TUGAS MAKALAH
OLEH:
HARIYADI
NIM : 20210530170021
DOSEN :
1. Prof. Dr. Ahmad Sutarmadi
2. Dr. Saiful Bahri, Lc, MA
3. Dr. N Oneng Nurul Bariyah, M.Ag
• Jalaludin Rahmat
Jalaludin rahmat mengatakan bahwa perubahan tidak akan muncul kalau masyarakat masih
terjebak dalam kesalahan berfikir. Artinya bahwa sumber daya manusia merupakan salah
satukekuatan inti untuk perubahan, karena perubahan sosial terjadi secara alamiah atau bisa
jadi kearah yang tidak diinginkan, Transformasi sosial lebih menekankan pada perubahan
menujukualitas hidup yang lebih baik atau perubahan menuju masyarakat adil, demokratis,
dan egalite
Q.S Ar Ra’ad : 11
• Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia
2. Dasar Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam
memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak. Tidak diragukan lagi bahwa
pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an
sendiri sebagai dasar utama dalam Agama Islam telah memberikan petunjuk pada jalan kebenaran,
mengarahkan kepada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di antara ayat yang menyebutkan pentingnya akhlak adalah dalam surat Ali Imran ayat
104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalahorang-orang yang
beruntung.” (QS. Ali Imran:104)
• Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan
menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan, maka ia
terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu
kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan
terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kukuh dan kuat tidak akan tercapai
kecuali dengan sifat-sifat keutamaan. Tidak terpelihara keutamaan itu melainkan dengan
terpeliharanya agama dan akhirnya tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan
adanya dakwah. Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar
agama dapat berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluknya.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan) ajaran Islam
(dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah) yakni
orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi (orang-orang yang
beruntung) atau berbahagia. 'Min' di sini untuk menunjukkan 'sebagian' karena apa yang
diperintahkan itu merupakan fardu kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula
layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
• Allah Swt. berfirman bahwasanya hendaklah ada dari kalian sejumlah orang yang bertugas
untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan
dan melarang perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan orang-orang yang beruntung.
Ad-Dahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para mujahidin yang
terpilih, dan para ulama.
• Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan umat
ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang
diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab
Sahih Muslim dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan
tangannya, dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika masih tidak mampu juga,
maka dengan hatinya, yang demikian iiu adalah selemah-lemahnya iman. Di dalam riwayat lain
disebutkan: Dan tiadalah di belakang itu iman barang seberat biji sawi pun”.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-Hasyimi, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr,
dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Huzaifah ibnul Yaman, bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian
benar-benar harus memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau
hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian
benar-benar berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Amr ibnu Abu Amr
dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Hadis-hadis
mengenai masalah ini cukup banyak, demikian pula ayat-ayat yang membahas mengenainya,
seperti yang akan disebut nanti dalam tafsirnya masing-masing.
• Jalan terbaik untuk bersatu dalam kebenaran di bawah naungan al-Qur'ân dan Rasul-Nya,
adalah dengan menjadi umat yang menyerukan segala bentuk kebaikan dunia dan akhirat,
menyerukan kewajiban mendorong manusia pada kebaikan bersama dan mencegah kejahatan
(amar makruf nahi munkar, al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar). Mereka yang
melakukan prinsip itu adalah orang-orang yang memperoleh keberuntungan yang sempurna.
Qur’an Dan Sunnah Tematik Tentang Rekayasa Sosial Terhadap Akhlaq Mulia
• Artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik). (HR. Bukhari)
• Pada awal diangkat sebagai Rasul, beliau Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa:
ِ إِنَّ َماب ُِعثْتُ ِِلُت ِ َِّم َم َمكsesungguhnya aku tiada diutus oleh Allah kecuali untuk
ِ ََار َم ْاِل َ ْخال
ق
memperbaiki, mengoreksi dan menyempurnakan akhlak manusia). Apabila ditafsirkan
dengan tafsir kebalikan atau tafsir akontrario, maka dapat dipahami sebagai berikut:
sekiranya Allah tidak bermaksud menjadikan Muhammad SAW itu untuk memperbaiki
akhlak masyarakat Arab jahiliyyah kala itu, kemudian menanamkan prinsip-prinsip akhlak
untuk umat manusia di kemudian hari, serta bukan untuk memperbaiki akhlak, maka Allah
SWT tidak akan mengutus Nabi yang terakhir ini. Begitupun dengan ayat QS. Adz-
Dzariyat/51: 56 yang berisi tentang maksud penciptaan jin dan manusia.
Allah memerintah Nabi Muhammad beristikamah dalam mengajak umatnya mengesakan Allah
karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk
kebaikan-Ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah
beribadah kepada-Ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi mereka.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk
mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman:
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia.
Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31).
Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa
maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk
kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib
tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang
Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah
Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat
karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat
Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah swt.
Jadi, misi Rasulullah antara lain untuk memperbaiki akhlak. Adapun memperbaiki akhlak di sini
bukan untuk masyarakat jahiliyyah saja, akan tetapi juga menanamkan prinsip-prinsip atau dasar
pengetahuan, kaidah-kaidah akhlak yang bersumber dari Al-Quran untuk kepentingan manusia
dan kemanusiaan. Bagaimana masyarakat Arab kala itu yang penuh kebatilan, kedzaliman,
ketidakjujuran, anti kritik dan anti kemanusiaan.
Pernah pada masanya di mana keadaan Arab jahiliyyah pada saat itu, apabila lahir seorang
anak laki-laki (dianggap mewakili simbol keberanian) dibunuh, sedangkan ketika lahir anak
perempuan yang dianggap sebagai simbol kelemahan, dibiarkan saja. Selain itu juga, siapa yang
menang kekuatan senjatanya, maka ia bisa mengalahkan kabilah lain yang lemah. Artinya
kekuatan senjata/ fisik yang unggul akan mengalahkan kabilah lain yang lemah. Jadi pada intinya,
ukuran kekuatan kala itu ialah terletak pada fisik dan persenjataan, bukan pada akhlaknya.
Maka dari itu, ketika pernyataan Nabi tersebut ditarik pada masa dan situasi sekarang ini, pada
dasarnya misi setiap umat Nabi Muhammad SAW, muslim/ muslimah dimanapun berada, apapun
jenis pekerjaannya, jabatan, organisasi maupun tingkatan sosialnya, baik secara individu maupun
antar kelompok, misi utama mereka ialah bagaimana Al-Quran dijadikan sebagai sumber akhlakul
karimah. Al-Quran dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai dari
akhlak pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan
pekerjaannya. Sebagai polri memperbaikinya di kepolisian, sebagai jaksa di kejaksaan, sebagai
hakim di kehakiman, sebagai tentara di TNI, sebagai mahasiswa di kelompok mahasiswanya,
sebagai tenaga guru dan dosen, sebagai pedagang, petani, nelayan dan sebagainya itu memiliki
misi sebagaimana misi Nabi Muhammad tersebut, yaitu memperbaiki akhlak.
Penutup
• Setiap muslim harus menunjukkan akhlaknya, adapun beberapa jenis akhlak yang harus
ia tunjukkan itu antara lain:
• Akhlak terhadap ilmu pengetahuan: jangan sampai kesarjanaannya itu hanya digunakan
untuk menggadaikan ilmunya.
وا ْٱل َمس ِْج َد َك َما۟ ُوا ُو ُجو َه ُك ْم َو ِليَ ْد ُخل ۟ سۥٓـ
ُٔ ُ َاخ َرةِ ِلي ْ سأْت ُ ْم فَلَ َها ۚ فَإ ِ َذا َجا ٓ َء َو ْع ُد
ِ ٱل َء َ َ سنت ُ ْم ِِلَنفُ ِس ُك ْم ۖ َوإِ ْن أ
َ ْسنت ُ ْم أَح
َ ْإِ ْن أَح
يراً ِعلَ ْو ۟ا تَتْب
َ وا َما۟ َد َخلُوهُ أ َ َّو َل َم َّرةٍ َو ِليُت َ ِبِّ ُر
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka
kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Daftar Pustaka
• https://tafsirweb.com/4611-surat-al-isra-ayat-7.html
• https://quranhadits.com/quran
• https://www.academia.edu/43401605/REKAYASA_SOSIAL_DALAM_PERSPEKTIF_
DAKWAH