Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

QUR’AN DAN SUNNAH TEMATIK TENTANG


REKAYASA SOSIAL TERHADAP AKHLAQ MULIA

TUGAS MAKALAH

OLEH:
HARIYADI
NIM : 20210530170021

DOSEN :
1. Prof. Dr. Ahmad Sutarmadi
2. Dr. Saiful Bahri, Lc, MA
3. Dr. N Oneng Nurul Bariyah, M.Ag

SEKOLAH PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JAKARTA 2022
Pendahuluan
Rekayasa sosial adalah upaya untuk mengubah kehidupan masyarakat Rekaya social
merupakan sebuah jalan mencapai sebuah perubahan sosial secara terencana. Contoh : ketika
masyarakat Indonesia terbiasa makan nasi dan tiba-tiba Indonesia mengalamikrisis, pemerintah
harus melakukan rekayasa sosial dengan membuat plan baru atau perencanaan untuk mengganti
nasi dengan karbohidrat yang sesuai dengan kebudayaan masing-masing daerah.Tujuan
dilakukannya rekayasa sosial adalah untuk transformasi sosial atau perubahan sosial.
Tujuan dibuatnya rekayasa adalah untuk memprediksi jangka panjang dengan membuat
skenario plan. Contoh : seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan pekerjaan
punsemakin meningkat tetapi lapangan pekerjaan semakin terbatas. Untuk menambah lapangan
pekerjaan, pemerintah harus membuat skenario plan atau perencanaan untuk menambah jumlah
lapangan pekerjaan.
Rekayasa sosial mengacu pada sifat popular. Rekayasa sosial bukan atas dasar
keinginanmasyarakat, tetapi ada yang mendorong baik itu pemerintah ataupun swasta
sehinggamasyarakat mau melakukan perubahan sosial.
Secara akademik, rekayasa sosial adalah tingkat meso dalam sosiologi yang merupakan
intradisiplin yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan publik.
Tingkat meso menunjukkan ukuran populasi yang berada di antara tingkat mikro dan makro,
seperti komunitas atau organisasi.Hal tersebut merupakan interdislipin ilmu pengetahuan karena
proses interaksi pada rekayasasosial yang mampu mengubah konstruksi masyarakat dalam suatu
hal dan masuk konstruksi baru dengan hal baru, maka sosiologimemakai rekayasa sosial sebagai
pengubah masyarakat secara umum sesuai kebutuhan

Tokoh-tokoh Rekayasa Sosial


• Less and Presley
Less dan Presley tokoh sosiolog mengartikan social engineering adalah upaya
yangmengandungunsur perencanaan, yang diimplementasikan hingga diaktualisasikan di
dalamkehidupan nyata. Menurut tinjauan sejarah, munculnya istilah social engineering adalah
ketikarezim orde baru berada pada posisi puncak tiraninya sekitar tahun 1986. Rekayasa sosial
merupakan perencanaan sosial yang muaranya pada transformasi sosial, diduk ung dengan
internalisasi nilai nilai humanisasi yang tinggi. Seringkalikita memaknai rekayasaadalah suatu
upaya negatif, hal ini dikarenakan kita terjebak dalam satusituasi kekuasaan ataukegiatan-
kegiatan praktis rekayasa dilakukan oleh elite-elite politik yang mempunyai tujuanuntuk
kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

• Jalaludin Rahmat
Jalaludin rahmat mengatakan bahwa perubahan tidak akan muncul kalau masyarakat masih
terjebak dalam kesalahan berfikir. Artinya bahwa sumber daya manusia merupakan salah
satukekuatan inti untuk perubahan, karena perubahan sosial terjadi secara alamiah atau bisa
jadi kearah yang tidak diinginkan, Transformasi sosial lebih menekankan pada perubahan
menujukualitas hidup yang lebih baik atau perubahan menuju masyarakat adil, demokratis,
dan egalite

Fungsi Rekayasa Sosial


Fungsi rekayasa sosial adalah sebagai berikut :
• Kontrol social
• Alat politik
• Alat pemersatu bangsa
Politik dan rekayasa sosial adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan meskipun pada dasarnya
keduanya hampir tidakberbeda satu sama lainnya karena keduanya bertujuan mengorganisir
masyarakat untuk tuuan tertentu, hanya saja rekayasa sosial kerap digunakan untuk mendapatkan
dukungan dari masyarakat.
Untuk mengatasi problem sosial, kita perlu mengubah institusi-institusi sosial,sistem sosial, dan
norma-norma sosial yang sebelumnya berlaku dalam suatumasyarakat. Belakangan, rekayasa
sosial diganti dengan sosial marketing(oemasaran sosial). Karena ketika merencanakan suatu
perubahan sosial,sebenarnya sedang memasarkan rencana baru atau sosial Membicarakan
perubahan sosial harus dimulai dulu dengan pembicaraan tentangproblem-problem sosial.
Bentuk / strategi rekayasa sosial

• Development atau pembangunan perkara yang paling banyak kita rencanakanadalah


pembangunan ( development).
• Development adalah proses sosial yangdirencanakan atau direkayasaRevolusi atau people’s
power, merupakan bagian dari power strategy (strategiperubahan sosial dengan kekuasaan)
• Persuasive strategy ( strategi persuasif), dalam strategi ini media massasangat
berperan, karena pada umunya, strategi persuasif dijalankan lewatpembentukan opini dan
pandangan masyarakat yang tidak lain melalui mediamassa
• Strategi normative, nirmative adalah kata sifat yang normalbyang berartiaturan yang berlaku
dimasyarakat.

Dasar hukum perubahan sosial

Q.S Ar Ra’ad : 11

• Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia
2. Dasar Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an

Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam
memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak. Tidak diragukan lagi bahwa
pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an
sendiri sebagai dasar utama dalam Agama Islam telah memberikan petunjuk pada jalan kebenaran,
mengarahkan kepada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di antara ayat yang menyebutkan pentingnya akhlak adalah dalam surat Ali Imran ayat
104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalahorang-orang yang
beruntung.” (QS. Ali Imran:104)

Tafsir Ringkas Kemenag RI QS. Ali Imran:104


• Pada ayat ini Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan,
menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan hendaklah di antara
kamu, orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada
kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat) yang makruf yaitu akhlak,
perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang
dipandang buruk dan diingkari oleh akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan ketiga hal
tersebut mempunyai kedudukan tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung karena mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
• Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam yang bergerak dalam
bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana tampak gejala-gejala perpecahan
dan penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar di antara umat Islam ada
segolongan umat yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas menyerukan kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar (maksiat).
Dengan demikian umat Islam akan terpelihara dari perpecahan dan infiltrasi pihak manapun.

• Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan
menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan, maka ia
terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu
kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan
terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kukuh dan kuat tidak akan tercapai
kecuali dengan sifat-sifat keutamaan. Tidak terpelihara keutamaan itu melainkan dengan
terpeliharanya agama dan akhirnya tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan
adanya dakwah. Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar
agama dapat berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluknya.

• Dengan dorongan agama akan tercapailah bermacam-macam kebajikan sehingga terwujud


persatuan yang kukuh kuat. Dari persatuan yang kukuh kuat tersebut akan timbullah
kemampuan yang besar untuk mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka yang
memenuhi syarat-syarat perjuangan itulah orang-orang yang sukses dan beruntung.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

 (Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan) ajaran Islam
(dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah) yakni
orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi (orang-orang yang
beruntung) atau berbahagia. 'Min' di sini untuk menunjukkan 'sebagian' karena apa yang
diperintahkan itu merupakan fardu kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula
layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

• Allah Swt. berfirman bahwasanya hendaklah ada dari kalian sejumlah orang yang bertugas
untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan
dan melarang perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan orang-orang yang beruntung.

Ad-Dahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para mujahidin yang
terpilih, dan para ulama.

• Abu Ja'far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya:


Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan.
Kemudian beliau bersabda: Yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur'an
dan sunnahku. (Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih).

• Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan umat
ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang
diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab
Sahih Muslim dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan
tangannya, dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika masih tidak mampu juga,
maka dengan hatinya, yang demikian iiu adalah selemah-lemahnya iman. Di dalam riwayat lain
disebutkan: Dan tiadalah di belakang itu iman barang seberat biji sawi pun”.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-Hasyimi, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr,
dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Huzaifah ibnul Yaman, bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian
benar-benar harus memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau
hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian
benar-benar berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.

Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Amr ibnu Abu Amr
dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Hadis-hadis
mengenai masalah ini cukup banyak, demikian pula ayat-ayat yang membahas mengenainya,
seperti yang akan disebut nanti dalam tafsirnya masing-masing.

Tafsir Quraish Shihab


Muhammad Quraish Shihab

• Jalan terbaik untuk bersatu dalam kebenaran di bawah naungan al-Qur'ân dan Rasul-Nya,
adalah dengan menjadi umat yang menyerukan segala bentuk kebaikan dunia dan akhirat,
menyerukan kewajiban mendorong manusia pada kebaikan bersama dan mencegah kejahatan
(amar makruf nahi munkar, al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar). Mereka yang
melakukan prinsip itu adalah orang-orang yang memperoleh keberuntungan yang sempurna.

Qur’an Dan Sunnah Tematik Tentang Rekayasa Sosial Terhadap Akhlaq Mulia

• Artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik). (HR. Bukhari)

• Pada awal diangkat sebagai Rasul, beliau Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa:
ِ ‫ إِنَّ َماب ُِعثْتُ ِِلُت ِ َِّم َم َمك‬sesungguhnya aku tiada diutus oleh Allah kecuali untuk
ِ َ‫َار َم ْاِل َ ْخال‬
‫ق‬
memperbaiki, mengoreksi dan menyempurnakan akhlak manusia). Apabila ditafsirkan
dengan tafsir kebalikan atau tafsir akontrario, maka dapat dipahami sebagai berikut:
sekiranya Allah tidak bermaksud menjadikan Muhammad SAW itu untuk memperbaiki
akhlak masyarakat Arab jahiliyyah kala itu, kemudian menanamkan prinsip-prinsip akhlak
untuk umat manusia di kemudian hari, serta bukan untuk memperbaiki akhlak, maka Allah
SWT tidak akan mengutus Nabi yang terakhir ini. Begitupun dengan ayat QS. Adz-
Dzariyat/51: 56 yang berisi tentang maksud penciptaan jin dan manusia.
Allah memerintah Nabi Muhammad beristikamah dalam mengajak umatnya mengesakan Allah
karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk
kebaikan-Ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah
beribadah kepada-Ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi mereka.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk
mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman:
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia.
Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31).

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa
maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk
kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib
tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang
Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah
Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat
karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat
Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah swt.

Jadi, misi Rasulullah antara lain untuk memperbaiki akhlak. Adapun memperbaiki akhlak di sini
bukan untuk masyarakat jahiliyyah saja, akan tetapi juga menanamkan prinsip-prinsip atau dasar
pengetahuan, kaidah-kaidah akhlak yang bersumber dari Al-Quran untuk kepentingan manusia
dan kemanusiaan. Bagaimana masyarakat Arab kala itu yang penuh kebatilan, kedzaliman,
ketidakjujuran, anti kritik dan anti kemanusiaan.

Pernah pada masanya di mana keadaan Arab jahiliyyah pada saat itu, apabila lahir seorang
anak laki-laki (dianggap mewakili simbol keberanian) dibunuh, sedangkan ketika lahir anak
perempuan yang dianggap sebagai simbol kelemahan, dibiarkan saja. Selain itu juga, siapa yang
menang kekuatan senjatanya, maka ia bisa mengalahkan kabilah lain yang lemah. Artinya
kekuatan senjata/ fisik yang unggul akan mengalahkan kabilah lain yang lemah. Jadi pada intinya,
ukuran kekuatan kala itu ialah terletak pada fisik dan persenjataan, bukan pada akhlaknya.

Maka dari itu, ketika pernyataan Nabi tersebut ditarik pada masa dan situasi sekarang ini, pada
dasarnya misi setiap umat Nabi Muhammad SAW, muslim/ muslimah dimanapun berada, apapun
jenis pekerjaannya, jabatan, organisasi maupun tingkatan sosialnya, baik secara individu maupun
antar kelompok, misi utama mereka ialah bagaimana Al-Quran dijadikan sebagai sumber akhlakul
karimah. Al-Quran dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai dari
akhlak pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan
pekerjaannya. Sebagai polri memperbaikinya di kepolisian, sebagai jaksa di kejaksaan, sebagai
hakim di kehakiman, sebagai tentara di TNI, sebagai mahasiswa di kelompok mahasiswanya,
sebagai tenaga guru dan dosen, sebagai pedagang, petani, nelayan dan sebagainya itu memiliki
misi sebagaimana misi Nabi Muhammad tersebut, yaitu memperbaiki akhlak.

Penutup

• Setiap muslim harus menunjukkan akhlaknya, adapun beberapa jenis akhlak yang harus
ia tunjukkan itu antara lain:

• Akhlak kepada Allah: tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, kemudian


melaksanakan shalat secara tertib sesuai tuntunan, ditegakkan dengan khusyu’,
memperbanyak dzikir dan mengucapkan kalimat thayyibah yang muncul dari hati.

• Akhlak kepada orangtua: menghormati, berbakti dan berbuat baik kepadanya.

• Akhlak terhadap ilmu pengetahuan: jangan sampai kesarjanaannya itu hanya digunakan
untuk menggadaikan ilmunya.
‫وا ْٱل َمس ِْج َد َك َما‬۟ ُ‫وا ُو ُجو َه ُك ْم َو ِليَ ْد ُخل‬ ۟ ‫سۥٓـ‬
ُٔ ُ َ‫اخ َرةِ ِلي‬ ْ ‫سأْت ُ ْم فَلَ َها ۚ فَإ ِ َذا َجا ٓ َء َو ْع ُد‬
ِ ‫ٱل َء‬ َ َ ‫سنت ُ ْم ِِلَنفُ ِس ُك ْم ۖ َوإِ ْن أ‬
َ ْ‫سنت ُ ْم أَح‬
َ ْ‫إِ ْن أَح‬
‫يرا‬ً ِ‫علَ ْو ۟ا تَتْب‬
َ ‫وا َما‬۟ ‫َد َخلُوهُ أ َ َّو َل َم َّرةٍ َو ِليُت َ ِبِّ ُر‬

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka
kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

(Surat Al-Isra Ayat 7)

Daftar Pustaka

• https://tafsirweb.com/4611-surat-al-isra-ayat-7.html

• https://quranhadits.com/quran

• https://www.academia.edu/43401605/REKAYASA_SOSIAL_DALAM_PERSPEKTIF_
DAKWAH

Anda mungkin juga menyukai