Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Tafsir Tentang Pendidikan Sosial


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Mustaqim, M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Alfi Rohmatul Azizah 23010220038
Siti Mela Nur Afifah 23010220039
Atania Rusyda 23010220040

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dalam mata kuliah Studi Islam Indonesia yang diberikan oleh Bapak Dosen
Mustaqim , M.Pd. dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad yang kita harapkan syafaatnya di hari
kiamat kelak.
Makalah berjudul “Tafsir Tentang Materi Pendidikan Sosial “ ini
kami susun bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ini. Kami tidak dapat membuat
makalah yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan dari pembaca. Khususnya dari Bapak Dosen yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah Tafsir .
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah
membantu memberikan arahan dan menyumbangkan ide dan pikirannya demi
tersusunnya makalah ini, pihak perpustakaan UIN Salatiga, dan Bapak Dosen
yang telah membimbing kami sehingga mampu menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi para pembacanya.

Salatiga,23 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Pengertian Konsep Pendidikan Sosial dalam Islam................................................2
B. Tujuan Pendidikan Sosial.......................................................................................3
C. Unsur Pendidikan Sosial........................................................................................4
D. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Sosial......................................................................8
E. Ayat dan Tafsir Al-Qur’an Tentang Pendidikan Sosial........................................16
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Kesimpulan..........................................................................................................19
B. Saran....................................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disisi lain seorang muslim mempunyai karakter dan kewajiban
yang sama besarnya dengan hablum minallah yaituhablum minannas atau
hubungan dirinya dengan sesama manusia. Hubungan tersebut merupakan
hubungan yang lebih kompleks, karena hubungan ini terjadi antara pihak
yang satu dan lainnya yang bersifat relatif serta penuh dengan dinamika.
Oleh karena itu perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk yang
dibekali rasa, karsa, dan periksa, sehingga segala tindakanya selalu
terpengaruh oleh ketiga hal tersebut
Dalam hubunganya dengan sesama, seorang muslim mempunyai
kewajiban untuk saling peduli. Hal tersebut dapat dimanifestasikan dalam
berbagai hal, seperti saling menolong, memberi, mengasihi dan lain
sebagainya. Namun dalam kenyataanya masih banyak muslim yang apatis
terhadap tanggung jawab sosial tersebut. Padahal sejatinya sudah sangat
jelas Islam juga mewajibkanya seperti perintah-perintah yang tercantum
dalam al Qur'an dan Hadits Nabi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pendidikan Sosial dalam Al-Quran?
2. Apa Tujuan Pendidikan Sosial?
3. Apa Unsur Pendidikan Sosial?
4. Apa Nilai-Nilai Pendidikan Sosial?
5. Apa saja Ayat dan Tafsir Al-Qur’an Tentang Pendidikan Sosial?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan Sosial dalam Al-Quran.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidiakn Sosial.
3. Untuk Mengetahui Unsur Pendidikan Sosial.
4. Untuk Mengetahui Nilai-Nilai Pendidikan Sosial.
5. Untuk Mengetahui Ayat dan Tfsir Al-Qur’an Tentang Pendidikan
Sosial.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Pendidikan Sosial dalam Islam


Proses pendidikan terhadap manusia terjadi pertama kali ketika
Allah SWT selesai menciptakan Adam Alaihissalam, lalu Allah SWT
mengumpulkan tiga golongan mahluk yang diciptakan-Nya untuk
diadakan Proses Belajar Mengajar. Tiga golongan mahluk ciptaan Allah
dimaksud yaitu Jin, Malaikat, dan Manusia (Adam Alaihissalam) sebagai
"mahasiswa" nya, sedangkan Allah SWT bertindak sebagai "Maha Guru"
nya. Setelah selesai PBM maka Allah SWT mengadakan evaluasi kepada
seluruh mahasiswa (jin, malaikat, dan manusia) dengan cara bertanya dan
menyuruh menjelaskan seluruh materi pelajaran yang diberikan, dan
ternyata Adam lah (dari golongan manusia) yang berhasil menjadi juara
dalam ujian tersebut.

Pendidikan merupakan suatu proses dimana proses tersebut dapat


berlangsung dimana dan kapan saja, tidak hanya dalam lingkungan yang
formal seperti di sekolah atau kampus karena pendidikan tidak hanya
sekolah atau kuliah. Perkembangan seseorang mulai dari kecil, remaja
sampai dewasa, di sekolah, di masyarakat dan di rumah merupakan proses
pendidikan yang menyeluruh.

Sosial dapat diartikan segala sesuatu yang berkaitan dengan


masyarakat. Kepedulian sosial dapat diartikan peduli terhadap kepentingan
umum. Kepedulian. sosial ini merupakan salah satu bentuk proses social,
dimana proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama. Sehingga diharapkan dalam sebuah
masyarakat untuk saling peduli dan tanggap terhadap orang lain melalui
rasa kepedulian sosial tersebut (Muslim,dkk.1974 : 56)

Fakta sosial menunjukan bahwa sebagian masyarakat ada yang dapat


menikmati hidup dengan banyak kemudahan dan fasilitas yang serba

5
nyaman. Akan tetapi, terdapat sekelompok masyarakat yang serba
kekurangan dengan fasilitas yang serba minim selama menjalani
kehidupan. Untuk itu Islam memerintahkan kepada orang yang lapang
untuk membantu saudaranya yang ditimpa musibah atau kesusahan atau
penderitaan. Hingga dalam Islam mempunyai konsep sendiri terkait
kepedulian sosial. Berikut adalah konsep pendidikan kepedulian sosial
menurut Islam:

1. Menuju ke jalan taqwa


2. Mencapai kebijakan umum
3. Menciptakan persatuan
4. Mengarah kepada keharmonisan
5. Pengaruh aqidah islam dalam kepedulian social
6. Hubungan Aqidah Islam dengan kepedulian social

Konsep di atas tidak hanya sebagai hal teoritis saja, namun akan
menjadi suatu landasan dalam melakukan suatu kepedulian sosial,
sehingga implementasi menjadi sangat urgen sebagai bukti eksistensi
konsep tersebut (Nanang Fattah, 2008 : 120).

B. Tujuan Pendidikan Sosial


Setiap usaha, kegiatan, dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan
kuat. Dari pengertian di atas pendidikan sosial bertujuan agar individu
dapat mengimplementasikan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dikarenakan pendidikan
berdimensi sosial, maka tujuan pendidikan diarahkan kepada pembentukan
manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak dan tanggung
jawab sosial, serta sikap toleran, agar keharmonisan hubungan antar
sesama manusia dapat berjalan dengan harmonis (Rohman, 2018: 25).

Lebih lanjut dalam kaitan dengan kehidupan bermasyarakat tujuan


pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia sosial yang memiliki

6
sifat takwa sebagai dasar sikap dan perilaku Sementara tujuan pendidikan
sosial sebagaimana dijelaskan oleh M. Ngalim Purwanto MP adalah:

1. Mengajar anak-anak yang hanya mempunyai hak saja, menjadi manusia


yang tahu dan menginsafi tugas dan kewajibannya terhadap bermacam-
macam golongan dalam masyarakat.
2. Membiasakan anak-anak berbuat mematuhi dan memenuhi tugas
kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara. Dari
pengertian di atas, pendidikan sosial bertujuan agar individu dapat
mengimplementasikan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Purwanto, 2007: 171).

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan sosial ialah membentuk


manusia yang memiliki sifat sosial yang baik yang dapat
bertanggungjawab dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.

C. Unsur Pendidikan Sosial


Mewujudkan sebuah pendidikan yang dapat menggiring dan
membawa pada perkembangan dalam kehidupan manusia di lingkungan
sosial maupun pribadi membutuhkan beberapa elemen yang harus ada
dalam kegiatan pendidikan tersebut. elemen atau unsur tersebut merupakan
hal yang saling berkaitan dan saling berpegang erat demi menciptakan
sebuah tujuan pendidikan yang diharapkan. Jadi, untuk mewujudkan dan
merealisasikan tujuan pendidikan yang diharapkan maka harus ada unsur-
unsur pendidikan.

Unsur-unsur pendidikan ini diperlukan agar kualitas pendidikan


dapat tercipta dengan sangat baik. Dengan adanya unsur-unsur pendidikan
ini maka akan terbentuk sebuah pendidikan yang utuh dan sempurna.
Proses pendidikan akan melibatkan banyak hal dalam penerapannya, yaitu
subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing
(pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interkasi
edukatif), tujuan pendidikan, cara yang digunakan dalam bimbingan (alat

7
dan metode), dan tempat berlangsungnya kegitaan bimbingan
dilingkungan pendidikan (Tri Indah Prasasti, 2023 : 82).

Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang berkualitas perlu


dipahami unsur-unsur pendidikan, yaitu :

1. Peserta Didik
Peserta didik sebagai subyek pembelajaran merupakan individu
aktif dengan berbagai karakteristiknya, sehingga dalam proses
pembelajaran terjadi interaksi timbal balik, baik antara guru dengan
siswa maupun antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu, salah satu
dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru adalah memahami
karakteristik dan perkembangan kognitif anak didiknya, sehingga
tujuan pembelajaran, materi yang disiapkan, dan metode yang
dirancang untuk menyampaikannya benar-benar sesuai dengan
karakteristik siswanya.
2. Pendidik
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan proses pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik
harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) dan
menghindari penggunaan kekuasaan lahir (kekuasaan yang semata-mata
didasarkan kepada unsur wewenang jabatan). Kewibawaan dimiliki
oleh mereka yang sudah dewasa. Yang dimaksud adalah kedewasaan
rohani yang ditopang kedewasaan jasmani. Kedewasaan jasmani
tercapai bila individu telah mencapai puncak perkembangan jasmani
yang optimal. Kedewasaan rohani tercapai bila individu telah memiliki
cita – cita hidup dan pandangan hidup yang tetap.
3. Interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan, dimana ketika proses belajaran diruangan sedang
berlangsung diharapkan antara pendidik dan murid adalah menjadi

8
partner yang saling berargumen logis guna mendapatkan suasana
belajar yang efektif. Ketika pendidik memberi bahan ajar berupa materi
pelajaran dan contoh-contoh. Diharapkan respon yang baik dari para
peserta didik, baik dari persiapan sebelum pembelajaran dimulai
maupun ketika terlaksananya pendidikan tersebut. Saling menghargai
juga akan sangat membantu keberhasilan pembelajaran saat itu,
pendidik ingin dihargai dan peserta didik juga ingin mendapat
perlakuan yang santun pula.
4. Materi/isi pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu
dalam kurikulum yang disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
Materi ini salah satunya meliputi materi inti maupun muatan lokal.
Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan
persatuan bangsa. Muatan lokal misinya adalah mengembangkan
kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan (Ni
Luh Gede Erni Sulindawati, 2018: 53-55).
5. Kontek yang Mempengaruhi Pendidikan
a. Alat dan Metode
Alat melihat jenisnya, sedangkan metode melihat efisiensi
dan efektivitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala
sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan berlangsung
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu
peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan
sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai sumber
daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan
pendidikan yang optimal. Tempat peristiwa bimbingan berlangsung
di lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat yang dinamakan “Tri Pusat Pendidikan”, yang
meliputi:

9
1) Keluarga
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga
dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai
moral dan keterampilan. Menurut Ki Hajar Dewantoro, keluarga
sebagai tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya
untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi
yang utuh (sebagai pendidikan yang pertama dan utama).
2) Sekolah
Sekolah diharapkan mampu melaksanakan fungsi
pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan
nasional pembangunan bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju,
adil dan makmur serta memungkinkan para warganya
mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah
maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (UU RI
No. 2 Th. 1989).
3) Masyarakat
Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang
dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah), maupun
yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah). Lembaga-lembaga
kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan
fungsi edukatif.
Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik
yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility).
Manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu
berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya untuk

10
meningkatkan diri. Oleh karena itu manusia berusaha mendidik
dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar
yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan
sebagainya (Prasasti, T, 2023: 87-91).

D. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Sosial


Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
terutama nilai-nilai yang meliputi nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai
moral, dan nilai agama yang semuanya tersimpul dalam tujuan pendidikan
yakni membina kepribadian ideal. Dengan pengetahuan dan pengertian
yang tepat tentang nilai-nilai maka akan dapat dijelaskan melalui rumusan
dan uraian tentang tujuan pendidikan.

Sedangkan pendidikan sosial menurut Abdullah Nasih Ulwan para


pendidik hendaknya berusaha keras memikul tangung jawab besar mereka
terhadap pendidikan sosial dengan cara yang benar agar mereka dapat
memberikan andil dalam pembinaan masyarakat Islam yang utama yang
berlandaskan iman, moral, pendidikan sosial yang utama, dan nilai-nilai
islam yang tinggi (Ulwan, 1996:1).

Nilai pendidikan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu


nilai sosial yang diajarkan kepada anak agar membentuk kepribadian
sosial masyarakat yang baik. Selanjutnya nilai-nilai pendidikan sosial yang
harus ditanamkan antara lain:

1. Penanaman Dasar-dasar psikis yang mulia


Islam telah menegaskan dasar-dasar pendidikan yang utama di
dalam jiwa individu-individu, baik kecil maupun besar, laki-laki
maupun wanita, orang tua maupun pemuda, di atas dasar-dasar
kejiwaan yang mulia dan mapan. Untuk menanamkan dasar-dasar psikis
di dalam diri individu dan kelompok, Islam telah menetapkan arahan
arahan yang sangat berharga, demi tercapainya kesempurnaan
pendidikan sosial, dari segi makna maupun tujuannya. Berikut ini

11
beberapa dasar psikis terpenting yang diutamakan Islam untuk
ditanamkan antara lain:
a. Taqwa
Takwa merupakan suatu nilai akhir dan hasil alami dari
perasaan keimanan secara mendalam yang berhubungan dengan
ingat kepada Allah, takut kepada murka dan siksa- Nya serta harapan
akan ampunan dan pahala-Nya. Menurut definisi para ulama, takwa
adalah Allah tidak melihatmu di dalam apa saja yang diperintahkan-
Nya kepadamu. Menurut sebagian ulama lain, takwa adalah
menghindarkan adzab Allah Swt, dengan jalan melaksanakan amal
saleh, dan takut kepada Allah, baik dalam keadaan sembunyi-
sembunyi maupun terang-terangan (Ulwan, 2010:274).
Takwa kepada Allah disamping menjadikan hati seorang
mukmin takut kepada Allah dan merasa diawasi oleh-Nya juga
merupakan sumber keutamaan sosial. Takwa adalah satu-satunya
yang dapat membentengi dari kerusakan, kejahatan, dosa, dan
penyakit-penyakit lainnya. Bahkan takwa merupakan sarana utama
yang dapat mewujudkan kesadaran individu yang sempurna bagi
masyarakatnya dan bagi setiap makhluk hidup yang ditemuinya
(Ulwan, 1996: 3).
b. Ukhuwah (persaudaraan sesama muslim)
Persaudaraan adalah ikatan kejiwaan yang mewarisi
perasaan mendalam tentang kasih sayang, kecintaan dan
pengorbanan terhadap setiap orang yang diikat oleh perjanjian-
perjanjian akidah islamiyah keimanan dan ketakwaan. Perasaan
persaudaraan yang benar ini melahirkan perasaan-perasaan mulia di
dalam jiwa muslim untuk membentuk sikap-sikap positif, seperti
saling tolong menolong, mengutamakan orang lain, kasih sayang,
dan pemberian maaf serta menjauhi sikap-sikap negatif, seperti
menjauhi setiap hal yang membahayakan manusia di dalam diri,
harta dan kehormatan mereka.

12
Islam telah menganjurkan persaudaraan ini di jalan
Allah, dan telah menjelaskan segala permasalahan dan kelazimannya
di dalam banyak ayat Al-Qur'an dan hadits. Sebagai hasil dari
persaudaraan dan percintaan di jalan Allah ini mereka saling kasih
mengasihi, saling mengutamakan kepentingan orang lain, saling
tolong menolong dan saling memberi jaminan (Ulwan, 2010:276).
Islam telah mewajibkan persaudaraan di jalan Allah ini.
ketentuan-ketentuan dijelaskan pada banyak Al-Qur'an antara lain
QS. Al-Hujurat ayat 10:

‫ِاَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِاْخ َو ٌة َفَاْص ِلُحْو ا َبْيَن َاَخ َو ْيُك ْم َو اَّتُقوا َهّٰللا‬
‫ࣖ َلَع َّلُك ْم ُتْر َح ُم ْو َن‬
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya
bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.
c. Kasih Sayang (Rahmah)
Kasih sayang adalah suatu kelembutan di dalam hati,
perasaan halus di dalam hati nurani, dan suatu ketajaman perasaan
yang mengarah pada perlakuan lemah lembut terhadap orang lain,
keturutsertaan di dalam merasakan kepedihan, belas kasih terhadap
mereka dan upaya menghapus air mata kesedihan dan penderitaan. la
merupakan suatu perasaan yang menyerukan orang mu'min untuk
lari dari penderitaan, menjauhi kejahatan menjadi suatu sumber
kebaikan, kebajikan dan keselamatan bagi seluruh umat manusia.
Karenanya orang mukmin sendiri harus bersifat pengasih, takut
kepada Allah, dan sadar bahwa dirinya akan dihisab dan
dipertanyakan.
d. Itsar (Mementingkan orang lain daripada diri sendiri)
Masalah ini merupakan suatu perasaan psikologis yang lebih
mengutamakan orang lain dibanding dirinya sendiri dalam berbagai
kebaikan dan kepentingan pribadi yang bermanfaat. Mengutamakan

13
orang lain merupakan suatu perangai mulia yang apabila
dimaksudkan untuk mendapat keridhaan Allah, ia akan menjadi
salah satu dasar kejiwaan berdasarkan kebenaran iman. Itsar
merupakan akhlak mulia bila ditujukan untuk mencari keridaan
Allah yang merupakan bagian dari dasar kejiwaan berdasarkan
kebenaran iman dan kebersihan jiwa. Dalam waktu bersamaan, sikap
ini merupakan bagian terpenting bagi integritas dan solidaritas sosial
dan kebakian bagi manusia (Ulwan, 1996: 14).
Cukuplah bagi kita bahwa Al-Qur'anul Karim telah
mengabadikan orang-orang Anshar yang termasuk masyarakat Islam
awal yang sudah mengukir persaudaraan, persamaan, mementingkan
orang lain (itsar) saling menghormati, dan mengasihi.
e. Memaafkan
Memaafkan ialah perasaan jiwa yang bersikap toleran meski
lawannya orang zalim dan melampaui batas pada saat ia mampu
membalas dendam bila ia menghendakinya. Sikap bermusuhan
bukanlah ajaran agama dan kesucian Islam. Maaf mengandung
pengertian syarat-syaratnya merupakan moral dasar yang
membuktikan kemantapan iman dan tingkah laku Islam yang tinggi.
Maka tidak aneh bila kita mendapati Al-Qur'an menjelaskan masalah
ini dalam banyak ayat.

‫َو ِعَباُد الَّرْح ٰم ِن اَّلِذ ْيَن َيْم ُش ْو َن َع َلى اَاْلْر ِض َهْو ًنا َّو ِاَذ ا‬
‫َخ اَطَبُهُم اْلٰج ِهُلْو َن َقاُلْو ا َس ٰل ًم ا‬
Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha
Penyayangitu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi
dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
(Q.S Al-Furqon ayat 63)

‫اَّلِذ ْيَن ُيْنِفُقْو َن ِفى الَّس َّۤر اِء َو الَّض َّۤر اِء َو اْلٰك ِظِم ْيَن اْلَغْيَظ‬
‫َو اْلَع اِفْيَن َع ِن الَّناِۗس َو ُهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِسِنْيَۚن‬
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang- orang yang
14
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Al-Imran ayat
134).
f. Al- Jurrah ( Berani berkata benar)
Al-Jurah ialah kekuatan jiwa yang tinggi, yang dipancarkan
seorang mukimin dari keimananya kepada Yang Maha Esa dan
Tunggal yang diyakininya, dari takdir yang diterimanya dari
tanggung jawab yang dirasakannya dan dari pendidikan yang
tumbuh dewasa dengannya. Dengan kadar iman seorang mukimin
kepada Allah yang tidak pernah lekang dengan kebenaran yang tidak
pernah bisa ditundukkan dengan ketentuan yang tidak berubah,
dengan tanggung yang dirasakan berat, dan pendidikan yang tidak
dirasakan menjemukan dengan kadar semua ini seorang mukmin
akan menjadi berani kerena benar dan berani menyatakan kebenaran
(Ulwan, 1996: 24).
2. Memelihara Hak-Hak Orang Lain
Hak-hak sosial terpenting yang harus disampaikan sebagai upaya
pendidikan kepada anak agar ia dapat melaksanakannya secara baik
adalah:
a. Hak terhadap orang tua
Di antara kewajiban terpenting yang harus dilakukan oleh
pendidik ialah memperkenalkan anak akan hak-hak kedua orangtua
mereka, yaitu antara lain berbakti, taat, berbuat ikhsan, memelihara
keduanya, memelihara pada masa tua, tidak boleh bersuara keras
apalagi menghardik mereka, mendoakan setelah mereka wafat, dan
sebagainya termasuk sopan santun yang semestinya terhadap orang
tua (Ulwan:1996:33).
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS. Al- Isra
ayat 24.

‫َو اْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح الُّذ ِّل ِم َن الَّرْح َم ِة َو ُقْل َّرِّب‬
‫اْر َح ْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبٰي ِنْي َص ِغ ْيًر ۗا‬

15
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil. "
b. Hak terhadap tetangga
Di antara hak-hak yang harus di perhatikan oleh para
pendidik ialah hak tetangga. Siapakah tetangga itu? Tetangga ialah
orang yang berada di kanan, kiri, atas dan bawah hingga 40 rumah.
Semua itu tetangga kita. Mereka mempunyai hak, dan kita
mempunyai kewajiban kepada mereka.
Pengertian tetangga ini berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh At-Thabrani dari Ka'ab bin Malik ra; ia berkata:
Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW lalu
bertanya, "Wahai Rasulullah aku pernah singgah di rumah bani
Fulan. Mereka sangat menyakitiku, padahal aku tetangga dekat
mereka. Lalu Rasulullah mengutus Abu Bakar, Umar, dan Ali
mendatangi mesjid. Mereka berdiri dipintunya lalu mengumumkan
dengan lantang: "Ketahuilah bahwa 40 rumah itu termasuk
tetangga, dan tidak akan masuk surga orang yang kejahatannya
ditakuti tetangganya."
Hak-hak tetangga dalam pandangan islam dikembalikan
kepada masalah pokok: hendaknya seseorang itu tidak tidak
menyakiti tetangganya, hendaknya melindunginya dari orang yang
ingin berbuat jahat kepadanya, mempengaruhinya dengan baik, dan
menjabat tangannya bila berjumpa (Ulwan, 1996:58).
c. Hak terhadap guru
Di antara hak-hak bermasyarakat yang terpenting yang
harus diperhatikan dan diingat oleh para pendidik ialah mengajari
anak untuk menghormati guru dan memberikan haknya sehingga
anak akan tumbuh dengan sopan santun sosial yang tinggi terhadap
gurunya terhadap orang yang mengajar, disamping mengarahkan
dan mendidiknya. Lebih lebih jika guru itu berkepribadian baik,
takwa, dan berakhlak mulia (Ulwan, 1996: 69).
16
d. Hak terhadap teman
Di antara masalah-masalah penting yang harus diperhatikan
para pendidik terhadap anak ialah memilihkan teman yang baik dan
mendidik bergaul dengan yang baik pula karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap sikap istiqomah anak, juga terhadap kebaikan
hidup dan akhlaknya. Benarlah orang yang mengatakan "Teman itu
pengikut benar juga yang mengatakan "Janganlah kau tanya siapa
aku, tetapi tanyakanlah kepada siapa aku berteman, niscaya engkau
akan mengenal siapa aku."
Oleh karena itu pendidikan harus memilihkan teman-
teman sepermainan dan sebaya yang salih bagi mereka, lebih-lebih
pada usia belum baligh. Hal ini jelas akan menumbuhkan pada jiwa
anak embrio kemasyarakatan, dan akan menjadikannya sebagai
orang yang mempunyai pertimbangan lurus pada masa mendatang,
dan dapat menunaikan hak masyarakat dengan cara yang baik,
diridhai Allah, dan sesuai dengan perintah Islam (Ulwan, 1996:80).
e. Hak orang dewasa
Orang dewasa adalah orang yang lebih tinggi dari kita
dalam segala hal: usia, ilmu, takwa, derajat, kemuliaan, dan
kedudukan. Jika mereka ikhlas dalam beragama, loyal terhadap
syariat Allah, maka orang-orang seharusnya mengakui kelebihan
mereka, hak mereka, dan harus menghormati mereka. Hal ini
merupakan manifestasi perintah Nabi SAW yang telah mengajari
masyarakat dengan keutamaan mereka dan keharusan menghormati
hak-haknya (Ulwan, 1996:95).
3. Disiplin Etika Sosial
Mengenai pendidikan anak Islam telah meletakkan sendi-sendi
sosial dimana anak sejak dini harus sudah dibiasakan menjalankan etika
sosial secara umum, dibentuk atas dasar-dasar pendidikan yang
sebenarnya. Tujuannya bila sudah dewasa dan dapat menangkap esensi
segala masalah, ia dapat bergaul dengan sesamanya di tengah-tengah

17
masyarakat dengan kebaikan maksimal dan simpatik, dengan cinta yang
utuh, dan dengan budi pekerti luhur. Dalam membahas pendidikan
sosial penulis mengemukakan beberapa pokok bahasan yang dapat
menerangi jalan bagi pendidik, antara lain:
a. Etika makan dan minum
b. Etika mengucapkan assalamualaikum
c. Etika meminta izin masuk rumah
d. Etika duduk dalam pertemuan
e. Etika berbicara
f. Etika bergurau
g. Etika menyampaikan ucapan selamat
h. Etika menjenguk orang sakit
i. Etika taʼziyah (melayat orang mati)
j. Etika bersin dan menguap (Ulwan, 1996:102)
4. Kontrol dan Kritik Sosial
Diantara dasar-dasar sosial terpenting dalam membentuk dan
mendidik tingkah laku anak adalah membiasakannnya sejak dini
melakukan kontrol dan kritik sosial membina setap orang yang bergaul
dengannya dan memberikan nasihat kepada orang yang menyimpang
dari etika islam.
Ringkasnya, anak harus dibiasakan melakukan amar makruf
nahi munkar (menyuruh kebaikan dan mencegah kejahatan) yang
merupakan dasar-dasar pokok agama islam dalam mengontrol opini
umum, memerangi kerusakan dan penyimpangan, dan memelihara nilai,
idealisme, dan moralitas umat Islam (Ulwan, 1996:182).
Sebagaimana dalam banyak firman Allah dalam QS Al-Imran
110:

‫ُكْنُتْم َخ ْيَر ُاَّمٍة ُاْخ ِرَج ْت ِللَّن اِس َت ْأُم ُرْو َن ِب اْلَم ْع ُرْو ِف َو َتْنَه ْو َن َع ِن‬
‫اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنْو َن ِباِهّٰللۗ َو َلْو ٰا َم َن َاْه ُل اْلِكٰت ِب َلَك اَن َخ ْي ًرا َّلُهْم ۗ ِم ْنُهُم‬
‫اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو َاْك َثُر ُهُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬

18
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara wamereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
E. Ayat dan Tafsir Al-Qur’an Tentang Pendidikan Sosial
1. QS. Al-Hujurat ayat 11

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َيْسَخ ْر َقْو ٌم ِّم ْن َقْو ٍم َع ٰٓس ى َاْن َّيُك ْو ُن ْو ا َخ ْي ًرا‬
‫ِّم ْنُهْم َو اَل ِنَس ۤا ٌء ِّم ْن ِّنَس ۤا ٍء َع ٰٓس ى َاْن َّيُك َّن َخ ْي ًرا ِّم ْنُهَّۚن َو اَل َتْلِم ُزْٓو ا‬
‫َاْنُفَس ُك ْم َو اَل َتَناَبُز ْو ا ِباَاْلْلَق اِۗب ِبْئَس ااِل ْس ُم اْلُفُس ْو ُق َبْع َد اِاْل ْيَم اِۚن‬
‫ٰۤل‬
‫َو َم ْن َّلْم َيُتْب َفُاو ِٕىَك ُهُم الّٰظ ِلُم ْو َن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman
dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.
Kata yaskhar ‫ يْس خر‬memiliki arti menyebutkan kekurangan,
kesalahan orang lain dangan tujuan untuk menertawakannya, baik
dengan perkataan, isyarat maupun tingkahlaku. Kemudian ada kata
talmizu َُٰٓ ‫ تْلِم ز‬yang menurut Ibn Asyur diartikan sebagai sebuah ejekan
yang ditujukan kepada seseorang secara langsung. Sebenarnya apapun
bentuk celaan itu baik yang secara langsung maupun tidak langsung
ditujukan kepada seseorang, keduanya sama-sama dilarang oleh Islam.
Sebagaimana pendapat dari Ibn Katsir yang menyatakan bahwa Islam
melarang segala bentuk celaan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Ayat ini sangat melarang untuk mencela atau mengejek tapi kita
diperintahkan untuk memiliki sikap tasamuh. Walaupun manusia
dicipkatak Allah dengan segala macam perbedaannya lantas tidak
menjadikan hal itu sebagai hambatan untuk tetap bersosialisasi dengan

19
baik. Dengan adanya sikap tasamuh ini maka akan timbul rasa saling
menghargai perbedaan tersebut.
Nilai pendidikan yang terkandung pada ayat ini adalah sikap
toleransi dan tasamuh. Dimana dalam kehidupan bermasyarakat kita
tidak boleh saling merendahkan atau mencela seseorang atau suatu
golongan dengan sebutan-sebutan yang mengandung kejelekan atau
ejekan. Tidak mengolok-olok atau mencibir seseorang karena
kekurangannya. Namun tampaknya perilaku sosial yang tidak baik
seperti mengolok-olok seseorang ataupun memanggil seseorang dengan
sebutan yang tidak baik sepertinya sudah menjadi hal yang biasa saja
pada masa ini, ini disebabkan kurangnya pendidikan sosial yang
diberikan kepada seseorang sehingga hal-hal seperti ini menjadi tren
kekinian.
Ayat ini tentunya memiliki korelasi dengan pendidikan sosial,
dimana ayat ini memberikan acuan tentang bagaimana seseorang harus
bersikap dalam kehidupan bersosial, diantaranya yaitu memiliki
toleransi. Dimana dalam menanamkan pendidikan sosial sikap toleransi
harus diajarkan dengan sebenar-benarnya melihat perbedaan-perbedaan
yang ada dalam kehidupan (Sulastri,dkk., 2023: 130-133).
2. QS. At-Taubah ayat 122
‫ًۗة‬
‫َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُرْو ا َك ۤا َّف َفَل ْو اَل َنَف َر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َق ٍة ِّم ْنُهْم‬
‫َطۤا ِٕىَفٌة ِّلَيَتَفَّقُهْو ا ِفى الِّدْيِن َو ِلُيْنِذ ُرْو ا َق ْو َم ُهْم ِاَذ ا َرَج ُع ْٓو ا ِاَلْيِهْم َلَع َّلُهْم‬
‫ࣖ َيْح َذ ُرْو َن‬
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.

Permulaan ayat ini memberikan tuntunan tentang pembagian


tugas dalam jihad. Jihad dapat diartikan sebagai perjuangan secara
bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segenap potensi dan

20
kemampuan yang dimiliki dalam rangka meninggikan ajaran Islam,
menegakkan keadilan dan kebenaran, menumpas kebathilan dan
melawan kedhaliman serta segala bentuk amar ma’ruf nahi mungkar.
Maka, jelaslah tentang seruan menuntut ilmu pengetahuan terhadap
segelintir orang pada ayat ini. Mempelajari semua ilm-ilmu pengetahuan
yang dapat menolong agama Allah. Namun, jika kaum muslimin
semuanya berangkat berperang sedang Rasulullah Saw tidak menyertai
maka tidaklah ada yang belajar memahami tuntunan agamanya bersama
Rasulullah Saw (di madinah). Maka menuntut imu menjadi hal yang
sama penting dengan berperang dimedan perjuangan ( Sulam, dkk.
2023: 106-107).

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan dalam pandangan Islam dimulai sejak Allah menciptakan
Adam Alaihissalam dan melibatkan tiga golongan mahluk. Proses
pendidikan tidak terbatas pada lingkungan formal seperti sekolah,
melainkan melibatkan seluruh kehidupan seseorang dari kecil hingga
dewasa. Kepedulian sosial diartikan sebagai perhatian terhadap
kepentingan umum dalam masyarakat, dan Islam memiliki konsep
pendidikan kepedulian sosial yang mencakup taqwa, kebijakan umum,
persatuan, keharmonisan, serta pengaruh aqidah Islam.

Konsep tersebut bukan hanya teoritis, tetapi penting dalam


implementasi kepedulian sosial. Pendidikan sosial memiliki tujuan untuk
membentuk individu yang dapat mengimplementasikan hak, kewajiban,
dan tanggung jawab sosialnya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Pendidikan sosial bertujuan membentuk manusia dengan
kesadaran akan kewajiban, hak, sikap toleran, serta sifat takwa sebagai
dasar sikap dan perilaku. Tujuan pendidikan sosial juga mencakup
mengajarkan anak-anak untuk memahami dan memenuhi tugas kewajiban
sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sehingga dapat membentuk
individu yang bertanggung jawab dalam konteks sosial yang lebih luas.

Mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berdampak pada


perkembangan manusia memerlukan unsur-unsur yang saling berkaitan
dan berpegang erat. Unsur-unsur pendidikan mencakup peserta didik,
pendidik, interaksi edukatif, materi pendidikan, alat dan metode, serta
lingkungan tempat peristiwa bimbingan berlangsung. Pentingnya
pemahaman terhadap unsur-unsur ini adalah agar kualitas pembelajaran
dapat tercipta dengan baik. Peserta didik sebagai subyek pembelajaran
membutuhkan pengertian karakteristik dan perkembangan kognitifnya,
sementara pendidik harus memiliki kewibawaan dan memahami tanggung

22
jawabnya terhadap peserta didik. Interaksi edukatif yang saling
menghargai juga menjadi kunci keberhasilan pembelajaran. Materi
pendidikan, alat, metode, dan lingkungan tempat bimbingan berlangsung
juga memainkan peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.

Pendidikan, secara praktis, tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai,


seperti nilai sosial, moral, dan agama. Tujuan pendidikan adalah membina
kepribadian ideal. Pendidikan sosial, menurut Abdullah Nasih Ulwan,
memegang tanggung jawab besar terhadap pembinaan masyarakat Islam
yang berlandaskan iman, moral, pendidikan sosial, dan nilai-nilai Islam
tinggi. Nilai-nilai pendidikan sosial, seperti takwa, persaudaraan, kasih
sayang, itsar, memaafkan, al-jurrah (berani berkata benar), dan memelihara
hak-hak orang lain, menjadi dasar pendidikan untuk membentuk individu
yang baik secara sosial. Disiplin etika sosial dan kontrol serta kritik sosial
juga dianggap penting dalam membentuk perilaku anak. Keseluruhan
pendidikan ini bertujuan agar anak dapat hidup dalam masyarakat dengan
kebaikan, cinta, budi pekerti luhur, dan memiliki kontrol terhadap nilai-
nilai Islam.

B. Saran
Masih banyak yang yang harus dibenahi baik itu dari sisi
penulisan maupun muatan materi yang kami tulis, maka dari itu mohon
koreksi, kritik dan sarannya supaya bisa menjadi bahan pelajaran agar
kedepannya lebih baik bagi kelompok selanjutnya, selain itu muatan
materi dapat memberikan manfaat terlebih wawasan tambahan bagi
khalayak pada umumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nanang Fattah, 2019. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka


Setia.
Muslim, Imam, Shahih Muslim, 2017. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,
Bandung: Rosda Karya, hlm. 56
Prasasti, T. I. (2023). BAB VI UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN. Pengantar
Pendidikan, 82.
Purwanto, M. Ngalin. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja.
Rohman, M., & Hairudin, H. (2018). Konsep tujuan pendidikan islam perspektif
nilai-nilai sosial-kultural. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 9(1),
21-35.
Sulam, I., Zulhaini, Z., & Akbar, H. (2023). ANALISIS PRINSIP-PRINSIP
PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Tafsir Surah
At-Taubah Ayat 122). JOM FTK UNIKS (Jurnal Online Mahasiswa FTK
UNIKS), 3(2), 106-107.
Sulindawati, N. L. G. E. (2018). Analisis Unsur-Unsur Pendidikan Masa Lalu
Sebagai Dasar Penentuan Arah Kebijakan Pembelajaran Pada Era
Globalisasi. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 4(1), 53-55.
Ulwan, Abdullah Nasih, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad
Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1996.

24

Anda mungkin juga menyukai