Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

MUNCULNYA ILMU DI DALAM ISLAM

Disusun Oleh:
Muhammad Ramzy Mubarrak (11190511000048)
Viola Aulia Zahra (11190511000065)
Zahra Zakiyah (11190511000067)
Dinda Rachmawati Nurdin (11190511000071)

Universitas Islam Negeri Jakarta


Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Jurnalistik 2B
Jakarta
2020
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Islam adalah agama besar terakhir yang lahir di dalam sejarah dunia,
tidak terselubung oleh kabut dongeng dan khayal.1Islam adalah agama
yang namanya diambil dari hakikat atau substansi ajaran yang terkandung
di dalamnya. Jika agama-agama yang lain namanya baru ada setelah
pembawa ajarannya telah tiada, maka nama “Islam” sudah ada sejak awal
kelahirannya.2Islam lahir untuk menyempurnakan akhlak manusia melalui
ilmu.Ilmu dapat membantu umat manusia untuk hidup dengan
memudahkan jalan baginya dan mempersingkat masa serta mendekatkan
jarak dan tempat.3
Islam dan Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan, karena agama
dapat membantu ilmu agar tetap manusiawi dan selalu menyadari
persoalan-persoalan konkret yang mesti dihadapinya.Agama bisa selalu
mengingatkan bahwa ilmu bukanlah satu-satunya jalan menuju kebenaran
dan makna terdalam kehidupan manusia.Dan ilmu mampu merevitalisasi
diri dengan kemampuan logis dan kehati-hatian mengambil kesimpulan
yang dipupuk dalam dunia ilmiah menjadi kita mampu menilai secara
kritis segala bentuk tafsir baru yang kini makin hiruk pikuk dan
membingungkan.4

1
S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu Dan Peradaban Modern (Depok:
Komunitas Bambu, 2008), hal 11
2
Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hlm
70
3
Yusuf Al Qardhawi, Keutamaan Ilmu Dalam Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993), hlm
11
4
Zaenal Abidin, Integrasi Ilmu Dan Agama Interpretasi Dan Aksi (Yogyakarta: Mizan Media
Utama), hlm 45
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Ilmu menurut islam?
b. Mengapa ilmu begitu penting ?
c. Kapan ilmu mulai berkembang di Era islam?
d. Siapa Tokoh Yang berpengaruh besar dalam perkembangan ilmu?
e. BagaimanaPrinsip Tujuan Pendidikan Islam Dalam Pengembangan
Ilmu Pengetahuan?
B. Pembahasan
1. Pengertian Ilmu dan Kaitannya dengan Islam

Ilmu pengetahuan adalah fakta-fakta pengalaman manusia yang disusun


secara seksama dan sistematis sehingga ia merupakan satu kesatuan yang utuh
dan saling berkaitan.5

Menurut Didiek Ahmad Supadie, ilmu pengetahuan adalah semacam


pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, dan syarat tertentu. Dengan kata
lain, ia merupakan pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistm
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian, hukum-hukum
tentang hal-ihwal yang diselidiki, yang diuji secara empiris, riset, dan
eksperimental. Ia merupaka pengetahuan sistematis dan taat asas tentang suatu
objek berupa gejala alam, sosial dan budaya yang dapat diamati dan diukur.6

Sedangkan hakikat pengetahuan menurut islam adalah rangkaian aktivitas


manusia dengan prosedur ilmiah baik melalui pengamatan, penalaran, maupun
ituisi sehingga menghasilkan yang sistematis mengenai alam serta isinya,
serta mengandung nilai-nilai logika, etika, estetika, hikmah, rahmah, dan
petunjuk bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.7

Dilihat dari sejarahnya bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad SAW


dengan wahyu pertama melalui malaikat Jibril dengan perintah untuk
“membaca”.Hal ini diulang berkali-kali hingga nabi bisa menerima wahyu
tersebut.Dari kata “bacalah” (Iqra) mengandung tafsiran yang beragam mulai
dari menelaah, mempelajari, membaca teks dan lain sebagainya. Dengan
adanya redaksi yang demikian menandakan bahwa umat islam untuk selalu
5
Abbudin Nata, Al-Quran Dan Hadits, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2000), hlm. 118.
6
Didik Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: PT Rajagfindo Persada, 2011), hlm
229-230
7
Didik Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, ..., hlm 255
membaca, karena membaca sendiri merupakan jembatan kepemahaman.
Banyak hadits Nabi s.a.w. mengiringi ayat-ayat Al-quran yang menjelaskan
keutamaan ilmu dan kedudukan orang-orang berilmu (ulama) di sisi Allah dan
di sisi manusia, di dunia dan di akhirat.Ulama ditempatkan pada tempat yang
terhormat. Kedudukan mulia tidak akan dicapai kecuali melalui ilmu.8

Dalam Al-quran ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknya


yang terulang sebanyak 854 kali.Di samping itu, banyak pula ayat Al-quran
yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, dan penalaran.Islam
adalah agama yang mengajak manusia untuk memiliki dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.Kemajuan pengetahuan dan teknologi bermanfaat
sekali untuk memajukan dan mempermudah kehidupan umat manusia. Orang
yang beriman dan berilmu di samping kehidupannya lebih baik juga
derajatnya akan ditinggikan oelh Allah.9
Banyak ayat Al-quran yang menganjurkan umatnya agar berilmu pengetahuan
dan meneliti, salah satu di antaranya Q.S Al-Mujadilah:11 :

Artinya:“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

8
Yusuf Al Qardhawi, Keutamaan Ilmu Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993), hlm
1
9
Mardani, Pendidikan Agama Islam, (Depok: Kharisma Utama, 2017) hlm 168-169
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadilah :
11).10
Ayat ini memerintahkan kepada umat islam agar menguasai ilmu
pengetahuan, karena derajat orang yang berilmu akan diangkat oleh Allah
SWT.11
Lahirnya sebuah agama akan melahirkan ilmu baru yang di ajarkan
kepada pengikutnya. Tak terkecuali keberadaan islam tidak bisa di pisahkan
dengan keberadaan ilmu, dalam islam orang yang beriman pasti berilmu oleh
sebab itu menuntut ilmu sangat diwajibkan dalam islam tanpa terkecuali.
2. Pentingnya Ilmu
Ilmu pengetahuan lahir dari rasa ingin tahu.Rasa ingin tahu ini
mendorong manusia menggunakan ilmu pengetahuan untuk menyingkap
realitas. Secara alamiah dorongan untuk mengtahui sesuatu muncul dari
keterpaksaan untuk mempertahankan hidupya, karena manusia tidak
mempunyai ilmu pengetahuan yang dibawa sejak lahir untuk
mempertahankan hidupnya. Manusia mendapatkan pengetahuan melalui
proses memahami menefsirkan dan mengantisipasi alam sekitar.
Dorongan tersebut muncul karena manusia mengalami perkembangan
kebutuhan yang lebih mendalam termasuk menemukan tata susunan yang
sesungguhnya dalam realita kehidupan dan dorongan lain muncul karena
adanya rasa ingin mengetahui sesuatu ynag berhubungan dengan penilaian
mengenai realisasi keberadaan manusia.12
Konsep ilmu dalam islam bermula dari keimanan dan adanya
dorongan dari al-quran untuk belajar menjelajah dan menelusuri fenomena
alam. Karena itu sejak masa klasik Negara islam mendorong pada
aktivitas keilmuan melalui fase penerjemahan, asimilasi, dan investigasi
10
Al-quran
11
Mardani, Pendidikan Agama Islam, (Depok: Kharisma Utama, 2017) hlm 172

12
Azyumardi, Integrasi Keilmuan, (Jakarta: Ppjm, 2006), hlm 12
yang membawa pada perkembangan ilmu-ilmu alam dan teknologi yang
luar biasa berkontribusi positif bagi keamanan dan kesejahteraan Negara
dan dunia secara global. 13
Ilmu pengetahuan memiliki karakter tertentu.Ilmu pengetahuan harus
bersifat sistematis suatu pengetahuan disebut pengetahuan ilmiah apabila
bersifat objektif sesuai dengan realitas.Kebenaran ilmu pengetahuan
ilmiah dapat diketahui melalui berfikir secara mendalam dengan melihat
sebab akibat dari suatu kejadian.Selain itu, ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan secara empirik (Dikonkretisasi) dan dapat dikembangkan
melalui penelitian lebih lanjut.14
Setelah kedatangan muslim di Eropa, para ilmuan muslim melakukan
sebuah upaya revolusi ilmu pengetahuan. Revolusi ilmu pengetahuan
dikarenakan adanya pandangan baru yang menyimpang oleh sekulerisasi
dunia barat. Kondisi tersebut perangsang munculnya sudut pandang baru
terhadap suatu konsistensi, akurasi, manfaat ilmu dan sebagainya, yang
akhirnya akan melahirkan sebuah ilmu pengetahuan baru dan paradigma
baru. (kuhn,1997)
Disinilah upaya rekontuksi ilmu yang diwujudkan dengan melakukan
islamisasi ilmu pengetahuan diperlukan. Islamisasi ilmu yang dilakukan
adalah progrm epistomologis dalam rangka membangun peradaban islam
bukan islamisasi teknologi.15Ilmu pengetahuan sendiri sangatlah penting
bagi islam karena dengan ilmulah peradaban islam menjadi maju dan
berkembang.

13
Idri, Epistomologi, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2015), hlm 33
14
. Idri, Epistomologi, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2015), hlm 33-35
15
Didik Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajagfindo Persada, 2011), hlm 245
3. Berkembangnya Ilmu di dalam Islam

Pada awal kemunculan islam hanya ada 17 orang dari bangsa Quraisy
yang pandai baca tulis. Lalu Nabi Muhammad SAW menganjurkan pengikut-
pengikutnya untuk belajar membaca dan menulis. Bahkan Aisyah pun ikut
belajar membaca dan menulis. Anak angkat Rasulullah pun, Zaid bin Tsabit di
perintahkan untuk belajar tulisan Ibrani dan Suryani ( Bahasa Yunani yang
serumpun dengan Bahasa Arab). Dan Budak- budak belian pun di bebaskan
jika ia telat mengajarkan 10 orang kaum muslimin membaca dan menulis .

Hal ini bertujuan untuk menyebarluaskan agama, sehingga tidak hanya


kaum cendikiawan saja yang dapat belajar namun semua kalangan pun dapat
dengan mudah mempelajari sesuatu. Hal ini juga menjadi langkah awal
gerakan Ilmu secara besar-besaran.

Jika pada mulanya gerakan ilmu hanya tertuju pada telaah agama,
maka kemudian ilmu berkembang menjadi lebih luas.Pada zaman bani
ummayah dan abbasiyah perkembangan ilmu menjadi sistematik. Kaum
muslimin mulai mempelajari dan mempergunakan filsafat yunani, Persia dan
romawi tetapi dengan membersihkannya dari kekafiran.Untuk itu mereka
menerjemahkan karya-karya filsafat yunani dan pengetahuan yunani melalu
bahasa suryani karena aslinya telah musnah terbakar di perpustakaan-
perpustakaan di Iskandariah.Ketika itu bahasa suryani merupakan bahasa ilmu
dan sastra yang kaya dan banyak menerjemahkan filsafat dan pengetahuan
dari bahasa yunani. Sedangkan pada masa abbasiyyah saat pusat pemerintahan
berpindah dari damaskus ke Baghdad, karya filsafat ilmu pengetahuan
menjadi lebih luas karena mendapatkan penemuan manuskrip-manuskrip kuno
dari Persia dan india sehingga menjadi pusat ilmu pengetahuan terlengkap.

Islam pertama kali mendirikan akademi ilmu pengetahua pertama di


dunia yaitu, Darul Hikmah.Yang terdiri atas perpustakaan, pusat
pemerintahan, observatorium, bintang dan universitas (Darul Ulum).Pada
tahun 830 M oleh Al Maimun Ibn Harun Arasyid16.Pada zaman khalifah-
khalifah bani umayyah dan bani abasiah perkembangan ilmu menjadi
sistematik. Pada mulanya yang dipelajari adalah tafsir al quran, hadist,
ushuludin, fiqih, tarikh, dan ilmu bahasa arab yang berhubungan dengan
agama. Namun, pada masa khalifah-khalifah abu bakar ash-shidiq dan umar
bin al-khatab serta khalifa-khalifah bani umayyah dan bani abasiah terjadilah
perluasan daerah meliputi Damsyek, Syam, Irq, Maroko hingga Andalusia.

Pada masa daulah abassiah mereka memperkejakan para penerjemah


yang menerjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat dari
bahasa Yunani, parsi dan Sanskrit. Mereka disana memilih buku-buku ilmu
pengetahuan yang belum dipunyai umat islam untuk dibawanya ke Baghdat
untuk diterjemahkan, diteliti dan dibahas. Setelah itu lahirlah ilmu
pengetahuan dari kalangan islam sendiri, baik yang bersifat memperkaya
karya-karya asing yang telah ada maupun yang sama sekali baru. Sumbangan-
sumbangan kamu muslimin kepada ilmu pasti, fisika, kimia, farmasi,
kedokteran, ilmu hayat, ilmu bintang dan ilmu bumi menjadi demikian besar
sehingga mutlak diperlukan sebagai tanda bagi peningkatan ilmu pengetahuan
dan seterusnya.

4. Tokoh-tokoh penyebaran Ilmu dalam Islam


a. Nabi Muhammad

16
S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu Dan Peradaban Modern (Depok:
Komunitas Bambu, 2008), hal 12-15
Gebrakan penyebaran ilmu pertama dan terbesar pengaruhnya di
dalam islam di pelopori oleh nabi Muhammad SAW ketika diberikan
kesempatan kepada Rosul untuk mengajari menulis pada sebagian
umat islam beliau memanfaatkan semasimal mungkin bagaimana pun
keadaan dan tantangannya. Hal ini terbukti pada peperangan badar
dimana sebagian tahanan perang Quraisy yang bisa baca tulis di
Sandra. Tiap satu orang Sandra yang pandai ini ditugaskan mengajar
baca tulis kepada 10 orang umat muslim. Langkah nabi ini tifdak
hanya terencana juga mencerminkan pemikiran yang jauh ke depan,
cerdik, dan meyakinkan sehingga ia tida lupa dalam keadaan
bagaimana pununtuk melaksanakan aksi pemberantasa buta huruf.

Nabi tidak melarang perbedaan agama untuk mengambil kebaikan


yang di miliki kaum musyrikin terutama belajar baca tulis.Dorongan
nabi untuk menggiatkan umatnya beljar baca tulis tidak terbatas pada
kaum pria saja, tetapi juga mencangkup kaum wanita, termasuk
istrinya. Selain beljar baca tulis, diantara ajaran-ajaran yang penting
ialah mewujudkan iklim ilmiah dengan jalan mempelajarai berbagai
bahasa kaum atas bangsa lain jika dibutuhkan. Terutama bila ada
pengathuan yang diambil dari mereka, atau ada hikmah yang bisa
dipetik dari mereka.Dengan demikian hal ini bisa memungkinkan
disampaikannya dakwah kepada mereka dan mereka meresponnya
karena mereka mengerti materi yang disampaikan.17

b. Ibnu Sina/ Avicenna ( Abu Ali Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn
Ali bin Sina)

17
DR. Yusuf AL. Qardhwowi, Keutamaan Ilmu dalam Islam(Jakarta: Pustaka Pnjimas, 1993),
hal 44-46
Ibnu Sina Adalah seorang Polymath jenius asal Uzbekistan yanghampir
mendalami semua ilmu pengetahuan,dari mulai filsafat, kedokteran,
astronomi, dan sekaligus Ilmuwan. Kitabnya yang terkenal adalah “ Al
Qonun fi al Tibb” atau “ The Cannon of Medicine” dan menjadi buku
pegangan utama para mahasiswa di Eropa hingga abad ke 18 ( sekitar
700 tahun).
Pada saat itu dunia medis masih sangat miskin pengetahuan ,
kebanyakan tabib hanya meraba- raba berdasarkan pengalaman tanpa
didasari eksperimen serta pengetahuan yang benar tentang tentang
bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Pada zaman itu Ibnu Sina
mengumpulkan seluruh pengetahuan Ilmu Faal, anatomi, intervensi
medis dari zaman klasik Yunani dan Persia sejak zaman Hippocrates
dan Galen, sekaligus digabungkan dengan riset medis yang dia lakukan
sendiri. Karenanya Ia mendapatkan gelar sebagai “Bapak Pengobatan
Modern”.
Pada masanya, Ibnu Sina ini dikenal sebagai orang yang

berpikiran sangat logis dan rasional, jauh melampaui manusia-

manusia pada zamannya.Perkembangan intelektual Ibnu Sina

sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai

perintis tonggak pertama konsep filsafat logika serta budaya

untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-

dalamnya.Berdasarkan itu, ibnu sina tidak hanya

mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga

mengkritik banyak perkembangan ilmu yang keliru dan masih

bercampur dengan hal-hal mistis dan supranatural.

Ibnu sina menerangkan tujuan pendidikan memiliki tiga fungsi yang


kesemuannya bersifat normatif.Pertama, tujuan ini menentukan haluan
bagi proses pendidikan. Kedua, tujuan itu bukan hanay menentukan
haluan yang ditinjau tetapi juga sekaligus memberi rangsangan.Ketiga,
tujuan itu adalah nilai, dan dipandang bernilai, dan jika diinginkan,
tentulah akan mendorong pelajar mengeluarkan tenaga yang dperlukan
untuk mencapainya.

Khusus mengenai tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang


berkepribadian akhlak mulia. Aspek-aspek kehidupan yang menjadi
syarat bagi terwujudnya sosok priadi berakhlak mulia meliputi aspek
pribadi, sosial, dan spiritual.Ketiganya harus berfungsi secara integral
dan komprehensif. Pembentukan akhlak mulia ini juga bertujuan untuk
mencapai kebahagiaan (sa’âdah).18

c. Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi

Awalnya, Al Kindi dipercaya oleh Khalifah Al Ma’mun untukmenjadi


ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan
Romawi di Bayt al Hikmah. Ia menerjemahkan berbagai macam ilmu
pengetahuan dari berbagai sumber paling awal peradaban filsafat
klasik. Buku hasil Terjemahannya ini yang menjadi landasan penelitian
para ilmuwan terkenal seperti Ibnu Sina, Al Farabi, dan Al Ghazali.
Tidak Hanya menjadi seorang penerjemah awal sebuah buku dengan
pengetahuan yang dia serap itu, dia juga mensintesa hasil pemikirannya
sendiri dengan membuat buku lebih dari 260 judul. Al Kindi lebih
tertarik dengan ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat Yunani. Menurut
Al-Kindi, kaum muslim boleh mempelajari buku-buku filsafat Yunani
sepanjang yang mereka ambil adalah ilmu pengetahuan bukan ideologi
18
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
hlm 5-7
mereka. Al-Kindi terkenal sebagai seorang ilmuan muda yang
berpengetahuan luas. Selain menguasai bahasa Arab, beliau juga
menguasai ilmu filsafat, feometrsi, agama, dan kedokteran. Sehingga ia
semakin terkenal di Baghdad.19

d. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi


Al Khwarizmi adalah Ilmuwan asal Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal
dari keluarga dengan latar belakang penganut agama Zoroastrianisme
(Majusi). Kata Algoritma berasal dari namanya.
Dia merupakan orang pertama yang menemukan ilmu aljabar dan
memisahkannyaa dri ilmu matematik, dan mengarang kitab yang
terkenal aljabar wa al-muwabalah atas rekomendasi Makmum untuk
memudahkan orang dalam menghitung harta waris, jarak tempuh, dan
lain-lain. Kontribusi terbesarnya ialah mengembangkan pendekatan
khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat, yang kita
kenal dengan nama Aljabar. Konsep aljabar ini, dia tulis dalam Kitāb
Al Mukhtasar fi Hisāb al Jabr wa’l-Muqābalah atau “Buku Rangkuman
untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan”.
Dengan adanya konsep Aljabar ini sangat berpengaruh tehadap
kemajuan ilmu dan teknologi pada khusunya. Prestasinya ini belum
pernah dijangkau oleh bangsa Yunani pada masa kejayaannya.20

e. Imam Al-Ghazali

Ikhwan Fauzi, Cendikiawan Muslim Klasik, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hlm 28-33
19

Mursi Muhammad Sa’id, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka
20

Al-Kautsar, 2007), hlm 384-385


Menurut Imam Al-Ghazali, mengajarkan ilmu pengetahuan dapat dilihat
dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama mengajarkan ilmu
pengetahuan adalah ibadah kepada Allah swt.Dan dari pandangan lainnya
adalah menuaikan tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka
bumi.Menurutnya, manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui
pencarian keutamaan dengan menggunakan ilmu. Dengan keutamaan
tersebut maka akan memberinya kebahagiaan di dunia serta sebagai jalan
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, sehingga ia akan mendapatkan
pula kebahagiaan di akhirat nanti.
Al-Ghazali sendiri dikenal sebagai filsuf dan seorang penyelamat tasawuf
dari kehancuran yakni dengan mengintegrasikannya dengan fiqih dan
qalam sehingga menjadi ajaran islam yang utuh serta telah meninggalkan
pengaruh begitu luas atas sejarah islam. Upaya Al-Ghazali mengatasi
problem spritualnya dalam menghadapi berbagai pemikiran yang hidup
dalam berbagai aliran keagamaan, telah berhasil mengatasi berbagai
problem keagamaan yang telah dihadapi.Sumbangannya terhadap ilmu
pengetahuan adalah dengan senjata moral religiusnya yang meletakkan
arti nilai dan tanggung jawab moral di atas struktur ilmu pengetahuan.
Menurutnya ilmu pengetahuan berasal dari Allah, maka manifestasi dari
ilmu tersebut merupakan media penunjang kesempurnaan manusia sebagai
khalifah Allah di muka bumi.Karena itu setiap individu bertanggung
jawab atas kebenaran ilmu pengetahuan. Berkat keberhasilannya
menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu syariah maupun ilmu umum dan
melalui karya-karyanya dalam berbagai bidang memberikan.
perkembangan intelektual muslim pemikiran islam lewat studi Al-quran,
di samping dunia intelektual secara umum.21

21
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
hlm 90-91
5. Tujuan Pendidikan Islam Dalam Pengembangan Ilmu
Pengetahuan
Tujuan pendidikan islam guna untuk pengembangan ilmu pengetahuan
mempunyai beberapa prinsip tertentu, untuk mengantar tercapainya tujuan
pendidikan. Menurut Omar Muhammad Al-Tumi Al-Syaibin prinsip itu
adalah:
a. Prinsip Universal
Prinsip yang memandang keseluruhan aspek agama, manusia,
masyarakat, dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagatraya
dan hidup. Prinsip ini menimbulkan formulasi tujuan pendidikan
dengan membuka, mengembangkan, dan mendidik segala aspek
pribadi manusia dan kesediaan-kesediaan segala dayanya, dan
meningkatkan keadaan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik untuk
menyelesaikan semua masalah dalam menghadapi tuntutan masa
depan.
b. Prinsip keseimbangan dan kesderhanaan (Tawazun Qa Ikhtisyadiyah).
Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada
pribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan
pemeliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan budaya masa kini
serta berusaha mengatasi masalah-masalah sedang yang akan terjadi.
c. Prinsip kejelasan (Tabayyun).
Prinsip yang di dalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi
kejelasan terhadap kejiwaan manusia (Qalbu, Akal, dan hawa nafsu)
dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan,
kurikulum, dan metode pendidikan.
d. Prinsip tak bertentangan.
Prinsip yang di dalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara
berbagai unsur dan cara pelaksanaannya, sehingga anatar satu
kompenen dengan komponen yang lain saling mendukung.
e. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan.
Prinsip yang menyatakan tidak adanya ke khayalan dalam kandungan
program pendidikan, tidak berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yang
praktis dan realistis, yang sesuai dengan fitrah dan kondisi sosio
ekonomi, sosio politik, dan sosio kultural yang ada.
f. Prinsip perubahan yang diinginkan.
Prinsip perubahan diri manusia yang meliputi jasmaniyah, ruhaniyah
dan nafsaniyah; serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis,
pengetahuan, konsep, pikiran, pemahiran, nila-nilai, sikap peserta
didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan (Q.S Ar-
Rad: 11).
g. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu.
Prinsip yang memerhatikan perbedaan peserta didik, baik ciri-ciri,
kebutuhan, kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan
jasmani, akal, emosi, sosial dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak
pada asumsi bahwa semua individu tidak sama dengan yang lain.
h. Prinsip dinamis dalam menerima peribahan dan perkembangan yang
terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan itu
dilaksanakan.22

C. Kesimpulan

Hakikat pengetahuan menurut islam adalah rangkaian aktivitas manusia


dengan prosedur ilmiah baik melalui pengamatan, penalaran, maupun ituisi sehingga
menghasilkan yang sistematis mengenai alam serta isinya, serta mengandung nilai-

22
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kharisma Utama, 2006), hlm 73-74
nilai logika, etika, estetika, hikmah, rahmah, dan petunjuk bagi kehidupan manusia di
dunia dan di akhirat.

Konsep ilmu dalam islam bermula dari keimanan dan adanya dorongan dari
al-quran untuk belajar menjelajah dan menelusuri fenomena alam. Karena itu sejak
masa klasik Negara islam mendorong pada aktivitas keilmuan melalui fase
penerjemahan, asimilasi, dan investigasi yang membawa pada perkembangan ilmu-
ilmu alam dan teknologi yang luar biasa berkontribusi positif bagi keamanan dan
kesejahteraan Negara dan dunia secara global.

Awal kemunculan islam hanya ada 17 orang dari bangsa Quraisy yang pandai
baca tulis. Lalu Nabi Muhammad SAW menganjurkan pengikut-pengikutnya untuk
belajar membaca dan menulis. Hal ini bertujuan untuk menyebarluaskan agama,
sehingga tidak hanya kaum cendikiawan saja yang dapat belajar namun semua
kalangan pun dapat dengan mudah mempelajari sesuatu. Hal ini juga menjadi langkah
awal gerakan Ilmu secara besar-besaran.

Tujuan pendidikan islam guna untuk pengembangan ilmu pengetahuan


mempunyai beberapa prinsip tertentu, untuk mengantar tercapainya tujuan
pendidikan. Menurut Omar Muhammad Al-Tumi Al-Syaibin prinsip itu adalah,
prinsip universal, prinsip kesembingan, prinsip penjelasan, prinsip tak bertentangan,
prinsip realiame, prinsip perubahan, prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu,
dan prinsip dinamis.

D. Daftar Pustaka
Poeradisasta, S.I. 2008.Sumbangan Islam Kepada Ilmu Dan Modern. Depok:
Komunitas Bambu.
Al Qardhowi, Yusuf. 1993. Keutamaan Ilmu Dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Supaedi, Didiek Ahmad. 2011. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Nata, Abuddin. 2000. Al-Quran Dan Hadits. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Idri. 2015. Epistomologi. Jakarta: Kharisma Utama.
Mardani.2017. Pendidikan Agama Islam. Depok: Kharisma Utama.
Azra, Azyumardi. 2006.Integrasi Keilmuan. Jakarta: Ppjm.
Iqbal, Abu Muhammad. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nugraha, Muhammad Tisana. 2019. Sejarah Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Diandra Kreatif.
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Putra Utama.
Fauzi, Ikhwan. 2002. Cendikiawan Mulim Klasik. Jakarta: Salemba Diniyah
Sa’id, Mursi Muhammad. 2007. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Anda mungkin juga menyukai