Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Kapita Selekta
Dosen Pengampu : Selamat Riyadi, M.Pd.I

Disususn Oleh:

1. Agus Zainudin Ahsan


2. Alivia Husna Zahara
3. Nurul Fatimah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF

KALIREJO LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang
membahas tentang “PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM” meskipun
bentuknya sangat jauh dari kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami
kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagaimana beliau telah
mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang.

Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan
materi yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat
dipahami oleh pembaca.Dan kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen yang membimbing mata kuliah kapita selekta atas bimbingannya
pada semester ini meskipun baru memasuki awal perkuliahan. Kami juga
mengharapkan agar makalah ini dapat dijadikan pedoman apabila, pembaca
melakukan hal yang berkaitan dengan makalah ini, karena apalah gunanya kami
membuat makalah ini apabila tidak dimanfaatkan dengan baik.

Kalirejo, 20 Maret 2022

Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang........................................................................................

1.2Rumusan Masalah...................................................................................

1.3Tujuan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1Problematika Pendidikan Islam..............................................................

2.2Tantangan Pendidikan Islam Di Indonesia.............................................

2.3Solusi Problematika Dan Tantangan Pendidikan Islam Di Indonesia....

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
Secara umum pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional).1 
Menurut Hasan Langgulung pengertian ilmu pendidikan Islam adalah
suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peran memindahkan
pengetahuan, dan nilai-nilai Islam yang dijelaskan dengan fungsi manusia untuk
beramal di dunia dan memetik hasinya di akhirat.2
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke
Indonesia. Dimana peranan para pedagang dan mubaligh sangat besar andilnya
dalam proses Islamisasi di Indonesia. Salah satu jalur proses Islamisasi itu adalah
pendidikan. Pendidikan Islam di Indonesia mengikuti masa dan dinamika
perkembangan kaum muslimin. Dalam suatu komunitas muslim, maka terdapat
tingkat aktivitas pendidikan Islam yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi.
Mengetahui sejarah dari pendidikan Islam itu sendiri adalah sangat penting
terutama di Indonesia, termasuk bagi para praktisi pendidikan. Dengan
mempelajari sejarah masa lampau, umat Islam dapat memahami sebab-sebab
kemajuan dan kemunduran pendidikan Islam dari masa ke masa. Terutama
interaksi yang terjadi dalam masyarakat, antara individu maupun antara golongan,
akan menimbulkan suatu dinamika kehidupan kedinamikaan dan perubahan
kehidupan akan bermuara pada terjadinya mobilitas sosial. Sehingga dapat
dilakukan penyelidikan tentang struktur dan dinamika masyarakat yang
berpengaruh terhadap perkembangan dan hambatan yang dialami Pendidikan
Islam di Indonesia.

1
Fahrur Razy Dalimunte, Kapita Selekta Pendidikan, Medan, IAIN Pres, 1999, hlm.11.
2
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta, Pustaka Al-Husni, 1999, hlm. 94.
1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Problematika Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia?
3. Bagaimana Solusi Problematika dan Tantangan Pendidikan Islam di
Indonesial?

1.3  Tujuan Pembahasan Masalah


1. Untuk mengetahui Problematika Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Solusi Problematika dan Tantangan Pendidikan Islam
di Indonesia,
DAFTAR ISI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Problematika Pendidikan Islam


Menghadapi keadaan yang demikian itu dunia pendidikan pada umumnya dan
pendidikan Islam pada khususnya kini berada di persimpangan jalan, yakni antara
jalan untuk mengikuti tarikan eksternal sebagai pengaruh era globalisasi, atau
tarikan internal yang merupakan misi utama pendidikan yaitu membentuk
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang terbina seluruh potensinya secara
seimbang.3
Pendidikan Islam dapat diartikaan sebagai upaya yang dilakukan oleh
pendidik untuk membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan ajaran dan
nilai-nilai Islami (Islamic values). Didalam rangka untuk mengimplementasikan
pendidikan Islam tersebut diperlukan perangkat-perangkatnya, seperti: tujuan,
lembaga, kurikulum, pendidik, metode dan evaluasi4
Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang
terbagi menjadi tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya
keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam
sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran
yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai nilai (value) yakni ditemukannya nilai-
nilai islami dalam sistem pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan islam tidak
luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat dua faktor dalam
problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau
mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi
khalifah di muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan

3
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012
hlm. 2
4
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013, hlm. 195-196.
kehidupan dan memelihara lingkungan. Tujuan pendidikan yang selama ini
diorientasikan memang sangat ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut
tidak pernah terlaksana dengan baik. Orientasi pendidikan, sebagaimana yang
dicita-citakan secara nasional, barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi
tidak menentu, atau kabur kehilangan orientasi mengingat adalah tuntutan pola
kehidupan pragmatis dalam masyarakat Indonesia. Hal ini patut untuk dikritisi
bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan efek positif, dengan kemudahan-
kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan kehidupan yang disebabkan
olehnya menjadikan disorientasi pendidikan. Pendidikan cenderung berpijak pada
kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh
pendidikan islam sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social
movement (gerakan sosial) menjadi hilang.
b. Masalah Kurikulum.
Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya otoriter
yang terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh keinginan pihak
“atas”. Dalam sistem yang seperti ini inovasi dan pembaruan tidak akan muncul.
Dalam bidang kurikulum sistem sentralistik ini juga mempengaruhi output
pendidikan. Tilaar menyebutkan kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan
sistem manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan output
pendidikan manusia robot. Selain kurikulum yang sentralistik, terdapat pula
beberapa kritikan kepada praktik pendidikan berkaitan dengan saratnya kurikulum
sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan muatan. Hal ini mempengaruhi juga
kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu banyak dibebani oleh mata
pelajaran.  Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum Pendidikan Islam
tersebut mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma
sebelumnya tetap dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut:
1. perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari
ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana
pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan makna dan motivasi
beragama islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Islam.
2. perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara
berpikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan
ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam.
3. perubahan dari tekanan dari produk atau hasil pemikiran keagamaan islam dari
para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan
produk tersebut.
4. perubahan dari pola pengembangan kurikulum pendidikan islam yang hanya
mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum
pendidikan islam ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta
didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan Pendidikan Islam dan
cara-cara mencapainya.
c. Pendekatan/Metode Pembelajaran.
Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas kompetensi
siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu membangkitkan potensi
guru, memotivasi, memberikan suntikan dan menggerakkan siswa/mahasiswa
melalui pola pembelajaran yang kreatif dan kontekstual (konteks sekarang
menggunakan teknologi yang memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan
menunjang tercapainya sekolah yang unggul dan kualitas lulusan yang siap
bersaing dalam arus perkembangan zaman. Siswa atau mahasiswa bukanlah
manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya, berjuta-juta pengalaman
yang cukup beragam ternyata ia miliki. Oleh karena itu, dikelas pun
siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya.
Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa
masih banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti
ceramah, didikte, karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berpikir.
d. Profesionalitas dan Kualitas SDM.
Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak masa
Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih belum
memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya
agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih
belum memenuhi harapan. Banyak guru dan tenaga kependidikan
masih unqualified, underqualified, dan mismatch, sehingga mereka tidak atau
kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar
kualitatif.
e. Biaya Pendidikan.
Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan tersendiri yang
seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang bertanggung jawab atas persoalan
ini. Terkait dengan amanat konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 45
hasil amandemen, serta UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang memerintahkan negara mengalokasikan dana minimal
20% dari APBN dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang
belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan genap
20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam anggaran strategis
pendidikan.
2. Faktor Eksternal
a. Dichotomic.
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy dalam
beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu
dengan Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi
dengan segala perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala
ini mulai tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam
melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman pertengahan menyatakan
bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti antara hukum dan teologi untuk
mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu.
b. To General Knowledge.
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya
yang masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya
penyelesaian masalah (problem solving). Produk-produk yang dihasilkan
cenderung kurang membumi dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat.
Menurut Syed Hussein Alatas menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi
berbagai permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari
jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang
mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan, ciri terpenting yang
membedakan dengan non-intelektual adalah tidak adanya kemampuan untuk
berpikir dan tidak mampu untuk melihat konsekuensinya.
c. Lack of Spirit of Inquiry.
Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan
islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan. Syed
Hussein Alatas merujuk kepada pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme
Islam, Al Afghani, Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit” (semangat
intelektual) menjadi salah satu faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran
Islam di Timur Tengah.
d. Memorisasi.
Rahman menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari standar-standar
akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada kenyataan
bahwa, karena jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali,
maka waktu yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk
dapat menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang
aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum
matang. Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi
tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan
dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan (memorizing) daripada pemahaman
yang sebenarnya. Kenyataan menunjukkan bahwa abad-abad pertengahan yang
akhir hanya menghasilkan sejumlah besar karya-karya komentar dan bukan karya-
karya yang pada dasarnya orisinal.
e. Certificate Oriented.
Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab al’ilm, telah
memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan
perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari
guru diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa
karakteristik para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu
adalah knowledge oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa
itu, banyak lahir tokoh-tokoh besar yang memberikan banyak konstribusi
berharga, ulama-ulama encyclopedic, karya-karya besar sepanjang masa.
Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada masa sekarang dalam
mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran dari knowledge
oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu hanya merupakan
sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, sedangkan semangat
dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya5

2.2 TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA


Manusia dan pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Seiring
berkembangnya kehidupan manusia, pendidikan dituntut untuk bisa menyediakan
jalan bagi manusia untuk menghadapi berbagai hal dalam kehidupannya.
Secara garis besar, tantangan terhadap dunia pendidikan dapat dibedakan
menjadi tantangan internal dan eksternal. Secara internal, hasil-hasil studi yang
menempatkan Indonesia pada peringkat terbawah dalam pendidikan dan peringkat
teratas dalam korupsi yang disebutkan berulang-ulang dalam berbagai forum
maupun media sehingga membentuk konsep diri bahwa pendidikan Indonesia
jelek, tidak bermutu, dan terbelakang. 6
Sedangkan secara eksternal, Indonesia dihadapkan dengan perubahan cepat
dari lingkungan strategis di luar Indonesia.7 
Pasar bebas, arus informasi tanpa batas, dan dalam kerangka yang lebih luas:
globalisasi, adalah tantangan yang tidak bisa dipungkiri oleh dunia pendidikan
Indonesia.
Berkaitan dengan globalisasi, Indra Hasbi, dalam Pendidikan Islam Melawan
Globalisasi, menyebutkan empat dimensi tantangan yang dihadapi umat Islam
dalam era globalisasi8
1. Dimensi ekonomi; perdagangan bebas pada hakikatnya merupakan wujud
dari globalisasi (liberalisme perdagangan) yang tidak dapat dipisahkan
dengan kapitalisme dan pasar bebas. Lebih jauh, dalam liberalisme,
ekonomi tidak hanya berada pada wilayah ekonomi tetapi telah memasuki
arena politik, seksual, komunikasi, dan pendidikan. Lalu lintas ekonomi
global berpedoman pada kecepatan dan percepatan yang didukung oleh
berkembangnya teknologi informasi. Kecepatan dan percepatan inilah
5
Ismail,dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 279-284
6
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: mengurai benang kusut dunia pendidikan, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 71
7
Ibid…, hlm. 73.
8
Indra Hasbi, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta: Ridamulia, 2005, hlm. 60-80
yang melahirkan pasar instan. “instanisasi” yang menyebar lewat arus
informasi tanpa batas kemudian membentuk pola pikir instan yang sangat
berbahaya bagi umat manusia.
2. Dimensi politik; globalisasi mengarah pada penyeragaman pemahaman
tentang demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) dengan ukuran Amerika
yang mengaku sebagai “kampiun demokrasi”. Untuk
menegakkan demokrasi dan HAM, Amerika tidak segan-segan
menggunakan embargo ekonomi, mensponsori PBB untuk memberikan
sanksi pada sebuah negara, bahkan melakukan invasi militer. Isu terorisme
pun dihembuskan oleh Amerika ke segala penjuru dunia dengan umat
Islam sebagai sasaran tuduhan.
3. Dimensi sosial-budaya; terbukanya arus informasi oleh teknologi
informasi yang maju pesat memberikan kesempatan pada setiap manusia
(yang mampu mendapatkan fasilitas teknologi informasi) untuk saling
mengetahui kondisi sosial dan budaya masing-masing. Manusia dari
berbagai belahan dunia kini mampu berinteraksi tanpa batas berarti. Dari
interaksi ini lahir komunitas dunia maya dan persaingan antar-individu,
hingga terjadi transparansi sosial yaitu kondisi lenyapnya kategori sosial,
batas sosial, dan hierarki sosial karena setiap manusia bisa mengakses
informasi tanpa batas sementara tidak ada nilai-nilai dan kategori moral
yang mengikat jaringan informasi tersebut. Di sisi lain, era globalisasi
memungkinkan manusia dari beragam latar belakang sosial dan budaya
dapat saling mengenal dan memahami sehingga masing-masing pihak
dapat mengambil manfaat mengenai nilai-nilai positif dari bangsa dan
budaya lain yang dapat diterapkan untuk melakukan perbaikan pada
bangsa sendiri. Misalnya, budaya disiplin, menjaga kebersihan, kerja
keras, penghargaan terhadap waktu, kompetisi yang sehat, dsb, dari Barat
yang perlu diterapkan pada bangsa Indonesia. Terbukanya informasi
antar bangsa juga dapat menghilangkan prasangka-prasangka buruk
terhadap bangsa lain karena kurangnya pengetahuan mengenai bangsa
tersebut. 
4. Dimensi Iptek; globalisasi dalam bidang Iptek membawa manfaat
sekaligus mudharat. Perkembangan Iptek yang luar biasa cepat pada satu
sisi memberi solusi atas permasalahan hidup manusia. Bio-teknologi dapat
membantu petani dalam meningkatkan mutu dan jumlah hasil panen.
Teknologi nuklir dapat menjadi sumber energi yang sangat besar.
Psikologi dapat membantu manusia mengatasi masalah-masalah kejiwaan.
Namun, pada sisi lain kita mengetahui bahwa penggunaan Iptek juga
menimbulkan kehancuran bagi bumi dan kehidupan manusia. Misalnya,
pembangunan jalan tol justru merusak ekosistem hutan atau ladang
masyarakat, ledakan reaktor nuklir yang mengancam jiwa, juga manipulasi
teori bahasa untuk meraih keuntungan pribadi. Globalisasi bidang Iptek
pun melahirkan kompetisi sumber daya manusia. Tanpa didukung
pendidikan yang memadai dalam era globalisasi, mustahil mendapatkan
SDM unggul yang profesional dan siap bersaing secara sehat dengan SDM
dari berbagai bangsa.
Keempat dimensi tantangan dalam era globalisasi di atas dapat  kita pahami
sebagai tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, bukan hanya bagi umat Islam
Indonesia, melainkan seluruh rakyat Indonesia. Dunia pendidikan adalah sasaran
utama tantangan-tantangan tersebut, baik tantangan internal maupun eksternal,
mengingat dalam pendidikanlah pembinaan terhadap SDM Indonesia dilakukan
karena negara yang maju hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang maju.
Sebagai subsistem dari pendidikan nasional, selain mendapatkan tantangan serupa
di atas, pendidikan Islam pun mendapatkan berbagai tantangan lain yang menjadi
“pekerjaan rumah” besar yang mesti dijawab dan dikerjakan sebaik mungkin.
Tantangan bagi pendidikan Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
dua: tantangan internal dan tantangan eksternal.
Pendidikan Islam setidaknya menghadapi empat tantangan pokok. Pertama,
konformisme kurikulum dan sumber daya manusia. Konformisme, yakni cepat
merasa puas dengan apa yang ada, merupakan penyakit mematikan bagi
kreativitas. Sikap cepat puas menyebabkan lemahnya daya juang dan etos kerja,
serta keringnya inovasi; kedua, perubahan orientasi dari sekedar mendidik siswa
untuk memahami ilmu (pengetahuan) agama menjadi paham terhadap ilmu agama
sekaligus ilmu sosial, ilmu humaniora dan ilmu alam (tantangan internal); ketiga
implikasi perubahan sosial politik; dan keempat, globalisasi (tantangan eksternal).
Berbagai kritik pun diarahkan pada pendidikan Islam, baik pada materi maupun
metodologi dan evaluasi. Penyusunan materi pendidikan Islam disebut kurang
tepat karena lebih banyak sentuhan terhadap qalbu (afektif), tanpa diimbangi
sentuhan terhadap sisi kognitif dan psikomotorik, sementara metode pembelajaran
yang banyak digunakan adalah hafalan dan mendikte, bukan analisis dan dialog.9 
Materi dan metode demikian menumbuhkan pemahaman yang sempit terhadap
ajaran Islam yang berakibat pada pandangan hidup yang tidak seimbang. Padahal,
pendidikan Islam ditantang untuk menghasilkan manusia yang memiliki
keseimbangan pandangan hidup (seimbang akal-hati-jasad, seimbang individu-
sosial, seimbang dunia-akhirat), penguasaan terhadap berbagai ilmu pengetahuan
(agama, budaya, sosial, eksakta) dan pemilikan terhadap skill atau kompetensi
yang bermanfaat bagi kelestarian kehidupan.

9
Indra Hasbi, Pendidikan Islam…, hlm. 190
2.3 SOLUSI PROBLEMATIKA DAN TANTANGAN PENDIDIKAN
ISLAM DI INDONESIA
Dalam menghadapi Problematika serta tantangan dunia pendidikan Islam baik
internal maupun eksternal, diperlukan langkah-langkah strategis pengembangan
pendidikan Islam.10 yaitu:
1. Menjadikan lembaga pendidikan Islam sebagai wahana untuk membina
ruh dan praktik hidup islami dalam mengantisipasi peradaban global.
Dalam hal ini, lembaga pendidikan Islam harus menjadi pelopor dalam
memahami Islam secara luas, bukan sekedar symbol dan ritual ibadah
semata akan tetapi merupakan pandangan hidup yang dapat diterapkan
pada semua aspek kehidupan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik,
Iptek, maupun seni-budaya.
2. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas pendidik dan peranannya, baik
sebagai ustadz, mu’allim, mursyid, mudarris, maupun mu’addib.
3. Pengembangan  kurikulum secara terpadu, dengan menjadikan ajaran dan
nilai-nilai Islam sebagai petunjuk dan sumber konsultasi bagi
pengembangan berbagai mata pelajaran dengan memasukkan ajaran dan
nilai Islam dalam bidang studi umum untuk menghilangkan dikotomi
keilmuan. Pengembangan kurikulum secara terpadu ini harus didukung
melalui kerja sama antara pendidik bidang studi agama dengan pendidik
bidang studi lain dalam menyusun desain pembelajaran terpadu yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Pengembangan kurikulum
secara terpadu pun harus didukung dengan pemahaman mendalam
pendidik akan keterkaitan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan dengan
mata pelajaran yang dibinanya. para pendidik dituntut untuk dapat
menginternalisasikan nilai dan ajaran Islam dalam bidang studi, Bukannya
sekedar menempelkan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis Nabi dalam bidang
studi tersebut.
4. Meningkatkan kualitas lulusan pendidikan Islam secara holistik, dengan
meningkatkan kualitas kesehatan lulusan dan pengembangan

10
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet ke-4, 2010, hlm. 208-212.
psikologisnya baik dari segi kecerdasan intelektual, emosional, kreativitas,
maupun spiritual melalui kurikulum yang dirancang dan diarahkan untuk
membantu, membimbing, melatih dan menciptakan suasana agar peserta
didik dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas IQ, EQ, CQ, dan
SQ.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Problematika Pendidikan Islam Di Indonesia ada dua yakni Faktor
internal dan faktor eksternal; faktor internal meliputi Relasi Kekuasaan dan
Orientasi Pendidikan Islam; Masalah Kurikulum; Pendekatan/metode
pembelajaran; Profesionalitas dan Kualitas SDM; Biaya Pendidikan.
Sedangkan yang faktor eksternal meliputi Dichotomic (dikotomi), To General
Knowledge, Lack Of Spirit Of Inquiry (semangat), Memorisasi, Certificate
Oriented (ijazah).
2. Berkaitan dengan globalisasi, Indra Hasbi, dalam Pendidikan Islam Melawan
Globalisasi, menyebutkan empat dimensi tantangan yang dihadapi umat Islam
dalam era globalisasi yakni :
a. Dimensi ekonomi; perdagangan bebas pada hakikatnya merupakan
wujud dari globalisasi (liberalisme perdagangan) yang tidak dapat
dipisahkan dengan kapitalisme dan pasar bebas.
b. Dimensi politik; globalisasi mengarah pada penyeragaman
pemahaman tentang demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
c. Dimensi sosial-budaya; terbukanya arus informasi oleh teknologi
informasi yang maju pesat memberikan kesempatan pada setiap
manusia (yang mampu mendapatkan fasilitas teknologi informasi)
untuk saling mengetahui kondisi sosial dan budaya masing-masing.
d. Dimensi Iptek; globalisasi dalam bidang Iptek membawa manfaat
sekaligus mudharat. Perkembangan Iptek yang luar biasa cepat pada
satu sisi memberi solusi atas permasalahan hidup manusia.
3. Solusi dari problematika tersebut ialah pendidikan Islam harus dikembalikan
kepada fitrahnya dengan tanpa mengesampingkan dimensi-dimensi penting
lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan, baik formal,
informal, maupun nonformal. Serta pendidikan harus dirancang sedemikian
rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang
dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan,
kebersamaan, dan tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbi, Indra, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta: Ridamulia, 2005.

Ismail,dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta, Pustaka Al-Husni,1999.

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: mengurai benang kusut dunia

pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.

, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan

Perguruan Tinggi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet ke-4, 2010.

Nata, Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2012.

Putra Daulay, Haidar dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan

Sejarah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Razy Dalimunte, Fahrur, Kapita Selekta Pendidikan, Medan, IAIN Pres, 1999.

Anda mungkin juga menyukai