Anda di halaman 1dari 20

PERINSIP-PERINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Nur Hasanah Hasibuan (2230300006)

Dosen Pengampu :

Dr.Icol Dianto,S.Sos.I.,M.Kom.I.

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANG SIDIMPUAN
T.A. 2023/2024

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... iii

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................2

A. Tauhid Dalam Pengembangan Masyarakat


Islam.......................................................................................................2
B. Konflik,Perdamaian,dan Rekonstruksi Pasca-Konflik.......................4
C. Inklusi Sosial dan Hak Asasi Manusia........................................................8

BAB III PENUTUP ................................................................................... 12

Kesimpulan ................................................................................................. 12

DAFT AR PUSTAKA ................................................................................ 13

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan


kehadirat Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul”:perinsip-perinsip pengembangan
masyarakat islam terimakasih yang telah memberikan dukungan, dan kepercayaan
yang begitu besar. Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada
gading yang tak retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

iii
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Didalam kegiatan manusia sebagai mahluk sosial menimbulkan berbagai
ilmu pengetahuan sendiri. Termasuk disini ialah kegiatan manusia untuk mendidik
generasi-generasi, ialah dengan memberikan pengetahuan dan pengajaran
sekaligus memberi arahan ke pada masyarakat.Didalam karya mendidik inilah
manusia berusaha untuk mengetahui bagaimanakah proses bersosial itu dilihat
dari segi hubungan sosialnya, ditinjau dari konstelasi sosial, di mana terjalin
hubungan yang saling mendukung saatu sama lain.
Pengembangan masyarakat Islam adalah suatu konsep yang mendalam dan relevan
dalam upaya meningkatkan kualitas hidup komunitas Muslim. Prinsip-prinsip
yang mendasarinya adalah landasan utama dalam mencapai tujuan pembangunan
yang berkelanjutan dan berorientasi pada nilai-nilai Islam. Dalam pengantar ini,
kami akan menjelajahi prinsip-prinsip utama yang membimbing pengembangan
masyarakat Islam dan memainkan peran penting dalam perubahan sosial yang
positif.

Prinsip pertama adalah tauhid, yang mengacu pada keyakinan bahwa Allah adalah
satu-satunya Tuhan yang harus disembah, dan seluruh aspek kehidupan harus
mencerminkan pengabdian kepada-Nya. Prinsip ini membentuk dasar moral dan
etika dalam pengembangan masyarakat Islam.

Kedua, ada prinsip keadilan sosial, yang menggarisbawahi pentingnya memastikan


bahwa sumber daya dan kesempatan didistribusikan secara adil di antara anggota
masyarakat. Keadilan sosial adalah landasan yang kuat untuk mengatasi
ketidaksetaraan dan ketidakadilan.

Prinsip ketiga adalah partisipasi aktif masyarakat, di mana anggota masyarakat


harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan

1
mereka. Partisipasi ini memungkinkan masyarakat untuk merasa memiliki dan
memiliki kontrol atas perkembangan mereka sendiri.

Keempat, prinsip kemandirian masyarakat menekankan pentingnya


memberdayakan masyarakat untuk mengelola sumber daya mereka sendiri dan
tidak tergantung pada bantuan eksternal yang berkelanjutan. Ini melibatkan
pengembangan kapasitas lokal dan pemberdayaan ekonomi.

Kelima, prinsip perdamaian dan toleransi mengajarkan pentingnya menjaga


harmoni dalam masyarakat yang beragam. Hal ini mempromosikan dialog
antaragama dan antarbudaya serta penyelesaian konflik secara damai.

B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa Pentingnya tauhid dalam pengembangan masyarakat?
2.Apa pendorong terjadinya konflik dalam ruang lingkup sosial/masyarakat?
3.Apa Tujuan dari Hak Asasi Manusia (HAM)?
4.Bagaimana pengaruh sosial bagi pembangunan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Tauhid Dalam Pengembangan Masyarakat Islam

tauhid adalah keesaan Allah Swt. Ini merujuk pada kuatnya kepercayaan
bahwa Allah Swt. hanya satu. Pengertian Tauhid berarti mengakui keesaan Allah.

Dengan demikian, sebagai umat Islam kita hanya berhak meminta dan
menyembah kepada Allah Swt. Hal itu sejalan dengan surat Az-Zumar ayat 14-15
yang artinya:

"Katakanlah: 'Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku'. Maka sembahlah oleh kalian (hai
orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia." (Q.S. az-Zumar [39]:
14-15)

Realitas dalam masyarakat sampai saat ini masih banyak terdapat upacara-upacara
adat yang berbau syirik, yang di era otonomi daerah digalakkan kembali dengan
alasan pelestarian budaya. Jika hal tersebut dibiarkan, akan terjadi banyak
penyimpangan akidah dalam kehidupan masyarakat. Padahal akidah yang benar
merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan.Kalimat
berikut berupa pelajaran yang harus ditanamkan kepada masyarakat bahwa tidak
ada Dzat yang menciptakan kecuali Allah; tidak ada penjaga kecuali Allah; tidak
ada pemberi rizqi kecuali Allah; tidak ada yang paling bijaksana kecuali Allah;
tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah; tidak ada yang Maha Memiliki
kecuali Allah; tidak ada yang memimpin kecuali Allah; tidak ada tujuan kecuali
hanya kepada Allah, dst.

Jika penanaman ketauhidan sudah menghunjam dalam hati, maka akan mampu
mengendalikan perilaku manusia dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan
masyarakat.

3
B.Implikasi Tauhid Dalam Pembangunan

Menurut Daud Rasyid kekholistikan tauhid ini menjadikan akidah tauhid


menjadi akidah yang universal. menurut beliau yang dimaksud akidah
universal adalah akidah yang mampu mengarahkan secara keseluruhan asfek
kehidupan manusia beliau juga menegaskan bahwa tauhid satu satunya
kekuatan untuk memandu kehidupan manusia untuk beribadah kepada Allah
swt.ketika tauhid diyakini sebagai akidah universal maka tauhid perlu menjadi
asas semua aspek kehidupan termasuk pembangunan. Pembangunan dalam
dimensi akidah tauhid merangkum 3 perkara utama. Yaitu:

 Pembangunan berasaskan Islam bersifat rabbaniyah. Artinya yang


bersifat ketuhanan berasaskan tauhid rububiyyah cara cara
pembangunan harus berdasarkan aturan Allah swt.
 Pembangunan berasaskan Islam merupakan bagian daripada kekuasaan
Allah . Pemahaman ini merujuk bahwa semua perkara yang ada di
langit dan di bumi termasuk pembangunan merupakan bagian dari
kekuasaan Allah . tujuan pembangunan perlu ditunjukkan untuk
mendapatkan keridhoan Allah swt .
 Pembangunan berasaskan Islam bersifat illahiyyah berdasarkan
pemahaman tauhid uluhiyyah. Bermakna dalam menjalankan semua
aktivitas pembangunan para pelakunya perlu sadar bahwa aktivitas
pembangunan nya dalam rangka taat dan semata-mata menyembah
Allah swt.

C.Studi Kasus: Praktik Tauhid dalam Pengembangan Masyarakat

Dalam Pengembangan Masyarakat adalah tindakan untuk mencapai


sesuatu yang direncanakan atau diharapkan. Penyaluran adalah sesuatu yang
disalurkan atau sebuah pemberian baik dalam bentuk material maupun
nonmaterial, sebuah uluran tangan yang disalurkan dari satu pihak ke satu pihak
lainnya maupun ke berbagai pihak.

4
Tauhid memiliki berbagai macam fungsi kegunaan dan peran yang dapat
memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial masyarakat yakni
membebaskan manusia dan menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang
bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual
belaka, Sebagai kerangka berfikir dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, menjadikan tauhid sebagai pusat
kesadaran intelektual mereka.

Maka jelaslah bahwa tauhid erat hubunganya dengan kehidupan sosial


masyarakat karena dengan bertauhid manusia dapat mengetahui tujuan hidup
mereka yaitu beribadah kepada Allah SWT secara vertikal yaitu ibadah mahdoh
dan Horizontal yaitu beribadah dengan pendekatan sesama makhluk Allah (ibadah
ghoirumahdoh).

B.Konflik,Perdamaian,dan Rekonstruksi Pasca-Konflik

1.Akar Konflik Dalam PengembanganMasyarakat Islam

Kata 'konflik' secara etimologis berasal dari bahasa Latin 'con' yang berarti
'bersama' dan 'fligere' yang artinya 'benturan atau tabrakan'. Sehingga konflik
sosial diartikan sebagai serangkaian fenomena yang bertentangan dan terjadi
pertikaian antara individu melalui konflik kelas hingga internasional. Sedangkan
menurut para ahli, pengertian konflik sosial adalah sebagai berikut. Elly M.
Setiadi dan Usman Kolip Mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan
terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan
dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir
saingannya.

Webster Sementara itu, menurut Webster istilah conflict dalam bahasa latin berarti
suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik
antara beberapa pihak.

5
Akar-akar konflik antar manusia :

 Perebutan kekuasaan Politik dalam rangka penyeragaman kehendak diri


(Al-Masail al-Siyasah li Takwin al-Wahdah). Ini berlangsung sepanjang
zaman.
 Ketakutan terhadap hal-hal baru (al-Khawf min al-Umur al-Jadidah)
 Kebodohan yang mendominasi pada oknum-oknum penguasa (Istila‟ al-
jahalah „ala al-Hukumah)
 Keyakinan penguasa yang tidak kokoh, ragu-ragu („Adam Tamakkun
„Aqaid al-Hukkam min Qulubihim)
 Paham Materialisme-pragmatis yang menyebar luas (Intisyar wa Istila‟ al-
Mabadi al-Madiyyah). Ini adalah musuh sebenarnya dari agama-agama :
Islam, Nasrani, Yahudi, Budha dan lain-lain.
 Egoisme dan Arogansi (al-Ananiyyah wa al-Takabbur)k

Ada beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh adanya pertentangan


atau konflik (Soerjono Soekanto, 2006: 95-96), yakni:

1.Bertambahnya solidaritas in-group Apabila suatu kelompok


bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas dalam kelompok tersebut
akan bertambah erat.

2.Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok Pecahnya persatuan dalam


kelompok apabila pertentangan dalam satu kelompok itu terjadi.

3.Perubahan kepribadian para individu.

4.Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

5.Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.

6
2.Upaya Mediasi dan Perdamaian

Terdapat beberapa cara untuk menyelesaikan konflik (Soerjono Soekanto, 1990:


77-78), yaitu:

1. Coercion (Paksaan)

Penyelesaiannya dengan cara memaksa dan menekan pihak lain agar


menyerah. Coercion merupakan suatu cara dimana salah satu pihak berada dalam
keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Cara ini sering
kurang efektif karena salah satu pihak harus mengalah dan menyerah secara
terpaksa.

2. Compromise (Kompromi)

Suatu cara dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi


tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

3. Arbitration (Arbitrasi)Merupakan suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan


diantara kedua belah pihak. Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan
berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.

4. Mediation (Penengahan)

Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa.


Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang
terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk
pemecahan masalah secara terpadu.

5. Conciliation (Konsiliasi)

Merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan dari


pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

7
3. Rekonstruksi Pasca-Konflik

Rekonstruksi atau pemulihan pascakonflik adalah serangkaian kegiatan


untuk mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis
dalam masyarakat akibat Konflik melalui kegiatan rekonsiliasi, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.untuk membangunnya kembali perlu adanya rekonstruksi yang
artinya membangun kembali semua prasarana dan sarana serta kelembagaan pada
wilayah konflik yang tentunya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah.Bersama dengan negara-negara lain dalam komunitas internasional,
Belanda membantu bekas zona konflik untuk menciptakan masyarakat yang
damai dan aman, misalnya dengan mengurangi kesenjangan sosial dan
meningkatkan keamanan.

Rekonstruksi didorong oleh penduduk setempat


Ketika perang berakhir, daerah yang terkena dampak seringkali hancur.
Ada sejumlah besar pengungsi, korban luka dan trauma. Rekonstruksi hanya dapat
berhasil jika diprakarsai oleh masyarakat setempat. Mereka harus mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam menentukan bagaimana pendanaan dialokasikan.

Mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun bagi suatu negara untuk


menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Koordinasi yang efektif antara negara donor
dan organisasi pemberi bantuan sangatlah penting. Perlu juga ada fokus pada
wilayah konflik secara keseluruhan, sehingga upaya rekonstruksi tidak hanya
menyasar zona konflik itu sendiri namun juga negara-negara di sekitarnya.

pascakonflik pada Pasal 36 ayat 1 yang berbunyi:

Ayat (1) Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban melakukan upaya


pemulihan pascakonflik secara terencana, terpadu, berkelanjutan, dan terukur .

8
4. Studi Kasus: Proses Perdamaian

Suatu perdamaian harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu persetujuan


kedua belah pihak, putusan perdamaian mengakhiri sengketa, perdamaian atas
sengketa yang telah ada, persetujuan perdamaian berbentuk tertulis, adanya
pengorbanan para pihak yang bersengketa untuk sekedar melepaskan haknya
dengan sukarela.Tujuan utama resolusi konflik adalah terciptanya perdamaian.
Pada dasarnnya, tidak ada manusia yang ingin terlibat terus di dalam konflik.
Setiap manusia pastinya menginginkan terciptanya perdamaian.
Dilansir dari buku Kajian Konflik dan Perdamian (2015) karya Anak
Agung dan Nabilla Sabban, perdamaian adalah suatu kondisi di mana masyarakat
bisa hidup secara berdampingan, meskipun masyarakat tersebut mempunyai
perbedaan. Berbicara konsep perdamaian, tidak bisa dilepaskan dari kontribusi
pemikiran tokoh studi perdamaian dan konflik, yaitu Johan Galtung. Baca juga:
Resolusi Konflik.
Perdamaian Sebagai Bagian dari Ilmu Hubungan Internasional (2019)
karya M. Prakoso Aji dan Jerry Indrawan, dijelaskan bahwa menurut Galtung
kondisi damai adalah kondisi tanpa kekerasan yang bukan hanya bersifat personal
atau langsung tetapi juga bersifat struktural atau tidak langsung. Selain itu,
Galtung juga menjelaskan bahwa kondisi damai adalah kondisi tanpa kekerasan
dan ketidakadilan sosial di dalam masyarakat
Dalam buku Pengantar Sosiologi Konflik (2009) karya Novri Susan,
dijelaskan dua jenis perdamaian menurut Johan Galtung, yaitu:
1. Perdamaian positif Perdamaian positif adalah terpenuhinya rasa aman dan
keadilan ekonomi dari sistem yang berlaku, sampai terhapusnya diskriminasi ras,
etnis, dan agama oleh struktur sosial.Perdamaian positif bisa tercipta ketika ada
perangkat penyelesaian konflik yang demokratis dan non-koersif, adanya keadilan
sosial, dan adanya pembagian politik yang luas. Baca juga: Mediasi Sebagai
Bentuk Usaha Resolusi Konflik Dalam perdamaian positif, harus terdapat
hubungan yang baik dan adil dalam semua segi kehidupan, baik sosial, ekonomi,
maupun politik.

9
2. Perdamaian negatif Perdamaian negatif adalah kondisi damai yang ditandai
dengan ketiadaan konflik antara kedua belah pihak atau lebih, ketiadaan asimetri
ketakutan, ketiadaan kekerasan dan ketiadaan perbenturan kepentingan. Satu hal
yang perlu diperhatikan dalam perdamaian negatif adalah ketidakadilan sosial dan
penindasan ekonomi masih belum terselesaikan. Apabila kedua hal tersebut bisa
diselesaikan, maka akan tercipta perdamaian positif.
C.Inklusi Sosial dan Hak Asasi Manusia

1. Perlindungan Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak kodrati yang bersifat
universal, dimiliki oleh setaiap manusia dan telah melekat pada diri seseorang
semenjak ia lahir sebagai pemberian langsung atau anugerah dari Tuhan yang
Maha Esa. Hak asasi manusia wajib untuk dijunjung tinggi oleh setiap orang,
negara, pemerintah maupun hukum, terutama dalam konteks negara hukum, yang
mana telah menjadi ciri dari negara hukum untuk menjamin perlindunagn hak
asasi manusia yang telah tercantum di dalam hukum konstitusi maupun hukum
nasional setiap negara hukum. Karena pada dasarnya dalam negara hukum itu
mementingkan adanya suatu kesetaraan dan kesamaan derajat antar sesamanya di
mata hukum tanpa adanya pengecualian.
Oleh karena itu, penulisan artikel ini ditujukan untuk melihat dan
memperdalam mengenai fenomena-fenomena perlindungan hak asasi manusia
dalam konsepsi yang mengarah kepada negara hukum, terutama di Indonesia yang
merupakan salah satu negara hukum di dunia.

2. Isu Diskriminasi Rasial, Etnis, Agama, dan Gender

Diskriminasi ras dan etnis adalah segala bentuk pembedaan, pengecualian,


pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan
pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil,
politik,ekonomi,sosial .Diskriminasi Agama dapat diartikan sebagai tindakan yang
membedakan, mengucilkan ataupun membatasi suatu agama tertentu dari

10
masyarakat. Isu isu diskriminasi terhadap ras dan etnis serta gender merupakan
Ketidakadilan yang diderita oleh para korban diskriminasi rasial dan intoleransi
terkait sudah banyak diketahui: terbatasnya kesempatan kerja; pemisahan; dan
kemiskinan endemik hanyalah beberapa di antaranya. Kerugian yang dihadapi
perempuan dalam masyarakat di seluruh dunia juga sudah lazim: upah yang lebih
rendah untuk pekerjaan yang bernilai setara; tingkat buta huruf yang tinggi; dan
buruknya akses terhadap layanan kesehatan. Meskipun ras adalah salah satu
penyebab ketidaksetaraan dan gender adalah penyebab lainnya, kedua hal tersebut
bukanlah bentuk diskriminasi yang saling eksklusif. Memang benar, sering kali
keduanya bersinggungan sehingga menimbulkan diskriminasi ganda atau berlapis.

Bagi banyak perempuan, faktor-faktor yang berkaitan dengan identitas sosial


mereka seperti ras, warna kulit, etnis dan asal negara menjadi “perbedaan yang
membuat perbedaan”. Faktor-faktor ini dapat menciptakan masalah-masalah yang
unik bagi kelompok perempuan tertentu atau yang berdampak secara tidak
proporsional terhadap perempuan tertentu dibandingkan perempuan lainnya.

Sebagai upaya untuk menghentikan praktik diskriminasi rasial tidak cukup hanya
memberi perhatian pada norma aturan yang diwujudkan dalam peraturan

perundang – undanganserta pembentukan kelembagaan saja.Memberikan


perhatian hanya pada pembangunan instrumen peraturan perundang-undangan
tanpa memberiperhatian yang seimbang pada elemen lain dalam suatu sistem
hukum yang terintegratif tidak akan dapat menyelesaikan akar masalah dari
praktik diskriminasi termasuk diskriminasi rasial.Upaya perlindungan terhadap
praktik diskriminasi termasuk diskriminasi rasial juga harus mencakup kegiatan
pelaksanaan dan penerapan hukum, penegakan hukum yang tidak
diskriminatif serta kegiatan pemajuan hukum untuk mewujudkan budaya yang
menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

3. Pengentasan Diskriminasi dalam Pengembangan Masyarakat

Diskriminasi terjadi karena adanya ketidakseimbangan kekuatan dan


hubungan antar kelompok sosial di masyarakat. Satu di antara sebab diskrimanasi

11
adalah prasangka dan stereotip yang berkembang pada masyarakat ada beberapa
faktor yaitu:

 Penyebab diskriminasi adalah prasangka berdasarkan konsep identitas, dan


kebutuhan untuk mengidentifikasi diri dengan kelompok tertentu. Hal ini
dapat menimbulkan perpecahan, kebencian bahkan dehumanisasi pada
orang lain karena memiliki identitas yang berbeda.

 Prasangka muncul karena agresi. Suatu kelompok akan melakukan agresi


jika usahanya utnuk memeroleh kekuasaan terhalang. Tindakan
diskriminasi dapat berkembang menjadi sumber penindasan.

 Selain itu, diskriminasi merupakan sikap yang berkembang karena adanya


stereotip yang berkembang pada masyarakat. Stereotip adalah citra kaku
tentang kelompok ras atau budaya lain tanpa memperhatikan kebenaran
citra tersebut.
 Stereotip yang tidak benar harus dihindari dan dijauhkan dari masyarakat
agar tidak terjadi diskriminasi dan penindasan terhadap suatu golongan.

4. Inklusi Sosial dalam Program Pembangunan

Inklusi sosial dalam pembangunan merupakan nilai yang mengarahkan


masyarakat kepada dua bentuk pergerakan, yaitu pergerakan masyarakat sebagai
subjek pembangunan secara regulatif berdasar undang-undang dan pergerakan
masyarakat sebagai subjek yang mengikis marginalisasinya. Antara keduanya
saling berkaitan dimana posisi masyarakat sebagai subjek yang mengikis
marginalisasinya merupakan bagian integral dari peranan masyarakat dalam
menjadi sebagai subjek pembangunan berdasar yuridis formalnya.
Hal ini didasarkan secara teoritis dan undang-undang. Secara teoritis
inklusi sosial adalah proses yang memberikan daya pada individu atau kelompok
tertentu untuk ikut berpartisipsi dalam kehidupan sosial baik secara menyeluruh
ataupun sebagian.Pendefinisian terhadap inklusi sosial tersebut merupakan

12
keterbalikan dari eksklusi sosial, ekslusi sosial merupakan keadaan dimana terjadi
pemisahan terhadap komunitas tertentu atau individu tertentu yang menyebabkan
timbulnya dampak berupa hilangnya kemampuan dan daya pada komunitas atau
individu tertentu tersebut untuk bisa membaur dengan masyarakat umum dalam
berbagai urusan kemasyarakatan. Secara garis besar timbulnya eksklusi sosial ini
disebabkan adanya perbedaan latar belakang baik status sosial, perbedaan
pandangan, atau apapun yang mengundang terjadinya marginalisasi dalam
masyarakat.

13
BAB III
KESIMPULAN

a.Isu-Isu Utama dalam Studi Pengembangan Masyarakat

Dalam pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai model


pembangunan yang berbasis rakyat, menggerakan partisipasi masyarakat bukan
hanya penting untuk mendukung kegiatan pembangunan yang bergerak
pemerintah, tetapi juga agar masyarakat berperan lebih besar dalam kegiatan yang
dilaukannya sendiri.Dengan demikian menjadi tugas penting manajemen
pembangunan untuk membimbing, mengarahkan dan menciptakan iklim yang
mendukung kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala
keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan,
kegelapan dan keterbelakangan sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya
memperkuat individu tetapi juga pranata- pranata sosial yang ada. Menanamkan
nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab
adalah bagian penting dalam upaya pemberdayaan.

b. Implikasi dan Rekomendasi

Implikasi dalam penelitian ini dapat diimplementasikan di dalam


kehidupan bermasyarakat yang perlu diberikan daya, supaya suatu daerah atau
kampung menjadi kampung yang mandiri dan mampu mensejahterkan
perekonomian kampung tersebut.kajian keilmuan sosiologi khususnya berkaitan
dengan teori modal sosial dan community based tourism berkaitan dalam
penelitian ini menjadi salah satu bukti bahwa ilmu sosiologi dapat dilihat serta
dapat menjadi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, yang diharapkan
nantinya dapat memberikan solusi kepadapihak-pihak yang berkaitan guna
memecahkan permasalahan yang terjadi.

14
c. Tantangan Masa Depan dalam Pengembangan Masyarakat

Tantangan Masa Depan dalam Pengembangan Masyarakat

Tantangan pemberdayaan tersebut meliputi keterbatasan akses ke informasi,


terbatasnya inklusi/partisipasi masyarakat, dan rendahnya kapasitas organisasi
lokal yang disertai dengan kompleksitas dalam kelembagaannya.dan penghambat
tersebut, yaitu sebagai berikut. hambatan fisik wilayah desa, hambatan sosial
budaya, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa, stratifikasi sosial yang
ada di desa, dan hambatan ekonomi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sahrasad, Herdi (Herdi Tri Nurwanto), 2010,disertasi berjudul ”Polarisasi Sosial


dan Kekerasan Politik: Studi Tentang Kesenjangan Pribumi Muslim dan
Etnis
Tionghoa Di Indonesia Era Orde Baru 1966-1998”, Yogyakarta: Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Suryadinata, Leo dan Evi Nurvida Arifin,
2003, Penduduk Indonesia,
Jakarta:LP3ES.Syaifuddin,AchmadFedyani,2006,
“Membumikan Multikulturalisme di Indonesia”, Jurnal Antropologi Sosial
Budaya ETNOVISI Vol II, No. I, April 2006. Depok: Departemen
Antropologi
UI.Wignyosoebroto, Soetandyo, 1999, “Hak-Hak Asasi Manusia dan Masalah
Penegakannya dalam Kerangka Hukum Indonesia”, Jakarta, makalah
Kursus
HAM Angkatan I.Racism and the Administration of Justice, Amnesty
International Publication 2001
Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Jakarta : Ghalia
Indonesia Soekanto Soerdjono. 2009, Beberapa Teori Sosiologi Tentang
Struktur Masyarakat, Jakarta : PT Raja GRafindo Persada Soehendy,
Joesoef. 1990. Partisipasi Masyarakat, Jabar. Jetis Linton, Ralph. The
Study Of Man, New
York. Appleton Press Beger, Peter L. 1990. Sosialisasi Pengetahuan, Jakarta :
LP3ES David Stephen P. Robinson. 1994.Human Resaurces Management
Concep and Practices,Prenhallindo. Jakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai