Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MOBILTAS SOSIAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP


PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam

dengan Dosen Pengampu Akhmad Munir, S.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 8:

Mawar Nurjanah Prajawati 224101010002

Elok Nur Hidayah 224101010003

Nur Nailil Muna 224101010004

Tsania Nur Haliza 224101010006

Kayla Arina Bilqis 224101010007

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

KIAI HAJI ACHMAD SHIDDIQ JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2023
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Esa, yang senantiasa memberikan rahmat, taufik, serta hidayahnya baik berupa
kekuatan maupun kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa
kabar gembira dan penunjuk kebenaran.

Makalah yang berjudul Mobilitas Sosial dan Dampaknya Terhadap


Perkembangan Pendidikan Islam ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada bapak Akhmad Munir, S.Pd.I selaku dosen mata kuliah Sosiologi
Pendidikan Islam.

Kurang lebihnya mohon maaf karena Penulis menyadari bahwa


makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Penulis sangat
berkenan apabila ada kritik dan saran agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat
membantu dalam pemahaman materi mata kuliah yang bersangkutan.

Jember, 16 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I ........................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2

BAB II ......................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

2.1 Pengertian Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial ...................... 3


2.2 Fungsi dan Jenis Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam ......... 4
2.3 Saluran-saluran Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam ........... 7
2.4 Determinan Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam ................. 9
2.5 Konsekuensi Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam ............... 11
2.6 Tingkat Pendidikan Sosial dalam Pendidikan Islam .................... 13

BAB III ........................................................................................................ 15

PENUTUP ................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 15


3.2 Saran .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan
peserta didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia
masuk ke dunia pendidikan. Agar pendidikan dapat memainkan peranannya
sebagai penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk
intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam
perubahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan
dalam masyarakat tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh peserta
didiknya.
Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita
mengalami kemajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah
orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa adanya Mobilitas sosial masyarakat
tidak mungkin untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Maka dari itu,
dalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang pengertian dari
pendidikan islam dan mobilitas sosial, fungsi dan jenis mobilitas sosial, saluran
mobilitas sosial, determinan mobilitas sosial, konsekuensi serta tingkat
pendidikan dan mobilitas sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian pendidikan islam dan mobilitas sosial?
1.2.2 Apa saja fungsi dan jenis mobilitas sosial dalam pendidikan
islam?
1.2.3 Apa saja saluran-saluran mobiltas sosial dalam pendidikan
islam?
1.2.4 Apa saja determinan mobilitas sosial dalam pendidikan islam?
1.2.5 Apa konsekuensi mobilitas sosial dalam pendidikan islam?
1.2.6 Apa saja tingkat/jenjang pendidikan dan mobilitas sosial?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pendidikan sosial dan mobilitas
sosial.
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi dan jenis mobilitas sosial dalam
pendidikan islam.
1.3.3 Untuk mengetahui saluran-saluran mobilitas sosial dalam
pendidikan islam.
1.3.4 Untuk mengetahui determinan mobilitas sosial dalam
pendidikan islam.
1.3.5 Untuk mengetahui konsekuensi mobilitas sosial dalam
pendidikan islam.
1.3.6 Untuk mengetahui tingkat/jenjang pendidikan dan mobilitas
sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial


2.1.1 Pendidikan Islam
Sering kita terjebak dengan dua istilah antara pendidikan Islam dan
pendidikan agama Islam (PAI) padahal hakikatnya secara substansial
pendidikan agama Islam dan pendidikan Islam sangat berbeda. Usaha-usaha
yang di ajarkan tentang personal agama itulah yang kemudian bisa disebut
dengan pendidikan agama Islam, sedangkan pendidikan Islam adalah nama
sebuah sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami.
Pendidikan Agama Islam yang dimaksud disini ialah usaha yang
berupa asuhan dan bimbingan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup 1.
Pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri
manusia, pendidikan adalah sesuatu yang secara bertahap ditanamkan kedalam
manusia. “suatu proses penanaman” mengacu pada metode dan sistem untuk
menanamkan apa yang disebut sebagai pendidikan secara bertahap 2.
Secara sederhana pendidikan Islam adalah pendidikan yang
“berwarna” Islam. Maka pendidikan Islami adalah pendidikan yang
berdasarkan islam. Dengan demikian nilai-nilai ajaran islam itu sangat
mewarnai dan mendasari seluruh proses pendidikan.
Dilihat dari sudut etistimologis, istilah pendidikan Islam sendiri terdiri
dari atas dua kata, yakni “pendidikan” dan “islami”. Definisi pendidikan sering
disebut dengan berbagai istilah, yakni altarbiyah, al-taklim, al-ta’dib dan al-
riyadoh. Setiap istilah tersebut memiliki makna yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan perbedaan kontek kalimatnya dalam pengunaan istilah tersebut.

1
Zakiah Derajat, Pendidikan Islam Keluarga Dan Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995).
2
Sulistyorini Muhammad Fathurrohman, Meretas Pendidikan Berkualitas Dalam Pendidikan
Islam (Yogyakarta: Teras, 2012).

3
Akan tetapi dalam keadaan tertentu semua istilah itu memiliki makna yang
sama, yakni pendidikan3.

2.1.2 Mobilitas Sosial


Mobilitas sosial (social mobility) adalah sebuah gerakan masyarakat
dalam kegiatan menuju perubahan yang lebih baik. Henry Clay Smith
mengatakan mobilitas sosial adalah gerakan dalam struktur sosial (gerakan
antar individu dan kelompoknya). Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
mengatakan mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lain.
S. Nasution mendefinisikan mobilitas sosial ke dalam dua pengertian.
Pertama, bahwa suatu sektor dalam masyarakat secara keseluruhan berubah
kedudukannya terhadap sektor yang lain. Sebagai contoh, kedudukan pendidik
(guru) yang begitu terhormat pada zaman dahulu, sekarang tidak lagi setinggi
zaman dahulu. Kedua, mobilitas sosial adalah kemungkinan bagi individu
untuk pindah dari lapisan sosial yang satu ke lapisan sosial lain, yang dapat
dilihat, di sekitar lingkungan di mana individu berada.
Jadi, dapat diambil pemahaman bahwa pendidikan dipercaya menjadi
salah satu faktor yang akan mempercepat terjadinya mobilitas sosial. Fungsi
pendidikan sebagai sebuah proses penyeleksian untuk menempatkan orang
pada masyarakat sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Pendidikan menjadi
sinkron dengan tujuan mobilitas sosial karena di dalam mobilitas sosial, yang
terpenting adalah kemampuan dan keahlian seseorang. Pendidikan hanya akan
menempatkan seseorang sesuai dengan potensi dan keahlian yang ia miliki dan
karenanya seorang anak buruh misalnya mungkin saja memegang jabatan
penting di sebuah perusahaan sekiranya ia memiliki latar belakang pendidikan
yang memang sesuai.

2.2 Fungsi dan Jenis Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam

3
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014).

4
2.2.1 Fungsi Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam
Mobilitas sosial dalam konteks pendidikan Islam dapat memiliki
beberapa fungsi penting. Mobilitas sosial merujuk pada perubahan posisi sosial
seseorang atau kelompok dalam suatu masyarakat. Dalam konteks pendidikan
Islam, mobilitas sosial dapat memiliki dampak positif pada perkembangan
individu dan masyarakat. Berikut adalah beberapa fungsi mobilitas sosial
dalam pendidikan Islam:
a. Peningkatan Pengetahuan Agama:
Mobilitas sosial dapat membantu individu untuk
mendapatkan pendidikan agama Islam yang lebih tinggi.
Dengan demikian, individu dapat memahami ajaran-ajaran
Islam lebih mendalam, mengasah pemahaman agama, dan
menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengembangan Keterampilan dan Pengetahuan:
Dengan meningkatnya mobilitas sosial melalui pendidikan
Islam, individu dapat mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu agama, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Ini dapat memberikan kontribusi
pada kemajuan intelektual dan profesional individu.
c. Pemberdayaan Masyarakat:
Mobilitas sosial dalam pendidikan Islam dapat membantu
pemberdayaan masyarakat. Individu yang mendapatkan
pendidikan yang baik dapat berperan aktif dalam pembangunan
masyarakat, memberikan kontribusi positif, dan memainkan
peran kunci dalam perbaikan kondisi sosial dan ekonomi.
d. Pengentasan Kemiskinan:
Pendidikan Islam yang berkualitas dapat membuka
peluang pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Dengan
meningkatnya mobilitas sosial, individu dapat mengangkat diri
dari kemiskinan, menciptakan stabilitas ekonomi dalam
keluarga, dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.

5
e. Pengembangan Karakter dan Etika:
Pendidikan Islam tidak hanya memberikan pengetahuan
agama, tetapi juga menekankan pembentukan karakter dan etika
yang baik. Melalui mobilitas sosial dalam pendidikan Islam,
individu dapat mengembangkan nilai-nilai moral, tanggung
jawab, dan kejujuran yang menjadi dasar bagi kehidupan
bermasyarakat.
f. Pembentukan Pemimpin Beretika:
Individu yang mengalami mobilitas sosial dalam konteks
pendidikan Islam memiliki potensi untuk menjadi pemimpin
yang beretika dan bertanggung jawab. Mereka dapat memimpin
dengan memegang teguh nilai-nilai Islam dan memberikan
inspirasi positif kepada masyarakat.

Penting untuk dicatat bahwa mobilitas sosial dalam pendidikan


Islam harus didukung oleh sistem pendidikan yang adil, aksesibilitas
pendidikan yang merata, dan penerapan nilai-nilai Islam dalam proses
pendidikan. Dengan demikian, mobilitas sosial dapat menjadi sarana untuk
mencapai kemajuan sosial, ekonomi, dan spiritual dalam masyarakat yang
didasarkan pada ajaran Islam.

2.2.2 Jenis Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam

Dalam masyarakat modern, terdapat mobilitas sosial atau perpindahan


golongan yang cukup banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai
sistem sosial dalam masyarakat menjadi hal yang biasa. Pitirim A. Sorokin
mengatakan bahwa mobilitas sosial dapat dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas
vertikal dan mobilitas horizontal.

a. Mobilitas Vertikal, yakni perpindahan status sosial dari rendah


ke tinggi atau dari tinggi ke rendah. Mobilitas jenis ini terdiri
dari dua bentuk, yakni (a) social climbing, dari status yang

6
rendah ke status yang tinggi, di mana status yang tinggi itu telah
ada sebelumnya; dan membentuk kelompok atas status yang
baru, karena status yang lebih atas belum ada (promosi),
misalnya kelompok konglomerat, eksekutif, super-eksekutif, dan
seterusnya; (b) social sinking, dari kelompok tinggi/atas turun ke
rendah, dan derajat kelompoknya turun.
b. Mobilitas horizontal, yakni apabila perubahan terjadi secara
linear. Contohnya, seorang petani yang berubah pekerjaannya
menjadi buruh pabrik, guru SMA mutasi menjadi guru SMK,
dan status warga negara pindah menjadi warga negara lain.

2.3 Saluran-saluran Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam

Menurut Pitirim A.Sorokin, mobilitas sosial dapat dilakukan melalui


beberapa saluran berikut:

1. Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran
mobilitas sosial. Angkatan bersenjata merupakan organisasi
yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas
melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya,
seorang prajurit yang berjasa pada negara karena
menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan
mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat
diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun
berasal dari golongan masyarakat rendah.
2. Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status
sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan
agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain.
3. Lembaga pendidikan

7
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan
saluran yang konkrit dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan
dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari
kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, seorang
anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang
yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan
menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia
berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis
telah meningkatkan status sosialnya.
4. Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik
memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi
untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status
sosialnya meningkat.
5. Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN
dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang.
Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya.
Karena jabatannya tinggi, akibatnya pendapatannya bertambah.
Karena pendapatannya bertambah maka kekayaannya
bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah maka status
sosialnya di masyarakat meningkat.
6. Organisasi keahlian
Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan
pengetahuan atau keahliannya kepada kelompok, pasti statusnya
akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
7. Perkawinan

8
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang.
Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status
terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya4.

2.4 Determinan Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam

Fenomena mobilitas sosial sangat kompleks, oleh karena itu baik


faktor penentu maupun prosesnya juga sangat beragam. Dalam masyarakat
terdapat beberapa faktor pendorong dan juga penghambat mobilitas sosial.

1. Faktor-faktor Pendorong Mobilitas Sosial


Faktor pendorong mobilitas sosial antara lain sebagai
berikut:
a. Kependudukan (Demografi)
Semakin padat jumlah penduduk maka semakin berkurangnya
lahan pekerjaan dan pemukiman, sehingga hal ini yang
mengakibatkan seseorang berpindah tempat ke tempat lain untuk
mencari pekerjaan dan pemukiman.
b. Status Sosial
Status sosial ini berkaitan dengan status sosial yang sama
dengan orang tua. Ia tidak akan pernah berfikir bahwa orang
tuanya miskin atau kaya karena ia tidak dapat menolak kedudukan
orang tuanya sekarang. Jika ia tidak puas dengan kedudukan yang
sama dengan orang tuanya, ia akan berusaha untuk menduduki
kedudukan yang lebih tinggi dari sebelumnya dengan
menggunakan kemampuannya.
c. Situasi Politik
Situasi politik akan mendorong seseorang untuk malakukan
mobilitas sosial. Jika kondisi politik suatu negara tidak kondusif
sehingga ia terdorong untuk melakukan mobilitas sosial.

4
Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan, ed. Nur Saadah, Cetakan 1 (Malang: Madani (Kelompok
Intrans Publishing), 2016).

9
d. Keinginan Untuk Melihat Daerah Lain
Keinginan untuk melihat daerah lain ini akan menyebabkan
tejadinya mobilitas sosial secara geografis. Contohnya pariwisata,
studi banding, dan kunjungan kerja.
e. Keadaan Ekonomi
Mobilitas sosial geografi ini sering tejadi apabila SDA di
daerah penduduk padat yang sudah tidak mampu mencukupi
kebutuhan untuk hidupnya. Sehingga penduduk tersebut akan
melakukan mobilitas sosial dengan mencari lahan yang subur di
daerah lain.
2. Faktor-faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor penghambat mobilitas sosial antara lain yaitu sebagai
berikut:
a. Diskriminasi Kelas
Adanya sistem kelas yang tertutup dalam suatu masyarakat,
akan dapat menghalangi mobilitas sosial keatas yang membatasi
keanggotaan suatu organisasi tetentu dengan berbagai macam
syarat dan ketentuan yang ada. Sehingga sangat terbatas orang
yang dapat masuk kedalam organisasi tersebut. Hal inilah yang
akan menghambat terjadinya perpindahan status seseorang dalam
masyarakat.
b. Kemiskinan
Bagi masyarakat yang miskin akan sangat sulit untuk
menggerakkan statusnya ke atas. Karena keadaan ekonomi yang
serba kekurangan sehingga kemiskina temasuk faktor penghambat
mobilitas sosial.
c. Perbedaan Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin dalam suatu masyarakat akan sangat
berpengaruh meningkatkan statusnya. Seorang pria kedudukannya
akan lebih tinggi dari pada seorang wanita. Sehingga perbadaan

10
jenis kelamin merupakan salah satu faktor penghambat mobilitas
sosial.
d. Kebudayaan
Kebudayaan yang bersifat tradisional akan menjadi
penghambat terjadinya mobilitas sosial. Berbeda dengan
masyarakat modern yang cenderung memberikan peluang
terjadinya mobilitas sosial dalam masyarakat karena telah
didukung dengan kemajuan IPTEK.
e. Pengaruh Sosialisasi Yang Kuat
Sosialisasi yang sangat kuat dalam masyarakat akan
menghambat proses mobilitas sosial dalam. masyarakat tersebut,
terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku dalam
masyarakat5.

2.5 Konsekuensi Mobilitas Sosial dalam Pendidikan Islam

Mobilitas sosial yang dilakukan oleh masyarakat, baik vertikal


maupun horizontal dapat memberikan konsekuensi-konsekuensi, baik positif
maupun negatif terhadap kehidupan sosial. Di samping itu juga memberikan
konsekuensi, baik bagi orang yang mengalami mobilitas itu sendiri maupun
bagi seluruh anggota masyarakat.

1. Konsekuensi Positif Mobilitas Sosial


Ada beberapa konsekuensi positif yang muncul sebagai
akibat adanya mobilitas sosial dalam masyarakat, di antaranya
adalah sebagai berikut.
a. Individu atau kelompok akan berusaha untuk mewujudkan
harapan atau cita-citanya. Hal ini karena adanya kesempatan
terbuka untuk pindah dari lapisan bawah ke lapisan atas.

5
Putri Rahmadani, “Pendidikan Dan Mobilitas Sosial,” scribd, n.d.,
https://id.scribd.com/document/402876652/PENDIDIKAN-DAN-MOBILITAS-SOSIAL.

11
b. Tidak tertutup kemungkinan bagi warga kelas sosial tertentu
akan lebih maju daripada warga kelas sosial di atasnya.
c. Individu atau kelompok dapat merasakan kepuasan apabila
dapat mencapai kedudukan yang diinginkannya atau dapat
meningkatkan kedudukan sosialnya dalam masyarakat.
d. Memberikan dorongan atau rangsangan kepada warga
masyarakat, individu, maupun kelompok untuk bekerja
perubahan sosial akan lambat terjadi.
e. Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan
sosial ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial mendorong
masyarakat untuk mengalami perubahan sosial ke arah yang
diinginkan. Sebaliknya, jika masyarakat statis dan tidak
banyak bergerak, maka perubahan sosial akan lambat terjadi.
2. Konsekuensi Negatif Mobilitas Sosial
Sementara itu, beberapa konsekuensi negatif yang seringkali
muncul mengiringi mobilitas sosial, di antaranya adalah
urbanisasi, munculnya kawasan kumuh, pengangguran,
kemiskinan, kriminalitas, dan konflik.
a. Urbanisasi sebagai konsekuensi negatif mobilitas sosial
Terjadinya urbanisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
berasal dari pedesaan atau daerah asal maupun dari kota atau
daerah tujuan. Faktor dari pedesaan disebut faktor pendorong,
sedangkan faktor dari perkotaan disebut dengan faktor penarik.
Secara umum, yang dimaksud dengan urbanisasi adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Namun demikian,
sebenarnya pengertian urbanisasi itu mengandung arti
bermacam-macam, antara lain seperti dikemukakan Schoor
berikut ini.
a) Arus pindah ke kota.
b) Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja nonagraris di
sektor industri dan sektor tekstil.

12
c) Tumbuhnya pemukiman menjadi kota.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anggota
masyarakat melakukan urbanisasi. Faktor-faktor tersebut
digolongkan sebagai faktor pendorong dan faktor penarik
urbanisasi.
a) Faktor Pendorong (Push Factor) Urbanisasi
b) Faktor Penarik (Pull Factor) Urbanisasi
b. Munculnya Kawasan Kumuh (Slum Area) sebagai konsekuensi
negatif mobilitas sosial. Sebagai akibat dari urbanisasi,
penduduk desa yang berstatus sebagai urban atau pendatang,
tidak sedikit yang mendirikan pemukiman kumuh sebagai
rumah mereka di tempat-tempat yang tidak layak huni, seperti
di pinggir rel kereta api, bantaran sungai, di sekitar tempat
pembuangan sampah akhir, atau di kolong-kolong jembatan6.

2.6 Tingkat Pendidikan Sosial dalam Pendidikan Islam

Sekolah atau Pendidikan sebagai mobilitas sosial, diduga bahwa


bertambah tingginya taraf Pendidikan makin besar kemungkinan mobilitas bagi
anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu benar
apabila Pendidikan itu hanya terbatas pada Pendidikan tingkat menengah. Jadi,
walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMTA masih menjadi
pertanyaan apakah mobilitas sosial dengan sendirinya akan meningkat.
Mungkin sekali tidak akan terjadi lagi perluasan mobilitas sosial. Seperti yang
dikemukakan diatas, ijazah SMA tidak lagi memberikan mobilitas yang lebih
besar kepada seseorang akan tetapi Pendidikan tinggi masih dapat memberikan
mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin
berkurang jaminan ijazah untuk meningkat dalam status sosial.

6
Seraficha Gischa Cahya Dicky Pratama, “Konsekuensi Dari Mobilitas Sosial,” Kompas.com, 2020,
https://ww.kompas.com/skola/read/2020/10/09/132705369/konsekuensi-dari-mobilitas-sosial.

13
Pendidikan tinggi masih sangat selektif. Tidak semua orang tua
mampu membiayai studi anaknya diperguruan tinggi. Dengan menggunakan
computer untuk menilai tes seleksi masuk menjadi objektif artinya tidak lagi
dipengaruhi orang tua atau orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu
membuka kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak golongan rendah dan
menengah untuk memasuki perguruan tinggi atas dasar prestasinya dalam tes
masuk itu. Biaya yang cukup banyak tentu selalu merupakan hambatan bagi
golongan rendah untuk menyekolahkan anaknya pada tingkat universitas.
Siswa-siswa dari pemerintah dan untuk mengadakan pinjaman dari bank untuk
studi dapat memperluas kesempaatan belajar bagi mereka yang berbakat akan
tetapi ekonomi lemah.

Pendidikan merupakan bagian dari system sosial, dan jika demikian


halnya timbul pertanyaan apakah sekolah harus mempertimbangkan perbadaan
itu dalam kurikulumnya, artinya memberikan Pendidikan bagi setiap golongan
sosial yang sesuai dengan kebutuhan golongan masing-masing sehingga dapat
hidup Bahagia menurut golongan masing-masing. berhubungan dengan itu juga
dipilih guru-guru yang sesuai dengan golongan sosial murid yang
bersangkutan. Pendirian ini didasarkan pada anggapan bahwa sekolah
bagaimanapun juga tak dapat mengubah struktur sosial dan arena menerimanya
saja sebagai kenyataan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan itu agar
kurikulum relevan.

Pada saat ini sekolah-sekolah meneruskan cita-cita untuk


menyebarluaskan ideal dan norma-norma kesamaan dan mobilitas secara
verbal disamping adanya daya-daya stratifikasi yang berlangsung terus dalam
Masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk mengajarkan kesamaan dan
mobilitas akan menghadapi kesulitan dalam dunia kenyataan 7.

7
Muh. yusuf Seknun, “Pendidikan Sebagai Media Mobilitas Sosial,” Auladuna, 2023,
https://journak.uin.alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/872/843.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan bagian penting dalam budaya dan
masyarakat Islam. Ini mencakup pendidikan yang berfokus pada pemahaman
nilai-nilai, etika, dan ajaran Islam. Pendidikan Islam memiliki peranan penting
dalam mengembangkan karakter, moralitas, dan perilaku yang sesuai dengan
ajaran Islam. Dalam konteks mobilitas sosial, pendidikan Islam dapat menjadi
sarana untuk perubahan status sosial yang lebih baik dengan memberikan
individu akses pengetahuan, keterampilan, dan etika yang mendukung
kemajuan dalam masyarakat.
Mobilitas sosial adalah konsep yang merujuk kepada perpindahan
individu atau kelompok dari satu posisi sosial ke posisi sosial yang berbeda
dalam masyarakat. Dampak mobilitas sosial pendidikan Islam adalah bahwa
pendidikan Islam memberikan dasar etika dan moral yang kuat dalam
kehidupan individu, yang dapat membantu mengarahkan mobilitas sosial
menuju perubahan yang lebih baik dalam lingkungan sosial yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam juga dapat memainkan peran penting dalam
mengurangi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dengan memberikan
kesempatan yang adil kepada individu untuk mengajukan status sosial mereka.
Keseluruhan, pendidikan Islam dan mobilitas sosial memiliki
hubungan yang kuat dalam membentuk individu, masyarakat, dan perubahan
sosial dalam konteks Islam, yang dapat berkontribusi pada perkembangan
sosial dan ekonomi yang lebih adil serta pemahaman yang lebih dalam tentang
nilai-nilai Islam.

15
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, disarankan bagi para pembaca agar
mempelajari dengan seksama apa yang sudah penulis sampaikan. Selain itu,
penulis juga tidak membatasi para pembaca untuk mempelajari referensi-
referensi lain agar dapat melengkapi apabila terdapat kekurangan atau
ketidakpuasan bagi para pembaca didalam pembahasan makalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Cahya Dicky Pratama, Seraficha Gischa. “Konsekuensi Dari Mobilitas Sosial.”


Kompas.com, 2020.
https://ww.kompas.com/skola/read/2020/10/09/132705369/konsekuensi-dari-
mobilitas-sosial.

Derajat, Zakiah. Pendidikan Islam Keluarga Dan Sekolah. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 1995.

Gunawan, Heri. Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Maksum, Ali. Sosiologi Pendidikan. Edited by Nur Saadah. Cetakan 1. Malang:


Madani (Kelompok Intrans Publishing), 2016.

Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini. Meretas Pendidikan Berkualitas Dalam


Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2012.

Rahmadani, Putri. “Pendidikan Dan Mobilitas Sosial.” scribd, n.d.


https://id.scribd.com/document/402876652/PENDIDIKAN-DAN-
MOBILITAS-SOSIAL.

Seknun, Muh. yusuf. “Pendidikan Sebagai Media Mobilitas Sosial.” Auladuna,


2023.
https://journak.uin.alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/872/8
43.

17

Anda mungkin juga menyukai