Disusun Oleh:
KELOMPOK 11:
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang
Maha Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridha-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah ibadah akhlah dan
muamalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang “memahami
ibadah Haji dan makna spiritualnya dalam kehidupan”. Dengan harapan semoga
tugas makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amin.
Tidak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang berpartisipasi dalam proses penyelesaian tugas makalah ini, karena
penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada
interaksi dengan orang lain dan tanpa bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-
Nya.Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dengan secermat mungkin.Namun
sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu
penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam
lindungan-Nya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Dalam masyarakat modern saat ini, persoalan-persoalan sosial seperti kemiskinan,
kebodohan, dan pengangguran merupakan tantangan yang signifikan yang harus dihadapi.
Ketiganya seringkali saling terkait dan dapat menyebabkan konsekuensi negatif dalam
kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks ini, pemahaman
terhadap akhlak sosial dan pandangan Islam menjadi penting, karena Islam sebagai
agama universal memberikan pedoman dalam mengatasi berbagai persoalan sosial yang
dihadapi oleh umat manusia. Pertama-tama, kemiskinan adalah masalah serius yang
dihadapi oleh banyak negara di dunia. Kemiskinan dapat menyebabkan ketidakadilan
sosial, ketidakseimbangan distribusi kekayaan, serta berbagai masalah kesehatan dan
pendidikan. Dalam pandangan Islam, kemiskinan dianggap sebagai ujian bagi individu
dan masyarakat. Islam mendorong umatnya untuk mengambil sikap dan tindakan yang
bertanggung jawab dalam mengatasi kemiskinan, termasuk melalui zakat (sumbangan
wajib) dan infaq (sumbangan sukarela) untuk membantu mereka yang kurang mampu.
Kedua, kebodohan juga menjadi persoalan yang perlu diatasi. Kurangnya pendidikan dan
pengetahuan dapat membatasi perkembangan individu dan masyarakat. Dalam pandangan
Islam, pengetahuan sangat dihargai dan dianggap sebagai kewajiban untuk setiap Muslim.
Islam mendorong umatnya untuk belajar dan mencari ilmu pengetahuan dalam berbagai
bidang, termasuk agama, sains, dan teknologi. Pendidikan dianggap sebagai jalan untuk
memperbaiki kehidupan dan memajukan masyarakat. Ketiga, pengangguran adalah
persoalan serius yang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan sosial. Dalam
pandangan Islam, bekerja dan berusaha secara halal dianggap sebagai kewajiban bagi
individu, kecuali dalam kondisi yang memaksa. Islam mendorong umatnya untuk mencari
mata pencaharian yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka. Selain itu,
konsep solidaritas sosial dalam Islam mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dan
membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Dalam makalah ini, akan dilakukan penelusuran terhadap pandangan dan ajaran
Islam terkait dengan kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran. Selain itu, akan
dijelaskan pula konsep akhlak sosial dalam Islam yang dapat menjadi landasan untuk
mengatasi dan mengurangi dampak negatif dari ketiga persoalan tersebut. Makalah ini
juga akan mengulas berbagai solusi yang ditawarkan oleh Islam untuk mengatasi
kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran serta dampaknya terhadap pembangunan
sosial dan kesejahteraan umat manusia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pandangan Islam terhadap kemiskinan,
kebodohan, dan pengangguran, serta konsep akhlak sosial yang menjadi landasan untuk
mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Makalah ini juga diharapkan dapat memberikan
panduan bagi individu dan masyarakat dalam menghadapi tantangan sosial yang
kompleks di dunia modern.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan bagaimana pandangan islam tentang kehidupan bersosial.
1.3 TUJUAN
Tujuan Penulisan makalah berikut untuk mengetahui seputar akhlak sosial
dan pandangan islam yaitu tentang:
3. Memahami tentang toleransi inter dan antar umat beragama dalm islam.
1.4 MANFAAT
Manfaat yang didapat dari penulisan serta pembahasan dari makalah
berikut adalah:
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Dalam perspektif Islam, akhlak atau moral memiliki kedudukan yang tinggi.
Demikian tingginya kedudukan akhlak dalam Islam hingga Nabi shallallahu
„alaihi wasallam menjadikannya sebagai barometer keimanan. Beliau bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Abû Dâwûd dan Tirmidzî). Dalam Islam, akhlak sangat terkait
dengan keimanan dan tidak terpisah darinya. Keterkaitan antara iman dengan
akhlak juga terlihat jelas pada pengarahan-pengarahan Nabi shallallahu „alaihi
wasallam tentang akhlak. Beliau sering sekali mengaitkan keimanan kepada Allah
dan hari akhir dengan akhlak. Ketika seseorang memiliki orientasi dan cita-cita
yang tinggi yaitu ridha Allah, maka dengan sendirinya ia akan menganggap
rendah apa saja yang bertentangan dengan cita-cita tersebut yaitu seluruh
perbuatan atau sifat yang dibenci oleh Allah.
Term akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama‟ dari khuluq.
Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab‟u (karakter) dan as-sajiyyah (perangai).
a definisi yang diutarakan oleh para ulama tentang makna akhlak. Al-Ghazali
memaknai akhlak dengan, Sebuah tatanan yang tertanam kuat dalam jiwa yang
darinya muncul beragam perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Akhlak Islami memiliki beberapa
keistimewaan dan ciri-ciri khusus (karakteristik) yang membedakannya dari
sistem akhlak lainnya. Di antara karakteristik akhlak Islami tersebut adalah: (a)
Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb (Tuhan), (b) Insaniyah (bersifat
manusiawi), (c) Syumuliyah (universal dan mencakup semua kehidupan), dan (d)
Wasathiyah (sikap pertengahan). Sekumpulan nilai-nilai dan sifat yang menetap di
dalam jiwa, yang dengan petunjuk dan standarnya sebuah perbuatan dinilai baik
atau buruk oleh seseorang, yang untuk kemudian dia melakukan perbuatan
tersebut atau mengurungkannya.
Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain, oleh sebab itu manusia perlu
bersosialisasi dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Hidup sosial
bermasyarakat sering kali membuat kita harus waspada dan menahan diri. Hal ini
karena hidup dengan sejumlah orang lain yang masing-masing mempunyai
keinginan, keyakinan dan pendapatnya berbeda-beda. Tak bisa dipungkiri hidup
bermasyarakat akan senantiasa menemui berbagai masalah. Tidak hanya di
lingkungan masyarakat saja yang perlu hidup bersosialisasi, di lembaga
pendidikanpun juga hidup bersosialisasi ini sangatlah penting, misalnya
bersosialisasi antara peserta didik dengan peserta didik, bersosialisasi antara
peserta didik dengan pendidik maupun para karyawannya, dalam hal ini yang
lebih diutamakan adalah akhlak sosial peserta didik. Menurut Ibnu Maskawih,
akhlak ialah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan
mudah tanpa melalui proses pemikiran dan pertimbangan, jadi pada hakikatnya
khuluq atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap pada jiwa
manusia, yang berubah menjadi kepribadian, sedangkan menurut imam ghazali,
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam–
macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Dari pemaparan di atas bahwa akhlak merupakan suatu keadaan
yang melekat pada jiwa manusia, kemudian menimbulkan perbuatan dengan
gampang dan mudah tanpa memerlukan proses pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak sosial adalah bagian ajaran tentang akhlak, yang berkaitan dengan
keharusan perilaku baik dan yang seharusnya dijauhi berkaitan dengan hubungan-
hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Akhlak sosial adalah tingkah laku
seorang individu yang berhubungan dengan individu lain. Akhlak sosial juga
dapat dikatakan sebagai interaksi sosial. Menurut Young, interaksi adalah kunci
dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial tidak akan ada
kehidupan sosial. Akhlak sosial adalah suatu perilku atau suatu perangai yang
baik dalam pandangan Islam, baik akhlak kepada Allah maupun akhlak kepada
manusia. Sebagai bagian dari masyarakat, kepedulian pada lingkungan sekitar
merupakan tuntutan yang melekat pada individu yang bertanggung jawab. istilah
Ali Syari‟ati, orang-orang yang tercerahkan (enlightenment) adalah orang-orang
yang peka pada lingkungannya dan mampu menjadi motor bagi masyarakatnya,
bukan individu yang memiliki gelar panjang dan telah mencicipi bangku
pendidikan sampai tingkat tertinggi tetapi tidak peduli pada masyarakatnya.
Justru, orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi ilmunya tak pernah
menularkan ilmunya pada lingkungannya adalah orang-orang yang mencuri
kesempatan dan kekayaan dari masyarakatnya. Pendek kata, orang yang berguna
bagi masyarakatnya adalah orang yang tercerahkan dan paling beruntung.
Penting untuk dicatat bahwa visi masyarakat dambaan Islam dapat bervariasi
tergantung pada konteks budaya, sejarah, dan pemahaman individu atau kelompok
yang mengartikannya. Oleh karena itu, referensi-referensi tersebut memberikan
kerangka dasar untuk membentuk masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam,
namun implementasinya dapat bervariasi dalam konteks yang berbeda
Islam menyadari bahwa dalam kehidupan masyarakat akan selalu ada orang
kaya dan orang miskin (QS An-Nisa/4: 135). Sungguh, hal itu memang sejalan
dengan sunatullah (baca: hukum alam) sendiri. Hukum kaya dan miskin
sesungguhnya adalah hukum universal yang berlaku bagi semua manusia, apa pun
keyakinannya. Karena itu tak ubahnya seperti kondisi sakit, sehat, marah, sabar,
pun sama dengan masalah spirit, semangat hidup, disiplin, etos kerja, rendah dan
mentalitas. Kemiskinan, menurut Islam, disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya karena keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-Baqarah/2: 273),
penindasan (QS Al-Hasyr/59: 8), cobaan Tuhan (QS Al-An’am/6: 42), dan
pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan (QS Al-Baqarah/2: 61). Namun, di
negara kita sesungguhnya faktor-faktor di atas sudah mulai dibenahi, walaupun
ada yang secara sungguh-sungguh maupun setengah-setengah.Mulai dari program
pemerintah dan masyarakat sendiri sama-sama berjuang memerangi kemiskinan.
Tapi, harus disadari bahwa perjuangan melawan kemiskinan di negara kita, apa
pun caranya, sesungguhnya sama dengan perjuangan seumur hidup. Masih
panjang sekali perjalanan untuk mencapai hasilnya. Mengapa demikian? Karena
kenyataan di lapangan berbeda dengan hasil data survey penelitian. Di atas kertas
angka kemiskinan di negeri ini berhasil diturunkan, namun dalam perkembangan
lebih lanjut juga memperlihatkan peningkatan.Kembali pada persoalan hukum
alam di atas tentang keniscayaan adanya orang kaya dan orang miskin, maka
sudah sepatutnya orang kaya (termasuk pemerintah) membantu orang miskin.
Menurut Islam, dengan adanya bantuan orang kaya tersebut, agar orang miskin
tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dapat merendahkan martabatnya sendiri
(QS Al-Baqarah/2: 256).
Kata “jahiliyah” sangat relevan ditafsiri oleh seorang Qutb yang pada
masanya ia sedang berhadapan langsung dengan soal sekularisasi masyarakat
Mesir yang menurutnya adalah praktek jahiliyah modern. Dengan situasi yang
terjadi di sekitarnya saat ia menyelesaikan tafsirnya yang diberi nama ”Fi Zilal al-
Qur’an” , akan diperoleh model penafsiran jahiliyah yang proporsional karena
konteks dan semangat masanya juga mendukung. Dengan membaca karya
tafsirnya yang utuh dan orisinil yaitu kitab Tafsir Fi Zilal al-Qur’an, 30 juz, akan
diketahui metode berpikir dan perspektif penafsiran yang dibangun; karya tersebut
dan karya-karya lainnya sebagaimana ditegaskan oleh Esposito mencerminkan
suatu visi revolusioner yang sama sekali baru yang lahir dari pengalaman pahitnya
selama di penjara. Selain itu, Sayyid Qutb adalah representasi dari tokoh mufasir
di zamannya yang berhaluan radikal-fundamental (tafsir fundamental). Bahkan di
saat menyusun tafsir Zilal-nya yang monumental yang memperlihatkan
pengetahuan spiritualnya tentang yang gaib, pada waktu bersamaan pula ia sedang
menyusun ideologi fundamentalis baru.
Ia memiliki alur pemikiran yang jelas dan lebih maju terhadap term
“jahiliyah” dibandingkan dengan tokoh sebelumnya Abu al-A’la al-Maududi; jika
al-Maududi hanya melihat jahiliyah di dalam dunia non-muslim, Qutb meyakini
bahwa apa yang disebut dunia muslim juga penuh dengan nilai-nilai busuk dan
kebengisan jahiliyah.Menurutnya, istilah jahiliyah tidak hanya merujuk pada
periode pra-Islam di Jazirah Arab, sebagaimana yang terjadi pada penulisan
sejarah muslim konvensional. Di dalam bukunya “Ma’alim fi al-Thariq” ia
menegaskan bahwa jahiliyah bukan masa tertentu, ia adalah kondisi yang
berulang-ulang setiap kali masyarakat menyeleweng dari jalan Islam, baik di masa
lampau, sekarang, atau masa depan. Setiap usaha untuk menolak realitas dan
kedaulatan Tuhan adalah jahili. Di antara manifestasi dari jahiliyah adalah; 1)
Nasionalisme (yang menganggap negara sebagai nilai tertinggi. 2). Komunisme
(yang atheis), 3). Demokrasi (di mana manusia merampas kedaulatan Tuhan).
Menurutnya, jahiliyah modern, baik di Mesir maupun di Barat jauh lebih buruk
daripada jahiliyah di masa Nabi, karena sifat itu tidak didasarkan pada
“kebodohan” melainkan pada pemberontakan terhadap Tuhan.
اَل ؛ َسقَطَ ِم ْن َع ْينِي: لَهُ ِحرْ فَةٌ؟ فَِإ ْن قَالُوا:ُ فَأقُوْ ل،ِإنِّ ْي َأَل َرى ال َّر ُج َل فَيُ ْع ِجبُنِ ْي
“Sungguh kadang aku melihat seorang lelaki yang membuatku terkagum. Lalu
aku tanyakan, ‘Dia punya pekerjaan?’ Jika mereka menjawab ‘Tidak’ lelaki itu
langsung jatuh wibawanya di mataku.” Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu dalam
Mujam al-Kabir no. 8539 mengatakan:
“Sungguh aku marah kepada orang yang nganggur, yang tidak melakukan amal
dunia maupun amal akhirat” (HR at-Thabrani). Menurut Yusuf Qaradhawi,
pengangguran itu terbagi menjadi 2 macam:
1. Pengangguran jabariyah, yaitu menganggur karena tidak ada pilihan
lain sebab tidak mempunyai ilmu dan keterampilan sehingga
terpaksa menjadi pengangguran
2. Pengangguran khiyariyah, yaitu orang yang lebih memilih
menganggur dan bergantung kepada orang lain padahal dia
mempunyai kemampuan untuk bekerja mencari nafkah.
“Seseorang cukup dikatakan berdosa jika ia melalaikan orang yang wajib ia beri
nafkah” (HR Abu Daud). Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Sementara itu,
untuk menghindari pengangguran, dalam Al-Qur’an Allah telah memerintahkan
kita untuk memberi nafkah menurut kemampuan masing-masing.
لِيُ ْنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِم ْن َس َعتِ ِه َو َم ْن قُ ِد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ فَ ْليُ ْنفِ ْق ِم َّما َآتَاهُ هَّللا ُ اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإاَّل َما َآتَاهَا
ِإ ْنhَ ف،َكhhِ ِذي قَ َرابَتhِ ْي ٌء فَلhك َش َ hِ َل ع َْن َأ ْهلhض َ َِإ ْن فhَ ف،َكhhِض َل َش ْي ٌء فََأِل ْهل َ َا ْب َدْأ بِنَ ْف ِسكَ فَت
َ َ فَِإ ْن ف،ص َّد ْق َعلَ ْيهَا
َ َوع َْن ِش َمالِكh،كَ ِ َوع َْن يَ ِمين،ك َ بَ ْينَ يَ َد ْي،ك َش ْي ٌء فَهَ َك َذا َوهَ َك َذاَ ِض َل ع َْن ِذي قَ َرابَت َ َف
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah berikut adalah Ibadah, akhlak, dan muamalah
merupakan tiga konsep utama dalam Islam yang saling terkait. Ibadah
mencakup semua tindakan yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada
Allah, sementara akhlak mengacu pada perilaku yang baik dan etika yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Muamalah berkaitan dengan
hubungan sosial dan transaksi ekonomi antara individu. Islam mengajarkan
bahwa ibadah tidak hanya terbatas pada ritual keagamaan, tetapi juga
mencakup akhlak yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
Akhlak sosial yang baik melibatkan sikap saling menghormati, kejujuran,
keadilan, tolong-menolong, dan kebaikan dalam hubungan sosial.
3.2 SARAN
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini,
baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan
sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari dalam beberapa
persoalan seperti kemiskinanan, kebodohan dan pengangguran. Serta dapat
mengambil hikmah dan pembelajaran yang tercantum dalam makalah berikut
untuk intropeksi diri kepada lingkungan sekitar bagaimana kita harus bersikap.
Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita
termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
reynandorico.blogspot.com/2017/05/makalah-akhlak-sosial.html
jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/348/302
uninus.ac.id/khutbah-jumat-bekerjalah-jangan-jadi-pengangguran
https://kumparan.com/berita-terkini/10-contoh-perilaku-kerukunan-internal-umat-
seagama-untuk-ditiru-1zoZbbubJ1d/full
jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/178
syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tarbawi/article/view/2030/1285
journalarticle.ukm.my/17017/1/44628-143588-1-
https://jamberita.com/read/2019/11/19/5954895/bagaimana-pandangan-islam-
terhadap-kemiskinan
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjrh5B_ML_AhWhb
mwGHYHbDToQFnoECCUQAQ&url=https%3A%2F%2Fhmjiesp.umm.ac.id
%2Ffiles%2Ffile%2FPENGANGGURAN%2520DALAM
%2520ISLAM.docx&usg=AOvVaw3UgRa63CUzsbjjAHErrC7d