Disusun Oleh :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Konsep dan Fungsi Manusia Dalam Al-Qur’an dengan baik meskipun
kekurangan di dalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan dan pengetahuan.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca maupun penulis. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi semua pihak. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila di dalam makalah ini terdapat banyak kekeliruan atau kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...……………………………………………………………i
DAFTAR ISI………...………………………………..…………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………....………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah...…….……………………………………………………….1
1.3 Tujuan……….....………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Problematika Pendididkan Islam…..………………………………..3
2.2 Problematika Pendidikan Islam.…...…………………….………………………3
2.3 Solusi Problematika Pendidikan Islam .…………………………………………7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………...9
3.2 Saran …………………………………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diperoleh penyusunan ini sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Problematika Pendidikan Islam?
2. Apa Saja Faktor Problematika Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Solusi Problematika Pendidikan Islam?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian problematika pendidikan Islam.
Untuk mengetahui faktor problematika pendidikan Islam.
Untuk mengetahui solusi problematika pendidikan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
nilai-nilai islami (Islamic values). Didalam rangka untuk mengimplementasikan
pendidikan Islam tersebut diperlukan perangkat-perangkatnya seperti tujuan,
lembaga, kurikulum, pendidik, metode, dan evaluasi. Pendidikan islam diakui
keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal.
Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya keberadaan lembaga
pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam sebagai mata
pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib
diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam
sebagai nilai (value) yakni ditemukannya nilai-nilai Islami dalam sistem
pendidikan.
Walaupun demikian, pendidikan Islam tidak luput dari problematika yang
muncul di era global ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yakni
faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Meliputi manajemen pendidikan Islam yang pada umumnya belum
mampu menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang
efektif dan berkualitas. Hal ini tercemin dari kalah bersaing dengan sekolah-
sekolah yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional
(Diknas) yang umumnya dikelola secara modern.
Faktor kompensasi professional guru yang masih sangat rendah. Para
guru yang merupakan unsur terpenting dalam kegiatan belajar mengajar,
umumnya lemah dalam penguasaan materi bidang studi, terutama
menyangkut bidang studi umum, keterampilan mengajar, manajemen kelas,
dan motivasi mengajar. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan Islam
kurang kondusif bagi pengembangan kompetensi professional guru.
Ada pula faktor kepemimpinan, artinya tidak sedikit kepala-kepala
madrasah yang tidak memiliki visi dan misi untuk mau ke mana pendidikan
akan dibawa dan dikembangkan. Kepala madrasah seharusnya merupakan
simbol keunggulan dalam kepemimpinan, moral, intelektual dan professional
4
dalam lingkungan lembaga pendidikan formal, ternyata sulit ditemukan di
lapangan pendidikan Islam. Pimpinan pendidikan Islam bukan hanya sering
kurang memiliki kemampuan dalam membangun komunikasi internal
dengan para guru, melainkan juga lemah dalam komunikasi dengan
masyarakat, orang tua, dan pengguna pendidikan untuk krprntingan
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Biasanya pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan birokratis daripada pendekatan kolegial
fungsional. Mengelola pendidikan bukan berdasar pertimbangan
professional, melainkan pendekatan like and dislike, dengan tidak memiliki
visi dan misi yang jelas.
2. Faktor Eksternal
Adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan
Islam. Pemerintah selama ini cenderung menganggap dan memperlakukan
pendidikan Islam sebagai anak tiri, khususnya soal dana dan persoalan lain.
Katakana saja, alokasi dana yang diberikan pemerintah sangat jauh
perbedaannya dengan pendidikan yang berada di lingkungan Diknas. Maka,
terlepas itu semua, mestinya alokasi anggaran negara pada pendidikan Islam
tidak terjadi kesenjangan, karena pendidikan Islam juga bermisi untuk
mencerdaskan bangsa, sebagaimana juga misi yang diemban oleh pendidikan
umum.
5
Dapat dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam
selama ini lebih didominasi oleh pendekatan sektoral bukan pendekatan
fungsional. Pendidikan Islam tidak dianggap bagian dari sekor pendidikan,
lantaran urusannya tidak di bawah Depdiknas. Beberapa indicator yang
menunjukkan kesenjangan ini yaitu mulai dari tingkat ketersediaan tenaga
guru, status guru, kondisi ruang belajar, tingkat pembiayaan (unit cost)
siswa, hingga tidak adanya standarisasi mutu pendidikan Islam, karena
urusan pendidikan Islam tidak berada di bawah Depdiknas, dan yang lebih
tragis lagi adalah sikap diskriminatif terhadap produk atau lulusan
pendidikan Islam.
Adanya diskriminatif masyarakat terhadap pendidikan Islam. Secara
jujur harus diakui, bahwa masyarakat selama ini cenderung acuh terhadap
proses pendidikan di madrasah atau sekolah-sekolah Islam. Rata-rata
memandang pendidikan Islam adalah pendidikan nomor dua dan biasanya
bila menyekolahkan anakanya di lembaga pendidikan Islam merupakan
alternatif terakhir setelah tidak dapat diterima di lembaga pendidikan di
lingkungan Diknas.
6
2.3 Solusi Problematika Pendidikan Islam
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak
mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat
global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi
dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang
lebih komperhensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara
afektif dalam masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus
dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana
penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab.
Dalam menghadapi problematika serta tantangan dunia pendidikan Islam baik
internal maupun eksternal, diperlukan langkah-langkah strategis pengembangan
pendidikan Islam, yaitu:
1. Menjadikan lembaga pendidikan Islam sebagai wahana untuk membina ruh
dan praktik hidup islami dalam mengantisipasi peradaban global. Dalam hal
ini, lembaga pendidikan Islam harus menjadi pelopor dalam memahami
Islam secara luas, bukan sekedar symbol dan ritual ibadah semata akan tetapi
merupakan pandangan hidup yang dapat diterapkan pada semua aspek
kehidupan baik, dalam bidang sosial, ekonomi, polotik, iptek, maupun seni
budaya.
2. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas pendidik dan peranannya, baik
sebagai ustadz, mu’allim, mursyid, mudarris, maupun mu’addib.
3. Pengembangan kurikilum secara terpadu dengan menjadikan ajaran dan
nilai-nilai Islam sebagai petunjuk dan sumber konsultasi bagi pengembangan
berbagai mata pelajaran dengan memasukkan ajaran dan nilai Islam dalam
bidang studi umum. Pengembangan kuikulum secara terpadu ini harus
didukung melalui kerja sama antara pendidik bidang studi agama dengan
pendidikan bidang studi lain dalam menyusun desain pembelajaran terpadu
yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Pengembangan
7
kurikulum secara terpadu pun harus didukung dengan pemahaman
mendalam pendidik akan keterkaitan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
dengan mata pelajarannya yang dibinanya. Para pendidik dituntut untuk
dapat mengiternalisasikan nilai dan ajaran Islam dalam bidang studi, bukan
hanya sekedar menempelkan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist Nabi dalam
bidang studi tersebut.
4. Meningkatkan kualitas lulusan pendidikan Islam secara holistic, yaitu
dengan meningkatkan kualitas kesehatan lulusan dan pengembangan
psikologisnya baik dari segi kecerdasan intelektual, emosional, kreativitas,
maupun spiritual melalui kurikulum yang dirancang dan diarahkan untk
membantu, membimbing, melatih dan menciptakan suasana agar peserta
didik dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas IQ.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan singkat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Problematika Pendidikan Islam adalah berbagai persoalan yang belum dapat
terselesaikan hingga terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
terjadi dalam pendidikan Islam.
2. Problematika Pendidikan Islam ini dapat dibagai menjadi dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi manajemen pendidikan
Islam, kompensasi professional guru yang masih sangat rendah, serta
kepemimpinan. Sedangkan faktor eksternal meliputi adanya perlakuan
diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam.
3. Solusi dari problematika tersebut ialah :
a. Menjadikan lembaga pendidikan Islam sebagai wahana untuk membina
ruh dan praktik hidup islami dalam mengantisipasi peradaban global.
b. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas pendidik dan peranannya, baik
sebagai ustadz, mu’allim, mursyid, mudarris, maupun mu’addib.
c. Pengembangan kurikilum secara terpadu dengan menjadikan ajaran dan
nilai-nilai Islam sebagai petunjuk dan sumber konsultasi bagi
pengembangan berbagai mata pelajaran dengan memasukkan ajaran dan
nilai Islam dalam bidang studi umum.
d. Meningkatkan kualitas lulusan pendidikan Islam secara holistic, yaitu
dengan meningkatkan kualitas kesehatan lulusan dan pengembangan
psikologisnya baik dari segi kecerdasan intelektual, emosional,
kreativitas, maupun spiritual
9
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagu
kita semua, akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses
akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan.
Karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah kami yang selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11