. Pemimpin dan para pengikutnya harus berpartisipasi secara aktif dalam menyusun
perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya. Gaya kepemimpinan ini dapat disebut
sebagai Gaya Kepemimpinan Gotong Royong, pemimpin dan para pengikutnya sama-sama
menggotong dan sama-sama meroyong kegiatan dan hasilnya.
Indikator dari gaya kepemimpinan ini adalah:
a. Jumlah kekuasaan dan kebebasan menggunakannya pemimpin dan pengikut sama
besar.
b. Jumlah dan kebebasan menggunakan kekuasaan diatur dalam uraian tugas dan
prosedur penggunaan kekuasaan.
c. Pembuatan keputusan mengenai kebijakan dan aktivitas pelaksanaan kegiatan
dilakukan oleh pemimpin bersama-sama dengan para pengikutnya.

25
Ibid 382
26
Ibid
d. Pemimpin menentukan visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi dengan bantuan para
pengikutnya.
e. Pemimpin medelegasikan sebagian tugasnya kepada para pengikutnya
f. Kreativitas dan inovasi para pengikut sedang
g. Pemberdayaan para pengikut sedang

4. Gaya Kepemimpinan Demokratik27

Dalam Gaya Kepemimpinan Demokratik, jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk


menggunakannya para pengikut lebih besar daripada pemimpin mereka. Pemimpin tidak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan para pengikutya.

Indikator Kepemimpinan Demokratik adalah sebagai berikut:


a. Para pengikut mempunyai kekuasaan lebih besar daripada pemimpinnya.
b. Pembuatan keputusan mengenai visi, misi, strategi, tujuan, dan aktivitas organisasi dilakukan
oleh para pengikut dibantu pemimpin.
c. Proses pembuatan keputusan dilakukan melalui musyawarah dan voting.
d. Pemimpin tidak dapat melaksanakan tugasnya tanpa bantuan pemimpin demikian juga
sebaliknya.
e. Visi, misi organisasi ditentukan bersama-sama oleh pemimpin dan pengikut
f. Pemimpin dan pengikut menyusun rencana kegiatan dan dilaksanakan para pengikut di bawah
koordinasi pemimpin.
g. Komunikasi berlangsung secara formal, informal, ke atas, ke bawah, dan horizontal
h. Pemberdayaan para pengikut tinggi

5. Gaya Kepemimpinan pemimpin terima beres28

Gaya Kepemimpinan Pemimpin Terima Beres disebut juga free rein atau laissez faire.
Dalam gaya kepemimpinan ini bukan berarti kepemimpinan tanpa pemimpin, pemimpin tetap ada
dan diperlukan akan tetapi peranannya minimal. Gaya kepemimpinan ini misalnya banyak
dilakukan pada lembaga teknologi tinggi (high-tech organization) seperti unit research and
development dan lembaga ruang angkasa (NASA). Indikator dari gaya kepemimpinan ini adalah:
a. Jumlah kekuasaan dan kebebasan pemimpin untuk menggunakan rendah.
b. Jumlah kekuasaan dan kebeasan para pengikut untuk menggunakan kekuasaan tinggi
c. Pemimpin bersama-sama para pengikutnya menentukan visi, misi, tujuan, dan
strategi organisasi.
d. Pembuatan keputusan diserahkan sepenuhnya kepada para pengikut di bawah
pemimpin.
e. Para pengikut bebas melaksanakan aktivitas organisasi.
f. Para pengikut mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan
aktivitas organisasi kepada pemimpin.
g. Para pengikut berupaya memberdayakan diri sendiri

27
Ibid , hal.383
28
Ibid
h. Kreativitas dan inovasi para pengikut sangat menentukan pencapaian tujuan
organisasi.

Pemimpin dapat menggunakan satu atau lebih gaya kepemimpinan tergantung pada
kualitas para pengikut dan situasi lingkungan kepemimpinan ketika proses kepemimpinan terjadi.
Misalnya, jika para pengikut merupakan orang yang berpendidikan tinggi dan mempunyai
pengalaman panjang, maka gaya kepemimpinan otokratik tidak dapat diterapkan. Jika pengikut
orang yang kualitasnya rendah, biang kerok, dan malas, pemimpin harus menerapkan Gaya
Kepemimpinan Otokratik dan Gaya Kepemimpinan Paternalistis. 29

Keunggulan dan Kelemahan Gaya Kepemimpinan

Menurut Wirawan setiap Gaya Kepemimpinan mempunyai keunggulan dannkelemahan seperti


dikemukakan dalam tabel berikut ini30 :

Gaya
Keunggulan Kelemahan
Kepemimpinan
Otokratik 1. Cocok dipergunakan untuk para pengikut 1. Jika pemimpin tidak bijak,
berkualitas rendah, malas, biang kerok, tak dapat melanggar hak asasi
mau melaksanakan perintah. para pengikut.
2. Untuk situasi darurat, situasi tidak stabil,
2. Berakibat kepuasan kerja
konflik destruktif, dan memerlukan pengikut rendah,
pembuatan keputusan cepat. 3. Menimbulkan stres kerja
3. Jika dipergunakan dengan kompensasi para pengikut
dan lingkungan kerja baik dapat 4. Pengikut dapat menjadi
meningkatkan kinerja para pengikut. pasif, masa bodoh, dan yes
man.
5. Tidak ada upaya pemimpin
untuk memberdayakan para
pengikut.
6. Jika dipergunakan secara
tidak terukur dapat
menurunkan kinerja para
pengikut.
Paternalistik 1. Cocok untuk organisasi dengan hubungan 1. Jika pemimpin terlalu
kerja mentor dan protege: lembaga dominan dapat menim bulkan
pendidikan, pesantren, organisasi teknologi ewuh pakewuh, yes men dan
tinggi. rendahnya kreativitas dan
2. Dalam sistem sosial yang menggunakan inovasi para pengikut
kepemimpinan karismatik dan kekuasaan 2. Pemimpin menganggap
keahlian. para pengikut sebagai. anak-
anak yang harus selalu
dibimbing dan diberi
petunjuk.
3. Para pengikut dapat
menganggap pemimpin can
do no wrong.

29
Ibid , hal 383
30
Ibid, hal 384
Partisipatif 1. Cocok untuk organisasi di mana 1. Tidak cocok jika para
pemimpinnya berupaya memberdayakan pengikut berkualitas rendah
para pengikutnya dan pasif.
2. Menciptakan tim kerja pemimpin dan 2. Tidak cocok dalam situasi
para pengikut yang kohesif. darurat dan kritis
3. Menghasilkan kepuasan kerja tinggi bagi 3. Memerlukan pengertian dan
para pengikut. kesabaran pemimpin
4. Pembuatan keputusan dapat
lamban
Demokratif 1. Cocok untuk situasi normal 1. Memerlukan kualitas
2. Menciptakan tim kerja tinggi pengikut Tinggi
3. Menghasilkan kepuasan kerja para 2. Jika pengikut tidak
pengikut tinggi. berkualitas dapat menim
4. Jika para pengikut berkualitas, bulkan anarkhis
menghasilkan kinerja tinggi 3. Memerlukan peraturan
yang mengatur hal dan
kewajiban pemimpin dan
pengikut serta bagaimana
berinteraksi satu sama lain.
4. Pemimpin dan pengikut
harus memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip
demokratis. Jika tidak akan
terjadi anarkis.
Pemimpin 1. Cocok untuk para pengikut dengan 1. Tidak cocok untuk para
Terima Beres kemampuan dan kompetensi tinggi pengikut dengan kemampuan
2. Memberdayakan pengikut dan kematangan kerja rendah
3. Meningkatkan motivasi dan kepuasan 2. Jika pemimpin lemah,
kerja rentan akan tejadi
4. Meningkatkan kreativitas dan inovasi penyalahgunaan oleh para
Pengikut pengikut.
5. Otonomi merancang,melaksanakan dan
mengevaluasi aktivitas
6. Meningkatkan kinerja pengikut dan
organisasi

C. Mengapa Komunikasi dalam Kepemimpinan Penting ?

Manusia perlu berkomunikasi, demikian pula dalam sebuah kepemimpinan, sangat


membutuhkan komunikasi. Pola komunikasi kepemimpinan yang ideal (islami) adalah sebagaimana
yang telah ditunjukkan oleh Allah swt dalam QS Ali Imran: 112 yakni harus mampu menjalin
hubungan baik dengan Allah (hablu Minallah) dan juga mampu menjalin hubungan baik sesama
manuusia (Hablu Minanas) jika hal itu tidak dilakukan secara balance oleh seorang pemimpin maka
tunggulah adzab Allah, “kehinaan akan ditimpakan kepada pemimpin mereka dimanapun mereka
berada” 31

31
Fuad Nashori, dkk, Psikologi Kepemimpinan ( Yogyakarta: Pustaka Fahima,2009), hal. 117
Seorang Pemimpin perlu menjalin, menumbuhkan dan memelihara komunikasi aktif dengan
anggotanya. Misalnya dalam proses perumusan dan penentuan kebijaksanaan sebuah organisasi maka
sangat diperlukan adanya komunikasi. Komunikasi diperlukan dalam proses perumusan dalam arti
bahwa dibutuhkannya ide pemikiran,pendapat, dan saran tentang hal-hal yang menurut pendapat
mereka perlu dituangkan dalam kebijaksanaan organisasi hal ini disampaikan melalui komunikasi. 32

Komunikasi adalah salah satu penggerak kinerja seseorang. Kinerja yang baik jelas dimulai
dengan strategi yang efektif. Kinerja yang efektif juga membutuhkan pemimpin yang cerdas, sumber
daya, dan kerja keras. Dan komunikasi mengoptimalkan semua itu, karena komunikasi yang baik
mendorong perbaikan dalam strategi itu sendiri karena angota dalam organisasi/pengikut ikut
menyumbangkan pemikiran mereka. Dan hal ini memberi banyak informasi sebagai dasar keputusan
dan memperluas sumber daya lebih jauh. 33

Komunikasi dalam kepemimpinan juga menerjemahkan perencanaan strategis menjadi


sebuah tindakan. Komunikasi juga merupakan wajah kepemimpinan, bukan berarti komunikasi yang
baik saja dapat membuat seorang pemimpin yang buruk menjadi hebat. Namun tanpa komunikasi
banyak dari hal kecil yang tidak diperhatikan padahal hal tersebut bisa memajukan sebuah
organisasi/perusahaan.34

Komunikasi juga menyatukan semua orang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, hal
ini tentu sangat dibutuhkan oleh para pemimpin karena tanpa anggotanya tujuan sebuah
organisasi/perusahaan belum tentu bisa tercapai. Komunikasi kepemimpinan juga menciptakan
fondasi bagi kontribusi karyawan dengan memberikan pendapat yang mungkin sangat berharga dann
penting untuk mencapai tujuan organisasi. Ini juga menjadi cara bagi anggota untuk membagikan
pengetahuan dengan organisasinya.35

Komunikasi merupakan kunci motivasi sebuah tindakan. Dengan komunikasi kepemimpinan


yang efektif maka akan menghubungkan motivasi untuk mendorong sebuah tindakan. Singkatnya
komunikasi dalam kepemimpinan memberi tahu anggotanya apa yang seharusnya mereka lakukan
dan memotivasi mereka untuk bertindak. Dengan meningkatkan komunikasi dalam kepemimpinan
maka membantu mengatasi masalah dalam organisasi. 36

D. Pentingnya Strategi Komunikasi dalam Kepemimpinan dan Jenis Strategi Kepemimpinan

Strategi komunikasi dalam kepemimpinan penting untuk dilakukan seorang pemimpin


untuk mengatur apa yang dibutuhkan pemimpin untuk dikomunikasikan kepada anggotanya.
Dimulai dengan memfokuskan pemikiran pemimpin pada yang perlu dilakukan anggotanya untuk
melaksanakan strategi atau mendukung sebuah organisasi dalam suatu masalah. Kemudian
mengembangkan pemikiran itu untuk membahas apa yang perlu diketahui dan dirasakan anggota
sehingga mereka mengambil tindakan yang tepat. Selain itu mengidentfikasi apa yang penting

32
Sondang P. Siagian, op.cit., hal. 111
33
Bob Matha dan Macy Boehm, op.cit., hal. 19
34
Ibid, hal 20
35
Ibid
36
Ibid, hal 21
untuk dikomunkasikan dan menyaring komunikasi yang tidak perlu, sehingga bisa produktif
bersama mendorong tindakan dan hasil.37
Strategi komunikasi berfokus pada pemimpin untuk mengkomunikasikan tujuan besar,
aktivitas penting yang akan mencapai tujuan tersebut dan bagaimana semuanya bekerja sama
dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu contoh komunikasi dalam kepemimpinan adalah
pemimpin memberi arahan apa tujuan dan strategi apa yang seharusnya mereka capai, bagaimana
mereka harus bergerak maju, untuk membuatnya terjadi maka komunikasi sangatlah dibutuhkan
dan perlu memakai strategi.38
Upaya untuk mengoptimalkan komunikasi kepemimpinan adalah39 :
1. Mengelola anggota, tetapkan tujuan dan pastikan segala sesuatu untuk mencapai
tujuan terjadi
2. Utamakan upaya dalam hal kebutuhan komunikasi, habiskan sebagian besar waktu
untuk berkomunikasi dengan karyawan yang terkait dengan prioritas yang kita tuju.
3. Melakukan aktivitas komunkasi denga tujuan yang mendukung pelaksanaan tujuan
sebuah organisasi. Jangan membuang waktu untuk komunikasi yang tidak
mendukung tujuan.
Strategi komunikasi menghubungkan strategi dengan motivasi anggota yang ada pada
dirinya. Pemimpin yang baik memahami apa yang membuat anggotanya tergerak (motivasi dalam
dirinya untuk maju) sehingga ia bisa membangun hubungan yang baik dengan anggotanya.
Dengan hubungan yang baik maka akan memunculkan motivasi dan dedikasi yang tinggi dari
para anggota. 40

Komunikasi kepemimpinan harus direncanakan dengan baik, yaitu sebagai


berikut41 :

a. Menentukan tujuan komunikasi (Sasaran apa yang ingin dicapai dalam komunikasi, siapa
yang harus menerima pesan dan kapan)
b. Pesan yang harus disampaikan (Informasi apa yang harus disampaikan dan bagaimana
mengemasnya. Apakah pesan bersifat terbuka atau konfidensial)
c. Canel komunikasi apa yang digunakan ( Jika penerima pesan dekan mungkin melalui tatap
muka, memo atau surat. Jika jauh mungkin harus menggunakan telekomunikasi)
d. Evaluasi ( Apakah pesan diterima denga baik oleh penerima pesan atau terjadi distorsi yang
memerlukan tindakan lanjut. Apakah penerima pesan telah melaksanakan apa yang
diharapkan)

Strategi/Teknik Memengaruhi (Komunikasi)

Menurut Wirawan dalam memengaruhi, Pemimpin mempergunakan taktik/strategi


memengaruhi yaitu pola perilaku yang dirancang dan dilaksanakan untuk menciptakan

37
Ibid hal. 27
38
Ibid, hal29
39
Ibid, hal 42
40
Ibid , hal. 32
41
Wirawan, op.cit., hal. 47
pengaruh yang mengubah anggota/target. Taktik/strategi memengaruhi yang dipergunakan
pemimpin dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan situasi pada waktu memengaruhi. 42
Jenis strategi memengaruhi banyak jenisnya dan para pakar berbeda mengenai hal
tersebut. Anita Hall (2007) mengelompokkan strategi memengaruhi berdasarkan kekuasaan
yang dipergunakan. Yaitu kebebasan target untuk atau menolak upaya memengaruhi. la
membagi strategi memengaruhi menjadi:
1. Hard tactics (taktik memengaruhi keras). Perilaku memengaruhi ini lebih keras (forceful)
memaksa dan mendorong target untuk mematuhi perintah atau kehendak pemimpin.
Taktik jenis ini dan memberikan banyak hambatan pada hubungan antara pemimpin dan
anggotanya, terutama jika tindakan tidak diharapkan. Taktik ini meliputi antara taktik
legitimasi, menekan, asertvenes, naik banding ke atas, dan koalisi.
2. Soft tactics (taktik lunak). Adalah perilaku yang bijaksana dan konstruktif. Jenis taktik ini
antara lain, personal appeal, konsultasi, permintaan inspirasional, ingratiation, dan
persuasi rasional.

Menutut Wirawan Strategi memengaruhi mempunya banyak jenis, yaitu 43:

a. Strategi legitimasi. Dalam strategi ini menunjukkan kepada target bahwa pemimpin
menduduki posisi tertentu dalam organisasi di mana anggota merupakan bawahan, anak
buah atau pengikut dari pemimpin. Oleh karena itu, merupaikan kewajiban anggota untuk
mematuhi perintah atau permintaan pemimpin. Jika anggota tidak mematuhinya, maka
pemimpin dapat memberikan sanksi.
b. Strategi persuasi rasional. Strategi ini adalah strategi di mana pemimpin
mempergunakan, data, fakta, pengalaman, teori ilmu pengetahuan, visi, misi, undang-
undang, peraturan, prosedur kerja untuk memengaruhi anggotanya.
c. Strategi pertukaran. Strategi pertukaran banyak dilakukan pada kepemimpinan
transaksional. Dalam strategi ini pemimpin menjanjikan untuk memberikan sesuatu atau
tidak memberikan sesuaru (kenaikan gaji, kenaikan pangkat, dan kenaikan jabatan) jika
anggota memenuhi perintah, tidak memenuhi perintah agen.
d. Strategi koalisi. Adalah taktik di mana pemimpin meminta bantuan orang lain untuk
membujuk atau memengaruhi anggotanya agar mematuhi perintah atau memenuhi
harapan pemimpin.
e. Strategi meminta dukungan atasan. Yaitu pemimpin meminta dukungan atau legitimasi
atau persetujuan atasannya sebelum memengaruhi anggotanya. Dengan cara ini
pemimpin lebih kuat dalam memberikan perintah, dan kemungkinan naik banding ke
atasan pemimpin dapat dicegah.
f. Taktik mengambil hati. Dalam taktik ini pimpinan berupaya mengambil hati anggotanya
agar mempunyai perasaan positif terhadap pemimpin sehingga anggota mau
melaksanakan perintah dan permintaan pemimpinnya. Akan tetapi, jika anggota
mengetahui, upaya, pemimpin merupakan upaya manipulasi yang akan merugikan
dirinya, maka taktik ini tidak akan berhasil. Oleh karena itu, taktik ini harus dilakukan
dengan teliti dan hati-hati.

42
Ibid,hal. 285
43
Ibid,hal. 285-286
g. Strategi permintaan personal. Pemimpin menggunakan hubungan personal yang baik,
hubungan pertemanan, persaudaraan, hubungan satu korp untuk memengaruhi
anggotanya. Stretegi ini tidak mungkin dipergunakan jika hubungan pemimpin dan
anggotanya tidak baik.
h. Strategi mengkooptasi. Dalam strategi ini pemimpin mengikutsertakan anggota dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi suatu program atau proyek atau
kegiatannya. Dengan cara ini anggota merasa "diorangkan dan merasa positif." Jika
anggota tidak diikutsertakan dalam kegiatan, maka ia akan bersikap negatif terhadap
anggota. Dengan demikian, upaya pemimpin memengaruhi anggotanya akan gagal.
i. Strategi pygmallion effect. Istilah pygmallion effect berasal dari drama karya George
Bernard Shaw berjudul Pygmallion, Pygmallion effect adalah mengharapkan orang lain
atau diri sendiri terhadap seorang individu menyebabkan individu tersebut cenderung
berupaya untuk memenuhi harapan tersebut.
j. Strategi menekan. Dalam strategi memengaruhi ini pemimpin menggunakan ancaman
akan memberikan sanksi jika menolak melakukan perintah, pemberitahuan dan perilku
tegas mengulang perintah, mengontrol, mengevaluasi apakah anggota melaksanakan
perintah atau tidak. Jika anggota tidak melaksanakan perintah, maka pemimpin harus
memberikan sanksi kepada anggota. Jika pemimpin akan mempergunakan strategi
memengaruhi ini, ia harus mempunyai kekuasaan dan kemampuan untuk melaksanakan
sanksi jika anggota menolak untuk mengubah sikap dan perilakunya.
k. Strategi menekan sebaiknya dipergunakan setelah strategi lainnya tidak mempan untuk
memengaruhi anggota.

E. Proses Komunikasi dalam Kepemimpinan

Wirawan (2017:7) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses menciptakan visi dan


melakukan interaksi saling memengaruhi para anggotanya untuk merealisasi visi. kepemimpinan
adalah interaksi saling mempengaruhi antara pemimpin dengan anggotanya. Sedangkan
Memengaruhi merupakan proses komunikasi antara pemimpin dan anggotanya. Agar dapat
memengaruhi para anggotanya dengan baik, pemimpin harus mempunyai kompetensi mengenai
komunikasi intrapersonal.44
Komunikasi dalam kepemimpinan adalah komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi
antara pemimpin dengan para pengikutnya. Komunikasi ini dapat berlangsung secara vertikal satu
arah dari atas kebawah atau dua arah dari atas ke bawah atau dari bawah keatas dan komunikasi
horizontal antara anggota organisasi.45 Proses memengaruhi dari atas kebawah adalah pemimpin
berupaya memengaruhi anggotanya untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya dan mematuhi
perintahnya sedangkan proses memengaruhi dari bawah ke atas adalah anggota mememngaruhi
pemimpinnya. Proses memengaruhi ini diminta atau tidak diminta pemimpinnya namun sesuai
dengan pola komunikasi. Sedangkan proses memengaruhi secara horizontal adalah dimana
pimpinan yang sederajat atau anggota organisasi saling memengaruhi dalam situasi tertentu. 46

44
Ibid, hal. 47
45
Ibid
46
Ibid, hal. 285
“Mempengaruhi” adalah daya atau kekuatan pemimpin yang dipergunakan untuk
mengubah sikap ,perilaku,pendapat, tujuan, kebutuhan, nilai-nilai kemampuan dan tindakan
untuk bergerak ke arah tertentu dari pengikutnya. Mempengaruhi adaah proses interaksi sosial
antara pemimpin dan pengikutnya dimana kedua belah pihak secara sistematis berupaya saling
mempengaruhi yaitu saling mengubah sikap,perilaku, nilai-nilai, norma, tujuan, dan sebegainya. 47

Model proses mempengaruhi (komunikasi) dalam kepemimpinan meliputi dimensi-dimensi


berikut48:
1. Proses Dua arah, mempengaruhi merupakan proses interaksi sosial dan komunikasi dua arah,
artinya pemimpin berupaya mempengaruhi pengikut dan anggota juga berupaya
mempengaruhi pemimpinnya. Proses mempengaruhi merupakan proses bolak balik bukan
proses sekali jadi.
2. Kekuasaan. Kekuasaan adalah potensi untuk memengaruhi, oleh karena itu orang yang
mempunyai kekuasaan mempunyai potensi untuk mempengaruhi. Untuk mempengaruhi
anggotanya, pemimpin memerlukan kekuasaan, begitu juga sebaliknya. Tanpa memliliki
kekuasaan baik pemimpin maupun pengikutnya tidak mampu mempengaruhi karena tidak
mempunyai potensi untuk memengaruhi.
3. Perilaku Memengaruhi, dalam memengaruhi, baik pemimpin maupun pengikutnya
berperilaku tertentu. Perilaku memengaruhi terdiri dari : taktik memengaruhi, keterampilan
dan pengalaman memengaruhi, gaya kepemimpinan, gaya kepengikutan, sumbber-sumber
memengaruhi, dan lingkungan memengaruhi.
4. Loop proses memengaruhi. Proses memengaruhi tidak hanya ditentukan oleh kekuasaan dan
perilaku memengaruhi pemimpin dan pengikutnya tapi juga situasi daj waktu serta sumber-
sumber memengaruhi. Upaya memengaruhi dapat merupakan upaya berulang-ulang dengan
balikan kedua belah pihak atau loop dengan mempergunakan berbagai kekuasaan dan
perilaku memengaruhi.
5. Keluaran memengaruhi. Proses loop memengaruhi akan berakhir dengan keluaran
memengaruhi yaitu tinggi dan rendahnya pengaruh. Secara umum proses memengaruhi
menghasilkan dua keluaran: memengaruhi berhasil menciptakan pengaruh dan memengaruhi
gagal menciptakan pengaruh. Pengaruh adalah tinggi dan renahnya perubahan pada diri
pengikutnya yang diharapkan oleh pemimpinnya.
6. Keluaran Kepemimpinan. Keluaran memengaruhi menentukan keluatan kepemimpinan. Jika
proses memengaruhi menghasilkan anggota memengaruhi atau menuruti, maka kemungkinan
besar kepemimpinan menghasilkan visi dapat tercapai dan terjadi perubahan. Jika
memengaruhi gagal, maka visi tidak dapat tercapai dan perubahan yang dicita-citakan tidak
tercapai.

Proses Memengaruhi

Keberhasilan pemimpin memengaruhi dengan mempergunakan taktik memengaruhi


sangat ditentukan oleh keterampilan dan pengalaman pemimpin tersebut. Pemimpin yang
mempunyai keterampilan dan pengalaman tinggi lebih mudah memengaruhi daripada mereka

47
Ibid, hal. 283
48
Ibid, hal. 283-285
yang keterampilan dan pengalamannya rendah. Pemimpin harus memahami berbagai taktik
atau strategi memengaruhi dan bagaimana proses menggunakan setiap taktik mememngaruhi.
Sebelum memengaruhi, pemimpin menentukan tujuan memengaruhi targetnya atau
anggotanya. Tujuan tersebut beragam antara lain: anggota mau melakasanakan perintah
pimpinan, anggota mengubah sikap dan perilakunya, anggota mengubah pola pikir, ideologi,
tujuan, nilai-nilai, norma, motivasi, dan sebagainya. 49
Pemimpin mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai anggota atau orang
yang akan dipengaruhinya. Informasi tersebut antara lain jenis kelamin, latar belakang
pendidikan dan budaya, pengalaman, dan karakteristik pribadi : sikap, perilaku, nilai-nilai,
tujuan motivasi, dan sebagainya. Di samping itu, dianalisis juga situasi ketika akan dilakukan
proses memengaruhi. Berdasarkan semua infor masi tersebut, agen memilih salah satu teknik
atau strategi memengaruhi dan menerapkannya dalam proses memengaruhi 50.
Jika dengan taktik atau strategi memengaruhi tersebut target/ orang yang dipengaruhinya
terpengaruh dan mengubah sikap, perilaku dan pola pikirnya, maka pemimpin tersebut
berhasil memengaruhi targetnya dan proses memengaruhi selesai Akan tetapi, jika target
tidak terpengaruh, pemimpin menggunakan taktik memengaruhi yang lainnya dan proses
memengaruhi berulang kembali (loop). Dalam siruasi tertenu pemimpin sering harus
mempergunakan sejumlah taktik atau strategi memengaruhi, akan tetapi target tidak
terpenganuh, maka pemimpin harus mempergunakan sejumlah taktik memengaruhi secara
berulang ulang. Jika pemimpin telah mempergunakan sejumlah taktik memengaruhi akan
tetapi target tidak terpengaruh, maka pemimpin harus memutuskan proses memengaruhi
gagal51

49
Ibid, hal. 287
50
Ibid, hal. 287
51
Ibid, hal. 287
Proses Memengaruhi/Komunikasi dalam Kepemimpinan

*Agen= Pemimpin atau ketua kelompok

Untuk memengaruhi memerlukan sumber-sumber memengaruhi. Di samping


kekuasaan dan waktu, sumber-sumber tersebut meliputi imbalan yang akan diberikan
kepada target penciptaan situasi yang mendukung proses memengaruhi. Taktik
memengaruhi merupakan salah satu faktor daripada Gaya Kepemimpinan (leadership style)
pemimpin dan Gaya Kepengikutan (followership style) para pengikut. Taktik memengaruhi
salah satu unsur yang membentuk perilaku pemimpin dan pengikut dalam proses
kepemimpinan. 52

Keluaran memengaruhi adalah tinggi rendahnya pengaruh pemimpin terhadap


pengikutnya. Pengaruh adalah perubahan pengikutnya (target) dari posisi sebelum
terjadinya proses memengaruhi ke posisi sesudah berakhirnya proses memengaruhi.
Keluaran tersebut dapat berupa53:

1. Anggota mematuhi, artinya baik sikap maupun perilaku Anggota terpengaruh oleh atau
mengikuti keinginan atau perintah pemimpinnya. Anggota dengan senang hati atau suka
rela mematuhi keinginan, kemauan atau harapan pemimpinnya. Anggota merasa
memang merupakan kewajiban dan keharusannya untuk mematuhi perintah
pemimpinnya.
2. Anggota menuruti perintah. Di sini perilaku anggota berubah seperti yang diharapkan
oleh pemimpinnya, akan tetapi sikapnya tidak terpengaruh. Misalnya, anggota
melaksanakan perintah pimpinannya tapi hatinya terpaksa atau tidak rela melaksanakan
perintah tersebut.
3. Anggota menolak perintah. Artinya anggota tidak terpengaruh oleh atau tunduk kepada
perintah, keinginan atau harapan pemimpinnya. Jadi Pemimpin tidak mempunyai
pengaruh terhadap anggota. Menolak perintah dapat dalam bentuk 54:
 Anggota mengulur waktu. Atas perintah pemimpinnya, anggota mengatakan "ya,
siap" tapi mengulur waktu untuk melaksanakannya, dengan harapan
pemimpinnya lupa, atau menarik perintahnya
 Mengabaikan perintah. Anggota mengabaikan perintah pemimpinnya dengan tidak
merespons perintah.
 Taktik minta maaf. Anggota meminta maaf kepada pemimpinnya tidak dapat
melaksanakan perintahnya.
 Anggota naik banding kepada pemimpinnya. Anggota yang merasa tugas, perintah,
permintaan pemimpinnya bukan kewajibannya, dapat naik banding atau
mengadu ke atasan pemimpinnya mengenai hal tersebut dan meminta untuk
mencabutnya.

52
Ibid, hal. 288
53
Ibid
54
Ibid
 Anggota menyabot ( menggaggalkan usaha dengan sengaja). Anggota mengatakan
ya atau diam saja mengenai perintah, akan tetapi ia menyabot pelaksanaan
perintah.
 Anggota menolak perintah. Ketika pemimpin memberi perintah kepada anggota
untuk melaksanakan sesuatu, target secara langsung menolak untuk
melaksanakannya.
Kesimpulan

Menurut Sondang P. Siagian (1985:12) Kepemimpinan adalah keterampilan atau


kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi
setingkat maupun yang lebih rendah daripadanya, dalam berpikir dan bertindak agar perilaku
yang semua mungkin individualistic dan ego-sentrik berubah menjadi perilaku organisasional. Ia
juga berpendapat bahawa kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
terutama bawahannya, untuk berpikir, bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang
positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Wirawan (2017:352) Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin dalam
mempengaruhi sikap, perilaku dan sebagainya para pengikutnya. Gaya kepemimpinan seorang
pemimpin dapat berubah-ubah tergantung pada kuantitas dan kualitas para pengikut, situasi, dan
budaya sistem sosialnya. Seorang pemimpin dapat mempergunakan sejumlah gaya yang berbeda
dalam mempengaruhi pengikutnya. Ada 5 pola gaya kepemimpinan pemimpin dalam memimpin
para pengikutnya yaitu : otokratik, paternalistic, partisipatif, demokratik, dan pemimpin terima
beres (laissez faire atau free in ). Semua gaya kepemimpinan mempunyai kekurangan dan
kelebihannya masing-masing.

Seorang Pemimpin perlu menjalin, menumbuhkan dan memelihara komunikasi aktif


dengan anggotanya. Misalnya dalam proses perumusan dan penentuan kebijaksanaan sebuah
organisasi maka sangat diperlukan adanya komunikasi. Komunikasi diperlukan dalam proses
perumusan dalam arti bahwa dibutuhkannya ide pemikiran,pendapat, dan saran tentang hal-hal
yang menurut pendapat mereka perlu dituangkan dalam kebijaksanaan organisasi hal ini
disampaikan melalui komunikasi.

Komunikasi adalah salah satu penggerak kinerja seseorang. Kinerja yang baik jelas
dimulai dengan strategi yang efektif. Kinerja yang efektif juga membutuhkan pemimpin yang
cerdas, sumber daya, dan kerja keras. Dan komunikasi mengoptimalkan semua itu, karena
komunikasi yang baik mendorong perbaikan dalam strategi itu sendiri karena angota dalam
organisasi/pengikut ikut menyumbangkan pemikiran mereka. Dan hal ini memberi banyak
informasi sebagai dasar keputusan dan memperluas sumber daya lebih jauh.

Strategi komunikasi dalam kepemimpinan penting untuk dilakukan seorang pemimpin


untuk mengatur apa yang dibutuhkan pemimpin untuk dikomunikasikan kepada anggotanya.
Dimulai dengan memfokuskan pemikiran pemimpin pada yang perlu dilakukan anggotanya untuk
melaksanakan strategi atau mendukung sebuah organisasi dalam suatu masalah. Kemudian
mengembangkan pemikiran itu untuk membahas apa yang perlu diketahui dan dirasakan anggota
sehingga mereka mengambil tindakan yang tepat. Selain itu mengidentfikasi apa yang penting
untuk dikomunkasikan dan menyaring komunikasi yang tidak perlu, sehingga bisa produktif
bersama mendorong tindakan dan hasil. Jenis Strategi komunikasi dalam kepemimpinan yaitu :
strategi legitimasi, strategi persuasi nasional,strategi pertukaran, strategi koaliso,, strategi
meminta dukungan atasan, strategi mengambil hati, strategi permintaan personal, strategi
mengkooptasi, strategi Pygmallion Effect, Strategi menekan.
Komunikasi dalam kepemimpinan adalah komunikasi intrapersonal yaitu
komunikasi antara pemimpin dengan para pengikutnya. Komunikasi ini dapa
t berlangsung secara vertikal satu arah dari atas kebawah atau dua arah dari atas ke
bawah atau dari bawah keatas dan komunikasi horizontal antara anggota organisasi,

Keberhasilan pemimpin memengaruhi dengan mempergunakan taktik memengaruhi


sangat ditentukan oleh keterampilan dan pengalaman pemimpin tersebut. Pemimpin yang
mempunyai keterampilan dan pengalaman tinggi lebih mudah memengaruhi daripada
mereka yang keterampilan dan pengalamannya rendah. Pemimpin harus memahami
berbagai taktik atau strategi memengaruhi dan bagaimana proses menggunakan setiap taktik
mememngaruhi

Jika dengan taktik atau strategi memengaruhi tersebut target/ orang yang dipengaruhinya
terpengaruh dan mengubah sikap, perilaku dan pola pikirnya, maka pemimpin tersebut
berhasil memengaruhi targetnya dan proses memengaruhi selesai
Daftar Pustaka

Abdurrahman, M.2002. Dinamika Masyarakat Islam (dalam WawasanFikih), Bandung: Remaja


Rosdakarya (dalam buku Psikologi Kepemimpinan)

Conger, A. J., 1998. The Necessary Art of Persuasion. HBR. May – June(dalam Jurnal Effektifitas
Komunikasi dalam Organisasi)

Davis, Keith.1977.Human Behavior, fifth edition, New Delhi: Tata McGraw Hill ( dalam Buku
Komunikasi Politik)

Echols, Jhon M. dan Sadily, Hasan. 1997, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia.

Julita, Lidya.2021. “Sri Mulyani: Simpan Ego di Lemari Es Jika Jadi Pemimpin”
(https://www.cnbcindonesia.com/news/20210306184516-4-228337/sri-mulyani-simpan-ego-di-
lemari-es-jika-jadi-pemimpin, Diakses pada 24 Maret 2021)

Matha, Bob dan Boehm, Macy.2008. Leadership Communication That Drives Result : Beyond The
Bable. USA: Jossey Bass A Wiley Imprint.

Nashori, Fuad, dkk.2009. Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta: Pustaka Fahima.

Nurrohim, Hassa dan Anatan, Lina. 2009. Efektifitas Komunikasi dalam Organisasi. Jurnal Manajemen,
Vol.7, No.4, Mei 2009.

Pringgodigdo, 1993. Ensiklopedi Umum Yogyakara: Kanisius

Rakhmat, Jalaludin.2011. Psikologi Komunikasi. Cetakan ke-27 Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Rogers, Evwrret M. 1973.Mass Media and Interpersonal Communication, Ithiel de Sola Pool and Wilbur
Schramm, Chicago: Rand Mc Nally (dalam Buku Komunikasi Politik)

Sagala, Syaiful.2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan, Memberdayakan


Guru,Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Madrasah. Bandung: Alfabeta

Shihab, M.Q. 2000. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan (dalam buku Psikologi Kepemimpinan)

Siagian, Sondang P.1985. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Cetakan ke-3 Jakarta:
Repro Jaya

Susanto, Eko Harry. 2013. Komunikasi Politik: Pesan, Kepemimpinan, dan Khalayak. Jakarta: Penerbit
Mitra Wacana Media

Wirawan.2014. Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.Jakarta:


Rajawali Press

Anda mungkin juga menyukai