Hariyadi
NIM : 20210530170021
PROGRAM DOKTORAL
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA 2022
ILMU DAN PERADABAN MANUSIA
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : Hariyadi
Mahasiswa Program Doktor
Universitas Muhammadiyah Jakarta
student@umj.ac.id
ABSTRAK
Alqur’an merupakan sumber ilmu utama dalam Islam yang menjadi petunjuk bagi manusia,
sehingga segala sesuatu yang bersumber dari Alqur’an sudah pasti merupakan pemandu bagi umat
manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan kita
untuk menuntutnya sebab memiliki keutamaan yang amat besar dan amat mulia.
Konsep ideal ilmu dalam Islam adalah pengetahuan yang membawa kemanfataan dan
kemudahan dalam hidup dan kehidupan manusia. Tetapi, ilmu yang tidak didasari dengan nilai-nilai
keimanan hanya akan melahirkan manusia pintar tetapi tidak arif. 1
Secara umum, ilmu dalam filsafat ilmu berperan sebagai pembebas pikiran manusia yang
membimbing untuk berpikir lebih jauh, lebih mendalam, dan lebih luas terhadap segala sesuatu, demi
mendapatkan kejelasan dan keterangan atas seluruh kenyataan yang komprehensif dengan realisasinya
yang efektif dan efisien. Menurut Immanuel Kant, filsafat adalah sebuah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya 4 persoalan, yaitu apa yang
dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya dilakukan (etika), sampai di mana harapan kita
(agama), dan apa hakikat manusia (antropologi).
Islam adalah agama yang rasional, dan dapat dibuktikan secara ilmiah kebenarannya. Sebagai
agama yang rasional, Islam memaklumkan pada umatnya untuk selalu mendasarkan segala aktifitasnya
dengan ilmu. Maka Islam memerintahkan umatnya untuk membaca, mengkaji, meneliti ilmu
pengetahuan, baik dalam perspektif ilmu-ilmu agama Islam maupun ilmu-ilmu umum lainnya. Ilmu
pengetahuan merupakan pilar peradaban manusia, Maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan
keutamaan Ilmu dalam Islam telah mengantarkan berbagai perubahan terhadap peradaban manusia dari
jahiliyah menjadi manusia yang beradab dan berakhlak mulia.
1
Tafsir, A., Husaini, A., & Mujahidin, E. Makna Budaya Ilmu Dalam Literatur Islam. Jurnal Edukasi Islami
Jurnal Pendidikan Islam, 2019.
A. Pendahuluan
Albert Einstein, menyatakan “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu
lumpuh” pernyataan ini dapat dimaknai bahwa ada dualitas beroposisi biner yang mesti
didalami secara simultan. Pertama tentang pentingnya agama untuk melandasi ilmu
pengetahuan, dan yang kedua perlunya ilmu dalam pengamalan agama.
Islam adalah agama yang rasional, dan dapat dibuktikan secara ilmiah
kebenarannya. Islam menjunjung tinggi kedudukan ilmu. Kata Ilmu disebutkan dalam
Al Qur’an sebanyak 774 jika disertakan dengan sinonimnya. Bahkan jika kata ilmu
beserta sinonimnya digabungkan lagi dengan ayat yang membahas tentang sains, maka
akan lebihlah dari 774 kali kata ilmu dalam Alquran. Sebagai agama yang rasional,
Islam memaklumkan pada umatnya untuk selalu mendasarkan segala aktifitasnya dengan
ilmu. Maka Islam memerintahkan umatnya untuk membaca, mengkaji, meneliti ilmu
pengetahuan, baik dalam perspektif ilmu-ilmu agama Islam maupun ilmu-ilmu umum
lainnya.
Sejarah mencatat bahwa ayat Al Qur’an yang pertama kali diwahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW. sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan yaitu Surah Al
Alaq ayat 1 – 5 :
Dengan kata lain adalah bahwa Nabi Muhammad SAW membawa misi besar
yaitu mereformasi peradaban yang berakhlaq mulia melalui Syiar keislaman dan
terbukti mampu menciptakan peradaban yang luhur bagi umat manusia di seluruh dunia.
Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Islam adalah rahlam bagi seluruh alam, rahmatan
lil ‘alamiin. Dengan konsep rahmatan lil’alamiin maka Islam memiliki andil besar di
dalam menentukan arah peradaban dunia.
2
Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, Mesir: Mustafa Babi al-Halabi, 1964 h. 468
3
Faqîhuz Zamân Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, Makarimal Akhlak / Budi Pekerti Yang Mulia, 2008,
h.5
B. Pembahasan
1. Ilmu pengetahuan dan Peradaban
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab yakni ilm' yang berarti pengetahuan,
merupakan lawan kata dari jahl yang artinya ketidaktahuan atau kebodohan. Kata ilmu
biasa disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu ma'rifah (pengetahuan), fiqh
(pemahaman), hikmah (kebijaksanaan) dan syu'ur (perasaan). Ma'rifah adalah padanan
kata yang paling sering digunakan.
Ada dua jenis pengetahuan, yakni pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti
perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu
tanpa memerhatikan objek, cara dan kegunaannya. Dalam bahasa Inggris, jenis
pengetahuan ini disebut knowledge.
Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan
untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memerhatikan objek yang ditelaah, cara yang
digunakan, dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah
memerhatikan objek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis dari
pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam bahasa Inggris disebut science.
Ilmu yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan jenis kedua.
Dalam dunia Islam, ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang
terkandung dalam Alquran dan bimbingan Rasulullah SAW mengenai wahyu tersebut.
Al 'ilm itu sendiri dikenal sebagai sifat utama Allah SWT. Dalam bentuk kata yang
berbeda, Allah SWT disebut juga sebagai al-Alim, yang artinya 'Yang Mengetahui'
atau 'Yang Maha Tahu.' Ilmu adalah salah satu sifat utama Allah SWT dan merupakan
satu-satunya kata yang komprehensif serta bisa digunakan untuk menerangkan
pengetahuan Allah SWT.4
Keterangan tafsir seringkali ditekankan sehubungan dengan kelima ayat
Alquran yang paling pertama diwahyukan yaitu QS Al 'Alaq ayat 1-5, antara lain
bahwa ajaran Islam sejak awal meletakkan semangat keilmuan pada posisi yang amat
4
Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta.
penting. Banyaknya ayat Alquran maupun hadis Nabi Muhammad SAW tentang ilmu
antara lain memberi kesan bahwa tujuan hidup ini ialah untuk mencari dan
mendapatkan ilmu tersebut.
Perkembangan ilmu paling pesat dalam Islam terjadi ketika kaum Muslimin
bertemu dengan kebudayaan dan peradaban yang telah maju dari bangsa-bangsa yang
mereka taklukkan. Perkembangan tersebut semakin jelas sejak permulaan kekuasaan
Bani Abbas pada pertengahan abad 8. Besarnya pengaruh bidang keilmuan yang
dimiliki para ilmuwan Muslim pada abad-abad yang lampau tidak hanya tampak pada
banyaknya nama-nama pakar Muslim yang disebut dan ditulis dalam bahasa Eropa,
tetapi juga pengakuan yang diberikan oleh dan dari berbagai kalangan ilmuwan dunia.
Ketinggian peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah merupakan dampak
positif dari aktifitas “kebebasan berpikir” umat Islam kala itu yang tumbuh subur
ibarat cendawan di musim hujan.5
Perkembangan pemikiran dan peradaban Islam ini karena didukung oleh para
khalifah yang cinta ilmu pengetahuan dengan fasilitas dan dana secara maksimal,
stabilitas politik dan ekonomi yang mapan. Hal ini seiring dengan tingginya semangat
para ulama dan intelektual muslim dalam melaksanakan pengembangan ilmu
pengetahuan agama, humaniora dan eksakta melalui gerakan penelitian, penerjemahan
dan penulisan karya ilmiah di berbagai bidang keilmuan6
8
Ibid, wikipedia
9
Kradin, Nikolay N. "Early State Theory and the Evolution of Pastoral Nomads". Social Evolution &
History, Maret 2008.
10
Ibid, wikipedia
Edward Farmer dan Syed Farid Alatas. Farmer berpendapat bahwa Asia tidak sama
dengan Eropa. Tidak ada tradisi, bahasa, agama, atau budaya pemersatu di Asia. Dia
memberikan contoh eurosentrisme dalam dunia akademik dengan mengutip buku teks
populer oleh RR Palmer dan Joel Colton berjudul A History of the Modern World
"Sejarah Dunia Modern" yang sebenarnya hanya menggambarkan sejarah peradaban
Eropa. Syed Farid Alatas berpendapat bahwa perubahan perlu dilakukan dalam sistem
pendidikan untuk mengungkap kontribusi positif banyak peradaban lain terhadap
Eropa modern seperti dari peradaban India, Tiongkok, dan Islam. Dalam sistem
pendidikan saat ini, peradaban Eropa diagung-agungkan dibandingkan peradaban
lain. Revolusi Ilmiah yang dimulai oleh Revolusi Kopernikan misalnya dihubungkan
dengan nama-nama Galileo, Kepler, Descartes, Newton dll. Hal ini menimbulkan
anggapan bahwa hanya peradaban Eropa yang berkontribusi pada kemajuan global.
Arun Bala berpendapat bahwa sebenarnya banyak penemuan ilmiah yang merupakan
gabungan dari berbagai penemuan yang dibuat oleh banyak peradaban, bukan hanya
satu peradaban saja.
Saat ini, manusia didominasi oleh satu peradaban Barat modern yang
berlandaskan pada paham sekularisme, rasionalisme, utilitarianisme, dan materialisme.
Per adaban ini mendekatkan manusia ke ambang kehancuran. Memang tidak menutup
mata berbagai keberhasilan dan kemajuan dihasilkan oleh peradaban ini. Namun juga
tidak dapat di pungkiri peradaban modern ini juga telah menghasilkan penjajahan,
perang berkepanjangan, ketimbangan sosial, kerusakan lingkungan, keterasingan
(alienasi) dan anomie (berkurangnya adat sosial atau standar etika dalam diri individu
atau masyarakat). Tidak terdapat keseimbangan dan ketertiban di masyarakat.
Peradaban Barat modern sebagai mana ditulis oleh sejarawan Marvin Perry,
adalah sebuah peradaban besar, tetapi sekaligus sebuah drama yang tragis (a tragic
drama). Peradaban ini penuh kontradiksi. Satu sisi, ia memberi sumbangan besar bagi
kemajuan ilmu pe ngetahuan dan teknologi, yang mem buat berbagai kemudahan
fasilitas hi dup, tapi pada sisi lain peradaban ini memberi kontribusi yang tidak kecil
kepada penghancuran alam semesta. 11
11
Marvin Perry, Western Civilization : A Brief History, Boston New York : Hough ton Mifflin Company,
1997, hlm. xxi.
Dalam dunia kedokteran modern, misalnya, dikenal praktik vivisection (arti
harfiah "memotong hidup-hidup") yaitu cara menyiksa hewan hidup karena dorongan
bisnis untuk menguji obatobatan agar dapat mengurangi daftar panjang segala jenis
penyakit manusia. Praktik ini selain tidak beretika keilmuan dan tidak
"berperikemanusiaan" juga menyisakan pertanyaan intrinsik tentang asumsi atas
tingkat kesamaan uji laboratorium hewan dan manusia yang mengesahkan eksplorasi
hasil klinis dari satu ke lainnya. 12
Dalam hal ini Islam menyuguhkan penawaran keadilan dan perlakuan ihsan
terhadap setiap perbuatan terlebih sesame makhluk hidup. Dalam Islam, ihsan
adalah seseorang yang melakukan perbuatan baik dan menahan diri dari dosa. Selain
itu, ihsan merupakan pilar penting bagi umat Muslim selain iman. Ihsan tidak dapat
dipisahkan dari iman dan Islam. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh
ditinggalakan. Sesuai firma Allah SWT :
Artinya : dan Allah memerintahkan kita untuk berbuat ihsan dalam segala hal.
“Dan berbuat baiklah (ihsanlah) sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berbuat ihsan. (QS al-Baqarah : 195
Artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran” (an-Nahl: 90)
ۚ ٰيبَنِ ْٓي ٰا َد َم ُخ ُذوْ ا ز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َّو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا َواَل تُس
ِ ْرفُوْ ا اِنَّهٗ اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس
۞ َْرفِ ْين ِ ِ
" Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan." (Surat Al-A'raf Ayat 31)
Terlepas dari berbagai pertentangan dan perbedaan pendapat, dari masa ke masa,
zaman ke zaman, peradapan manusia mulai menampakkan sisi keadilan yang
berakhlak mulia, santun, dan berlaku baik setelah Islam datang sebagai pedoman hidup
manusi malalui perantara Nabi Muhammad SAW, dan telah terdampak signifikan
hingga saat ini Islam membawa kedamaian, bahkan kedamaian hakiki yaitu dunia dan
akhirat. Dengan demikian dapatlah dikatakan Islam telah membawa peradaban
manusia yang unggul.
14
https://pressrelease.kontan.co.id/release/ pentingnya-peran-sains-dalam-meningkatkan-kualitas-hidup-
masyarakat, diakses 14 Oktober 2022 pukul 09.18 WIB
15
Harun Yahya, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme, Jakarta : Global Cipta Publishing, 2002.
agama berjalan seimbang maka akan tercipta peradaban yang mulia sesuai tuntunan
ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamiin.
C. Kesimpulan
Budaya kerap disandingkan dengan peradaban manusia. Masyarakat saat ini sedang
berada dalam keadaan dilematis, karena dihadapkan antara nilai-nilai kemanusiaan dan
manfaat dari teknologi. Peradaban yang terjadi saat ini membuat manusia lebih
menikmati hak-hak politik maupun manfaat sosial. Namun, juga membawa
ketidakstabilan sosial maupun ketidaksetaraan yang menimbulkan kehancuran serta
perpecahan.
“Peradaban akan berubah menjadi lebih maju dengan adanya teknologi, ekonomi,
idealisme, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Namun teknologi juga dapat menghilangkan
moralitas manusia sedikit demi sedikit,” kata Agus Widjojo (Gubernur Lemhanmas).16
Kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang sangat besar
terhadap peradaban manusia, salah satunya komunikasi dan informasi. Dunia saat
dihadapkan dengan dua hal yang tidak mudah, yakni, merawat atau memelihara budaya
maupun membangun budaya modernyang santun dan berakhlak mulia.
Teknologi tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah peradaban, tetapi menjadi
alat untuk kemajuan manusia dan kemanusiaan. Sehingga, hidup manusia akan terbantu
oleh kemajuan teknologi. Pengembangan teknologi telah akan membawa banyak
konsekuensi negative pabila tidak dikelola dengan baik. Selain perkembangan atau
kemajuan teknologi, pandemi, politik, kesenjangan sosial, dan kekurangan sumber daya
juga turut mempengaruhi masa depan manusia. Peran agama yang mengedepankan rasio
dan akhlak mulia mutlak mejadi penentu keseimbangan antara kemajuan teknologi dan
perkembangan berfikir manusia supaya tercipta peradaban manusia yang mulia.
16
https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-release/1277-agus-widjojo-perkembangan-
peradaban-manusia-harusnya-tidak-menghancurkan-budaya, diakses 14 Oktober 2022, pukul 11.11 WIB
DAFTAR PUSTAKA
Adi Setia, Three Meanings of Islamic Science Toward Operasionalizing Isla mization of
Knowledge, Center for Islam and Science : Free online Library, 2007
Faqîhuz Zamân Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, Makarimal Akhlak / Budi Pekerti Yang
Mulia, 2008
Harun Yahya, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme, Jakarta : Global Cipta Publishing,
2002.
https://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban
https://pressrelease.kontan.co.id/release/ pentingnya-peran-sains-dalam-meningkatkan-kualitas-
hidup-masyarakat
https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-release/1277-agus-widjojo-
perkembangan-peradaban-manusia-harusnya-tidak-menghancurkan-budaya
Kradin, Nikolay N. "Early State Theory and the Evolution of Pastoral Nomads". Social
Evolution & History, Maret 2008
Marvin Perry, Western Civilization : A Brief History, Boston New York : Hough ton Mifflin
Company, 1997
Mugiyono, Perkembangan Pemikiran Dan Peradaban Islam Dalam Perspektif Sejarah, JIA/Juni
2013
Pietro Croce, Vivisection or Science : An Investigation into Testing Drugs and Safeguarding
Health, London : Zed Books, 1999
Tafsir, A., Husaini, A., & Mujahidin, E. Makna Budaya Ilmu Dalam Literatur Islam. Jurnal
Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, 2019