Anda di halaman 1dari 7

PERAN-PERAN FASILITOR DALAM MENGEMBANGKAN

MASYARAKAT ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Masyarakat Islam

Dosen pengampu

H. Musa , M. Kom. I

Disusun oleh :

Muhammad Hadi Shobri 2022028

Amalna Rahmatika 2022033

FAKULATAS DAKWAH KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BNGKA BELITUNG
2021
A. PENDAHULUAN
Menjadi suatu pengembangan ditengah masyarakat kehidupan kontemporer
sekarang bukan suatu hal yang mudah bagi fasilitator, untuk membangun pola
kehidupan yang diinginkan sesuai dengan ajaran yang telah dibawakan oleh para-para
Nabi, dari mulai nabi Muhammad SAW hingga nabi Adam AS mereka adalah orang
yang melakukan estapet Dakwah turun temurun menyampaikan ajaran Allah yaitu
agama tauhid.
Para-para nabi sahabat tabi’in dan orang-orang terdahulu telah melewati
banyak rintangan sebagai da’i ditengah-tengah masyarakat sehingga terbangunlah
pola pikir masyarakat Islam yang rukun, banyak bantahan yang dilewati mereka
terhadap masyrakat, sebagaimana firman Allah SWT. “Dan sesungguhnya Kami telah
menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-
macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak
membantah”(Q.S AL-kahfi; 54)
Sedangkan kata da’i secara istilah adalah orang Islam yang secara syriat
mendapat beban dakwah mengajak kepada agama Allah. Tidak diragukan lagi bahwa
defenisi ini mencangkup seluruh lapisan dari rasul, ulama, penguasa setiap muslim,
baik laki-laki maupun perempuan.1
Dikehidupan yang sekarang yang menerima estapet dakwah para orang-orang
yang terdahulu adalah para da’i, penguasa, baik laki-laki maupun perempuan yang
hidup di zaman kontemporer menghadapi pola piker masyarakat yang penuh bantahan,
merasa benar sendiri, kehidupan jauh dari tuntutan syriat yang dibawa oleh baginda
nabi Muhammad SAW. menjadi fasilitator harus kuat dan tidak mudah putus asa
dengan pengembangan masyrakat lingkungan Islam.
Hati manusia adalah hati yang diciptakan oleh allah paling lemah, dan Allah
lah yang membolak balik kan hati manusia, tetapi Allah membolak balik kan hati
manusia, tidak pernah memaksa agar umat diseluruh dunia ini agar memeluk Agama

1 Muhtadi dan Tantan Hermansyah, Manajemen Pengembangan Masyarakat islam (PMI)

(Pemalung-Bogor,25 September,2013), hlm. 99.


Islam, meski sekalipun Allah yang maha pemaksa sebagaimana Allah berfirman:
“tidak ada paksaan dalam memeluk agama, sungguh telah jelas antara kebenaran
dan kesesatan” (Q.S Al-Baqorah: 256)

Sebagaimana dengan seorang da’i tugas mereka hanya menyampaikan risalah


Islam, dan dilarang untuk memaksa masyarakat agar mengikuti ajaran yang telah
mereka bawakan didunia ini, kami pemakalah ingin berkenan menjelaskan
permasalahan tantangan fasilitator maupun seorang Da’i yang telah menerima estapet
penyampaian dakwah yang telah diemban sang rosul Muhammad SAW.

B. PENGERTIAN FASILITATOR

Pengembangan Masyarakat Islam yang terdiri dari dua kata yang pertama
pengembangan dan masyarakat. Pengembangan yang artinya usaha bersama dan
terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Sedangkan masyarakat
adalah orang yang hidup bersama dengan waktu yang lama yang menghasilkan
kebudayaan. Maka pengertian dari pengembangan masyarakat adalah kegiatan
masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana guna mencapai kondisi sosial
dan ekonomi berkualitas atau sejahtera.

Fasilitor itu peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi kesempatan dan
model, melakukan mediasi (menyelesaikan masalah dengan menggunakan pihak ketiga
yang bertugas sebagai penasehat) atau negoisasi. Intinya fasilator ini sebagai penggerak
lebih berperan sebagai pihak yang memberikan dorongan atau motivasi kerja untuk
berpatisipasi dalam pembangunan.

Peran fasilitor dalam pengembangan masyarakat sebagai memberi motivasi,


atau dorongan. Idielnya seorang fasilitor harus memiliki syarat kriteria dasar sebagai
berikut :

1. TTAttitude yaitu percaya diri dan tidak mudah putus asa


2. Behavior yaitu tingkah laku yang baik, jujur dan di percaya
3. Performance yaitu memiliki visi dan misi yang jelas
4. Motivasion yaitu selalu sprit dan inovatif
5. Knowlegde yaitu wawasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan regulasi kebijakan
peraturan hukum
6. Skill yaitu terampil dalam peragaan dan komunikatif

C. PENGERTIAN DAKWAH DAN METODE


Dakwah secara harfiah berasal dari da’a, yad’u, da’watan (panggilan, seruan
atau ajakan). Maksudnya mengajak atau menyeru manusia agar mengesakan Allah
SWT, dengan menjalani kehidupan manusia sesuai dengan aturan Al-qur’an dan As-
sunnah. Dengan demikian target dakwah adalah mewujudkan SDM yang bertakwa
kepada Allah SWT dalam artian seluas-luasnya.

D. DAI SEBAGAI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

Dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, maka secara hukum adalah
kewajiban yang di emban bagi setiap umat muslim dan muslimah. Banyak sekali dalil
yang menunjukan kewajiban berdakwah, diantaranya :
“serulah manusia kejalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan baik...” (QS. An-Nahl :125) Pada ayat lainn Allah SWT
berfirman :
“ kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf dan mencegah yang munkar, dan berimanlah kepada Allah...” (QS. Ali
Imran: 110)
Sedangkan Nabi Muhammad Saw juga bersabda :
“sampaikanlah kepadaku walau satu ayat” (HR. Bukhari, Ahmad dan Tirmidzi).
Pelaksanaan proses da’wah (mengajar) tidak boleh ditunda-tunda, karena hal
itu bisa memacu semangat berda’wah kita ke dalam diri sendiri (mempelajari Al-
Qurãn). Tapi, hal itu pernah di protes oleh para pengikut Rasulallah di masa lampau.
Dalam sebuah hadits digambarkan : “Anas r.a. menceritakan: Kami berkata (kepada
Rasulullah), “Ya Rasuullah, kami tidak akan menyuruh orang berbuat baik, sebelum
kami sendiri melaksanakan perintah (untuk berbuat baik). Kami juga tidak akan
melarang orang berbuat munkar, sebelum kami sendiri menjauhi kemunkaran
seluruhnya. ”Maka Rasulullah menjawab, “Jangan begitu! seruhlah orang berbuat
baik, walaupun kalian sendiri belum baik. dan laranglah orang melakukan
kemunkaran, walaupun kalian sendiri belum meninggalkan kemunkaran.” (Hadits
riwayat Thabrani)
Hadits ini menggambarkan bahwa keadaan seseorang yang belum sempurna
sebagai seorang mu’min tidak harus menjadi penghambat baginya untuk menjalankan
proses berdakwah, dan termasuk berdakwah bil hal. Dai dalam pengembangan
masyarakat, adalah Da’i yang telah melakukan dakwah bil hal. Dan untuk
memperbaiki kerusakan tidak hanya dalam konteks surga dan neraka, berdosa atau
tidak berdosa, akan tetapi dalam bidang sosial-kemayarakatan, pendidikan
lingkungan, kesehatan, hukum, ekonomi dan lain-lain.
E. Peran Da’i dalam Pengembangan Masyarakat Islam
Peran dai ditengah masyarakat suatu pengembangan begitu sangat dibutuhkan
kepentingannya, agar masyarakat bisa terpapah dengan pengembangan masyarakat
Islam, sehingga terciptalah suatu kehidupan yang begitu rukun menurut syriat nabi.
Adapun peran dai dalam pengembangan masyarakat Islam dapat mengacu kepada
yang dikatakan oleh Zastrow (1982:534-537) yakni sebagai berikut; 2
Pertama. Enabler. Peranan sebagai enabler adalah membantu masyrakat agar
dapat mengartikulasikan atau mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan mereka,
menjelaskan mengindetifikasikan potensi dan masalahnya, dan mengembangkan
kemampuan mereka dapat menangani masalah yang mereka hadapi dan peluang-
peluang yang mereka miliki secara lebih efektif untuk menolong diri dan
masyarakatnya.
Kedua, broker. Peranan seorang broker adalah menghubungkan induvidu dan
kelompok yang membutuhkan serta memerlukan pertolongan dengan pelayanan atau
pengembangan masyrakat.
Ketiga. Expert. Sebagai seorang expert, ia berperan menyediakan informasi
dan memberikan saran-saran serta nasihat-nasihat dalam berbagai bidang dalam
konteks pengembangan masyarakat tersebut. Misalnya, seorang expert memberikan
saran-saran untuk soal pemberian bantuan dana dalam kaitan untuk penanggulangan
kemiskinan di daerah pesisir.

2 Ibid., hlm. 102-103.


Keempat, social planner. Seorang sosial planner berperan mengmpulkan
fakta-fakta tentang masalah sosial dan menganalisa fakta-fakta tersebut serta
menyusun alternatif penyelesaian serta pola-pola kemitraannya yang tepat dalam
menyelesaikan masalah serta mengelola potensi untuk pengembangan tersebut.
Kelima, advocate. Peranan sebagai advocate dipinjam oleh propesi hukum.
Peranan ini adalah peranan yang aktif dan terarah, dimana dai dalam pengembangan
masyarakat melaksanakan fungsinya sebagai advocate yang mewakili kelompok
masyarakat yang memerlukan pelayanan-pelayanan, sementara lembaga/instansi yang
seharusnya memberikan pelayan mengabaikannya atau menolak tuntutan masyrakat.
Ketujuh, The activist. Sebagai seorang activist, ia senantiasa melakukan
perubahan yang mendasar yang sering kali tujuannya adalah pengalihan sumber daya
ataupun kekuasaan pada masyarakat yang tidak beruntung (disadvantanged group).
Mereka sebagai aktivis akan berjuang untuk isu-isu ketidakadilan, perampasan hak,
anti diskriminasi, persamaan hak, dan lain-lain.

F. PENUTUP

Peran seorang dai maupun fasilitator adalah peran yang sangat penting
kehadiran mereka ditengah-tengah penduduk masyarakat, dai berperan sebagai
fasilitator dakwah dan jamaah berpearan sebagai mitra, dan terjadilah interaksi
perubahan yang dimulai dengan cara merangkul dan pembicaraan perubahan yang
pelan-pelan untuk merubah masyarakat yang melakukan hal-hal yang negatif hingga
sampai melakukan hal yang positip, pandangan mereka terhadap pembanguan,
pengjaran, maupun dengan cara pendekatan yang lain-lainnya.

Seorang dai melakukan dakwah bil hikmah terhadap masyarakat sehingga


sampai terjadi perdebatan, bantahan, terhadap masyarakat setempat, dan seorang dai
yang berdakwah haruslah melakukan bantahan yang lembut tidak kasar, sehingga
sampai menyakiti hati jamaah, sehingga terjalin lah satu masalah yang terselesaikan
sampai terbangun hubungan yang rukun damai ditengah-tengah masyrakat.

G. Daftar Pustaka

Hermansyah, Tantan dan Muhtadi. 2013. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam


Banten. Ciputat

Anda mungkin juga menyukai